Makalah Ilmiah
oleh:
Tarmizi
Mahasiswa Program Pascasarjana
Prodi Manajemen Pendidikan Islam, Semester II
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
LHOKSEUMAWE
2017
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... i
BAB V: PENUTUP......................................................................................... 40
A. Kesimpulan .................................................................................... 40
B. Saran............................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 41
LAMPIRAN-LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Depdiknas, Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003), h. 56
2
Herry. Asep Hernawan, dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung:
Universitas Terbuka, 2008), hal. 3
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana perumusan tujuan pembelajaran PAI di SMP Negeri 4
Lhokseumawe?
2. Bagaimana penentuan materi ajar pada pembelajaran PAI di SMP Negeri 4
Lhokseumawe?
3. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran PAI di SMP Negeri 4
Lhokseumawe?
4. Bagaimana pelaksanaan evaluasi pembelajaran PAI di SMP Negeri 4
Lhokseumawe?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian, sebagai
berikut:
1. Untuk menjelaskan perumusan tujuan pembelajaran PAI di SMP Negeri 4
Lhokseumawe.
2. Untuk menjelaskan penentuan materi ajar pada pembelajaran PAI di SMP
Negeri 4 Lhokseumawe.
3. Untuk menjelaskan pelaksanaan kegiatan pembelajaran PAI di SMP Negeri 4
Lhokseumawe.
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian bermanfaat bagi peneliti, yaitu sebagai
penemuan masalah baru tentang implementasi program kurikulum Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 4 Lhokseumawe.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi guru, siswa dan lembaga
atau sekolah. Manfaat tersebut, antara lain:
a. Bagi guru, sebagai sumbangan pengetahuan baru bagi guru Pendidikan
Agama Islam dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya dalam
penerapan kurikulum.
b. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti di SMP Negeri 4 Lhokseumawe.
c. Bagi sekolah, dapat meningkatkan mutu pendidikan PAI dan Budi Pekerti,
khususnya di SMP Negeri 4 Lhokseumawe.
E. Definisi Operasional
Beberapa penjelasan istilah dalam variabel yang berkaitan dengan judul
sebagai berikut:
1. Implementasi program kurikulum
Implementasi program kurikulum adalah suatu aktivitas nyata dalam
merancang program kurikulum, yang terdiri dari perumusan tujuan
pembelajaran, penentuan bahan ajar (materi), pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, dan kegiatan evaluasi pembelajaran. Implementasi program
kurikulum yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pada pembelajaran
PAI dan Budi Pekerti.
2. Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti
8
BAB II
9
LANDASAN TEORETIS
A. Hakekat Implementasi
Implementasi merupakan suatu aktivitas nyata dari sebuah kegiatan. Hal
ini sebagaimana dijelaskan Nurdin Usman, bahwa “Implementasi adalah bermuara
pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi
bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai
tujuan kegiatan”.5 Menurut Setiawan, bahwa “Implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan
untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif”.6
Sementara menurut pendapat Hanifah, bahwa “Implementasi adalah suatu
proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke
dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu
program”.7
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi
adalah pengembangan suatu kegiatan, aktivitas atau tindakan yang sifatnya
menerapkan terhadap sesuatu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
berdasarkan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta
memerlukan jaringan pelaksana, dan birokrasi yang efektif.
Implementasi yang dikemukakan tersebut, dapat dikatakan bahwa bukan
sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara
sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan
kegiatan. Oleh karena itu implementasi tidak berdiri sendiri tetapi
dipengaruhi oleh objek berikutnya.
Implementasi yang dimaksudkan dalam makalah ini adalah menyangkut
dengan pendidikan, khususnya kurikulum pada suatu sekolah/madrasah, yang
merupakan suatu aktivitas atau tindakan yang dilakukan secara terencana yang
5
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 70.
6
Guntur Setiawan, Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), h. 39.
