Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH EVALUASI & REMEDIAL PEMBELAJARAN

BIDANG STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


“STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN”

Dosen Pengampuh :
Drs.M.Yusuf Ngampo M.si

Disusun oleh:
Kelompok 2 – Kelas A
Nur Hikma (210902501001)
Dinda Rahmawati (210902500007)
Rezky Nadia Irfan (210902501009)
Miftha Fajriani (210902502003)

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah bersyukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
memberikan berkat, rahmat, dan bimbingannya sehingga Kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah “ Standar
Nasional Pendidikan ”
Makalah ini disiapkan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi dan
Remedial Pembelajaran. Selain itu, Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi
dan pengetahuan baik kepada pembaca maupun penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.M.Yusuf Ngampo M.si.
penulis juga menghargai literatur yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Kami menyadari bahwa kekurangan dalam makalah ini masih jauh dari
sempurna dan masih harus dibenahi. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, saya mohon maaf atas segala kesalahan dalam sistematika penulisan
dan penyajian materi yang diberikan. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi
berbagai pihak.

Makassar, 2 Oktober 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Standar Pendidikan Nasional .................................................... 4
B. Standar Isi ............................................................................................... 5
C. Standar Kompetensi Lulusan ................................................................. 6
D. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan ...................................... 10
E. Standar Pengelolaan ............................................................................... 12
F. Standar Penilaian .................................................................................... 15
G. Standar Sarana dan Prasarana ................................................................ 17
H. Standar Proses ........................................................................................ 19
I. Standar Biaya .......................................................................................... 20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 22
B. Saran ........................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah pendidikan di era teknologi dan informasi kini diakui sebagai
masalah yang sangat sulit di banyak negara. Namun, negara-negara yang
menangani masalah ini mengakui bahwa pendidikan adalah tugas nasional yang
sangat penting. Pendidikan merupakan kunci untuk membangun dan
meningkatkan sikap manusia dalam menghadapi situasi global yang terancam
oleh berbagai potensi bencana yang dapat ditimbulkan oleh pemanasan global,
yang tanpanya upaya tersebut akan sia-sia. Dalam konteks ini, semua negara di
dunia terus meningkatkan pendidikannya. Dalam kaitan ini, Indonesia
senantiasa mengubah sistem pendidikannya untuk mencapai kualitas
pendidikan yang bergerak ke arah yang lebih baik.
Peradaban negara Indonesia ditentukan oleh cara masyarakatnya
melakukan pendidikan, sehingga harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh
dan intensif. Menurut Sukarno (2005), sistem pendidikan bukan hanya sebuah
bangunan, tetapi merupakan upaya yang sangat strategis untuk itu. , karena
sistem pendidikan mengasumsikan pembagian kekuasaan antara negara dan
masyarakat dan manajemen, yang meliputi pemeliharaan, kontrol, penciptaan,
penerimaan dan distribusi nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan, dan hubungan
kekuasaan. Oleh karena itu, secara umum kebijakan pendidikan yang tepat
harus mampu mengintegrasikan secara struktural kekuatan masyarakat, negara
dan dunia usaha secara rasional, dan individu harus mampu mengembangkan
pembangunan budaya, sosial dan ekonomi dengan menghasilkan budaya
pribadi, mobilitas vertikal dan horizontal. Produktifitas. Pada saat yang sama,
ia menyerukan pengembangan habitat demokratis. Namun, jika kebijakan yang
diambil salah, upaya pendidikan dapat menjadi upaya belaka untuk
mereproduksi tatanan dan struktur sosial-ekonomi dan politik yang ketinggalan

