Anda di halaman 1dari 27

SEJARAH PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Pengembangan
Kurikulum dan Pembelajaran Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN
Alauddin Makassar

OLEH :

MUH. YAOMIL
[20400122068]

FERI AFANDI
[20400122089]

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2024
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok pada Mata Kuliah
“Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran” tepat pada waktunya. Shalawat
dan salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
mengantarkan kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata Kuliah Kurikulum


Pengembangan oleh Prof. Dra. Hj. St. Azisah, M.Ed.St., Ph.D. diharapkan
makalah ini dapat memberikan informasi kepada semua pembaca, khususnya bagi
mahasiswa dan mahasiswa UIN Alauddin Makassar.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Gowa, 29 Maret 2024

Penyusun

2
3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTA

R...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB 1.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................5
BAB 2.......................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. SEJARAH dan PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA.......6
1) Rentjana pelajaran 1947.......................................................................................6
2) Rentjana Pelajaran Terurai 1952..........................................................................7
3) Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964.......................................................7
4) Kurikulum 1968...................................................................................................8
5) Kurikulum Periode 1975......................................................................................9
6) Kurikulum 1984, Kurikulum 1975 yang Disempurnakan...................................9
7) Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999..............................................10
8) Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)..............................11
9) Kurikulum Periode KTSP 2006.........................................................................12
10) Kurikulum Periode 2013..................................................................................14
B. SEJARAH KURIKULUM DI TINGKAT PENDIDIKAN..........................14
A. SEJARAH KURIKULUM DI TINGKAT SD....................................14
B. KURIKULUM DI TINGKAT SMP....................................................18
C. KURIKULUM DI TINGKAT SMA.................................................................21
BAB 3.....................................................................................................................24
PENUTUP.............................................................................................................24
A. KESIMPULAN................................................................................................24
B. KRITIK DAN SARAN....................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

4
5
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya perkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu,


dewasa ini berkembang sangat pesat, baik secara teoretis maupun praktis. Jika
dahulu kurikulum tradisional lebih banyak terfokus pada mata pelajaran dengan
sistem penyampaian penuangan, maka sekarang kurikulum lebih banyak
diorientasikan pada dimensi-dimensi baru, seperti kecakapan hidup,
pengembangan diri, pembangunan ekonomi dan industry, era globalisasi, dengan
berbagai permasalahannya, politik, bahkan dalam praktiknya telah menyentuh
dimensi teknologi informasi dan komunikasi.
Kurikulum sendiri adalah sebagai kombinasi bahan untuk membentuk
kerangka isi materi serta metode belajar apa yang akan di terapkan oleh seorang
guru untuk menyampaikan pelajaran tersebut kepada siswa atau akan di ajarkan
kepada siswa di sekolah. Jika ingin membangun suatu bangsa, maka bangunlah
yang pertama sistem pendidikannya, dan jika anda ingin membangun pendidikan,
maka bangunlah yang tersendiri. Dengan demikian, konsep kurikulum teknologis
dapat berbentuk aplikasi teknologi pendidikan dan dapat juga berbentuk
penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak dalam pendidikan. Prosedur
pembelajaran didasarkan pada psikologi behaviorisme dan teori stimulus-respons
(S – R Bond). Artinya, tujuan yang dirumuskan harus berbentuk perilaku
(behavioral objective) yang dapat diukur dan diamati serta diarahkan untuk
menguasai sejumlah kompetensi.
Metode stimulus-respons ini sangat sering di gunakan oleh guru, karena
metode ini sangat baik untuk menumbuhkan semangat belajar siswa, karena
dengan metode stimulus-respons ini guru banyak memberikan rangsangan-
rangsangan, seperti pertanyaan, tugas, dan kuis. Yang menuntut peserta didik
memberikan respons. Jika jawaban peserta didik betul, maka harus segera

6
diberitahukan karena merupakan reinforcement antara stimulus dengan respons
atau antara pertanyaan dengan jawaban. Jika salah harus diberikan perbaikan atau
feedback. Sehingga siswa dapat memberikan respons yang tepat dan tuntas
(mastery learning). Pendekatan pembelajaran ini secara individual, artinya peserta
didik menghadapi tugas dengan kecepatan masing-masing.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang diatas maka dapat kita simpulkan beberapa rumusan
masalah tentang KURIKULUM sebagai berikut :

A. Bagaimana sejarah kurikulum dan perkembangannya di indonesia ?

B. Bagaimana sejarah kurikulum dan perkembangannya di tingkat sd, smp,


dan sma ?

7
BAB 2

PEMBAHASAN

A. SEJARAH dan PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

Sejarah mencatat bahwa Kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia


yakni kurikulum 1947 sampai kurikulum 2013, kurikulum tersebut mengalami
pembaruan-pembaruan mengikuti perkembangan dunia pendidikan yang semakin
modern dan tentunya karena faktor perkembangan zaman. Berikut kurikulum dari
dulu sampai sekarang.

