Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“PROFIL KURIKULUM SEKOLAH DASAR”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :
Pengembangan Kurikulum SD

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Hj. Aslamiah, M.Pd., Ph.D
Yayuk Hartini, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelas 4D PGSD
Kelompok 4

Elsa Rahmayanti 1910125220009


Muhammad Aidi Noor Ihsan 1910125310020
Nahid 1910125320097
Siti Pahrina hani 1910125120019

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya jualah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Profil Kurikulum Sekoah Dasar”.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Aslamiah, M.Pd., Ph.D dan Ibu Yayuk Hartini, M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Kurikulum.
2. Rekan-rekan Mahasiswa Kelas 4D S1 PGSD Universitas Lambung
Mangkurat.

Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini ada memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat oleh siapapun yang
membacanya dan dapat menambah ilmu kita khususnya pada mata kuliah
Pengembangan Kurikulum.

Banjarmasin, 16 Maret 2021


Penyusun,

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumus Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Masalah.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Pengertian Kurikulum...............................................................................3

B. Proses Perkembangan Kurikulum Sekolah Dasar Sampai Tahun 1975.7

C. Proses Perkembangan Kurikulum SD Tahun 1984-2004........................20

BAB III PENUTUP...............................................................................................27

A. Kesimpulan..............................................................................................27

B. Saran........................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha untuk melakukan proses pembel
ajaran bagi peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang diterapkan di su
atu negara.Pendidikan tidak terlepas dari kurikulum pendidikan yang telah ditetap
kan oleh Pemerintah. Kurikulum merupakan suatumetode yang digunakan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di suatu negara.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yang
mana itu merupakan pedoman dalam pelaksanan pembelajaran pada semua jenis
dan jenjang pendidikan baik itu SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA.Tujuan dan
pola kehidupan suatu negara banyak ditentukan oleh sistem kurikulum yang
digunakan.Kurikulum memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan
pendidikan, khususunya di Indonesia.

Secara idel (teoritis) perubahan kurikulum dimungkinkan terjadi setelah


dilaksanakan selama sepuluh tahun, itupun harus didasari oleh hasil pengkajian
dan penilaian secara mendalam. Di samping itu, kurikulum harus dinamis dan adaptif
terhadap segala perubahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang terus berkembang.
Dinamis berarti terus berkembang menuju arah yang lebih baik dan menjawab tantangan
zaman, adaptif berarti mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan serta
diperlukan oleh masyarakat. Tampaknya pihak Depdiknas menilai bahwa kurikulum 1994
sudah ketinggalan zaman (out of date) yang sudah tidak mampu lagi menjawab tantangan
dunia yang semakin kompetitif, tidak mampu lagi menjawab kebutuhan masyarakat
(Kwartolo, 2002: 79).

Kurikulum disusun oleh pemerintah yang didalamnya terdapat rencana belajar atau tahapan
belajar yang didisain untuk siswa yang mana dengan adanya kurikulum tersebut diharapkan
dapat mewujudkan generasi yang kreatif, inovatif dan menjadi pribadi yang berakhlak serta
bertanggung jawab.Penyempurnaan kurikulum itu disesuaikan dengan perkembangan zaman
yang semakin maju.

1
Di Indonesia sendiri kurikulum sudah ada sejak Indonesia merdeka yang kemudian
mengalami perubahan beberapa kali mulai dari kurikulum 1947, kurikulum 1952, kurikulum
1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004
(KBK), kurikulum 2006(KTSP), sampai dengan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 itu
merupakan penyempurnaan dari kurikulim KTSP.

B. Rumus Masalah
1. Apa pengertian profil kurikulum Sekolah Dasar ?
2. Bagaimana proses perkembangan kurikulum SD sampai tahun 1975 ?
3. Bagaimana proses perkembangan kurikulum SD tahun 1984 sampai
tahun 2004 ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui profil Sekolah Dasar
2. Untuk mengetahui proses perkembangan kurikulum SD sampai tahun
1975
3. Untuk mengetahui proses perkembangan kurikulum SD tahun 1984
sampai 2004