1
zaman dan menyediakan akses ke buku teks yang tidak memadai dan tidak adil,
sistem manajemen, dan kesempatan pendidikan dan pekerjaan.
Keterbelakangan struktur (hubungan kekuasaan) dan budaya (nilai-nilai, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan nilai hubungan kekuasaan) akan membuat sulit
memenangkan perlombaan menuju transisi demokrasi dan globalisasi.
Kaedah dan sistem pendidikan yang berakar umbi dan stabil
memerlukan pembaharuan total pendidikan. Sehubungan itu, pemerintah
mencoba memendekkan kompas dengan idea menggeneralisasikan mutu
pendidikan di Indonesia. Namun, usaha ini sering mendapat kritikan dan
kecaman berikutan taburan taraf hidup yang tidak sekata di setiap wilayah di
Indonesia. Oleh itu, penyebaran taraf pendidikan yang merupakan taraf
kebangsaan hendaklah dilaksanakan secara berperingkat mengikut taraf hidup
masyarakat di setiap wilayah.
Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah standar minimal sistem
pendidikan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk
menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka pembelajaran kehidupan
bangsa dan pembentukan watak serta peradaban. Nasional. Negara. Bangsa
yang berharga.
Standar nasional pendidikan yang ditetapkan pemerintah meliputi
standar isi, standar proses, standar kompetensi mahasiswa pascasarjana, standar
fakultas, standar sarana dan prasarana, standar tata kelola, standar pendanaan,
dan standar evaluasi pendidikan. Di antara delapan standar yang dikembangkan
dan disetujui oleh Kementerian Pendidikan, ini adalah standar isi dan standar
kompetensi sekolah hingga pascasarjana.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian dari Standar Pendidikan Nasional?
b. Apa Itu Standar isi?
c. Apa Itu Standar Kompetensi Lulusan?

2
d. Apa Itu Standar Pendidikan Tenaga Pendidik?
e. Apa Itu Standar Pengelolaan?
f. Apa Itu Standar Penilaian?
g. Apa Itu Standar Sarana dan Prasarana?
h. Apa itu Proses?

C. TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui pengertian dari Standar Pendidikan Nasional.
b. Untuk mengetahui Standar isi.
c. Untuk mengetahui Standar Kompetensi Lulusan.
d. Untuk memahami Standar Pendidikan Tenaga Pendidik.
e. Untuk mengetahui Standar Pengelolaan.
f. Untuk memahami Standar Sarana dan Prasarana.
g. Untuk mengetahui Proses.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI STANDAR PENDIDIKAN NASIONAL
Imzakiah (2014) Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun
2005, Standar Nasional Pendidkan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.Berangkat dari definisi diatas dapat difahami bahwa sistem
pendidikan indonesia diarahkan pada tercapainya cita-cita pendidikan yang
ideal dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang
bermartabat. Sebagaimana terungkap dalam UU No.20/2003 tentang
Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan
membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan
masyarakat dan tanah air”.
Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat.Menurut R Indonesia (2005) ( dalam
hamza b. uno google scholar) Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi:
(a)standar isi; (b)standar proses; (c)standar kompetensi lulusan;(d)standar
pendidik dan tenaga kependidikan; (e)standar sarana dan prasarana; (f)standar
pengelolaan; (g)standar pembiayaan;dan (h)standar penilaian pendidikan.
Penyusunan Standar Nasional Pendidikan pun telah disempurnakan
dengan perencanaan yang terarah dan berkelanjutan. Setiap proses yang
dilakukan tentunya menyesuaikan perubahan kehidupan di skala nasional dan
global. Berikut adalah 8 Standar Nasional Pendidikan di tanah air:
a. Standar Isi, standar ini berkaitan dengan pengembangan dan
pelaksanaan kurikulum.

4
b. Standar Proses yang memiliki kaitan dengan proses pembelajaran
yang dilaksanakan di sekolah.
c. Standar Penilaian Pendidikan, yaitu standar yang terkait dengan
penilaian, analisis, dan evaluasi hasil belajar siswa.
d. Standar Kompetensi Lulusan, yaitu standar yang berkaitan dengan
pencapaian standar dan hasil belejar para peserta didik.
e. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, yang terkait dengan
kualifikasi dan kompetensi tenaga pendidik.
f. Standar Pengelolaan, yaitu terkait dengan pengelolaan yang perlu
dilakukan untuk seluru elemen pada institusi pendidikan.
g. Standar Pembiayaan Pendidikan, yang berkaitan dengan anggaran
sekolah.
h. Standar Sarana dan Prasarana, standar ini berkaitan dengan
infrastruktur yang terdapat pada institusi pendidikan.

