Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“ANALISIS KEBIJAKAN KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR”

DOSEN PENGAMPU :
Prof Dr, Alwen Bentri M,Pd
Elsa Rahmayanti M,Pd

DISUSUN OLEH :
Dheanty Rifatma (23004043)
Alief Wijayanto (23004041)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


DEPARTEMEN KURIKULUM TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang

yang telah memberikan kekuatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Sholawat dan salam tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai

inspirator terhebat sepanjang masa.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu

mata kuliah Analisis Kurikulum Pendidikan Dasar dan kepada pihak-pihak yang turut

membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan bagi pembaca, serta diharapkan dapat menambah cakrawala berfikir kita dan

tentu dapat menjadi ilmu yang positif bagi penulis khususnya. Kami membuat makalah

ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Analisis Kurikulum

Pendidkan Dasar. Adapun tema dari makalah ini adalah “Analisis Kebijakan

Kurikulum Pendidikan Dasar”

Padang, 14 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6

A. Dasar Hukum Pengembangan Kurikulum Yang Berlaku ............................................. 6

B. Standar Pendidikan Nasional Yang Berlaku Pada Jenjang Pendidikan Dasar .............. 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 19

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 19

B. Saran ........................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas dan
kuantitas manusia yang dimiliki suatu bangsa. Salah satu cara menilai pendidikan
adalah dengan melihat sistem pendidikan yang diterapkan. Sistem pendidikan adalah
komponen pendidikan yang dianggap mampu menentukan kualitas manusia
kedepannya. Sistem pendidikan yang diterapkan pemerintah Indonesia adalah
berfakus pada pendidikan karakter dengan dilakukannya penilaian dalam semua
bidang mata pelajaran yang diampu siswa.

Sejak Indonesia merdeka, pendidikan telah mengalami berbagai perubahan dan


perbaikan kebijakan kurikulum. Dalam sejarah kurikulum di Indonesia paling tidak
telah mengalami sebelas kali dinamika perubahan. Dimulai dari masa pra kemerdekaan
dengan bentuk yang sangat sederhana, dan masa kemerdekaan yang terus menerus
disempurnakan yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,1975, 1984, 1994, 2004,
2006, dan tahun 2013. Berbagai kebijakan perubahan kurikulum tersebut didasarkan
pada hasil analisis, evaluasi, prediksi dan berbagai tantangan yang dihadapi baik
internal maupun eksternal yang terus berubah. Dalam konteks ini kurikulum sebagai
produk kebijakan bersifat dinamis, kontekstual, dan relatif. Dinamis sebab terus
berkembang dan disesuaikan dengan perkembangan zaman serta terbuka terhadap
kritik. Kontekstual karena sangat dibutuhkan dan didasarkan pada konteks zamannya,
dan relatif sebab kebijakan kurikulum yang dihasilkan dipandang bagus atau
sempurna pada zamannya, dan akan menjaditidak relevan pada zaman-zaman
berikutnya. Oleh karenanya prinsip dasar dalam kebijakan kurikulum adalah change
and continuity yaitu perubahan yang dilakukan secara terus menerus.

1
2

Kajian tentang pendidikan senantiasa mengalami perubahan secara pesat, dinamis,


dan inovatif (Habibah, 2022). Hal itu berimplikasi pada keberlanjutan kajian tentang
pendidikan yang selalu menarik dan tidak ada habisnya untuk dikaji. Salah satu bagian
yang tidak bisa dipisahkan dalam dunia pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum
dapat dikatakan sebagai jantung pendidikan yang menempati posisi sangat vital
(Mahmudin, 2021), sehingga kurikulum menjadi pedoman dasar bagi keseluruhan
program pendidikan yang dapat mewujudkan pembelajaran yang interaktif, efektif dan
lebih produktif. Di dalamnya memuat tujuan yang harus dicapai, materi yang akan
diajarkan dalam proses pembelajaran, program dan kegiatan pembelajaran seperti apa
yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan pendidikan (Shofiyah, 2018).