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Apabila berbicara mengenai kurikulum, terdapat berbagai definisi
mengenainya dan perkaitan dengan pendidikan. Menurut Hasan Langgulung
(2003), definisi kurikulum dapat dilihat menerusi empat aspek utama yaitu:
1. Maklumat yang ingin dicapai menerusi pendidikan.
2. Segala ilmu pengetahuan, maklumat, data, program dan pengalaman
yang membentuk kurikulum.
3. Metodologi dan kaidah mengajar yang dilaksanakan oleh guru untuk
mengajar dan menarik minat pelajar untuk belajar.
4. Metodologi dan kaidah penilaian yang dilaksanakan dalam mengukur
dan menilai kurikulum dan hasil kepada proses pendidikan yang
dirancang.
Selain itu, kurikulum didefinisikan sebagai satu budaya dan ilmu
pengetahuan untuk membantu guru dalam proses pengajaran dan
pembelajaran kepada kumpulan murid yang tertentu (Mohd Daud,1995).
Justru dalam konteks ini, berpandukan kepada definisi kurikulum yang
dinyatakan, kurikulum adalah maklumat pendidikan yang meliputi segenap
aspek ilmu pengetahuan, peranan guru dalam menyampaikan ilmu
pengetahuan dan membudayakan ilmu pengetahuan, dan juga bagaimana
kaidah dan metodologi dalam mengukur dan menilai sesuatu kurikulum yang
diubah.
Dalam konteks perkembangan pendidikan di Malaysia, kurikulum
merupakan proses merencana, menyepadukan, mentafsir maksud, maklumat
dan objektif kurikulum. Ia juga berkaitan dengan menterjemah isi kandungan
pelajaran dan melaksanakannya dalam bentuk pelajaran sesuatu disiplin ilmu.
Menurut Abdul Fatah (2003), kurikulum kebangsaan ialah suatu program
pendidikan meliputi semua aspek kurikulum dan kokurikulum yang
merangkumi semua pengetahuan dan kemahiran, norma, nilai, unsur
kebudayaan dan kepercayaan yang dapat membantu perkembangan individu

3
menjadi insan seimbang dari segi jasmani, emosi, rohani dan intelek dan
mempertingkatkan nilai moral dan akhlak. Langsung daripada itu, para
pendidik dilihat lebih sebagai agen pelaksana kurikulum dan seterusnya
mampu merealisasikan kandungan Falsafah Pendidikan Negara.
Di Indonesia sendiri istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi
populer sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang
memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal
orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah “rencana
pelajaran” pada hakikatnya kurikulum sama sama artinya dengan rencana
pelajaran.

Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut ini:

Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu


program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan
program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi
perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan
lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya,
suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat
tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja,
melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan
siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan,
gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya
menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan
kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan dalam suatu
kurikulum.
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah
mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk
memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang
sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang
telah disusun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisis materi

4
pelajaran yang disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah
ilmu pengetahuan yang berguna baginya.
Kurikulum sebagai pengelaman belajar. Perumusan/pengertian
kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian
sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian
pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari pengalaman ini menyatakan
sebagai berikut: “Curriculum is interpreted to mean all of the organized
courses, activities, and experiences which pupils have under direction of the
school, whether in the classroom or not” (Romine, 1945,h. 14). Pengertian itu
menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang
kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada
pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang
memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya
adalah kurikulum.
Mengenai kurikulum, berikut adalah definisi maupun pengertian
kurikulum menurut pendapat-pendapat para ahli yang telah diungkapkan,
diantaranya yaitu:
1. UU No. 20 Tahun 2003. Kurikulum merupakan seperangkat rencana
& sebuah pengaturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara
yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional.
2. Dr. H. Nana Sudjana Tahun (2005). Kurikulum merupakan niat &
harapan yang dituangkan kedalam bentuk rencana maupun program
pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah.
Kurikulum sebagai niat & rencana, sedangkan pelaksaannya adalah
proses belajar mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu
pendidik dan peserta didik.
3. Crow and Crow. Kurikulum ialah suatu rancangan dalam pengajaran
yang tersusun secara sistematis untuk menyelesaikan program dalam
memperoleh ijazah.

