Oleh :
Alizar (201221010025)
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
TEMBILAHAN
2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................3
D. Manfat Penulisan...................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................4
A. Kesimpulan..........................................................................................24
B. Saran....................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
yang harus dialami oleh peserta didik. Hasil pendidikan kadang-kadang tidak
dapat diketahui dengan segera atau setelah peserta didik menyelesaikan suatu
program pendidikan.Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada
satu kurikulum yang sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat
menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senantiasa cenderung
berubah. Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada kompoenen
tertentu), tetapi dapat pula bersifat keseluruhan yang menyangkut semua
komponen kurikulum.
Perubahan kurikulum menyangkut berbagai faktor, baik orang-orang
yang terlibat dalam pendidikan dan faktor-faktor penunjang dalam
pelaksanaan pendidikan.Sebagai konsekuensi dari perubahan kurikulum juga
akan mengakibatkan perubahan dalam operasionalisasi kurikulum tersebut,
baik dapat orang yang terlibat dalam pendidikan maupun faktor-faktor
penunjang dalam pelaksannaan kurikulum.
Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan mengingat kurikulum sebagai
alat untuk mencapai tujuan harus menyesuaikan dengan perkembangan
masyarakat yang senantiasa berubah dan terus berlangsung. Pembaharuan
kurikulum biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang fundamental
yang diikuti oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat
sebagian bila hanya terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan
saja, isi saja, metode saja, atau sistem penilaiannya saja. Pembaharuan
kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua komponen
kurikulum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat diambil beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana sejarah kurikulum di Indonesia?
2
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah dapat disimpulkan beberapa tujuan penulisan
yaitu:
1. Untuk menjelaskan sejarah kurikulum di Indonesia.
D. Manfat Penulisan
1. Dapat mengetahui bagaimana sejarah kurikulum di Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana
Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan
kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih
dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka
dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Orientasi
Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang
diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
Pendidikan di masa ini lebih menekankan pada pembentukan
karakter manusia Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan
bangsa lain di dunia. Fokusnya tidak menekankan pendidikan pikiran,
melainkan hanya pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
Kurikulum ini muncul pada masa kemerdekaan yang menggunakan istilah
dalam bahasa Belanda yaitu “leer plan” dan jika dijadikan dalam istilah
bahasa inggris yaitu curriculum. Bersifat politisi karena berkiblat dari
pendidikan sebelumnya yaitu pendidikan belanda yang diubah untuk
kepentingan nasional.
Pelaksanaan kurikulum 1947 tidak menekankan pada aspek kognitif
namun hanya mengutamakan pendidikan karakter seperti membangun rasa
nasionalisme. Orientasi rencana pembelajaran 1947 tidak menekankan
pada pendidikan pikiran melainkan pendidikan watak, kesadaran
bernegara dan bermasyarakat. Bersifat sederhana yaitu hanya sebagai
rencana pembelajaran yang dilaksanakan atau diimplementasikan dalam
kelas dan belum mencakup seluruh pengalaman yang akan diperoleh
peserta didik baik dalam kelas mau pun luar kelas.
5
Merupakan penyempurnaan rencana pelajaran sebelumnya yang
merinci setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rentjana Pelajaran
Terurai 1952 dan sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.
Rencana pelajaran ini memiliki ciri yaitu setiap pelajaran dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran menunjukkan
secara jelas seorang guru mengajar satu mata pelajaran.
6
3. Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964”.
4. Kurikulum 1968.
Rentjana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde
Lama kemudian diganti dengan kurikulum baru yang bersifat politis
dengan tujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat
jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi
7
pekerti, dan keyakinan beragama. Cirinya yaitu bermuatan materi
pelajaran bersifat teoritis, tidak berkaitan dengan permasalahan faktual di
lapangan, menitik beratkan pada materi apa saja yang tepat diberikan
kepada siswa di setiap jenjang pendidikan, isi pendidikan diarahkan pada
kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik sehat dan kuat.
Perubahan dari orde lama ke orde baru membawa dampak yang
cukup signifikan pada kurikulum. Sifat kurikulum ini yaitu politis. Tujuan
dari kurikulum ini bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti
dan keyakinan beragama.
Perubahan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa Pancasila,
pengetahuan dasar dan kecakapan khusus. UUD 1945 menjadi kiblat
dalam penerapan kurikulum ini secara murni dan konsekuen. Jumlah
seluruh mata pembelajaran adalah Sembilan mata pembelajaran yang
bersifat teoritis dan tidak mengaitkan dengan permasalahan nyata yang
terjadi di lapangan.
Djauzak menyebut kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat.
“hanya memuat dengan permasalahan pokok saja”. Correlated subject
curriculum menjadi ciri khas struktur kurikulum 1968, yang berarti bahwa
materi pada jenjang pendidikan rendah memiliki korelasi untuk jenjang
pendidikan selan jutnya.
Kelemahan kurikulum ini adalah karena kurikulum 1968 ini hanya
memfokuskan pada teori saja maka untuk praktek lapangannya masih
kurang diperhatikan dan kurikulum masih dipengaruhi unsur politis
sehingga tidak mengakar pada kebutuhan hidup anak secara individual.