Hal itu selaras dengan sasaran pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara
yang demokratis, dan bertanggung jawab (Pusat, 2003). Dalam mewujudkan tujuan
pendidikan tersebut serangkaian kurikulum sangat menentukan agar capaian ini dapat
terpenuhi dengan baik serta berjalan dengan efektif dan efisien.

Mengingat pentingnya kurikulum dalam dunia pendidikan, revisi maupun evaluasi


kerap dilakukan demi tercapainya tujuan sesuai yang diharapkan. Alasan mendasar
diadakannya pembaruan kurikulum ini agar bisa dikembangkan pada hal-hal yang
dianggap baik, meminimalkan kekurangan terhadap kurikulum yang sebelumnya, serta
mengikuti perkembangan zaman (Sopiansyah dkk., 2022). Unggulnya kualitas
pendidikan suatu bangsa berpangkal pada proses kebijakan kurikulum yang
dikembangkan secara dinamis yang sejalan dengan arah pembangunan nasional secara
makro. Apapun yang terjadi, kebijakan revisi kurikulum harus selaras dengan tujuan
yang memiliki dampak besar bagi pembangunan bangsa (Marisa, 2021).
3

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja dasar hukum pengembangan kurikulum yang berlaku pada Pendidikan
dasar?
2. Bagaimana standar Pendidikan nasional yang berlaku pada jenjang Pendidikan
dasar?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka ditetapkan bahwa makalah ini bertujuan:
1. Mendeskripsikan bagaimana sistem hukum pada pengembangan kurikulum
yang berlaku
2. Mendeskripsikan bagaimana bentuk standar Pendidikan nasional yang berlaku
pada jenjang Pendidikan dasar

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan peneletian tersebut di atas, maka diharapkan yang menjadi manfaat
penelitian adalah :
Manfaat penelitian ini yaitu, menjadi sarana informasi, media pendukung pelajaran,
media belajar tanpa batasan, dan menjadi solusi supaya kita dapat lebih meningkatkan
kinerja kurikulum pada bidang Pendidikan dasar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum Pengembangan Kurikulum Yang Berlaku


Dasar hukum penerapan kurikulum merdeka belajar ialah Surat Keputusan (SK)
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 56 Tahun 2022
tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran. SK
itu memuat 16 poin utama. Salah satunya ialah tentang kurikulum yang disederhanakan
pada pendidikan dasar dan menengah. Struktur kurikulumnya dibagi menjadi dua
kegiatan utama, yaitu pembelajaran intrakurikuler dan projek penguatan profil pelajar
Pancasila. Kebijakan pemerintah menganjurkan agar menerapkan kurikulum merdeka
belajar supaya siswa tidak merasa terbebani dalam proses pembelajaran. Selain itu,
tujuan kebijakan merdeka belajar ialah mengarahkan siswa menguasai bidang ilmu
pengetahuan sesuai dengan keahliannya.

Berikut kebijakan atau dasar hukum kurikulum merdeka, mengutip


dari pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id

1. Permendikbudristek No. 5 Tahun 2022:

Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang


Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah. Standar kompetensi lulusan merupakan
kriteria minimal tentang kesatuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
menunjukkancapaian kemampuan peserta didik dari hasil pembelajarannya pada akhir
jenjang pendidikan. SKL menjadi acuan untuk Kurikulum 2013, Kurikulum daruratda
nkurikulum merdeka.

6
7

2. Permendikbudristek No. 7 Tahun 2022:

Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar,
danPendidikan Menengah. Standar isi dikembangkan melalui perumusan ruang
lingkupmateri yang sesuai dengan kompetensi lulusan.Ruang lingkup materi
merupakan bahan kajian dalam muatan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan:

1) muatan wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2)konsep keilmuandan,

3)jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Standar isi menjadi acuan


untuk Kurikulum2013, Kurikulum darurat dan kurikulum merdeka

3. Permendikbudristek No. 56 Tahun 2022

Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran. Memuat tiga


opsi kurikulum yang dapat digunakan di satuan pendidikan dalam rangka pemulihan
pembelajaran beserta struktur kurikulum merdeka aturan terkait pembelajaran dan
asesmen, serta beban kerja guru.