5
4. Drs. Cece Wijaya, dkk. Mengartikan kurikulum dalam arti yang luas
yakni meliputi keseluruhan program dan kehidupan didalam sekolah.
5. Prof.Dr. Henry Guntur Tarigan. Kurikulum ialah suatu formulasi
pedagogis yang termasuk paling utama dan terpenting dalam konteks
proses belajar mengajar.
6. Harsono (2005). Mengungkapkan bahwa kurikulum ialah suatu
gagasan pendidikan yang diekpresikan melalui praktik. Pengertian
kurikulum saat ini semakin berkembang, sehingga yang dimaksud
dengan kurikulum itu tidak hanya sebagai gagasan pendidikan, namun
seluruh program pembelajaran yang terencana dari institusi pendidikan
nasional.
7. Hamid Hasan (1988). Berpendapat bahwa konsep kurikulum bisa
ditinjau dari 4 sudut yakni : (1) kurikulum sebagai suatu ide; yang
dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian ; (2) sebagai suatu
rencana tertulis, yaitu sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai
suatu ide, didalamnya berisi tentang tujuan, bahan ajar, aktifitas
belajar, alat-alat atau media, dan waktu pembelajaran ; (3) sebagai
suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu
rencana tertulis yakni dalam bentuk praktek pembelajaran ; (4) sebagai
suatu hasil, yaitu konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan,
melalui ketercapaiannya tujuan kurikulum terhadap peserta didik.

6
B. Proses Perkembangan Kurikulum Sekolah Dasar Sampai Tahun
1975

1. Kurikulum Tahun 1968


Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama
Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada
program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum 1968 adalah pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari
Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa
pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum
1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Jumlah pelajarannya.

7
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. Hanya
memuat mata pelajaran pokok-pokok saja, katanya. Muatan materi
pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual
di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan
kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

a. Karakteristik dari kurikulum 1968

1. Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964,


yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari
Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
2. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok.

b. Kelebihan dari Kurikulum 1968

1. Kurikulum 1968 dibuat untuk menjadi pedoman penyelenggaraan


pendidikan secara nasional, namun penerapannya di daerah (di sekolah)
diberi kebebasan menurut situasi dan kondisi daerah atau sekolah yang
bersangkutan.
2. Kurikulum 1968 telah dikembangkan dalam nuansa otonomi
dimana semua komponen kurikulum dilaksanakan oleh sekolah.

3. Sistem pembelajaran di ruangan kelas diserahkan kepada masing-


masing guru, yang penting tujuan pendidikan dapat tercapai.

4. Kurikulum ini berupaya mendorong pengembangan kreativitas dan


persaingan kompetitif diantara daerah, sekolah, dan guru untuk
mengembangkan kurikulum.

5. Kurikulum ini memberikan peluang bagi tamatan sekolah untuk


melanjutkan pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi.
8
c. Kekurangan dari Kurikulum 1968

1. Walaupun sudah ada pembelajaran keterampilan namun pada


prakteknya kurikulum ini masih kurang memperhatikan pembelajaran
praktek.
2. Kurikulum ini tidak mengadopsi kebutuhan masyarakat, sehingga
pembelajaran di sekolah tidak dapat memenuhi kebutuhan riil dalam
kehidupan anak.

3. Kurikulum ini yang masih di pengaruhi unsur politis sehingga


tidak mengakar pada kebutuhan hidup anak secara individual

1. Kurikulum Pendidikan Tahun 1975

a. Latar belakang Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien


dan efektif. Hal yang melatar belakangi adalah pengaruh konsep dibidang
manejemen, yaitu MBO (management b objective) yang terkenal saat itu, kata
Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode,
materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah satuan pelajaran, itu rencana
pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk
umum, tujuan instruksionalkhusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran,
kegiatan belajar-mengajar dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru
dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.
Kurikulum 1975 disetujui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
untuk secara nasional dilaksanakan bertahap mulai tahun pengajaran 1976 dengan
catatan, bahwa bagi sekolah-sekolah yang menurut penilaian kepala perwakilan
telah mampu, diperkenankanmelaksanakannya mulai tahun 1975.

9
b. Ciri-ciri Khusus Kurikulum 1975

1) Menganut pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Setiap guru


harus mengetahui dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh setiap
murid di dalam menyusun rencana kegiatan belajar-mengajar dan
membimbing murid untuk melaksanakan rencana tersebut.