B. STANDAR ISI
Menurut Fitri Yafrianti (2015) Standar isi mencakup lingkup materi
minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan
minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.Standar isi tersebut memuat
kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan
pendidikan, dan kalender pendidikan.
Dimana tujuan standar isi ialah meningkatkan mutu pendidikan yang diarahkan
untuk pengembangan potensi peserta didik sesuai dengan perkembangan ilmu,
teknologi, seni, serta pergeseran paradigma pendidikan yang berorientasi pada
kebutuhan peserta didik.
Menurut Milakarmila (2013) Standar isi adalah ruang lingkup materi
dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi
tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus

5
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu, (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005).
Standar isi adalah suatu bagan rencana lingkup materi minimal, dan tingkat
kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal, pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Isi ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006. Implementasi
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dijabarkan kedalam sejumlah peraturan antara lain peraturan pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.Dalam standar isi
mencakup:
• Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman
dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan.
• Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan
menengah.
• Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh
satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai
bagian tidak terpisahkan standar isi.
• Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar Isi
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang
dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005.
(sumber: LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN
NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006
STANDAR ISI)

C. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

Menurut Ainul Haris (2012) Standar Kompetensi Lulusan (SKL) satuan


pendidikan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencangkup

6
pengetahuan, ketrampilan dan sikap, yang digunakan sebagai pedoman
penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL
meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran.

• SKL pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar


kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
• SKL pada jenjang pendidikan menengah umum bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,
serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.
• SKL pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,
serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan


menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan
peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar
kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar
kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi
lulusan minimal mata pelajaran. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No 23 Tahun 2006 menetapkan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Pelaksanaan SI-SKL Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik


Indonesia No 24 Tahun 2006 menetapkan tentang pelaksanaan standar isi dan
standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah

7
Menurut LPMP Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan:

• Pasal 2 ayat (1): Lingkup standar nasional pendidikan meliputi standar:


(1) isi, (2) proses, (3) kompetensi lulusan, (4) pendidik dan tenaga
kependidikan, (5) sarana dan prasarana, (6) pengelolaan, (7)
pembiayaan, dan (8) penilaian pendidikan.
• Pasal 1 butir 4: SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini lebih
ditegaskan pada pasal 25 ayat (4) kompetensi lulusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan (2) mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
• Pasal 25 ayat (2): SKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran
dan mata kuliah atau kelompok mata kuliah.
• Pasal 26 ayat (1): SKL pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,
serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut. Ayat (2): SKL pada jenjang pendidikan menengah umum
bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut. Ayat (3): SKL pada jenjang pendidikan
menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejuruannya.
• Pasal 6 (1): Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan
khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah kelompok mata
pelajaran terdiri atas: agama dan akhlak mulia; kewarganegaraan dan

8
kepribadian ; ilmu pengetahuan dan teknologi;estetika; dan jasmani,
olahraga, dan kesehatan.
• Pasal 7 (1): Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada
SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B,
SMA/MA/SMALB/ PAket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang
sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama,
kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi,
estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan. (2) Kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada SD/MI/ SDLB/Paket
A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/ PAket C,
SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui
muatan dan/atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan,
bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani. (3) Kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB/Paket A,
atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau
kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, ketrampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang
relevan. (4) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
pada SMP/MTs/SMPLB/Paket B, atau bentuk lain yang sederajat
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika,
ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, ketrampilan/kejuruan,
dan/atau teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang
relevan. (5) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
pada SMA/MA/SMALB/ Paket C, atau bentuk lain yang sederajat
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika,
ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, ketrampilan/kejuruan,
teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan.
(6) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada

9
SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui
muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam,
ilmu pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan, teknologi informasi
dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan. (7) Kelompok mata
pelajaran estetika pada SD/MI/SDLB/Paket A,
SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/ Paket C, SMK/MAK,
atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau
kegiatan bahasa, seni dan budaya, ketrampilan, dan muatan lokal yang
relevan. (8) Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan
pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/ SMPLB/Paket B, SMA/MA/
SMALB/Paket C, SMK/ MAK, atau bentuk lain yang sederajat
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani,
olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengatahuan alam, dan muatan
lokal yang relevan.

D. STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Menurut Rina ratnasari (2012) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


di bawah ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

1. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai


agen pembeajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (pasal 28
ayat 1).
Yang dimaksud dengan pendidik pada ketentuan ini adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi dan berkompetensi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong, pamong pelajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannyaserta berpartisipasi dalam menyelenggarakan

10
Pendidikan. Yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen
pembelajaran (learning agent) pada ketentuan ini adalah peran pendidik
antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi
belajar bagi peserta didik
2. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik
yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan
sesuai ketentuan perundang – undangan yang berlaku. (pasal 28 ayat 2)
3. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi (pasal 28 ayat
3):
• Kompetensi pedagogik;
Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
• Kompetensi kepribadian;
Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia.
• Kompetensi profesional;
Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik

11
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan.
• Kompetensi sosial
Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan
pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendiidk, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
4. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat keahlian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus
yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendiidk setelah
melewati uji kelayakan dan kesetaraan (pasal 28 ayat 4).
5. Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan
oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri (pasal 28 ayat 5).
Pasal 29.