4. Keputusan Kepala BSKAP No.008/H/KR/2022 Tahun 2022

Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar,
dan Pendidikan Menengah, pada Kurikulum Merdeka. Memuat Capaian Pembelajaran
untuk semua jenjang dan mata pelajaran dalam struktur Kurikulum Merdeka.

5. Keputusan Kepala BSKAP No.009/H/KR/2022 Tahun 2022

Dimensi, Elemen, dan Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka.
Memuat penjelasan dan tahap-tahap perkembangan profil pelajar Pancasila yang dapat
digunakan terutama untuk projek penguatan pelajar Pancasila.
8

6. Surat Edaran No. 0574/H.H3/SK.02.01/2023.

Menindaklanjuti Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Republik Indonesia Nomor 262/M/2022 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 56/M/2022 Tentang Pedoman
Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran.

7. Perubahan Struktur Kurikulum Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan

Pembukaan UUD RI Tahun 1945 pada alinea keempat tercantum tujuan nasional
bangsa Indonesia, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31 UUD NRI
Tahun 1945. Selain itu, Pemerintah juga memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia sebagaimana diamanatkan Pasal 31 ayat
(5) UUD NRI Tahun 1945.

8. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional


pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 35 ayat (2) dan Pasal 36 ayat (1)
UU No. 20 Tahun 2003. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah, dan peserta didik sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (2) UU No.
20 Tahun 2003. Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan
menengah ditetapkan oleh Pemerintah dan dikembangkan sesuai dengan relevansinya
oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama
9

kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah


sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 38 UU No. 20 Tahun 2003

9. Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional


Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan PP No. 4 Tahun 2022.

Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan


berkelanjutan untuk meningkatkan mutu Pendidikan sesuai dengan tuntutan
perubahan. kehidupan lokal, nasional, dan global sesuai dengan Pasal 3 ayat (3) PP No.
57 Tahun 21. Dengan demikian, kurikulum yang berlaku dapat disesuaikan seiring
dengan perubahan standar nasional pendidikan yang merupakan acuan dalam
pengembangan kurikulum. Standar Nasional Pendidikan yang menjadi acuan dalam
pengembangan meliputi standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses; dan
standar penilaian Pendidikan.

10. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka


Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 menjadi landasan bagi perumusan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang diselenggarakan setiap lima
tahun sekali. RPJMN menjadi pedoman bagi kementerian/ lembaga dalam menyusun
Rencana Strategis kementerian dan lembaga (Renstra-K/L) dan menjadi bahan
pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyusun dan menyesuaikan rencana
pembangunan daerahnya masing-masing dalam rangka pencapaian sasaran
pembangunan nasional.

B. Standar Pendidikan Nasional Yang Berlaku Pada Jenjang Pendidikan


Dasar
Standar Pendidikan di Indonesia diselenggarakan oleh satuan pendidikan dengan
mengacu pada delapan Standar Pendidikan Nasional (SNP). Standar tersebut adalah
standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pengelolaan, standar
10