2) Menganut pendekatan yang integratif, dalam arti setiap pelajaran


dan bidang pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang
tercapainya tujuan yang lebih akhir.

3) Pendidikan Moral Pancasila dalam kurikulum 1975 bukan hanya


dibebankan kepada bidang pelajaran Pendidikan Moral Pancasila di
dalam pencapaiannya, melainkan juga kepada bidang pelajaran ilmu
pengetahuan sosial dan pendidikan agama.

4) Kurikulum 1975 menekankan pada efisiensi dan efektivitas


pengguna dana, daya dan waktu yang tersedia.

5) Mengharuskan guru untuk menggunakan teknik penyusunan


program pengajaran yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksion (PPSI).

6) Organisasi pelajaran meliputi bidang-bidang studi: agama, bahasa,


matematik, ilmu pengetahuan sosial, kesenian, olahraga dan
kesehatan, keterampilan , disamping Pendidikan Moral Pancasila
dan integrasi pelajaran-pelajaran yang sekelompok.

7) Pendekatan dalam strategi pembelajaran memandang situasi belajar-


mengajar sebagai suatu sistem yang meliputi komponen-komponen
tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran,alat pembelajaran, alat
evaluasi, dan metode pembelajaran.

10
8) Sistem Evaluasi, diakukan penialain murid-murid pada setiap akhir
satuan pembelajaran terkecil dan memperhitungkan nilai-nilai yang
dicapai murid-murid pada setiap akhir satuan pembelajaran.

c. Prinsip-prinsip yang melandasi kurikulum 1975

Dalam menyusun dan membakukan kurikulum tersebut digunakan


beberapa prinsip yang memungkinkan sistem pendidikan pada setiap
program (SD, SMP, dan SMA) benar-benar lebih efisien dan efektif.
Prinsip-prinsip tersebut diantaranya, yaitu:.

1) Fleksibilitas program. Penyelenggaraan pendidikan keterampilan


pada setiap program harus mengingat faktor-faktor ekosistem dan
kemampuan pemerintah, masyarakat, serta orangtua untuk
menyediakan dana bagi kelangsungan bidang studi tersebut.

2) Efisiensi dan efektivitas. Efisiensi di sini adalah efisiensi waktu,


pendayagunaan dana dan tenaga secara optimal.

3) Berorientasi pada tujuan kurikulum 1975 mempunyai empat


macam tujuan umum yaitu tujuan pendidikan nasional, tujuan
institusional yaitu tujuan untuk setiap lembaga tingkatan
pendidikan, seperti tujuan SD, SMP dan SMA tujuan kurikuler
yaitu tujuan untuk setiap bidang studi, tujuan instruksional yaitu
tujuan setiap pokok bahasan.

4) Kontinuitas Sekolah dasar dan sekolah menengah (pertama dan


atas) adalah sekolah-sekolah umum yang masing-masing fungsinya
dinyatakan dalam tujuan institusional. Namun, kurikulum satu
jenjang pendidikan dengan yang di atasnya berhubungan secara
hirearkis. Oleh karena itu, dalam menyusun kurikulum ketiga
jenjang sekolah tersebut hendaknya selalu dihubungkan secara
hirearkis dan fungsional.

11
5) Pendidikan Seumur hidup yaitu Pendidikan yang diterima anak
memberikandasar atau bekal untuk belajar seumur hidup, sehingga
memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan,
keterampilan serta mengembangkan potensi-potensi sesuai dengan
kebutuha n kehidupannya.

d. Kelebihan kurikulum 1975

1) Berorientasi pada tujuan.


2) Mengarah pembentukan tingkah laku siswa.
3) Relevans dengan kebutuhan masyarakat.
4) Menggunakan pendekatan psikolog.
5) Menekankan efektivitas dan efisiensi.
6) Menekankan fleksibilitas yaitu mempertimbangkan faktor-
faktor ekosistem dan kemampuan penyediaan fasilitas
yang menunjang terlaksananya program.
7) Prinsip berkesinambungan.

e. Kelemahan kurikulum 1975

1) Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum sebagai


bidang studi dengan kemampuan anak didik.

2) Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan


pelaksanaannya di sekolah.

3) Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan


hampir di setiap jenjang.

4) Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai


dari setiap kegiatan pembelajaran.

5) Pada kurikulum ini menekankan pada pencapaian tujuan


pendidikan secara sentralistik, sehingga kurang memberi
peluang untuk berkembangnya potensi daerah.

12
6) Kurikulum ini berorientasi pada guru hal ini membentuk
persepsi bahwa guru yang mendominasi proses
pembelajaran, metode-metode ceramah dan metode dikte
menonjol digunakan oleh para guru

7) Kreativitas murid kurang berkembang karena didukung


oleh konsep kurikulum yang menempatkan guru sebagai
subek dalam pembelajaran di kelas.

C. Proses Perkembangan Kurikulum SD Tahun 1984-2004.


Dalam sejarah kurikulum Nasional di Indonesia, kurikulum telah
mengalami beberapa perubahan baik dalam orientasi, pendekatan bahkan
filosofinya. Terjadinya perubahan kurikulum tersebut bukanlah suatu hal yang
mengherankan karena sebagaimana salah satu prinsipnya yaitu prinsip relevansi,
maka sebuah kurikulum harus mampu secara dinamis untuk dapat menyesuaikan
dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat dimana kurikulum
tersebut dilaksanakan. (Sukmadinata, 2007). Dengan memegang teguh pada prinsi
ini, maka output yang dihasilkan dari sebuah proses aktualisasi kurikulum dapat
secara cepat dan tepat berinteraksi dan beradaptasi dengan zamannya.

Berdasarkan catatan sejarah pendidikan di Indonesia, Semenjak


dibukukannya kurikulum tahun 1968 dan sebelumnya telah ada kurikulum 1947
dan 1952 dan 1964, kurikulum telah mengalami enam kali perubahan yaitu tahun
1975, kemudian disusul perubahan per sepuluh tahunan yaitu 1984, 1994 dan
2004, serta yang terakhir adalah tahun 2006. (Soekisno, 2010). Adapun secara
garis beras perkembangan kurikulum setelah dibukukan dapat dilihat sebagaimana
berikut:

1. Kurikulum Tahun 1984


Kurikulum 1984 merupakan kurikulum penyempurna kurikulum
sebelumnya. Dalam kurikulum ini, teori belajarnya tidak lagi menggunkan
behavioris tetapi lebih merangkul teori-teori humanism yang berpusat pada
peserta didik dan berorientasi kepada proses. Hal ini dapat dilihat dari pendekatan

