Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA”


(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia)

Dosen Pengampu : JUNI MAHSUSI,S.S, M.HUM

Oleh :

Alizar (201221010025)

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
TEMBILAHAN
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat


sehat dan nikmat iman sehingga penulis dapat mengerjakan tugas ini dengan tepat
waktu. Tugas ini dibuat guna memenuhi salah satu nilai dari matakuliah Bahasa
Indonesia. Penulis menyadari bahwasanya dalam penyelesaian penulisan tugas ini
tidak terlepas dari do’a dan restu dari orang tua dan tentunya bimbingan dari Ibu
Juni Mahsusi,S.S, M.Hum, selaku dosen pengampu mata kuliah ini.
Penulis juga menyadari bahwasanya dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan yang disebabkan kedangkalan ilmu yang penulis miliki. Maka
dari itu, penulis mohon bimbingan dan masukan baik dalam bentuk saran bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak guna perbaikan pada penulisan
makalah selanjutnya.

Tembilahan, 27 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...................................................................................3

D. Manfat Penulisan...................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................4

A. SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA........................................4

B. REKAYASA SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA................16

C. PARADIGMA/LANDASAN TEORI BELAJAR PENYUSUNAN


KURIKULUM DI INDONESIA..................................................................17

BAB III PENUTUP......................................................................................24

A. Kesimpulan..........................................................................................24

B. Saran....................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa


dan bernegara, karena menyangkut masa depan bangsa. Dalam pendidikan
kurikulum adalah bagian yang paling terpenting. Karena menyangkut berbagai
aspek dalam berjalannya pendidikan (Insani, 2019). Munculnya kurikulum
bukanlah sesuatu yang ada dengan sendirinya. Tetapi memiliki latar belakang
dan sejarah terbentuknya. Terbentuk dan berkembangnya sebuah kurikulum
tidak terlepas dari latar belakang dan landasan terbentuknya (Baderiah, 2018).
Perkembangan kurikulum juga terjadi di Indonesia. Kurikulum di
Indonesia sudah dikembangkan sebanyak dua belas kali yakni pada tahun
1947, 1952, 1964, 1968, 1973, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004, 2006 dan
2013 (Insani, 2019).
Terakhir dilansir dari pusat informasi.guru.kemdikbud.go.id terjadi
pengembangan kurikulum pada tahun 2022 yaitu kurikulum Merdeka. Maka
dari itu, pada makalah ini penulis akan menjabarkan mengenai sejarah
kurikulum di Indonesia.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum
mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk
kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh
bangsa tersebut sekarang.Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat
cenderung/selalu mengalami perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu
pengatahuan dan teknologi. Kurikulum harus dapat mengantisipasi perubahan
tersebut, sebab pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk
mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Kurikulum
dapat (paling tidak sedikit) meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang
diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa

1
yang harus dialami oleh peserta didik. Hasil pendidikan kadang-kadang tidak
dapat diketahui dengan segera atau setelah peserta didik menyelesaikan suatu
program pendidikan.Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada
satu kurikulum yang sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat
menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senantiasa cenderung
berubah. Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada kompoenen
tertentu), tetapi dapat pula bersifat keseluruhan yang menyangkut semua
komponen kurikulum.
Perubahan kurikulum menyangkut berbagai faktor, baik orang-orang
yang terlibat dalam pendidikan dan faktor-faktor penunjang dalam
pelaksanaan pendidikan.Sebagai konsekuensi dari perubahan kurikulum juga
akan mengakibatkan perubahan dalam operasionalisasi kurikulum tersebut,
baik dapat orang yang terlibat dalam pendidikan maupun faktor-faktor
penunjang dalam pelaksannaan kurikulum.
Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan mengingat kurikulum sebagai
alat untuk mencapai tujuan harus menyesuaikan dengan perkembangan
masyarakat yang senantiasa berubah dan terus berlangsung. Pembaharuan
kurikulum biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang fundamental
yang diikuti oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat
sebagian bila hanya terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan
saja, isi saja, metode saja, atau sistem penilaiannya saja. Pembaharuan
kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua komponen
kurikulum.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat diambil beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana sejarah kurikulum di Indonesia?

2. Bagaimana rekayasa sejarah kurikulum di Indonesia?

3. Apa paradigma/landasan teori pendidikan yang digunakan untuk pengem


bangan kurikulum di Indonesia?

2
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah dapat disimpulkan beberapa tujuan penulisan
yaitu:
1. Untuk menjelaskan sejarah kurikulum di Indonesia.

2. Untuk menjelaskan rekayasa sejarah kurikulum di Indonesia.

3. Untuk menjabarkan paradigma/landasan teori pendidikan yang digunakan


untuk pengembangan kurikulum di Indonesia.