pendidik dan tenaga kependidikan, standar evaluasi, standar pembiayaan, standar


sarana dan prasarana. Kedelapan standar harus dicapai dalam penyelenggaraan
pendidikan pada setiap satuan pendidikan. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya ternyata
terdapat banyak masalah yang dihadapi. Contohnya saja, persoalan sarana dan
prasarana yang tidak layak. satu dari enam ruang kelas Sekolah Dasar rusak.3
Setidaknya ada 6,6 juta anak yang terancam bahaya karena belajar di ruang kelas yang
rusak dan bisa roboh kapan saja.4 Pada periode masa sidang 2016 lalu, Komisi X telah
membentuk Panitia Kerja (Panja) Sarana dan Prasarana, ditemukan banyak sekali
masalah sarana dan prasarana yang tidak memadai.5 Terutama persoalan tidak
layaknya ruang kelas serta bangunan sekolah, selain itu juga kurangnya fasilitas
belajar, perpustakaan, labolatorium, ruang praktik di SMK, dan banyak masalah
lainnya. Panja Sarana dan Prasarana Komisi X DPR RI memberikan rekomendasi
kepada Pemerintah untuk membuat kebijakan afirmatif, contohnya adalah membuat
Inpres untuk sarana dan prasarana, berkala empat hingga lima tahun. 6 Sarana dan
prasarana hanya merupakan salah satu dari delapan standar yang perlu dipenuhi dan
masih terdapat tujuh standar lainnya yang juga menghadapai berbagai kendala dan
perlu dibenahi.

Salah satu acuan untuk menilai seberapa jauh angka mutu penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia adalah melalui akreditasi sekolah. Berdasarkan data yang
diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), antara
tahun 2014 sampai 2017 capaian akreditasi dengan nilai capaian minimal terakreditasi
“B” SD 84%, SMP 81%, SMA 85%, SMK 65%. Hal tersebut menunjukkan masih
terdapat banyak sekolah yang berada di bawah standar minimal, terutama untuk tingkat
SMK yang masih rendah, 35% Sekolah SMK memiliki nilai di bawah standar.

Menurut BSNP, mutu pendidikan dasar dan menengah di Indonesia belum seperti
yang diharapkan. Hasil pemetaan mutu pendidikan secara nasional pada tahun 2014
menunjukkan hanya sekitar 16% satuan pendidikan yang memenuhi Standar Nasional
Pendididkan (SNP). Artinya sebagian besar satuan pendidikan belum memenuhi SNP,
11

bahkan ada satuan pendidikan yang masih belum memenuhi Standar Pelayanan
Minimal (SPM) (Dokumen Pedoman Umum Sistem Penjaminan Mutu Pendididikan
Dasar dan Menengah. Direktorat Jenderal Pendididikan Dasar dan Menengah Tahun
2016). Kondisi seperti ini perlu dicermati dan kemudian dilakukan pembenahan.

Pendidikan di Indonesia telah disusun dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP).


Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, karena SNP merupakan kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. SNP ditetapkan pemerintah
dan harus dipenuhi oleh satuan pendidikan serta semua pemangku kepentingan dalam
mengelola dan menyelenggarakan pendidikan. Terdapat alasan mengapa standar
nasional pendidikan diperlukan di Indonesia yaitu pertama, Indonesia sebagai negara
berkembang di mana, komitmen pemerintah baik pusat maupun daerah dalam
mengeluarkan dana pendidikan masih sangat minim. Kedua, sebagai negara kesatuan
diperlukan suatu penilaian dari sistem kinerja Sisdiknas. Ketiga, Indonesia sebagai
anggota masyarakat global berada dalam pergaulan bersama negara lainnya agar dapat
dilihat kebutuhan akan sumber daya manusia yang dapat bersaing dengan negara lain
sehingga kualitas pendidikan menjadi indikator mutlak yang harus dipenuhi. Keempat,
fungsi SNP untuk melakukan pengukuran kualitas pendidikan, dengan adanya standar
yang bukan merupakan ukuran yang statis akan tetapi akan terus meningkat. Kelima,
fungsi standar adalah untuk pemetaan masalah pendidikan. Keenam, fungsi SNP dalam
rangka menyusun strategi dan rencana pengembangan setelah diperoleh data dari
evaluasi belajar (Tilaar, 2012: 106-109).