8
5. Kurikulum 1973
6. Kurikulum 1975.
9
sekolah dasar sederajat sampai sekolah menengah atas.
7. Kurikulum 1984.
10
Kelemahan dari kurikulum ini adalah banyak sekolah yang kurang
mampu menafsirkan CBSA dan yang terlihat hanya suasana gaduh di ruang
kelas lantaran siswa berdiskusi disana-sini ada tempelan gambar dan yang
mencolok guru tidak menggunakan metode ceramah. Adanya
ketergantungan siswa pada materi dari buku yang disebut secara rinci
sehingga siswa kurang kreatif dalam menentukan metode yang tepat dan
sumber belajar yang terbatas.
11
harus bersinergi dengan lembaga-lembaga pendidikan. Pada akhirnya
kurikulum ini banyak dikritik karena pendidikan menjadi kepanjangan
tangan dari proses industrialisasi dan tidak memanusiakan manusia.
9. Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”.
12
yang diharapkan?”.
13
Pencapaian kompetensi adalah orientasi dari KTSP. Perbedaan yang
menonjol dari KTSP dan KBK adalah kewenangan dalam penyusunannya,
yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan. KTSP
mempunyai karakteristik yang sama dengan KBK yaitu guru bebas untuk
melakukan perubahan, versi dan penambahan dari standar yang sudah
dibuat pemerintah, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan muatan
kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan sampai pengembanan
silabus.
14
yang produktif, kreatif inovatif dan berkarakter. Meningkatkan proses dan
hasil belajar yang diarahkan kepada pembentukan budi pekerti dan peserta
didik yang berakhlak mulia sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada
setiap satuan pendidikan adalah tujuan pendidikan karakter pada kurikulum
2013.
15
nasional dan internasional menunjukkan bahwa Indonesia telah mengalami
krisis pembelajran yang cukup lama. Mulai dari anak-anak Indonesia yang
tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep
matematika dasar. Ditambah dengan kesenjangan pendidikan diberbagai
wilayah dan kelompok sosial masyarakat. Karena itu kurikulum diharapkan
mampu mempengaruhi perkembangan pembalajaran agar semakin
membaik.
16
(KBK) tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) tahun 2006
dan terakhir Kurikulum 2013.
a. Paradigma kurikulum
Setiap perubahan kurikulum pendidikan telah menunjukkan
perbaikan dari kurikulumkurikulum sebelumnya. Tetapi, hal itu tidak
diiringi dengan kemajuan kompetensi siswa yang dimiliki. Hal ini terbukti
dari posisi negara kita dalam tingkat kemajuan pendidikan masih kalah jauh
dengan negara tetangga yang jika dilihat secara geografis negara kita lebih
luas. Logikanya, semakin luas suatu negara, jumlah penduduk pun semakin
banyak, otomatis banyak bakat-bakat yang terdapat dalam setiap individu-
individu bangsa Indonesia. Menurut Okta (2007), secara peringkat,
berdasarkan dalam laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
17
untuk bidang pendidikan, United National Education, Scientific, and
Cultural Organization (UNESCO), yang dirilis pada kamis (29/11/07)
menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58
menjadi 62 di antara 130 negara di dunia. Hal itu menggambarkan bahwa
kualitas pendidikan Indonesia semakin merosot.
Menurut S. Nasution (dalam Jumari 2007) menyebutkan bahwa
perubahan kurikulum mengikuti dua prosedur, yaitu administrative
approach dan grassroots approach. Administrative approach, yaitu suatu
perubahan atau pembaharuan yang direncanakan oleh pihak atasan untuk
kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada
guru-guru, jadi from the top down, dari atas ke bawah, atas inisiatif para
administrator. Yang kedua, grass roots approach, yaitu dimulai dari akar,
from the bottom up, dari bawah ke atas, yakni dari pihak guru atau sekolah
secara individual dengan harapan agar meluas ke sekolah-sekolah lain.
Dengan hal ini, perubahan kurikulum dari tahun ke tahun
menunjukkan kemajuan yang cukup baik jika dilihat dari kontekstual.
Namun hal itu tidak seiring dengan kenyataan dilapangan. Keadaan
pendidikan mulai saat perubahan kurikulum pertama kali hingga saat ini,
namun kurikulum Indonesia ibaratnya masih berjalan ditempat, artinya
tidak berkembang dengan bukti bahwa peringkat Indonesia masih berada
pada peringkat ke 62 dari 130 negara yang ada.