7
Hanifah Harsono, Implementasi Kebijakan dan Politik, (Bandung: Alfabeta, 2002), h. 67.
10
melibatkan perumusan tujuan, bahan ajar, kegiatan mengajar, dan evaluasi untuk
mencapai tujuan pendidikan.
B. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum (curriculum), yang pada awalnya digunakan dalam dunia
olahgara, berasal dari kata curir, berarti pelari, dan curere, bererti tempat berpacu.
Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang
pelari mulai dari star sampai finish untuk meperoleh medali atau penghargaan.
Kemudian pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi
sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari
awal hingga akhir program pelajaran untuk memperoleh ijazah.8
Dari rumusan pengertian kurikulum tersebut terkandung dua hal pokok,
yaitu, pertama, adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa, dan
kedua, adanya tujuan utamanya yaitu memperoleh ijazah. Dengan demikian,
implikasi terhadap praktik pengajaran, yaitu setiap siswa harus menguasai seluruh
mata pelajaran yang diberikan dan menempatkan guru dalam posisi yang sangat
penting dan menentukan. Keberhasilan siswa ditentukan oleh seberapa jauh mata
pelajaran tersebut dikuasainya dan biasanya disimbolkan dengan skor yang
diperoleh setelah mengikuti suatu tes atau ujian.
Menurut Mulyasa, “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar dan hasil belajar,
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan”.9
Selanjutnya menurut Suryobroto, “kurikulum adalah segala pengalaman
pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didiknya, baik
dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah”.10
8
Asep Herry Hernawan, Pengembangan..., h. 3.
9
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), h. 46.
10
Suryobroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 32.
11
15
Ibid., h. 26
14
budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi,
melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya
serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum
harus turut berpartisipasi dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang
tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan
modifikai atau penyempurnaan-penyempurnaan.
Ketiga peranan kurikulum tersebut tentu saja harus berjalan secara
seimbang dan harmonis agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan
terjadi ketimpangan-ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum
pendidikan menjadi tidak optimal. Menyelaraskan ketiga peranan kurikulum
tersebut menjadi tanggungjawab semua pihak yang terkait dalam proses
pendidikan, di antaranya pihak guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua siswa,
siswa, dan masyarakat. Dengan demikian, pihak-pihak yang terkait tersebut
idealnya dapat memahami betul apa yang menjadi tujuan dan isi dari kurikulum
yang diterapkan sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
2. Fungsi Kurikulum
Secara umum kurikulum mempunyai fungsi yang sangat penting bagi
pembentukan ketrampilan, dan karakter manusia. Sasaran fungsi kurikulum
pendidikan adalah guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, siswa, dan
masyarakat. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Asep Herry Hernawan,
bahwa bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan
proses belajar mengajar. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum berfungsi
sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua,
kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di
rumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk
memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah.
Sedangkan bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar.16
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi kurikulum
disesuaikan dengan status sosial pelaksanakan pendidikan, seperti halnya bagi
guru sebagai pedoman dalam proses pembelajaran, bagi kepala sekolah an
16
Asep Herry Hernawan, Pengembangan..., h. 8.
15
pengawas sebagai pedoman supervisi, bagi orang tua sebagai pedoman dalam
membimbing anak, bagi masyarakat sebagai pedoman dalam pemberian bantuan,
sedangkan bagi siswa sebagai pedoman belajar.
Sementara menurut Hamalik, membagikan “fungsi kurikulum menjadi
enam, yaitu fungsi penyesuaian, fungsi integrasi, fungsi deferensiasi, fungsi
persiapan, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik. 17 Keenam
fungsi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Fungsi penyesuaian
Menurut Hamalik, fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa
kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar
memiliki sifat well adjusted, yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.18
Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa fungsi penyesuaian adalah
kurikulum sebagai penunjuk arah bagi siswa agar mampu menyesuaikan dirinyan
dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, agar
memperoleh hasil belajar mengajar yang maksimal. Hal tersebut megingat
lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh
karena itu, siswa harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi di lingkungannya.
b) Fungsi integrasi
Hamalik, memberikan makna fungsi integrasi, bahwa kurikulum sebagai
alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh.19 Hal
tersebut mengingat bahwa siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian
integrasi dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang
dibutuhkan untuk dapat hidup dan berinteraksi dengan masyarakatnya.
Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa fungsi kurikulum secara
integrasi adalah melalui proses belajar mengajar, siswa harus mampu berinteraksi
dengan masyarakat, maksudnya siswa dapat mengembangkan ilmunya dalam
17
Oemar Hamalik, Administrasi..., h. 35.
18
Ibid., h. 36.
19
Ibid., h. 37.
16
20
Ibid., h. 37.
21
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Publisher, 1990), h. 45.
17
D. Komponen Kurikulum
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial dalam
keseluruhan kegiatan pendidikan. Kurikulum untuk suatu lembaga pendidikan
tertentu pada umumnya sudah ada, artinya telah disusun sebelumnya oleh para
perencana kurikulum. Biasanya guru hanya melaksanakan, membina, dan dalam
batas-batas tertentu mengembangkannya.
Pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan suatu proses yang
berkelanjutan dan merupakan suatu siklus dari beberapa komponen, yaitu tujuan,
bahan, kegiatan, dan evaluasi.23 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
komponen kurikulum terdiri dari tujuan, bahan atau materi, kegiatan dan evaluasi.
Secara siklus dapat digambarkan sebagai berikut:
Tujuan
22
Ibid., h. 46.
23
Ibid., h. 47.
18
Evaluasi Bahan
Kegiatan
Merumuskan
Tujuan
Menentukan Proses
Belajar Mengajar
24
Ibid., h. 48.
25
Ibid., h. 48.
26
Ibid., h. 49.
27
Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Jakarta: P2LPTK, 1988), h. 26.
19
28
Ibid., h. 27.
29
S. Nasution, Pengembangan..., h. 50.
20
33
Ibid., h. 43.
34
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Alumni, 1987), h. 56.
22
35
Sudjana, Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1990), h. 43.
36
Ibid., h. 45
23
41
Mahfudh Shalahuddin, dkk., Metodologi Pendiddikan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu,
1987), h. 23.
42
Ramayulis, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), h. 133
26
prilaku peserta didik agar memiliki sikap dan prilaku yang luhur (berakhlakul
karimah) dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam berinteraksi dengan Tuhan,
dengan sesama manusia maupun dengan alam/lingkungan.43
Tujuan pendidikan Budi Pekerti adalah untuk mengembangkan nilai, sikap
dan prilaku siswa yang memancarkan akhlak mulia/budi pekerti luhur (Haidar,
2004). Hal ini mengandung arti bahwa dalam pendidikan Budi Pekerti, nilai-nilai
yang ingin dibentuk adalah nilai-nilai akhlak yang mulia, yaitu tertanamnya nilai-
nilai akhlak yang mulia ke dalam diri peserta didik yang kemudian terwujud
dalam tingkah lakunya.
Secara teknis, penerapan pendidikan budi pekerti di sekolah setidaknya
dapat ditempuh melalui empat alternatif strategi secara terpadu, antara lain: 1)
Strategi pertama ialah dengan mengintegrasikan konten kurikulum pendidikan
budi pekerti yang telah dirumuskan ke dalam seluruh mata pelajaran yang relevan,
terutama mata pelajaran agama, kwarganegaraan, dan bahasa (baik bahasa
Indonesia maupun bahasa daerah); 2) Strategi kedua ialah dengan
mengintegrasikan pendidikan budi pekerti ke dalam kegiatan sehari-hari di
sekolah; 3) Strategi ketiga ialah dengan mengintegrasikan pendidikan budi pekerti
ke dalam kegiatan yang diprogramkan atau direncanakan; 4) Strategi keempat
ialah dengan membangun komunikasi dan kerjasama antara sekolah dengan orang
tua peserta didik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
43
Haidar, Budi Pekerti, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 23.