Dengan adanya SNP, satuan pendidikan dapat menjadikan SNP sebagai tolok ukur
penyelenggaraan pendidikan, SNP juga dijadikan landasan untuk melakukan
pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia terutama di satuan
pendidikan menjadi lebih mudah diukur serta dinilai mutunya. Pencapaian standar
dapat menjadi tolok ukur untuk menentukan langkah perbaikan serta kebijakan yang
akan dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan.
12

SNP disusun oleh Badan Standard Nasional Pendidikan (BSNP) yang merupakan
lembaga yang dibentuk pemerintah sesuai dengan amanat UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 35 ayat (3) yang berisikan tentang
pengembangan SNP serta pemantauan dan pelaporan pencapaian secara nasional
dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu
pendidikan. BSNP merupakan lembaga independen dan profesional yang mengemban
misi untuk mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan
standar nasional pendidikan.8 Tugas dan kewenangan BSNP adalah membantu
Menteri Pendidikan Nasional dan memiliki kewenangan untuk mengembangkan SNP,
menyelenggarakan Ujian Nasional (UN), memberikan rekomendasi kepada pemerintah
dan pemerintah daerah dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan,
merumuskan kriteria kelulusan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan
menengah, serta menilai kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks
pelajaran. Standar yang dikembangkan oleh BSNP berlaku efektif dan mengikat semua
satuan pendidikan secara nasional. SNP yang disusun harus disempurnakan secara
terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan
lokal, nasional, dan global.

SNP terdiri dari delapan standar yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi,
standar proses, standar pengelolaan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
evaluasi, standar pembiayaan, standar sarana dan prasarana.

Menurut BSNP, delapan standar dikembangkan dan ditetapkan untuk mengukur,


mengevaluasi, menilai mutu pendidikan, yang hasilnya akan menjadi acuan untuk
menyusun program peningkatan mutu pendidikan. Mengingat kondisi pendidikan di
Indonesia yang sangat beragam, SNP dipastikan bukan untuk penyeragaman tetapi
justru untuk mengakomodir keberagaman, agar pendidikan tetap dalam standar mutu
sehingga setiap satuan pendidikan memiliki kesempatan yang sama dalam
mendapatkan pendidikan bermutu. Kedelapan standar tersebut tertuang dalam PP
Nomor 19 Tahun 2005 yang kemudian terdapat beberapa perubahan yang tertuang
13

dalam PP Nomor 32 Tahun 2013 dan PP Nomor 13 Tahun 2015. Komponen-komponen


setiap standar tertuang dalam beberapa peraturan menteri.

1. Standar Kompetensi Lulusan

Standar kompetensi lulusan telah tertuang dalam Peraturan Pemendikbud Nomor 20


Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dalam Permendikbud tersebut, standar kompetensi lulusan terdiri atas kriteria
kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah
menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah. Ketercapaianannya dilakukan dengan adanya kegiatan monitoring dan
evaluasi untuk memastikan apakah lulusan pada tingkat satuan pendidikan telah sesuai
dengan standar kompetensi lulusan. Kegiatan monitoring dan evaluasi harus dilakukan
secara berkala yang hasilnya akan menjadi input dalam penyempurnaan standar
kompetensi lulusan berikutnya. Dalam komponen standar kompetensi lulusan terdapat
tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ketiga dimensi ini
membentuk satu kesatuan yang utuh dalam peserta didik.

Standar kompetensi lulusan pada dimensi sikap ialah peserta didik memiliki perilaku
yang mencerminkan sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berkarakter,
jujur, dan peduli, bertanggung jawab, pembelajar sejati sepanjang hayat, dan sehat
jasmani dan rohani yang sesuai dengan dengan perkembangan anak yang cakupan
lingkungannya disesuaikan dengan cakupan pendidikan pada setiap tingkat mulai dari
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara, kawasan regional, dan internasional.

Standar kompetensi lulusan kedua adalah dimensi pengetahuan. Pada dimensi


pengetahuan setiap tingkat berbeda pada tingkat teknis dan turunannya. Uraian standar
kompetensi lulusan pada dimensi pengetahuan ini adalah lulusan harus memiliki
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis,
spesifik, detil, dan kompleks berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
14

budaya, dan humaniora. Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri
sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara,
serta kawasan regional dan internasional.