D. Manfat Penulisan
1. Dapat mengetahui bagaimana sejarah kurikulum di Indonesia.

2. Dapat mengetahui mengenai bagaimana rekayasa sejarah kurikulum di


Indonesia.
3. Dapat memahami konsep mengenai paradigma/landasan teori pendidikan
yang digunakan untuk pengembangan kurikulum di Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA


Kurikulum-kurikulum pendidikan nasional telah beberapa kali
pergantian, perubahaan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya
perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan iptek dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana
pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan
perubahan yang terjadi di masyarakat. Berikut perjalanan kurikulum dari
kurikulum 1947 sampai kurikulum 2013.

1. Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947”.


Rentjana Pelajaran meskipun disusun pada tahun 1947 baru
dilaksanakan pada tahun 1950, dan memakai istilah bahasa Belanda
Leerplan yang artinya rencana pelajaran. Asas pendidikan yang ditetapkan
adalah Pancasila dan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi
pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai
istilah dalam bahasa Belanda leer plan artinya rencana pelajaran, istilah ini
lebih popular dibanding istilah curriculum (bahasa Inggris). Perubahan
arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan Rentjana
Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah
kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari
Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok:
a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
b. Garis-garis besar pengajaran
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga

4
hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana
Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan
kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih
dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka
dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Orientasi
Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang
diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
Pendidikan di masa ini lebih menekankan pada pembentukan
karakter manusia Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan
bangsa lain di dunia. Fokusnya tidak menekankan pendidikan pikiran,
melainkan hanya pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
Kurikulum ini muncul pada masa kemerdekaan yang menggunakan istilah
dalam bahasa Belanda yaitu “leer plan” dan jika dijadikan dalam istilah
bahasa inggris yaitu curriculum. Bersifat politisi karena berkiblat dari
pendidikan sebelumnya yaitu pendidikan belanda yang diubah untuk
kepentingan nasional.
Pelaksanaan kurikulum 1947 tidak menekankan pada aspek kognitif
namun hanya mengutamakan pendidikan karakter seperti membangun rasa
nasionalisme. Orientasi rencana pembelajaran 1947 tidak menekankan
pada pendidikan pikiran melainkan pendidikan watak, kesadaran
bernegara dan bermasyarakat. Bersifat sederhana yaitu hanya sebagai
rencana pembelajaran yang dilaksanakan atau diimplementasikan dalam
kelas dan belum mencakup seluruh pengalaman yang akan diperoleh
peserta didik baik dalam kelas mau pun luar kelas.

2. Kurikulum 1952, “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”.

5
Merupakan penyempurnaan rencana pelajaran sebelumnya yang
merinci setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rentjana Pelajaran
Terurai 1952 dan sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.
Rencana pelajaran ini memiliki ciri yaitu setiap pelajaran dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran menunjukkan
secara jelas seorang guru mengajar satu mata pelajaran.

Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pembelajaran. Kurikulum


ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling
menonjol dari kurikulum ini adalah setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-
hari. Di Dalam silabus pembelajaran juga dijelaskan bahwa seorang guru
mengajar satu mata pelajaran, (Djauzak Ahmad, Dir Pendas periode
1991-1995).
Sistem pendidikan nasional sudah menjadi tujuan kurikulum ini.
UU no. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di
sekolah mempengaruhi munculnya kurikulum 1950. Bagaimana cara
hidup yang baik sangat penting untuk dihubungkan dengan karakter yang
menjadi pintu tujuan sebuah perbaikan kurikulum. Mata pembelajaran
dalam konteks kurikulum 1952 ini yang diklasifikasikan dalam lima
bidang studi, 1) moral, 2) kecerdasan, 3) emotionalistic/artistic, 4)
keterampilan, 5) jasmani.
Karena kurikulum baru mengarah pada sistem pendidikan
nasional sebab itu belum mampu untuk menjangkau seluruh wilayah
Indonesia. Materi pembelajaran belum berorientasi pada masa depan
sehingga belum memiliki visi kebutuhan di masa mendatang. Selanjutnya
karena guru mengajar satu mata pembelajaran jadi mempersempit
kreativitas dan inovasi guru dalam perencanaan, pelaksanaan dan
menentukan sumber materi pembelajaran.

6
3. Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964”.

Merupakan penyempurnakan dari rencana pendidikan sebelumnya


dan diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Ciri-cirinya pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD sehingga pembelajaran dipusatkan pada
program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan,
emosional atau artistik, keparigelan (keterampilan), dan jasmani.

Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari


kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD,
sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu
pengembagan daya cipta, karsa, karya dan moral.