13
yang dipakai dalam kurikulum ini, yaitu pendekatan keterampilan proses (Cara
Belajar Siswa Aktif/ CBSA). CBSA adalah pendekatan yang digunakan dalam
proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk
terlibat secara aktif. Keterlibatan disini lebih ditekankan pada keterlibatan aktif
mental siswa, walaupun juga tidak mengesampingkan keterlibatan fisik dan
intelektual. Sebagaimana dikatakan Sulo (2010) yang mengutip Raka Joni bahwa
keaktifan siswa disini bukanlah menafikan keaktifan fihak guru, tetapi kedua-
duanya sama-sama aktif. Sehingga dengan demikian, Pendekatan CBSA
menekankan keaktifan semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran
tersebut. Selain berpusat pada peserta didik dalam CBSA, kurikulum ini juga
berorientasi kepada tujuan instruksional. Artinya bahwa apa yang disampaikan
dan dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas harus mengacu pada tujuan
yang ditetapkan karena asumsi dasarnya adalah bahwa pemberian pengalaman
belajar di dalam kelas sangatlah terbatas sehingga proses pembelajaran harus
benar-benar fungsional dan efektif untuk mencapai tujuan ynag ditetapkan. Oleh
karena itu, sebelum menentukan materi maupun proses pembelajaran, maka guru
harus merumuskan terlebih dahulu tujuan yang diharapkan dari serangkaian
proses yang akan dilakukan. ( Hendra, 2010).
Dalam kurikulum ini, materi disampaikan dengan model sekuens semakin
meluas seperti sebuah spiral. Sebagaimana dikatakan Sukmadinata (2007:106)
model ini dikembangkan oleh Bruner (1960) yang memusatkan bahan ajar pada
topik atau pokok bahasan tertentu. Dari pokok bahasan tersebut bahan diperluas
dan diperdalam. Pokok bahasan biasanya dipilih sesuatu yang popular dan
sederhana, kemudian diperdalam dan diperluas dengan materi yang lebih
komplek. Materi atau bahan pelajaran disampaikan dalam bentuk mata pelajaran.
Adapun salah satu contoh Struktur Kurikulum 1984 untuk Madrasah Ibtidaiyah
(Tingkat Dasar) adalah Qur’an-Hadits, Aqidah-Akhlak, Fiqih, Sejarah Islam,
Bahasa Arab, PMP, PSPB, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan sosial,
Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Olah Raga dan Kesehatan, Pendidikan
Jasmani, Keterampilan Khusus, dan Bahasa Daerah dengan jumlah jam pelajaran
29 jam (untuk kelas 1, 2 dan 3) dan 40 jam (untuk kelas 4, 5 dan 6).
14
2. Kurikulum Tahun 1994
Sebenarnya kurikulum 1994 merupakan kurikulum penyempurnaan dari
kurikulum 1984. Dalam proses pembelajarannya kurikulum 94 masih
menggunakan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) tetapi telah mengenal
istilah istilah life skill atau pendidikan kecakapan hidup. Pendidikan kecakapan
hidup sebagaimana dikatakan Sukamara (2005:22) yang mengutip Depdiknas,
adalah suatu kecakapan yang harus dimiliki seseorang untuk berani menghadapi
problem hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian
dengan kecakapan tersebut siswa secara proaktif dan kreatif dapat mencari serta
menemukan solusi dri setiap permasalahan sehingga mampu mengatasinya.
Berkaitan dengan lifeskill ini, Susiwi (2007) menjelaskan bahwa ada dua macam
kecakapan hidup yaitu:
1) Kecakapan Hidup Generik (General life skill, GLS) yang terdiri dari
Kecakapan Personal (Personal Skill), Kecakapan Berpikir (Thinking
Skill), Kecakapan Sosial (Social Skill),
2) Kecakapan Hidup Spesifik (Specific life skill, SLS) yang terdiri dari
Kecakapan Akademik (Academic Skill) dan Kecakapan Vokasional /
Kejuruan (Vocational Skill) Dalam kurikulum 1994, kurikulum
ditetapkan oleh pemerintah untuk setiap wilayah di Indonesia, artinya
kurikulum ini bersifat sentralistis.
Pada kurikulum tahun 1984 mencangkup materi pelajaran cukup
banyak yang terdiri dari:
1) Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan.
2) Pendidikan agama
3) Bahasa Indonesia
4) Matematika
5) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
6) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
7) Kerajinan Tangan dan Kesenian
8) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
15
9) Bahasa Inggris, dan
10) Muatan Lokal (sejumlah mata pelajaran).
Isi kurikulum secara umum terdiri atas 80% muatan inti dan 20% muatan
local (muatan nasional dan daerah). Dan kurikulum ini pernah mengalami
pemangkasan materi overlopping dengan suplemen 1999 sebagai penguatan dari
materi yang terpangkas. Setiap mata pelajaran tersebut disampaikan secara
terpisah. Dalam pengorganisasian materi, pengorganisasian lebih bersifat sekuens
logis dan psikologis. Sebagaimana dikatakan Sukmadinata (2007: 106), sekuens
logis bahan ajar dimulai dari yang sederhana ke yang komplek, dari yang nyata ke
yang abstrak, dari benda kepada teori, dari fungsi kepada struktur, sedangkan
menurut sekuens psikologis materi pembelajaran dari keseluruhan kepada bagian.
Sedangkan dalam proses pembelajaran sebagaimana pendekatan CBSA, maka
proses pembelajaran diupayakan bagaimana peserta didik dapat secara aktif
berproses dalam pembelajaran baik secara intelektual, mental, maupun fisik. Dan
dalam prosesnya seringkali diadakan pengulangan-pengulangan bagi materi-
materi yang dianggap sulit. Ide kurikulum ini sebenarnya ingin menggabungkan
antara siswa aktif dan berpusat pada tujuan pembelajaran.