Dimensi ketiga adalah dimensi keterampilan. Pada dimensi ini lulusan harus memiliki
keterampilan berpikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan
komunikatif melalui pendekatan ilmiah. Pada tingkat SD dan sederajat pendekatan
ilmiah seuai dengan tahap perkembangan anak yang relevan dengan tugas yang
diberikan, pada tingkat SMP dan sederajat pendekatan ilmiah sesuai dengan yag
dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri, sedangkan pada tingkat
SMA dan sederajat pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari di
satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri.

2. Standar Isi

Standar isi merupakan kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu
(Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan PP Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan). Pengaturan mengenai standar isi tertuang
dalam Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah. Standar isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional yang
dijabarkan dalam domain sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan.

Standar isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan tingkat
kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada standar
kompetensi lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ruang lingkup
materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan
dan program pendidikan. Standar isi dijabarkan sesuai dengan mata pelajaran dengan
mengacu pada standar kompetensi lulusan.
15

3. Standar Proses

Standar proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu


satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Ketentuan mengenai standar proses telah teruang dalam
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah. Dalam standar proses dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini sejalan dengan prinsip
pembelajaran aktif, seperti yang dijelaskan Silberman (2009:21) pembelajaran aktif
merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan menarik hati karena setiap
kali peserta didik tidak hanya terpaku pada tempat-duduk tetapi berpindah dan berpikir.
Prinsipnya pembelajaran diarahkan pada siswa karena belajar dan pembelajaran tidak
ditentukan oleh keinginan guru tetapi lebih pada siswa. Sanjaya (2008: 219-222)
menjelaskan bahwa pembelajaran ditunjukan dengan beberapa ciri adanya proses
berfikir, memanfaatkan potensi otak, dan belajar sepanjang hayat.

Pada standar proses, prinsip pembelajaran sangat ditekankan. Dan hal tersebut
dituangkan dalam langkah proses pembelajaran mulai dari perencanaan yang
mencangkup penyusunan silabus dan RPP, pelaksanaan proses pembelajaran yang
meliputi persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran serta pelaksanaan
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dengan penilaian terhadap proses
pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang
menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh, dan pengawasan
proses pembelajaran yang meliputi pengawasan proses pembelajaran dilakukan
melalui kegiatan pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tindak lanjut secara
16

berkala dan berkelanjutan yang dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan
pengawas.

4. Standar Penilaian

Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan


instrumen penilaian hasil belajar peserta didik (Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang perubahan PP nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan). Pengaturan mengenai standar penilaian diatur dalam Permendikbud
Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Di dalam Permendikbud
tersebut disebutkan bahwa penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah terdiri atas pertama, penilaian hasil belajar oleh pendidik yang bertujuan
untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara berkesinambungan. Bentuk penilaian oleh pendidik dapat
berupa penilaian hasil belajar dalam bentuk ulangan, penugasan, dan atau bentuk lain
yang hasilnya digunakan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik,
memperbaiki proses pembelajaran, serta menyusun laporan kemajuan siswa. Kedua,
penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan yang bertujuan untuk menilai pencapaian
standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran, dilakukan melalui ujian
sekolah sebagai penentuan kelulusan dari satuan Pendidikan. Ketiga, penilaian hasil
belajar oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk
menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu
berbentuk ujian nasional atau bentuk lain yang hasilnya digunakan untuk pemetaan
mutu, pertimbangan seleksi masuk ke jenjang berikutnya, pembinaan dan pemberian
bantuan untuk meningkatkan mutu Pendidikan.

Penilaian pendidikan diartikan sebagai suatu proses pengukuran yang pada umumnya
berkenaan dengan data kuantitatif untuk mendapatkan informasi yang diukur, yang
biasanya diperlukan alat bantu misalnya berupa tes atau intrumen pengukuran lainnya
(Wina Sanjaya, 2008: 336). Selanjutnya, Print dalam Sanjaya (2008:340) juga
17

membagi evaluasi menjadi dua yaitu evaluasi summative dengan evaluasi formative.
Evaluasi summative dilakukan untuk menilai keberhasilan siswa setelah berakhir suatu
program pembelajaran yang bila dilihat dari standar penilaian dalam Permendikbud
masuk ke dalam penilaian yang dilakukan oleh satuan Pendidikan.