E. STANDAR PENGELOLAAN
Menurut Rieny Susilowati (2012) Standar pengelolaan adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,
kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan satuan pendidikan menjadi tanggung
jawab kepala satuan pendidikan.
Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar
pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh Pemerintah
Daerah dan standar pengelolaan oleh Pemerintah. Setiap satuan pendidikan
harus memiliki pedoman yang mengatur tentang:

12
1) Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus.
2) Kalender pendidikan/akademik, yang menunjukkan seluruh kategori
aktivitas satuan pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara
semesteran, bulanan, dan minggu
3) Struktur organisasi satuan pendidikan
4) Pembagian tugas di antara pendidik
5) Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan
6) Peraturan akademik
7) Tata tertib satuan pendidikan, yang minimal meliputi tata tertib
pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana
8) Kode etik hubungan antara sesama warga di dalam lingkungan satuan
pendidikan dan hubungan antara warga satuan pendidikan dengan
masyarakat
9) Biaya operasional satuan pendidikan.
Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang
merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan
pendidikan yang meliputi masa 4 (empat) tahun yaitu:
1) kalender pendidikan/akademik yang meliputi jadwal
pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan
hari libur.
2) jadwal penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan
untuk tahun ajaran berikutnya.
3) mata pelajaran atau mata kuliah yang ditawarkan pada
semester gasal, semester genap, dan semester pendek bila
ada.
4) penugasan pendidik pada mata pelajaran atau mata kuliah
dan kegiatan lainnya.

13
5) buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-masing mata
pelajaran.
6) Jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pembelajaran.
7) pengadaan, penggunaan, dan persediaan minimal bahan
habis pakai.
8) program peningkatan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan yang meliputi sekurang-kurangnya jenis,
durasi, peserta, dan penyelenggara program.
9) Jadwal rapat Dewan Pendidik, rapat konsultasi satuan
pendidikan dengan orang tua/wali peserta didik, dan rapat
satuan pendidikan dengan komite sekolah/madrasah, untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah.
10) jadwal rapat Dewan Dosen dan rapat Senat Akademik untuk
jenjang pendidtinggi.
11) rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan
untuk masa kerja satu tahun; l. jadwal penyusunan laporan
akuntabilitas dan kinerja satuan pendidikan untuk satu tahun
terakhir.
Dalam melaksanakan penjaminan mutu standar pengelolaan, sekolah
perlu memperhatikan dua hal. Pertama, kriteria minimal yang harus
dicapai berdasarkan Permendiknas No. 19 Tahun 2007, indikator
operasional, dan kriteria pencapaian tujuan. Kedua, sekolah perlu
memperhatikan indikator dan kriteria keunggulan tingkat satuan
pendidikan sehingga sekolah dapat memiliki target yang lebih tinggi
daripada kriteria pada standar nasional pendidikan (SNP). Sekolah
idealnya memiliki program peningkatan mutu dan instrumen pengukuran
antara lain:
a. Standar

14
Pengelolaan satuan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan
standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah,
otonomi, akuntabel, jaminan mutu, dan evaluasi yang trasparan.
b. Kegiatan
Evaluasi, pengembangan, dan pejaminan mutu dalam penerapan
prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah dengan menitik beratkan
pada kegiatan di bawah ini
Menerapkan standar berbasis data
c. Indikator Kinerja
• Indikator Target Kinerja Pengawas
• Indikator Target Kinerja Sekolah
Melalui kegiatan supervisi sekolah meningkatkan kinerja dalam
meningkatkan mutu dan melaksanakan penjaminan mutu
standar pengelolaan dengan indikator operasional

F. STANDAR PENILAIAN
• Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution(dalam marito 2012)
mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan
dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran
hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.
• Menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan
menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut
Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai.
• Menurut Akhmat Sudrajat penilaian (assessment) adalah penerapan
berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk
memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik
atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.