Konsep pembacaan ini mencakup pada setiap sekolah


membimbing anak agar mampu memikirkan sendiri pemecahan masalah
terhadap berbagai masalah yang ada. Konsep pada kurikulum ini agar
peserta didik bersikap aktif, kreatif dan produktif menemukan solusi
terhadap berbagai masalah yang berkembang dan ada di masyarakat. Cara
belajar pada kurikulum ini disebut gotong royong terpimpin.

Karena hanya dipergunakan untuk tingkat sekolah dasar maka


belum tentu akan mencakup sekolah lanjutan dan perguruan tinggi. Dan
terkesan digunakan untuk kepentingan-kepentingan tertentu yang
cenderung mengakomodir system-sistem yang belum sejalan dengan jiwa
UUD 1945. Ditambah dengan kurikulum ini berjalan ketika Indonesia
masih dalam keadaan labil.

4. Kurikulum 1968.
Rentjana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde
Lama kemudian diganti dengan kurikulum baru yang bersifat politis
dengan tujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat
jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi

7
pekerti, dan keyakinan beragama. Cirinya yaitu bermuatan materi
pelajaran bersifat teoritis, tidak berkaitan dengan permasalahan faktual di
lapangan, menitik beratkan pada materi apa saja yang tepat diberikan
kepada siswa di setiap jenjang pendidikan, isi pendidikan diarahkan pada
kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik sehat dan kuat.
Perubahan dari orde lama ke orde baru membawa dampak yang
cukup signifikan pada kurikulum. Sifat kurikulum ini yaitu politis. Tujuan
dari kurikulum ini bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti
dan keyakinan beragama.
Perubahan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa Pancasila,
pengetahuan dasar dan kecakapan khusus. UUD 1945 menjadi kiblat
dalam penerapan kurikulum ini secara murni dan konsekuen. Jumlah
seluruh mata pembelajaran adalah Sembilan mata pembelajaran yang
bersifat teoritis dan tidak mengaitkan dengan permasalahan nyata yang
terjadi di lapangan.
Djauzak menyebut kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat.
“hanya memuat dengan permasalahan pokok saja”. Correlated subject
curriculum menjadi ciri khas struktur kurikulum 1968, yang berarti bahwa
materi pada jenjang pendidikan rendah memiliki korelasi untuk jenjang
pendidikan selan jutnya.
Kelemahan kurikulum ini adalah karena kurikulum 1968 ini hanya
memfokuskan pada teori saja maka untuk praktek lapangannya masih
kurang diperhatikan dan kurikulum masih dipengaruhi unsur politis
sehingga tidak mengakar pada kebutuhan hidup anak secara individual.

8
5. Kurikulum 1973

Kurikulum 1973 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan


prinsip yaitu berorientasi pada tujuan dimana dalam pemerintahan
merumuskan tujuan-tujuan yang harus dikuasi oleh siswa. Tujuan itu
meliputi tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan
instruksional umum dan tujuan pelajaran khusus. Selanjtnya prinsip
kurikulum ini menganut pendekatan integrative yang berarti setiap
pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang untuk tercapainya
tujuan tujuan yang lebih intehratif. (Muhemmedi, perubahan kurikulum di
Indonesia).

6. Kurikulum 1975.

Latar belakang terbentuknya kurikulum ini adalah pembangunan


nasional akibat banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi sejak tahun
1969. Kurikulum ini bersifat sentralistik atau dibuat oleh pemerintah pusat
dan sekolah-sekolah hanya menjalankan. Prinsip tujuan pendidikan harus
efektif dan efisien.

Lahir karena pengaruh konsep di bidang manajemen MBO


(management by objective) yang menekankan pendidikan lebih efektif dan
efisien. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) yang dikenal dengan istilah
satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.

Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan


Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Yang bertujuan
dalam perubahan tingkah laku peserta didik. Stimulasi dan respon yang
dipengaruhi psikologi tingkah laku, karena tujuannya perubahan tingkah
laku maka teori pembelajaran yang digunakan adalah teori belajar
behavioristik. Karena tujuan yang hendak dicapai dalam program
pembelajaran adalah tujuan instruksional maka tujuan ini berlaku mulai

9
sekolah dasar sederajat sampai sekolah menengah atas.

Dalam kurikulum inti sistem penilaian dilakukan setiap akhir


pelajaran atau pada akhir satuan. Sistem penilaian kurikulum ini
dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam proses
kegiatan belajar. Namun dengan ketentuan dari kurikulum ini dianggap
adanya ketidaksesuaian antara materi kurikulum berbagai bidang studi
dengan kemampuan anak didik. Dan guru dibuat sibuk menulis rincian apa
yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Karena guru
ditempatkan sebagai subjek mala kreativitas murid kurang berkembang
dalam pembelajaran di kelas.