Saat ini kurikulum di Indonesia telah berubah arah dari kurikulum yang berorientasi
pada pelajaran menjadi kurikulum yang berorientasi pada kompetensi. Hal ini
berpengaruh juga pada penilaian dan penentuan kriteria keberhasilan di mana
bagaimana sebuah kurikulum berdampak pada perubahan perilaku sehari-hari
(Sanjaya, 2008: 349). Prinsip-prinsip penilaian yang mengacu pada standar kompetensi
lulusan dan standar isi dalam sesuai dengan standar penilaian harus sahih, objektif, adil,
terpadu, terbuka, menyeluruh, sistematis, beracuan kriteria, akuntabel. Dan apabila
mengacu pada prinsip penilaian berbasis kelas selain prinsip tadi juga harus ada prinsip
motivasi, validitas, berkesinambungan, bermakna, serta edukatif (Sanjaya, 2008: 352-
354).

5. Standar Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria mengenai pendidikan


prajabatan dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan (Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan PP nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan). Pendidik adalah guru sebagai pemegang peran
penting dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan tenaga kependidikan pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah terdiri dari pengawas sekolah, kepala sekolah, tenaga
administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium. Standar pendidik dan tenaga
kependidikan tertuang dalam berbagai peraturan diantaranya:

a. Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah


yang berisikan mengenai kualifikasi serta standar kompetensi yang harus dimiliki oleh
pengawas yaitu kompetensi kepribadan, supervise manajerial, supervisi akademik,
evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan, serta kompetensi sosial.
18

b. Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah


yang berisikan mengenai kualifikasi serta standar kompetensi yang harus dimiliki oleh
kepala sekolah yaitu kompetensi kepribadan, manajerial, kewirausahaan, supervisi,
serta sosial.

c. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Standar Guru yang berisikan mengenai


kualifikasi serta standar kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

d. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/


Madrasah yang berisikan mengenai kualifikasi serta standar kompetensi yang harus
dimiliki oleh tenaga administrasi sekolah yaitu kompetensi kepribadian, sosial, teknis,
dan manajerial.

e. Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/


Madrasah yang berisikan kualifikasi serta standar kompetensi yang harus dimiliki
tenaga perpustakaan yaitu kompetensi manajerial, pengelolaan informasi,
kependidikan, kepribadian, sosial, serta pengembagan profesi.

f. Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008 Standar Tenaga Laboratorium


Sekolah/Madrasah tenaga laboratorium harus memliki kualifikasi akademik yang
sesuai serta empat kompetensi utama yaitu kompetensi kepribadian, sosial,
administratif, dan profesional.

6. Standar Sarana Dan Prasarana

Standar sarana dan prasarana adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat
bermain, tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi (Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan PP
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan).
19

Setiap tingkat satuan pendidikan memiliki kriteria minimum yang berbeda sesuai
dengan kebutuhan setiap jenjang seperti pengaturan mengenai jumlah minimal yang
dapat dilayani dari tingkat SD minimal enam rombongan belajar sampai tingkat SMP
dan SMA minimal tiga rombongan belajar. Lahan dan bangunan pun harus sesuai
dengan standar termasuk standar keselamatan, kesehatan, aksesibilitas, kenyamanan,
keamanan, kekuatan bangunan yang harus bisa bertahan paling tidak 20 tahun, sesuai
dengan izin penggunaan, serta persyaratan lainnya. Satuan pendidikan setidaknya
harus memiliki ruang kelas, perpustakaan, laboratorium IPA, ruang pimpinan, ruang
guru, ruang beribadah, ruang UKS, jamban gudang ruang sirkulasi, tempat bermain
atau berolahraga, ruang konseling, ruang tata usaha, ruang organisasi kesiswaan,
laboratorium biologi, fisika, kimia, komputer, bahasa, ruang praktik teknis. Masing-
masing berbeda kebutuhannya sesuai dengan tingkat Pendidikan.