27
45
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 247.
28
lainnya yang mendukung hasil penelitian ini, antara lain daftar nilai siswa, catatan
harian, dan sebagainya.
46
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 71.
47
Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 113.
29
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara intens dan rinci, seperti yang dikemukakan, semakin
lam peneliti di lapangan, maka data semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk
itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data, mereduksi data merupakan
membuat rangkuman, memilih hal-hal yang penting dicari pola dan temanya.
Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data lanjutan,
dan mencari bila diperlukan. Reduksi data bisa dilakukan dengan teknologi seperti
notebook, laptop, komputer, dengan memberi tanda khusus pada aspek-aspek
yang tertentu.51 Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh setiap
tujuan yang akan dicapai.
2. Penyajian Data
Langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian
kuantitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik dan
sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data akan tersusun sehingga
akan mudah dipahami. Dengan displaykan data, akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kegiatan selanjutnya berdasarkan apa
yang telah difahami tersebut.
3. Penarikan kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan.
Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapanagan mengumpulkan data.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dan
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah berada
di lapangan.
51
Ibid., h. 247.
31
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah SMP Negeri 4 Lhokseumawe
SMP Negeri 4 Lhokseumawe merupakan salah satu sekolah menengah
yang ada di Kota Lhokseumawe, beralamat Jl. Tgk. Umar Affan Hagu Barat Laut
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. SMP Negeri 4 Lhokseumawe
dibangun pada Tahun 1984 atas partisipasi masyarakat setempat mengingat anak-
anak lulusan Sekolah Dasar saat itu untuk melanjutkan ke SMP cukup banyak dan
tidak terjangkau untuk sekolah ke SMP perkotaan, sehingga dibangunlah oleh
Pemerintah SMP Hagu Barat Laut.
Pada Tahun 1990 Sekolah tersebut dinegerikan dengan Nomor SK:
0389/0/1990, tanggal 11 Juni 1990, pada saat penegerian dipimpin oleh Bapak
Abdul Aziz. Dari pertama penegerian sampai sekarang, SMP Negeri 4
Lhokseumawe sudah dipimpin oleh 7 kepala Sekolah. Saat ini marupakan
pimpinan kepala sekolah yang ketujuh yang dipimpin oleh Kusnadi, S.Pd.52
52
Sumber Data: SMP Negeri 4 Lhokseumawe, Tahun 2017
33
53
Sumber Data; SMP Negeri 4 Lhokseumawe Tahun 2017
54
Sumber Data: SMP N 4 Lhokseumawe, Tahun 2017
55
Sumber Data: Tim Bangkur SMP Negeri 4 Lhokseumawe, Tahun 2017
34
5. Keadaan Siswa
Keadaan Siswa SMP Negeri 4 Lhokseumawe berjumlah 136 orang yang
terdiri dari 49 orang laki-laki dan 86 orang perempuan, yang terbagi dalam tiga
tingkat/kelas, masing-masing kelas VII berjumlah 30 orang, kelas VIII berjumlah
44 orang, dan kelas IX berjumlah 62 orang. Untuk mengetahui keadaan siswa
menurut tingkat/kelas dapat dilihat pada tabel belarikut:
Tabel 4.2 Keadaan Siswa SMP N 4 Lhokseumawe menurut Kelas dan Rombel
Jumlah
No Kelas Total Ket
Lk PR
1 VII-1 12 18 30
2 VII-2 8 15 22
3 VIII 15 17 32
4 IX-1 8 13 21
5 IX-2 8 12 20
Jumlah 51 75 125
Sumber Data: SMP N 4 Lhokseumawe, Tahun 2017
belajar, karena dengan jumlah siswa yang sedikit, maka daya serap siswa terhadap
materi lebih kuat.