7. Kurikulum 1984.

Disebut juga sebagai “Kurikulum 1975 disempurnakan” yang


mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar yang melakukan berbagai aktifitas mulai dari mengamati
sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

Kurikulum ini mengutamakan pendekatan proses dan faktor


tujuan yang penting. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan hingga melaporkan.
Model seperti ini yang dinamakan aktif learning karena siswa yang akan
selalu aktif dalam pembelajaran.

Menggunakan alat peraga untuk menanamkan pengertian agar


peserta didik dapat mengerjakan latihan dan memahami konsep
pembelajarannya. Materi yang disajikan disesuaikan dengan kesiapan dan
kematangan siswa da lam merespon dan memahami materi. Menggunakan
keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan
perolehannya.

10
Kelemahan dari kurikulum ini adalah banyak sekolah yang kurang
mampu menafsirkan CBSA dan yang terlihat hanya suasana gaduh di ruang
kelas lantaran siswa berdiskusi disana-sini ada tempelan gambar dan yang
mencolok guru tidak menggunakan metode ceramah. Adanya
ketergantungan siswa pada materi dari buku yang disebut secara rinci
sehingga siswa kurang kreatif dalam menentukan metode yang tepat dan
sumber belajar yang terbatas.

Adanya sifat dominasi pada peserta didik sehingga tidak mau


menerima pendapat peserta lain. Karena merasa pendapatnya yang paling
benar. Peserta didik yang pintar akan bertambah pintar dan sebaliknya.
Guru yang lebih banyak sebagai fasilitator sehingga peran peserta didik
dalam pembelajaran sangat kurang.

8. Kurikulum 1994 (Separate Subject Curriculum).

Merupakan perpaduan sebelumnya, terutama tahun 1975 dan 1984.


Disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat dan super padat,
dari muatan nasional sampai muatan lokal seperti misalnya bahasa daerah,
kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain; perpaduan antara tujuan dan
proses ini dinilai belum berhasil sehingga banyak kritik berdatangan.

Kurikulum 1994 dilaksanakan sesuai dengan UU No.2 tahun 1989


ten tang Sistem Pendidikan Nasional. Pada kurikulum ini terjadi perubahan
dalam sistem semesternya ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan
yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat
memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran
cukup banyak. Tujuan pembelajaran ini lebih berorientasi pada materi
pelajaran dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

Kurikulum 1994 memiliki prinsip yaitu Link and Match yaitu


prinsip tentang pentingnya keterkaitan pendidikan dengan dunia kerja atau
industri. Sekolah harus mampu menyiapkan tenaga-tenaga kerja yang
terampil yang dibutuhkan oleh industri. Sebaliknya dunia industri juga

11
harus bersinergi dengan lembaga-lembaga pendidikan. Pada akhirnya
kurikulum ini banyak dikritik karena pendidikan menjadi kepanjangan
tangan dari proses industrialisasi dan tidak memanusiakan manusia.
9. Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”.

KBK merupakan suatu program pendidikan berbasis kompetensi


yang harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi
sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan
keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran.
KBK memiliki ciri-ciri yaitu menekankan pada ketercapaian kompetensi
siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil
belajar dan keberagaman, kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan
metode bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber
belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

Kurikulum berbasis kompetensi adalah suatu konsep pendekatan,


strategi kurikulum yang menekankan pada penguasaan berbagai
kompetensi tertentu. Peserta didik tidak hanya menguasai pengetahuan dan
pemahaman, tetapi juga keterampilan, sikap, minat, motivasi dan nilai-nilai
agar dapat melakukan sesuatu dengan penuh tanggung jawab.

Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek ,


kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata
pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.
Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran
pada setiap level. Rumusan hasil belajar adalah untuk menjawab
pertanyaan “Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai
hasil belajar mereka pada level ini?’.

Hasil dari pembelajaran mencerminkan keluasan, kedalaman dan


kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur
dengan berbagai teknik penilaian. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat
indicator. Perumusan indikator adalah untuk menjawab pertanyaan,
“Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil belajar

12
yang diharapkan?”.

Kurikulum 2004, disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi


(KBK). Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung
tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi
indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian
kompetensi; dan pengembangan pembelajaran.

Ciri-ciri KBK sebagai berikut:


1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning
outcomes) dan keberagaman.
2) Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi,
3) sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif.
4) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
5) Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek,
kelas dan semester.
6) Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun
dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.
7) Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran
pada setiap level.

10. Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”.

Pada dasarnya sama dengan tahun 2004. Perbedaannya terletak


pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari
desentralisasi sistem pendidikan. Disini pemerintah pusat menetapkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar dan guru dituntut mampu
mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan
daerahnya.

