HAKIKAT KURIKULUM
Vita Riahni Saragih, S.Pd., M.P.d
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 :
Rimtahi Bahtra V Marbun (2201030070)
Raysha Zahra Harahap (2201030071)
Trinita Ivana Rumapea (2201030073)
Jonathan Halomoan Sinaga (2201030075)
Trivena Gracia Sirait (2201030089)
Calvyn Sepanya Siregar (2201030094)
Elan Nuroctavia Purba (2201030095)
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Makalah ini merupakan upaya penulis untuk menjelajahi dan menggali
pemahaman lebih dalam tentang sistem kurikulum di Indonesia. Kurikulum sebagai suatu panduan
dalam proses pendidikan menjadi landasan utama dalam mencetak generasi penerus bangsa yang
unggul dan berdaya saing.
Dalam perjalanan pembahasan, penulis berusaha menguraikan sejarah perkembangan
kurikulum di Indonesia, peran serta stakeholder dalam penyusunan kurikulum, serta tantangan dan
peluang yang dihadapi dalam implementasinya. Dengan pemahaman yang lebih mendalam,
diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan pendidikan di
tanah air.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, segala kritik, saran, dan masukan yang membangun
sangat diharapkan untuk memperbaiki dan memperkaya wawasan penulis ke depannya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan bimbingan selama penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan inspirasi bagi pembaca yang berkepentingan untuk lebih memahami serta turut
berkontribusi dalam pembangunan pendidikan di Indonesia.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kurikulum, berasal dari kata Yunani 'curir' yang berarti 'pelari' dan 'curere' yang berarti 'tempat
berpacu', awalnya digunakan dalam konteks olahraga di Yunani Kuno. Istilah ini mengacu pada
jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari titik start hingga finish. Dalam dunia pendidikan,
kurikulum berarti kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa untuk
mencapai level tertentu secara formal.
Pada kurikulum tahun 1947 sampai tahun 1994 kurikulum di Indonesia bersifat sentralistik,
yaitu hanya dikembangkan oleh pemerintah. Namun, pada tahun 2004 (KBK) dan tahun 2006
(KTSP) mulai di berlakukan kurikulum secara desentralistik, yaitu setiap sekolah dituntut untuk
mengembangkan kurikulum di setiap satuan pendidikan masing-masing sekolah. Pada bulan Juli
tahun 2014 kemendikbud menetapkan Kurikulum 2013, Kurikulum 2013 lebih bertumpu kepada
guru sebagai implementator di sekolah. Pada tahun ajaran 2016/2017 kemendikbud menetapkan
berlakunya Kurikulum 2013 Edisi Revisi secara nasional, pada Kurikulum 2013 Edisi Revisi tidak
banyak perbedaan dengan Kurikulum 2013 versi lama.
Beberapa definisi kurikulum oleh para ahli sebagai berikut:
1. Menurut Nasution, kurikulum adalah rencana yang dirancang untuk memfasilitasi proses
pembelajaran di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, dengan bantuan dan tanggung jawab
dari staf pengajar.
2. Grayson (1978) mendefinisikan kurikulum sebagai perencanaan yang bertujuan untuk
menghasilkan output tertentu dari proses belajar.
3. Harsono (2005) menyatakan bahwa kurikulum adalah representasi dari ide-ide pendidikan yang
diaplikasikan dalam praktik. Dalam konteks modern, kurikulum tidak hanya mencakup gagasan
pendidikan, tetapi juga seluruh program pembelajaran yang terencana di sebuah institusi
pendidikan.
4. John Dewey, pada tahun 1902, mengartikan kurikulum sebagai rangkaian pengajaran di sekolah
yang meliputi materi dari masa lalu hingga masa kini, dengan fokus pada kebutuhan dan
kepentingan masyarakat.
5. Frank Bobbit, pada tahun 1918, menginterpretasikan kurikulum sebagai keseluruhan
pengalaman, baik yang terstruktur maupun tidak, yang terfokus pada pengembangan kemampuan
individu. Ini termasuk pengalaman yang disengaja dan dirancang oleh sekolah untuk melengkapi
dan meningkatkan pembelajaran siswa, dengan penekanan pada pertumbuhan individu melalui
semua pengalaman ini.