B. Temuan Khusus
1. Perumusan Tujuan kurikulum PAI dan Budi Pekerti di SMP Negeri 4
Lhokseumawe
Berkaitan hal tersebut, menurut hasil wawancara dengan kepala sekolah,
sebagai berikut:
“secara umum perumusan tujuan kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti merujuk pada tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional dan tujuan
instruksional”.56
Hal senada juga dikuatkan oleh kepala urusan kurikulum dalam
wawancaranya, sebagai berikut:
“Perumusan tujuan kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah
merujuk pada tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional dan tujuan
instruksional”.57 Menurut hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti, sebagai berikut:
“Tujuan pembelajaran disusun berdasarkan tujuan pendidikan nasional, tujuan
institusional dan tujuan instruksional. Hal ini dimaksudkan agar hasil
pembelajaran dapat sesuai dengan harapan atau tujuan pendidikan nasional”.58
56
Hasil Wawancara dengan Kusnadi, Kepala SMPN 4 Lhokseumawe, tanggal 10 Mei
2017.
57
Hasil Wawancara dengan Yusra Fitri, Kaur. Kurikulum SMPN 4 Lhokseumawe, tanggal
10 Mei
Wawancara dengan Hafifah, Guru PAI dan Budi Pekerti SMPN 4 Lhokseumawe,
58
tanggal 10 Mei
36
59
Hasil Wawancara dengan Kusnadi, Kepala SMPN 4 Lhokseumawe, tanggal 10 Mei
2017.
37
60
Wawancara dengan Hafifah, Guru PAI dan Budi Pekerti SMPN 4 Lhokseumawe,
tanggal 10 Mei 2017.
61
Wawancara dengan Mansur, Guru PAI dan Budi Pekerti SMPN 4 Lhokseumawe,
tanggal 10 Mei
38
62
Hasil Wawancara dengan Kusnadi, Kepala SMPN 4 Lhokseumawe, tanggal 10 Mei
2017.
63
Wawancara dengan Mansur, Guru PAI dan Budi Pekerti SMPN 4 Lhokseumawe,
tanggal 10 Mei
64
Wawancara dengan Lutfia Zahara, Siswa SMPN 4 Lhokseumawe, tanggal 10 Mei
39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian tentang Implementasi Program
Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMPN 4 Lhokseumawe,
maka dapat simpulkan, sebagai berikut:
1. Perumusan tujuan yang dingin dicapai dalam proses pembelajaran dirumuskan
dan dirancang secara yang bersifat operasional, terukur dan teramati sampai
keberhasilannya.
2. Penetapan materi sebagai bahan ajar kurang mendapat pengembangan, guru
hanya mengandalkan buku materi ajar yang diperuntukkan kepada siswa saja,
yaitu buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” untuk siswa kelas
VII, tidak melihat dari buku-buku, atau sumber-sumber lainnya. Sehingga
ruang lingkup pembahasannya sangat terbatas.
3. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sudah terlaksana dengan baik, yaitu guru
mampu menggunakan salah satu strategi aktif dalam kegiatan pembelajaran,
sehingga siswa dapat belajar dengan penuh semangat dan antusias untuk
mengikuti pembelajaran di kelas. Secara umum penggunaan strategi aktif,
sudah terlaksana, walaupun masih ada kekurangannya.
4. Pelaksanaan evaluasi belum terlaksana dengan baik, yaitu guru hanya
menggunakan teknik test tulisan dan lisan saja, sedangkan dalam aspek yang
lain, yaitu non tesk atau unjuk kerja belum dilaksanakan.
B. Saran
1. Guru PAI dan Budi Pekerti hendaknya dapat melaksanakan program
kurikulum secara sempurna, yang meliputi aspek perumusan tujuan, matari
ajar, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan aspek evaluasi.
2. Kepada peneliti lainnya agar dapat meneliti kembali tentang implementasi
program kurikulum PAI dan Budi Pekerti dan materi yang lain, supaya
penelitian ini lebih sempurna.
43
DAFTAR PUSTAKA