13
Pencapaian kompetensi adalah orientasi dari KTSP. Perbedaan yang
menonjol dari KTSP dan KBK adalah kewenangan dalam penyusunannya,
yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan. KTSP
mempunyai karakteristik yang sama dengan KBK yaitu guru bebas untuk
melakukan perubahan, versi dan penambahan dari standar yang sudah
dibuat pemerintah, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan muatan
kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan sampai pengembanan
silabus.

KTSP lahir dari semangat dari daerah-daerah bahwasannya,


pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat saja
melainkan juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, oleh sebab itu
dilihat dari pola atau model kurikulum pengembangan KTSP merupakan
salah satu model kurikulum bersifat desentralisasi.

Menurut Kunandar dalam bukunya Abdullah Idi karakteristik dari


pembelajaran dalam KTSP adalah menuntun siswa untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan, minat, bakat yang akhirnya akan membentuk peserta
didik mempunyai kemandirian dan keterampilan. KTSP berorientasi pada
hasil belajar dan keberagaman. Strategi pembelajaran yang digunakan
beraneka ragam, sumber belajar bukan hanya guru namun bisa teman
sekelasnya, buku- buku yang mengandung edukasi. Dan penilaian dilihat
dari proses dan hasilnya pada suatu target pencapaian kompetensi.

11. Kurikulum 2013.

Kurikulum KTSP dianggap belum sempurna dan masih banyak


kekurangan, apalagi saat ini adalah era digital yang apa-apa bisa dilakukan
dengan teknologi maka KTSP harus segera diubah menjadi kurikulum
2013. Berkembangnya teknologi adalah salah satu alasan relevan untuk
menyempurnakan sebuah kurikulum.

Berkaitan dengan pengembangan kurikulum, kurikulum 2013 lebih


menekankan pada pendidikan karakter, dengan harapan melahirkan insan

14
yang produktif, kreatif inovatif dan berkarakter. Meningkatkan proses dan
hasil belajar yang diarahkan kepada pembentukan budi pekerti dan peserta
didik yang berakhlak mulia sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada
setiap satuan pendidikan adalah tujuan pendidikan karakter pada kurikulum
2013.

Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada


pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik.
Kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan
pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya
dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik
sebagai suatu kriteria keberhasilan.

Namun kelemahan kurikulum ini yaitu guru banyak salah kaprah


dan dianggap tidak perlu menjelaskan materi padahal banyak materi yang
harus dijelaskan oleh guru. Banyak guru yang belum siap secara mental
dengan kurikulum ini karena kurikulum ini menuntut guru untuk kreatif
dalam pembelajaran . Dan kurangnya keterampilan guru dalam merancang
RPP karena belum siap dengan adanya perubahan kurikulum.

12. Kurikulum Merdeka

Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran


intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar
peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan
menguatkan kompetensi. Dalam kurikulum ini guru memiliki keleluasan
untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Projek
untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan
berdasarkan teman tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tidak
diarahkan untuk mencapai target pembelajaran tertentu sehingga tidak
terikat pada mata pembelajaran. (Kebudayaan,R 2021).

Secara garis besar terciptanya kurikulum ini karena berbagai studi

15
nasional dan internasional menunjukkan bahwa Indonesia telah mengalami
krisis pembelajran yang cukup lama. Mulai dari anak-anak Indonesia yang
tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep
matematika dasar. Ditambah dengan kesenjangan pendidikan diberbagai
wilayah dan kelompok sosial masyarakat. Karena itu kurikulum diharapkan
mampu mempengaruhi perkembangan pembalajaran agar semakin
membaik.

B. REKAYASA SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA.


Kurikulum yang digunakan di Indonesia dipengaruhi oleh tatanan sosial
politik Indonesia. Negara-negara penjajah yang mendiami wilayah Indonesia
ikut juga mempengaruhi sistem pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan
Belanda diatur dengan prosedur yang ketat dari mulai aturan siswa, pengajar,
sistem pengajaran, dan kurikulum. Sistem prosedural seperti ini sangat berbeda
dengan sistem prosedural pada sistem pendidikan yang telah dikenal
sebelumnya. Sistem pendidikan belanda pun bersifat diskriminatif. Sekolah-
sekolah dibentuk dengan membedakan pendidikan antara anak Belanda, anak
timur asing, dan anak pribumi. Golongan pribumi ini masih dipecah lagi
menjadi masyarakat kelas bawah dan priyayi. (Sanjaya, 2008: 207).
Selama 70 tahun Indonesia merdeka, telah mengalami 12 kali perubahan
kurikulum. Rinciannya adalah pada zaman Orde Lama (Orla) atau zaman
Presiden Soekarno berkuasa, pernah terjadi 3 kali perubahan kurikulum, yaitu
(Kurikulum) Rencana Pelajaran tahun 1947, (Kurikulum) Rencana Pendidikan
Sekolah dasar tahun 1964 dan Kurikulum Sekolah Dasar tahun 1968. Pada
zaman Orde Baru (Orba) atau zaman kekuasaan Presiden Soeharto, terjadi 6
kali pergantian kurikulum, yaitu Kurikulum Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) tahun 1973, Kurikulum SD tahun 1975, Kurikulum
1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, dan Revisi Kurikulum 1994 pada
tahun 1997. Usai zaman Orba berakhir atau dimulainya masa reformasi terjadi
3 kali perubahan kurikulum, yaitu Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi

16
(KBK) tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) tahun 2006
dan terakhir Kurikulum 2013.