2
2.2 Fungsi Kurikulum
Fungsi kurikulum menurut Hendyat Soetopo Wasty Soemanto dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Membantu mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
2. Mendukung perkembangan siswa sebagai organisasi belajar yang terstruktur.
3. Menyediakan pedoman dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar siswa.
4. Menyediakan panduan untuk mengevaluasi tingkat perkembangan siswa dalam rangka
menggali pengetahuan dan pengalaman bagi mereka.
Terfokus pada fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, ada enam fungsi yang
dapat dijelaskan:
1. Fungsi Penyesuaian: Kurikulum harus mampu membantu siswa menyesuaikan diri dengan
lingkungan fisik dan sosial yang selalu berubah, sehingga mereka menjadi individu yang dapat
beradaptasi dengan baik.
2. Fungsi Integrasi: Kurikulum juga harus mendorong perkembangan kepribadian yang utuh,
sehingga siswa dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
3. Fungsi Diferensiasi: Kurikulum harus memberikan pelayanan yang sesuai dengan perbedaan
individu siswa, baik dari segi fisik maupun psikis.
4. Fungsi Persiapan: Kurikulum harus mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang
pendidikan berikutnya dan juga untuk dapat berfungsi dalam masyarakat jika terjadi situasi di
mana mereka tidak dapat melanjutkan pendidikan mereka.
5. Fungsi Pemilihan: Kurikulum harus memberikan siswa kesempatan untuk memilih program-
program belajar yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka. Ini berkaitan erat dengan
fungsi diferensiasi, di mana siswa dihargai untuk perbedaan individual mereka.
6. Fungsi Diagnostik: Kurikulum harus membantu siswa memahami dan menerima potensi dan
kelemahan mereka. Ini akan membantu siswa dalam mengembangkan kekuatan mereka sendiri
atau memperbaiki kelemahan mereka.
3
2.3 Prinsip-prinsip kurikulum
1. Relevansi: Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan dan minat peserta didik serta
masyarakat. Ini berarti memasukkan konten yang praktis dan aplikatif dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Kesesuaian: Materi dan metode pengajaran harus sesuai dengan tahap perkembangan dan
kemampuan peserta didik.
3. Keterpaduan: Kurikulum harus mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu untuk memberikan
pemahaman yang holistik dan mendalam.
4. Fleksibilitas: Kurikulum perlu fleksibel untuk menyesuaikan dengan perubahan lingkungan dan
kemajuan teknologi.
5. Pengembangan Kreativitas dan Pemikiran Kritis: Kurikulum harus merangsang kreativitas,
inovasi, dan pemikiran kritis di kalangan peserta didik.
6. Pembelajaran Berbasis Kompetensi: Fokus pada pengembangan kompetensi spesifik yang
dibutuhkan di dunia kerja atau kehidupan sehari-hari.
7. Pengakuan terhadap Keanekaragaman: Menghargai keanekaragaman budaya, sosial, dan
kebutuhan individu peserta didik.
8. Penilaian yang Adil dan Objektif: Menggunakan berbagai metode penilaian yang adil untuk
mengevaluasi pencapaian pembelajaran.
9. Pengembangan Berkelanjutan: Kurikulum harus beradaptasi dan diperbarui secara berkala untuk
memenuhi kebutuhan terkini.
10.Partisipasi Stakeholder: Melibatkan guru, orang tua, dan pemangku kepentingan lain dalam
pengembangan dan evaluasi kurikulum.
Penerapan prinsip-prinsip ini bergantung pada konteks pendidikan spesifik, termasuk tujuan
pendidikan, karakteristik peserta didik, dan sumber daya yang tersedia.
4
2.4 Jenis-jenis Kurikulum Pendidikan di Indonesia
5
5. Kurikulum 1975
Kurikulum ini diterapkan setelah program Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)
tahap pertama berjalan di masa pemerintahan Orde Baru. Kurikulum ini menekankan pendidikan
lebih efektif dan efisien akibat pengaruh konsep MBO (management by objective). Di dalam
Kurikulum 1975, metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Hal itu memunculkan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran
setiap satuan bahasan. Penerapangan kurikulum itu ramai dikritik oleh para guru karena mereka
akhirnya terlalu sibuk menuliskan perincian dari setiap kegiatan pembelajaran. Pada kurikulum itu
nama pelajaran ilmu alam dan ilmu hayat diubah menjadi ilmu pengetahuan alam. Sedangkan
pelajaran ilmu aljabar dan ilmu ukur menjadi mata pelajaran matematika.