7. Standar Pembiayaan

Standar pembiayaan adalah kriteria mengenai komponen dan besarnya biaya operasi
satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Pengaturan mengani standar biaya
operasional tertuang dalam Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar
Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB),
dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).

Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal
kerja tetap. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada di atas meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan
20

sebagaimana dimaksud di atas meliputi: gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta
segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai,
dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya.

8. Standar Pengelolaan

Standar Pengelolaan adalah kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan


pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota,
provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan PP
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan). Pengaturan mengenai
standar pengelolaan tertuang dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan yang meliputi perencanaan program, pelaksanaan
rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah/madrasah, sistem
informasi manajemen, serta penilaian khusus yaitu keberadaan sekolah/madrasah yang
pengelolaannya tidak mengacu kepada SNP dapat memperoleh pengakuan pemerintah
atas dasar rekomendasi BSNP.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dasar hukum kurikulum merdeka, salah satunya pembelajaran, asesmen, dan beban
kerja guru. Adapun dasar hukum kurikulum merdeka mengacu pada hasil kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah terkait kurikulum merdeka. Salah satu tujuannya untuk
implementasi kurikulum merdeka yakni untuk pemulihan pembelajaran dilakukan
berdasarkan kebijakan. Ada 10 dasar kebijakan hukum kurikulum merdeka seperti
yang sudah kami jabarkan diatas yaitu menurut Permendikbudristek No. 5 tahun 2022,
Permendikbudristek No. 7 Tahun 2022, Permendikbudristek No. 56 Tahun 2022,
Keputusan Kepala BSKAP No. 008/H/KR/2022 Tahun 2022, Surat Edaran No.
0574/H.H3/SK.02.01/2023, Perubahan struktur kurikulum menurut jenjang dan jenis
Pendidikan, Undang – undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Peraturan Pemerintah No.57 Tahun 2021 tentang Standar Pendidikan Nasional
Sebagaimana telah diubah PP No.4 tahun 2022,Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005-2025.

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan


di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.Standar Nasional
Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu.Kebijakan mengenai Standar Nasional Pendidikan tertuang dalam
peraturan Pemerintah No. 19 athun 2005 Peraturan ini merupakan penjabaran
dari UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dan seiring dengan
pemberlakuan kurikulum 2013, kebijakan tersebut berubah menjadi Peraturan

19
20

Pemerintah No. 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah


No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Standar Nasional Pendidikan memuat 8 kriteria minimal yang meliputi:


standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, standar penilaian pendidikan.

B. Saran

Dari makalah yang kami buat, Kami berharap makalah ini banyak kurang dan

salahnya, maka dari itu kami mengharapkan kritik atau saran dari teman teman yang

mendengarkan dan dosen pengampu mata kuliah ini untuk perbaikan makalah ini dan

seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sahnan, Tri Wibowo, (2023), Arah Baru Kebijakan Kurikulum Merdeka

Belajar Di Sekolah Dasar. SITTAH : Juornal Primary Education , Vol 4(1), 29-

43.

Alawiyah Faridah , (2017), Standar Nasional Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Aspirasi Vol 8 (1).

Raharjo, Sabar Budi. 2014. Kontribusi Delapan SNP terhadap Pencapaian Prestasi

Belajar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 20 Nomor 4 Tahun 2014.

Merdeka Mengajar, (2023), Kebijakan Pemerintah Terkait Kurikulum Merdeka.

Pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id.

Eko Bambang, (2023), Dasar Hukum Kurikulum Merdeka, Salah Satunya

Pembelajaran, Asesmen, Dan Beban Kerja Guru.

21

Anda mungkin juga menyukai