15
Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi
belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif
(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai
kuantitatif tersebut secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas,
penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik,
mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses
belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat
diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan
keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri.
Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran,
kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan
kurikukulum itu sendiri.

Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan


informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah terdiri atas :

a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;

b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;

c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses


pembelajaran, juga melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64


ayat

16
(1) dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, dan ulangan kenaikan kelas.

(2) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk

a) menilai pencapaian kompetensi peserta didik;

b) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan

c) memperbaiki proses pembelajaran.

G. STANDAR SARANA PRASARANA

Menurut yamilah (2014) Sarana pendidikan adalah fasilitas-fasilitas


yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar agar tujuan
pembelajaran tercapai. prasarana pendidikan merupakan segala sesuatu yang
secara tidak langsung menunjang proses pendidikan.Sarana dan prasarana
pendidikan menjadi penting karena mutu pendidikan dapat ditingkatkan
melalui pengadaan sarana dan prasarana.

Standar sarana dan prasarana merupakan kebutuhan utama sekolah yang


harus terpenuhi sesuai dengan amanat Undang – Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 tahun 2003, PP No 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 24 tahun 2007. Selain itu, juga harus memenuhi dari
ketentuan pembakuan sarana dan prasarana pendidikan yang telah dijabarkan
dalam:

(1) Keputusan Mendiknas Nomor 129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan


Minimal Bidang Pendidikan;

17
(2) Pembakuan Bangunan dan Perabot Sekolah Menengah Pertama Tahun 2004
dari Direktorat Pembinaan SMP; dan (3) Panduan Pelaksanaan dan Panduan
Teknis Program Subsidi Imbal Swadaya: Pembangunan Ruang Laboratorium
Sekolah Tahun 2007 dari Direktorat Pembinaan SMP. Standar sarana dan
prasarana pendidikan yang dimaksudkan di sini baik mengenai jumlah, jenis,
volume, luasan, dan Iain-lain sesuai dengan kategori atau tipe sekolahnya
masing-masing.Landasan hukum dikeluarkannya standar sarana dan prasarana
yaitu berdasarkan Undang– Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003 Bab XII Pasal 45 tentang Sarana dan Prasarana Pendidikan berbunyi :

(a) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana


dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual,
sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.

(b) Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan


pada semua satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Berdasarkan PP No.24 tahun 2007, beberapa kriteria minimum standar


sarana dan prasarana yaitu sebagai berikut:

❖ Lahan
• terhindar dari potensi bahaya
• Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%\
• Lahan terhindar dari : pencemaran air dan udara, serta kebisingan
• mendapat izin pemanfaatan tanah dari Pemerintah Daerah setempat.
• memiliki status hak atas tanah
❖ Bangunan
• memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai terhadap peserta didik
seperti tercantum pada lampiran PP No 24 tahun 2007

18
• Bangunan gedung memenuhi ketentuan tata bangunan
• Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan,keamanan dan
kenyamanan
• Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah,
aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat.
• Bangunan gedung dilengkapi sistem keamanan Bangunan gedung
dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 1300 watt.
• Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan,
dan diawasi secara professional
• Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai dengan
PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.
• dapat bertahan minimum 20 tahun
• Bangunan gedung dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin
penggunaan.

H. STANDAR PROSES
Menurut nurul fauziah (2017) Proses merupakan kriteria mengenai
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan
dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses mencakup
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran.
Menurut Noviastrini chemsunj (2010) Standar proses pendidikan adalah
suatu bentuk teknis yang merupakan acuan atau kriteria yang dibuat secara
terencana atau didesain dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dasar hukum yang mengatur standar proses pendidikan terdapat dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

19
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan.