Gambar 1. Perkembangan Kurikulum di Indonesia

C. PARADIGMA/LANDASAN TEORI BELAJAR PENYUSUNAN


KURIKULUM DI INDONESIA

a. Paradigma kurikulum
Setiap perubahan kurikulum pendidikan telah menunjukkan
perbaikan dari kurikulumkurikulum sebelumnya. Tetapi, hal itu tidak
diiringi dengan kemajuan kompetensi siswa yang dimiliki. Hal ini terbukti
dari posisi negara kita dalam tingkat kemajuan pendidikan masih kalah jauh
dengan negara tetangga yang jika dilihat secara geografis negara kita lebih
luas. Logikanya, semakin luas suatu negara, jumlah penduduk pun semakin
banyak, otomatis banyak bakat-bakat yang terdapat dalam setiap individu-
individu bangsa Indonesia. Menurut Okta (2007), secara peringkat,
berdasarkan dalam laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

17
untuk bidang pendidikan, United National Education, Scientific, and
Cultural Organization (UNESCO), yang dirilis pada kamis (29/11/07)
menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58
menjadi 62 di antara 130 negara di dunia. Hal itu menggambarkan bahwa
kualitas pendidikan Indonesia semakin merosot.
Menurut S. Nasution (dalam Jumari 2007) menyebutkan bahwa
perubahan kurikulum mengikuti dua prosedur, yaitu administrative
approach dan grassroots approach. Administrative approach, yaitu suatu
perubahan atau pembaharuan yang direncanakan oleh pihak atasan untuk
kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada
guru-guru, jadi from the top down, dari atas ke bawah, atas inisiatif para
administrator. Yang kedua, grass roots approach, yaitu dimulai dari akar,
from the bottom up, dari bawah ke atas, yakni dari pihak guru atau sekolah
secara individual dengan harapan agar meluas ke sekolah-sekolah lain.
Dengan hal ini, perubahan kurikulum dari tahun ke tahun
menunjukkan kemajuan yang cukup baik jika dilihat dari kontekstual.
Namun hal itu tidak seiring dengan kenyataan dilapangan. Keadaan
pendidikan mulai saat perubahan kurikulum pertama kali hingga saat ini,
namun kurikulum Indonesia ibaratnya masih berjalan ditempat, artinya
tidak berkembang dengan bukti bahwa peringkat Indonesia masih berada
pada peringkat ke 62 dari 130 negara yang ada.

a) Landasan teori

1) Landasan yuridis
Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang dijadikan
dasar untuk pengembangan kurikulum dan yang mengharuskan adanya
pengembangan kurikulum baru. Secara yuridis, kurikulum adalah
suatu kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar filosofis bangsa
dan keputusan yuridis di bidang pendidikan. Landasan yuridis
kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-
undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

18
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
Landasan yuridis pendidikan Indonesia dapat juga diartikan
sebagai seperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang
menjadi titik tolak sistem pendidikan Indonesia, yang meliputi :
1. UUD 1945 sebagai Landasan Yuridis Pendidikan Indonesia
2. Pancasila sebagai Landasan Idiil Sistem Pendidikan Indonesia.
3. Ketetapan MPR sebagai Landasan Yuridis Pendidikan Nasional
4. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah sebagai Landasan
Yuridis Pendidikan Nasional
5. Keputusan Presiden sebagai Landasan Yuridis Pelaksanaan
Pendidikan Nasional
6. Keputusan Menteri sebagai Landasan Yuridis Pelaksanaan
Pendidikan Nasional
7. Instruksi Menteri sebagai Landasan yuridis Pelaksanaan
Pendidikan Nasional
Landasan yuridis atau landasan hukum pendidikan dapat diartikan
seperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
menjadi titik tolak atau acuan (bersifat material, dan bersifat
konseptual) dalam rangka praktek pendidikan dan studi pendidikan
(Indah Lestari, 2012).

2) Landasan filsafat

Kedudukan Landasan filsafat dalam pengembangan kurikulum


merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan arah,
sasaran dan target dari proses pendidikan. Landasan ini digunakan
untuk melaksanakan, membina, dan mengembangkan kurikulum di
sekolah. Di Indonesia, menggunakan Kurikulum 2013. Menurut E.