3. Kurikulum Tahun 2004


Kurikulum pada tahun 2004 merupakan resolusi dari kurikulumkurikulum
sebelumnya yang dianggap hanya berbasis pada input dan proses sehingga
mengarah pada stagnasi pedagogik yang akan sulit untuk beradaptasi dengan
tuntutan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat global.
Kurikulum ini sering disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
karena seluruh proses pendidikan di sekolah ditetapkan standarnya berdasar
kompetensi yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu
konsep kurikulum yang menekankan pada kemampuan melakukan (kompetensi)
tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan peserta didik berupa seperangkat kompetensi tertentu. (Mulyasa, 2008:
39). Standar-standar kompetensi tersebut merupakan acuan utama setiap proses
16
yang terjadi di sekolah. Tujuan utama kurikulum ini adalah memandirikan atau
memberdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan
disampaikan kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan. (Mulyasa,
2008: 8). Sedangkan komponen pokok kurikulum ini sebagaimana dikatakan
Sukamara, (2005: 40-41), yaitu;
1) Kurikulum Dan Hasil Belajar (KHB) yang memuat pengembangan
kompetensi peserta didik,
2) Penilaian Berbasis Kelas (PBK) yang memuat prinsip, ssaran dan
pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang akurat dan konsisten,
3) Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang memuat gagasan pokok
tentang pembelajaran untuk pencapaian kompetensi dan gabungan
ilmu paedagogis dan andragogis,
4) Kurikulum berbasis sekolah yang memuat berbagai pola
pemberdayaan tenaga kependidikan dan pengembangan sistem
informasi kurikulum.
Karakteristik dari kurikulum ini sebagaimana dikatakan Mulyasa (2008:
43) adalah:
1) sistem belajar dengan modul atau panduan yang secara rinci dapat
dipelajari siswa secara mandiri,
2) menggunakan keseluruhan sumber belajar baik yang direncanakan
(learning resources by design) maupun yang dimanfaatkan
(learning resources by utilization),
3) pengalaman lapangan yang melibatkan lingkungan sekolah dan
masyarakat,
4) strategi individual personal dengan memandang bahwa setiap
individu adalah unik dan berbeda-beda sehingga perlu penanganan
yang berbeda pula,
5) kemudahan belajar yang dilakukan dengan kombinasi antara
pembelajaran personal individual, pengalaman lapangan dan
pembelajaran team, dan

17
6) belajar tuntas (mastery learning) sehingga tidak ada siswa yang
tidak menguasai kompetensi yang ditetapkan.
Sedangkan sebagaimana Sukamara (2005: 42) dari apa yang disampaiakn
Depdiknas, bahwa karakteristik KBK ini adalah:
1) menekankan pencapaian kompetensi individual dan klasikal,
2) berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman,
3) menggunakan vareasi metode pembelajaran,
4) sumber belajar yang digunakan adalah setiap setiap sumber yang
memenuhi unsur edukatif,
5) menggunakan penilaian proses dan hasil guna pencapaian
kompetensi.
Struktur kurikulum agak berbeda setiap jenjang. Untuk tingkat Taman
Kanak-Kanak terdiri dari tiga kegiatan belajar, yaitu: Pengembangan Moral dan
Nilai-Nilai Agama, Pengembangan sosial dan emosiopnal dan Pengembangan
Kemampuan Dasar. Untuk tingkat Sekolah dasar terdiri dari: Pendidikan agama,
kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, matematika, Sains, Pengetahuan Sosial,
Kesenian, Keterampilan, dan pendidikan jasmani. Untuk jenjang SMP terdiri dari:
Pendidikan Agama, Kewarganegaraan, Bahasa dan Sastra Indonesia, Matematika,
Sains, Pengetahuan Sosial, Bahasa Ingris, Pendidikan jasmani, Kesenian,
Keterampilan serta Teknologi Informasi dan komunikasi. Sedangkan untuk
jenjang SMA dibedakan sesui bidang studi:
1) untuk Program Studi IPA difokuskan pada mata pelajaran Matematika,
Fisika, Kimia dan Biologi dengan penekanan pada prinsip alam dan
bersikap ilmian,
2) untuk Program Studi IPS difokuskan pada mata pelajaran
Kewarganegaraan, Ekonomi, Sejarah, dan sosiologi dengan penekanan
pada pemahaman prinsip kemasyarakatan serta pengembangan potensi
peserta didik untuk kedamaian dan kesejahteraan hidup bersama,
3) untuk Program Studi Bahasa difokuskan pada mata pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia, Bahasa dan sastra Inggris, Bahas Asing lain, dan