I. STANDAR BIAYA
Menurut Imzakiah (2014) Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19
tahun 2005, Standar Nasional Pendidkan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berangkat dari definisi diatas dapat difahami bahwa sistem pendidikan
indonesia diarahkan pada tercapainya cita-cita pendidikan yang ideal dalam
rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang bermartabat.
Sebagaimana terungkap dalam UU No.20/2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat
1 yang menyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan
berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan
tanah air”.
Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Standar Pembiayaan adalah kriteria mengenai komponen dan besarnya biaya
operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
Ada tiga macam biaya dalam standar ini :
a. Biaya investasi satuan pendidikan yaitu biaya penyediaan sarana dan
prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
b. Biaya personal sebagaimana adalah biaya pendidikan yang harus dikeluarkan
oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.
c. Biaya operasi satuan pendidikan, meliputi :
1) Gaji dan tunjangan pendidik dan tenaga kependidikan

20
2) Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan
tak langsung seperti air, pemeliharaan sarana dan prasarana, pajak, asuransi,
lain sebagainya.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan sektor penting pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara.
Program pendidikan sering kali menjadi program unggulan setiap pergantian masa
pemerintahan. Upaya pencapaian pemerataan pendidikan bagi seluruh warga negara
Indonesia terus dilakukan. Namun tugas bidang pendidikan tidak hanya pada
pencapaian kuantitas pendidikan, akan tetapi juga pada kualitas pendidikan yang
diberikan kepada para calon penerus bangsa.
Karenanya penyelenggaraan pendidikan agar tetap bermutu harus berada pada
koridor acuan standar yang ditetapkan. Standar diperlukan agar proses pendidikan
memiliki tujuan yang jelas. Standar dibuat untuk menilai pencapaian visi pendidikan,
agar dapat mengikuti tuntutan globalisasi, serta untuk terus meningkatkan kualitas.
Sehingga, Standar menjadi patokan dalam menentukan acuan penyelenggaraan
pendidikan dalam upaya mencapai tujuan.
Pendidikan di Indonesia mengacu pada delapan standar pendidikan yang
dinamakan SNP yaitu terdiri dari standar kompetensi lulusan, standar isi, standar
proses, standar pengelolaan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
evaluasi, standar pembiayaan, standar sarana dan prasarana. SNP dikembangkan dan
ditetapkan untuk mengukur, mengevaluasi, menilai mutu pendidikan, dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan. Masing masing komponen dalam SNP saling terkait
dan membentuk sebuah sistem penyelenggaraan pendidikan mulai dari input, proses
serta output.
Dalam pelaksanaannya, pencapaian SNP kerap menghadapi berbagai
permasalahan. Terutama pada komponen standar kompetensi lulusan yang masih
belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dunia usaha dan dunia industri. Standar
kedua yang masih banyak ditemukan masalah adalah standar pada sarana dan
prasarana di mana tidak sedikit juga ditemukan bangunan sekolah yang sudah tidak
layak serta kurangnya prasarana yang memadai. Standar lainnya adalah standar

22
pendidik dan tenaga kependidikan. Rendahnya mutu guru serta tidak sesuainya
kualifikasi pendidikan pendidik dan tenaga kependidikan menjadi masalah yang perlu
dituntaskan. Persoalan lainnya adalah persoalan standar pengelolaan. Rendahnya
penerapan sistem manajemen mutu kepala sekolah dalam mengelola satuan
pendidikan serta belum optimalnya kemampuan kepala sekolah di satuan dalam
menggali kekuatan dan kelemahan satuan pendidikan.

B. Saran
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, disarankan agar pemerintah sebagai
pemegang kebijakan, dapat meningkatkan upaya dalam pencapaian standar nasional
pendidikan terutama pada komponen standar yang masih perlu mendapat perhatian
secara bertahap maupun serentak disesuaikan dengan kondisi yang paling
memungkinkan. DPR RI melalui fungsi pengawasan, anggaran, serta legislasi dapat
mengoptimalisasi pencapaian SNP agar dapat dirasakan oleh masyarakat di seluruh
wilayah Indonesia.

23
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. 2007. Profil Baru Guru dan Dosen Indonesia. Jakarta: Penerbit
Pustaka Indonesia.

Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hidayat, Ara dan Imam Machali. 2015. Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta:


Kaukaba.

Kusnandar. 2009. Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nurdin, Diding dan Imam Sibaweh. 2015. Pengelolaan Pendidikan dari Teori Menuju
Implementasi, Jakarta: Rajawali Pers.

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik


Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana.

Silberman, Melvin L. 2009. Active Learning. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.

Rizali, Ahmad Dkk. 2009. Dari Guru Konvensional Menuju Guru Professional.
Jakarta: Grasindo.

Tilaar, HAR. 2012. Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta:
Rineka Cipta.

Zazin, Nur. 2011. Gerakan Menata Mutu Pendidikan. Yogyakarta: Arruzz Media.

24

Anda mungkin juga menyukai