19
Mulyasa, pengembangan kurikulum 2013 secara filsafat berlandaskan :

1. Filsafat Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar


dalam pembangunan pendidikan.
2. Filsafat pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai
akad emik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.

Landasan filsafat adalah landasan yang mengarahkan


kurikulum kepada manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Untuk mengembangkan dan membentuk
watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi
mengembangkan segenap potensi peserta didik “menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab” (UU RI nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

3) Landasan empirik

Sebagai negara bangsa yang besar dari segi geografis, suku


bangsa, potensi ekonomi, dan beragamnya kemajuan pembangunan
dari satu daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi
bangsa masih tetap ada. Maka, kurikulum harus mampu membentuk
manusia Indonesia yang mampu menyeimbangkan kebutuhan individu
dan masyarakat untuk memajukan jati diri sebagai bagian dari bangsa
Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi sebagai satu entitas bangsa
Indonesia.
Kurikulum perlu di reorientasi dan reorganisasi terhadap beban

20
belajar dan kegiatan pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan
ini. Kurikulum harus mampu memandu upaya karakterisasi nilai-nilai
kejujuran pada peserta didik. Di Indonesia, landasan empirik ini
digunakan agar penyusunan kurikulum sesuai dengan pengembangan
pendidikan masyarakat yang dapat menumbuhkan perspektif historis,
yaitu kesadaran akan nilai-nilai yang diyakini sangat dibutuhkan dalam
tatanan kehidupan masyarakat baru Indonesia.

b. Landasan Teoritis

Landasan teoritik memberikan dasar-dasar teoritik pengembangan


kurikulum sebagai dokumen dan proses. Di Indonesia Kurikulum 2013
dikembangkan atas dasar teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard
based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi
adalah kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan
dan keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat,
dan lingkungan dimana yang bersangkutan berinteraksi.

Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan


pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk
mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan
untuk membangun kemampuan yang dirumuskan dalam SKL. Hasil dari
pengalaman belajar tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang
menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (UU nomor 20 tahun 2003; PP nomor 19 tahun 2005)
untuk satu satuan atau jenjang pendidikan.

Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang dirancang


baik dalam bentuk dokumen, proses, dan penilaian didasarkan pada
pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan

21
pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.

c. Landasan Konseptual

Landasan yang bersifat konseptual pada dasarnya identik dengan


asumsi, yaitu suatu gagasan, kepercayaan, prinsip, pendapat atau
pernyataan yang sudah dianggap benar, yang dijadikan titik tolak dalam
rangka berfikir (melakukan studi) dan atau dalam rangka bertindak
(melakukan suatu praktek). Landasan yang bersifat konseptual identik
dengan asumsi, yaitu suatu gagasan, kepercayaan, prinsip, pendapat atau
pernyataan yang sudah dianggap benar, yang dijadikan titik tolak dalam
rangka berpikir (melakukan suatu studi) dan/atau dalam rangka bertindak
(melakukan suatu praktek). Contoh landasan yang bersifat konseptual
antara lain berupa dasar Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila dan
UUD RI Tahun 1945:
1) Landasan pendidi kan
2) Relevansi pendidikan (link and match).
3) Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter.
4) Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning).
5) Pembelajaran aktif (student active learning).
6) Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh.

d. Landasan Psikologis

Pendidikan berkaitan dengan perilaku manusia. Dalam proses


pendidikan terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungannya, baik
lingkungan yang bersifat fisik, maupun lingkungan sosial. Melalui
pendidikan diharapkan adanya perubahan perilaku siswa menuju
kedewasaan, baik fisik, mental, intelektual, moral maupun sosial. Namun
demikian perlu diingatkan bahwa tidak semua perubahan perilaku siswa