18
teknologi Informasi dan komunikasi dengan penekanan pada prinsip
multikultural dan komunikasi efektif. (Mulyasa, 2008: 75-81).
Implementasi Kurikulum Berbasisi Kompetensi di setiap lembaga
pendidikan merupakan respon dari kebijakan Depdiknas tentang pelaksanaan
Braod Bases Education (BBE) dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sehingga
implementasi KBK menggunakan konsep BBE yang berorientasi pada life skill
(BBE LS) dan berupaya untuk mendayagunakan seluruh potensi sumber belajar
yang dimiliki oleh sekolah atau di sekitar sekolah. (Mulyasa, 2008: 27). Orientasi
life skill ini sedikit berbeda dengan orientasi life skill pada kurikulum 1994 karena
life skill pada kurikulum 2008 ini telah ditekankan pada pengintegrasian secara
utuh dan menyeluruh aspek-aspek potensi serta kualifikasi belajar siswa bak
berkenaan dengan aspek jasmani maupun rohani, demngan menggunakan
pendekatan akal, hati dan naluri serta pendekatan scientism dan eskapistik.
(Sukamara 2005: 30-31).
Jika dilihat dari konsep dasar BBE tersebut, kurikulum berbasis
kompetensi merupakan suatu model kurikulum yang menfokuskan sasarannya
kepada kemampuan atau penguasaan kompetensi dalam bidan-bidang praktis
sehingga kurikulum berbasis kompetensi merupakan model kurikulum yang
dikembangkan dari Kurikulum Teknologis.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk
membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai
kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku
siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.

Kurikulum 1968 dikembangkan dengan berlandaskan pada asas-asas


kurikulum yang disesuaikan dengan hakekat dan tujuan Taman Kanak- kanak.
Landasan tersebut mencakup dasar filosofis yaitu pancasila, dasar psikologis anak
usia TK, dasar sosiologis dimana anak sudah harus belajar untuk menyesuaikan
diri dengan masyarakat sekitarnya, dan dasar organisatoris yaitu penentuan jenis

Kurikulum 1984 merupakan kurikulum penyempurna kurikulum


sebelumnya. Dalam kurikulum 1984 ini, teori belajarnya tidak lagi menggunakan
behavioris tetapi lebih merangkul teori-teori humanisme yang berpusat pada
peserta didik dan berorientasi kepada proses (Cara Belajar Siswa Aktif/ CBSA).

kurikulum 1994 merupakan kurikulum penyempurnaan dari kurikulum


1984. Dalam proses pembelajarannya kurikulum 94 masih menggunakan
pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) tetapi telah mengenal istilah istilah
life skill atau pendidikan kecakapan hidup.

Kurikulum pada tahun 2004 merupakan resolusi dari kurikulumkurikulum


sebelumnya yang dianggap hanya berbasis pada input dan proses sehingga
mengarah pada stagnasi pedagogik yang akan sulit untuk beradaptasi dengan
tuntutan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat global.

B. Saran
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Oleh sebab itu pemakalah menyarankan kepada pembaca makalah ini
khususnya guru maupun calon guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran
diharapkan dapat memahami implementasi Kurikulum dengan baik terutama
dalam proses pembelajaran

20
DAFTAR PUSTAKA

Hasmori A. A dkk 2011 , "Pendidikan, Kurikulum dan Masyarakat" Jurnal Of


edupres, (Online) Volume 1:352 , diakses 13 Maret 2021

Nurhalim, M. (2011). ANALISIS PERKEMBANGAN KURIKULUM DI


INDONESIA, 343-348.

http://www.definisi-pengertian.com/2016/01/pengertian-kurikulum-definisi-
menurut-ahli.html?m=1

http://yolawredha2796.blogspot.com/2016/03/kurikulum-pendidikan-tahun-
1968.html?m

http://ahmadabas01.blogspot.com/2014/02/kurikulum-1975.html?m=1

https://jainiyubmee.blogspot.com/2015/12/kurikulum-1968.html?m=1

21

Anda mungkin juga menyukai