a) Landasan teori
1) Landasan yuridis
Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang dijadikan
dasar untuk pengembangan kurikulum dan yang mengharuskan adanya
pengembangan kurikulum baru. Secara yuridis, kurikulum adalah
suatu kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar filosofis bangsa
dan keputusan yuridis di bidang pendidikan. Landasan yuridis
kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-
undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
18
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
Landasan yuridis pendidikan Indonesia dapat juga diartikan
sebagai seperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang
menjadi titik tolak sistem pendidikan Indonesia, yang meliputi :
1. UUD 1945 sebagai Landasan Yuridis Pendidikan Indonesia
2. Pancasila sebagai Landasan Idiil Sistem Pendidikan Indonesia.
3. Ketetapan MPR sebagai Landasan Yuridis Pendidikan Nasional
4. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah sebagai Landasan
Yuridis Pendidikan Nasional
5. Keputusan Presiden sebagai Landasan Yuridis Pelaksanaan
Pendidikan Nasional
6. Keputusan Menteri sebagai Landasan Yuridis Pelaksanaan
Pendidikan Nasional
7. Instruksi Menteri sebagai Landasan yuridis Pelaksanaan
Pendidikan Nasional
Landasan yuridis atau landasan hukum pendidikan dapat diartikan
seperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
menjadi titik tolak atau acuan (bersifat material, dan bersifat
konseptual) dalam rangka praktek pendidikan dan studi pendidikan
(Indah Lestari, 2012).
2) Landasan filsafat
19
Mulyasa, pengembangan kurikulum 2013 secara filsafat berlandaskan :
3) Landasan empirik
20
belajar dan kegiatan pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan
ini. Kurikulum harus mampu memandu upaya karakterisasi nilai-nilai
kejujuran pada peserta didik. Di Indonesia, landasan empirik ini
digunakan agar penyusunan kurikulum sesuai dengan pengembangan
pendidikan masyarakat yang dapat menumbuhkan perspektif historis,
yaitu kesadaran akan nilai-nilai yang diyakini sangat dibutuhkan dalam
tatanan kehidupan masyarakat baru Indonesia.
b. Landasan Teoritis
21
pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.
c. Landasan Konseptual
d. Landasan Psikologis
22
mutlak sebagai akibat intervensi dari program pendidikan. Ada juga
perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh kematangan siswa itu sendiri
atau pengaruh dari lingkungan di luar program pendidikan.
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan/program
pendidikan sudah pasti berkenaan dengan proses perubahan perilaku siswa
tersebut di atas. Melalui kurikulum diharapkan dapat terbentuk tingkah
laku baru berupa kemampuan-kemampuan aktual dan potensial dari para
siswa serta kemampuan-kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang
relatif lama. Di Indonesia, penyusunan kurikulum harus sesuai dengan
tingkatannya. Seperti, kurikulum untuk sekolah dasar, tentunya akan
berbeda dengan kurikulum di sekolah menengah. Hal ini karena setiap
sekolah memiliki sumber daya manusia, sumber daya alam, fasilitas dan
karakteristik warga sekolah serta lingkungan yang berbeda-beda. Sehingga
penyusunan kurikulum harus sesuai dengan hal yang ada.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada zaman Orde Baru (Orba) atau zaman kekuasaan Presiden
Soeharto, terjadi 6 kali pergantian kurikulum, yaitu Kurikulum Proyek
Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) tahun 1973, Kurikulum SD tahun
1975, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, dan Revisi
Kurikulum 1994 pada tahun 1997. Usai zaman Orba berakhir atau
dimulainya masa reformasi terjadi 3 kali perubahan kurikulum, yaitu
Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004,
Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) tahun 2006 dan terakhir
Kurikulum 2013. Perubahan kurikulum dari tahun ke tahun
menunjukkan kemajuan yang cukup baik jika dilihat dari kontekstual.
Namun hal itu tidak seiring dengan kenyataan dilapangan. Keadaan
pendidikan mulai saat perubahan kurikulum pertama kali hingga saat ini,
namun kurikulum Indonesia ibaratnya masih berjalan ditempat, artinya
tidak berkembang dengan bukti bahwa peringkat Indonesia masih berada
pada peringkat ke 62 dari 130 negara yang ada.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan dapat
disarankan bahwa seharusnya kurikulum sebagai sistem perencanaannya
selalu mengalami perubahan sesuai dengan perubahan sistem politik,
sosial budaya, ekonomi dan iptek dalam masyarakat yang bertujuan
untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Kurikulum yang di
rancang juga harus efektif dan peka akan suatu kemajuan. Dengan
berbagai perubahan yang ada diharapkan kurikulum yang ada dapat
berjalan dengan semestinya dan tentunya lancar.
Berbagai jenis sistem perkembangan kurikulum yang ada
tentunya memiliki fungsi yang berbeda pula. Oleh karena itu, pendidikan
sebagai sistem haruslah dapat melaksanakan fungsinya dengan baik agar
tercapainya tujuan yang dicita- cita kan. Komponen komponen yang ada
24
juga harus terpenuhi agar terciptanya ke efektifan pembelajaran agar
berjalan dengan lancar tanpa adanya suatu kendala.
25
DAFTAR PUSTAKA
Academia. https://www.academia.edu/4961941/Perbedaan_kurikulum
26
https://www.academia.edu/34684908/Perkembangan_Kurikulum_Indonesi
a
https://www.researchgate.net/publication/356412797_SEJARAH_PERKEM
BANGAN_KURIKULUM
Malang. https://lobikampus.blogspot.com/2016/06/landasan-yuridis-
pendidikan.html?m=1
27