1) Rentjana pelajaran 1947


Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah
dalam bahasa Belanda leer plan artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular
dibanding istilah curriculum (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih
bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.
Sedangkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat
itu dikenal dengan sebutan Rentjana Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada
tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum
diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok:
a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
b. Garis-garis besar pengajaran.

Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem


pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang
pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai
pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan
berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka
pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia
yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.

8
Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran.
Yang diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

2) Rentjana Pelajaran Terurai 1952


Pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang kemudian diberi nama
Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu
sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari
kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana
Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali, seorang guru
mengajar satu mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar
Depdiknas periode 1991-1995. Pada masa itu juga dibentuk kelas Masyarakat.
Yaitu sekolah khusus bagi lulusan Sekolah Rendah 6 tahun yang tidak
melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti
pertanian, pertukangan, dan perikanan tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke
jenjang SMP, bisa langsung bekerja.

3) Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964


Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964
atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima
kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional prak tis.Usai tahun 1952, menjelang tahun
1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di
indonesia. Kali ini diberi nama dengan Rentjana Pendidikan 1964. Yang menjadi

9
ciri dari kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana
yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional, kerigelan dan jasmani.
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini
adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan jasmani.
Ada yang menyebut Panca wardhana berfokus pada pengembangan daya cipta,
rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima
kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

4) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan kurikulum 1964, yakni
dilakukan perubahan struktur kulrikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum
ini merupakan perwujudan perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis yaitu
mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968
menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat
mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat
teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya
pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang
pendidikan.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan
sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi

10
pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang
sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan
1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan
manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi
materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus.

5) Kurikulum Periode 1975


Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien
dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata
Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode,
materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana
pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci lagi dalam bentuk Tujuan Instruksional
Umum (TIU), Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Guru harus trampil menulis
rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Kurikulum 1975
banyak dikritik. Guru sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran.

6) Kurikulum 1984, Kurikulum 1975 yang Disempurnakan


Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering
disebut Kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,
hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau
Student Active Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984

11
adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas
periode 1980-1986.
Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-
sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan
secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA.
Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di
sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model
berceramah. Akhiran penolakan CBSA bermunculan.

7) Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran,
yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan
dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran
cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Kurikulum 1994
bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
“Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984,
antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan.
Pada kurikulum 1994 perpaduan tujuan dan proses belum berhasil karena
beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal.
Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing,
misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai
kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu
tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi
kurikulum super padat. Kehadiran Suplemen Kurikulum 1999 lebih pada
menambal sejumlah materi.

12
8) Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Kurikulum 2004, disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur
pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator
evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan
pengembangan pembelajaran.
Ciri-ciri KBK sebagai berikut:
 Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman.
 Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi,
sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
 Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
 Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan
semester.
 Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan
dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.
 Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada
setiap level.
Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan,
1. Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar
mereka pada level ini?
2. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas
kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan
berbagai teknik penilaian.

Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator


adalah untuk menjawab pertanyaan, Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa
telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?.

13
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan untuk melakukan kompetensi tugas-tugas tertentu sesuai dengan
standar performance yang telah ditetapkan. Hal ini mengandung arti bahwa
pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan
perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu
dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman
pembelajaran.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir
dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang
untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu (Puskur, 2002:55).
Kurikulum 2004 lebih keren dengan nama Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Setiap mata pelajaran dirinci berdasarkan kompetensi apa
yang mesti di capai siswa. Kerancuan muncul pada alat ukur pencapaian
kompetensi siswa yang berupa Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional yang
masih berupa soal pilihan ganda. Bila tujuannya pada pencapaian kompetensi
yang diinginkan pada siswa, tentu alat ukurnya lebih banyak pada praktik atau
soal uraian yang mampu mengukur sejauh mana pemahaman dan kompetensi
siswa. Walhasil, hasil KBK tidak memuaskan dan guru-guru pun tak paham betul
apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.

9) Kurikulum Periode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran) 2006


Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Disusun oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh
Menteri Pendidikan Nasional melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006. Menurut Undang-undang
nomor 24 tahun 2006 pasal 1 ayat 15, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan. Jadi, penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi serta kompetensi dasar

14
yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Disamping
itu, pengembangan KTSP harus disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan,
potensi dan karakteristik daerah, serta peserta didik.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP dimana
panduan tersebut berisi sekurang-kurangnya model-model kurikulum tingkat
satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut dikembangkan sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah/ karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat
setempat, dan peserta didik.
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian
dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi
yang ada di daerah. Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan
bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB,
dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan
dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.
Dengan terbitnya permen nomor 24 tahun 2006 yang mengatur
pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan
permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kelulusan, lahirlah kurikulum 2006
yang pada dasarnya sama dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang menonjol
terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari
desentralisasi sistem pendidikan.
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi
dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk
mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan
kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran,
dihimpun menjadi sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di
bawah binaan dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.