6. Kurikulum 1984
Perubahan kurikulum di Indonesia terjadi lagi pada 1984. Di dalam kurikulum itu dikenal
dengan konsep pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Kurikulum 1984 dibuat karena
kurikulum sebelumnya dinilai lambat dalam merespons kemajuan di kalangan masyarakat. Di
dalam kurikulum itu juga ditambahkan mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
(PSPB). Selain itu, Kurikulum 1984 juga membagi mata pelajaran siswa SMA menjadi program
inti dan program pilihan sesuai minat dan bakat.
6
mengembangkan komponen kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah dan kebutuhan peserta didik
dari yang mulanya berbasis materi menjadi kompetensi. KBK mempunyai ciri-ciri yang
menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal,
berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Lalu kegiatan pembelajaran menggunakan
pendekatan metode bervariasi.
Pada kurikulum ini peserta didik diharapkan mencari sumber pembelajaran lain yang memenuhi
unsur edukasi dan tidak terlalu terpaku kepada guru sebagai sumber belajar. Pada kurikulum 2004
pemerintah kembali mengubah nama SLTP menjadi SMP dan SMU kembali lagi menjadi SMA.
7
11. Kurikulum Merdeka
Melalui Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem
Anwar Makarim, untuk mengatasi krisis pembelajaran, pemerintah telah meluncurkan Merdeka
Belajar Episode Kelima belas: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Beberapa
keunggulan Kurikulum Merdeka. Pertama, lebih sederhana dan mendalam karena kurikulum ini
akan fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya.
Kemudian, tenaga pendidik dan peserta didik akan lebih merdeka karena bagi peserta didik, tidak
ada program peminatan di SMA, peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan
aspirasinya. Sedangkan bagi guru, mereka akan mengajar sesuai tahapan capaian dan
perkembangan peserta didik. Lalu sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan dan
mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta
didik. Penerapan Kurikulum Merdeka lebih relevan dan interaktif di mana pembelajaran melalui
kegiatan proyek akan memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif
mengeksplorasi isu-isu aktual, misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung
pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila. Satuan pendidikan dapat
memilih tiga opsi dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka pada Tahun Ajaran
2022/2023. Pertama, menerapkan beberapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka tanpa
mengganti kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan. Kedua, menerapkan Kurikulum
Merdeka menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan. Ketiga, menerapkan Kurikulum
Merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar. Kurikulum Merdeka yang
sebelumnya dikenal sebagai Kurikulum Prototipe telah diimplementasikan di hampir 2.500
sekolah yang mengikuti Program Sekolah Penggerak (PGP) dan 901 SMK Pusat Keunggulan
(SMK PK) sebagai bagian dari pembelajaran paradigma baru. Mulai tahun 2022, Kurikulum
Merdeka dapat diterapkan satuan pendidikan meskipun bukan Sekolah Penggerak, mulai dari TK-
B, SD dan SDLB kelas I dan IV, SMP dan SMPLB kelas VII, SMA dan SMALB dan SMK kelas
X.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sebagai penutup, sangat disarankan agar institusi pendidikan terus berinovasi dan beradaptasi
dalam pengembangan kurikulumnya. Penting untuk mengintegrasikan teknologi terkini, mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat, serta mempertimbangkan kebutuhan dan
kemampuan beragam siswa. Kurikulum yang efektif harus mencakup pendekatan interdisipliner,
mengutamakan keterampilan abad ke-21, dan mempromosikan inklusivitas serta pemahaman
multikultural. Kerjasama dengan industri, pemerintah, dan komunitas lokal juga dapat
memberikan wawasan berharga dalam membuat kurikulum menjadi lebih relevan dan bermakna.
Dengan demikian, kurikulum pendidikan dapat lebih efektif dalam mempersiapkan siswa untuk
menghadapi tantangan di masa depan dan berkontribusi secara positif dalam masyarakat global.
9
REFERENSI
https://www.academia.edu/8563456/Makalah_Kurikulum_Pendidikan
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/13/10180071/sejarah-pergantian-kurikulum-
di-
https://www.academia.edu/8563456/Makalah_Kurikulum_Pendidikan
10