22
mutlak sebagai akibat intervensi dari program pendidikan. Ada juga
perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh kematangan siswa itu sendiri
atau pengaruh dari lingkungan di luar program pendidikan.
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan/program
pendidikan sudah pasti berkenaan dengan proses perubahan perilaku siswa
tersebut di atas. Melalui kurikulum diharapkan dapat terbentuk tingkah
laku baru berupa kemampuan-kemampuan aktual dan potensial dari para
siswa serta kemampuan-kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang
relatif lama. Di Indonesia, penyusunan kurikulum harus sesuai dengan
tingkatannya. Seperti, kurikulum untuk sekolah dasar, tentunya akan
berbeda dengan kurikulum di sekolah menengah. Hal ini karena setiap
sekolah memiliki sumber daya manusia, sumber daya alam, fasilitas dan
karakteristik warga sekolah serta lingkungan yang berbeda-beda. Sehingga
penyusunan kurikulum harus sesuai dengan hal yang ada.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada zaman Orde Baru (Orba) atau zaman kekuasaan Presiden
Soeharto, terjadi 6 kali pergantian kurikulum, yaitu Kurikulum Proyek
Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) tahun 1973, Kurikulum SD tahun
1975, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, dan Revisi
Kurikulum 1994 pada tahun 1997. Usai zaman Orba berakhir atau
dimulainya masa reformasi terjadi 3 kali perubahan kurikulum, yaitu
Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004,
Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) tahun 2006 dan terakhir
Kurikulum 2013. Perubahan kurikulum dari tahun ke tahun
menunjukkan kemajuan yang cukup baik jika dilihat dari kontekstual.
Namun hal itu tidak seiring dengan kenyataan dilapangan. Keadaan
pendidikan mulai saat perubahan kurikulum pertama kali hingga saat ini,
namun kurikulum Indonesia ibaratnya masih berjalan ditempat, artinya
tidak berkembang dengan bukti bahwa peringkat Indonesia masih berada
pada peringkat ke 62 dari 130 negara yang ada.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan dapat
disarankan bahwa seharusnya kurikulum sebagai sistem perencanaannya
selalu mengalami perubahan sesuai dengan perubahan sistem politik,
sosial budaya, ekonomi dan iptek dalam masyarakat yang bertujuan
untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Kurikulum yang di
rancang juga harus efektif dan peka akan suatu kemajuan. Dengan
berbagai perubahan yang ada diharapkan kurikulum yang ada dapat
berjalan dengan semestinya dan tentunya lancar.
Berbagai jenis sistem perkembangan kurikulum yang ada
tentunya memiliki fungsi yang berbeda pula. Oleh karena itu, pendidikan
sebagai sistem haruslah dapat melaksanakan fungsinya dengan baik agar
tercapainya tujuan yang dicita- cita kan. Komponen komponen yang ada

24
juga harus terpenuhi agar terciptanya ke efektifan pembelajaran agar
berjalan dengan lancar tanpa adanya suatu kendala.

25
DAFTAR PUSTAKA

Alhamuddin.Sejarah Kurikulum Di Indonesia. Studi Analisis Kebijakan Pengem-


bangan Kurikulum. https://media.neliti.com/media/publications/226468-
sejarah-kurikulum-di-indonesia-studi-ana-bac69203.pdf

Amalia Nur Mufidah (2020). Landasan Empiris Atau Landasan Kebutuhan


Berbaha- sa: Kebutuhan dan Praktik di dalam Masyarakat. Binus
University. https://binus.ac.id/malang/2020/05/landasan-empiris-atau-
landasan- kebutuhan-berbahasa-kebutuhan-dan-praktik-di-dalam-
masyarakat.

Anonim. Landasan Teori. Tinjauan Tentang Kurikulum 2013.


http://digilib.uinsby.ac.id/1294/4/Bab%202.pdf

Academia. https://www.academia.edu/4961941/Perbedaan_kurikulum

Insani Dina Farah. Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia Sejak Awal


Kemerdekaan Hingga Saat Ini. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Insani, F. D. (2019). Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia sejak awal


ke- merdekaan hingga saat ini. As-Salam: Jurnal Studi Hukum Islam &
Pendidi- kan, 8 (1), 43–64. Diakses dari:
https://ejournal.staidarussalamlampung.ac.id/index.php/assalam/article/
downl oad/132/231.

Masykur (2018). Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum AURA.CV


Anugrah Utama Raharja Anggota IKAPI.
http://repository.radenintan.ac.id/9167/1/LENGKAP%20Teori%20dan
%20te laah%20Kurikulum.pdf

Nur Sidiq Muhammad (2017). Perkembangan Kurikulum Indonesia. Program


Studi Pendidikan Matematika. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
PendidikanSingkawang.

26
https://www.academia.edu/34684908/Perkembangan_Kurikulum_Indonesi
a

Sasongko Sri Guritno Denis (2018). Sejarah Perkembangan Kurikulum. Fakultas


Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas
In- draprasta PGRI.

https://www.researchgate.net/publication/356412797_SEJARAH_PERKEM
BANGAN_KURIKULUM

Subroto yyk. Paradigma Kurikulum. Academia


https://www.academia.edu/35464564/PARADIGMA_KURIKULUM

Syafnan (2020). BAB III Landasan Kependidikan. Dasar-Dasar Pendidikan.


https://syafnan.dosen.iain-padangsidimpuan.ac.id/2020/09/bab-iii-
landasan- kependidikan.html?m=1

Malang. https://lobikampus.blogspot.com/2016/06/landasan-yuridis-
pendidikan.html?m=1

27

Anda mungkin juga menyukai