15
Pada akhir tahun 2012 KTSP dianggap kurang berhasil, karena pihak sekolah dan
para guru belum memahami seutuhnya mengenai KTSP dan munculnya beragam
kurikulum yang sulit mencapai tujuan pendidikan nasional. Maka mulai awal
tahun 2013 KTSP dihentikan pada beberapa sekolah dan digantikan dengan
kurikulum yang baru.

10) Kurikulum Periode 2013


Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan, modivikasi dan
pemutakhiran dari kurikulum sebelumnya. Berdasarkan informasi beberapa hal
yang baru pada kurikulum 2013.Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada
tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum
2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu
mempunyai perbedaan dengan yang lama.

B. SEJARAH KURIKULUM DI TINGKAT PENDIDIKAN

A. SEJARAH KURIKULUM DI TINGKAT SD


1. Kurikulum Sekolah Dasar pada Masa Kompeni (sampai 1960)
Bangsa Eropa baik Portugis maupun Belanda pada awalnya belum
memperhatikan pendidikan dan tujuan mereka ke Indonesia hanya akan mencari
rempah-rempah dan berdagang. Walaupn demikian tetapi bangsa Eropa ada tujuan
lain ke Indonesia yaitu untuk menyebarkan agama. Pada abad 16 dan 17,
berdirilah lembaga-lembaga pendidikan dalam upaya penyebaran agama Kristen
ditanah air. Sedangkan Portugis mendirikan lembaga pendidikan di Maluku dalam
upaya penyebaran agama Katolik. Dengan adanya lembaga pendidikan tersebut,
pihak kompeni merasakan perlunya ada pegawai untuk membantu
mengembangkan lembaga tersebut. Pada zaman Inggris (1811-1816), masalah
pendidikan tidak diperhatikan. Sekolah-sekolah yang dibangun pada zaman
Deandels (1808-1811) hampir tidak ada lagi.
Namun pada zaman Van den Bosch (1830-1834), Belanda memerlukan
pegawai rendahan yang dapat membaca dan menulis yang jumlahnya cukup

16
banyak untuk keperluan tanam paksa. Untuk keperluan tersebut sekolah-sekolah
mulai dibuka kembali, tetapi hanya untuk anak pribumi atau priyayi pribumi. Pada
tahun 1848, biaya pendidikan di tanah air lumayan besar jumlahnya. Berdirilah
sekolah-sekolah bagi bangsa Belanda dan juga bagi pribumi. Sekolah sangat
diutamakan bagi Belanda pada tahun 1892 terdapat dua macam sekolah rendah.
Pertama, Sekolah Kelas Dua untuk anak pribumi,dengan lama pendidikan 3 tahun,
dan pelajaran yang diprogramkan adalah berhitung, menulis, dan membaca.
Sekolah Kelas Satu untuk anak pegawai pemerintah Hindia Belanda. Lama
pendidikan awalnya 4 tahun, kemudian 5 tahun dan akhirnya 7 tahun. Tujuaannya
untuk mendidik pegawai-pegawai rendahan untuk keperluan kantor-kantor
pemerintah dan kantor-kantor dagang.
2. Kurikulum SD pada Zaman Kolonial Belanda
Seiring munculnya revolusi social dan industry di Eropa pada abad 20,
muncul paham humanis. Di Indonesia muncul Politik Etisch yang member
pengaruh terhadap perluasan sekolah pada putra-putri Indonesia. Pada masa itu di
Jawa Tengah dibangun Sekolah Dasar yang lamanya 3 tahun, semacam Sekolah
Kelas Dua. Sekolah-Sekolah Kelas Dua pada tahun 1905 sudah menjadi 5 tahun.
Kemudian pada tahun 1914, didirikan Sekolah Sumbangan yang lamanya 2 tahun
setelah Sekolah Desa.
3. Kurikulum SD pada Zaman Jepang
Pada masa Jepang, perkembangan pendidikan mempunyai arti tersendiri
bagi bangsa Indonesia, yaitu terjadinya keruntuhan system pemerintahan kolonial
Belanda. Pada masa ini, semua sekolah rendah yang bermacam-macam tingkatnya
itu dihilangkan dan tinggallah Sekolah Rendah untuk bangsa Indonesia, yaitu
sekolah rakyat yang disebut Kokumin Gako (6 tahun lamanya).
Jenis pendidikan ini kurang memerhatikan isi. Anak didik pada masa itu
harus membantu Jepang dalam peperangan sehingga anak-anak pribumi harus
mengikuti latihan militer di sekolah. Pelajaran olahraga sangat penting, karena itu
anak didik harus mengumpulkan batu, kerikil, dan pasir untuk kepentingan
pertahanan. Kemudian anak-anak sekolah juga disuruh untuk menanam pohon
jarak untuk membuat minyak demi kepentingan perang. Selanjutnya, pelajaran

17
berbau Belanda dihilangkan, dan Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa
pengantar.
4. Kurikulum SD Pascakemerdekaan
a. Masa Setelah Merdeka Sampai 1952
Setelah merdeka, pedoman pelaksanaan pendidikan berdasarkan UUD
1945. Atas usul dari badan pekerja KNIP, pada Desember 1945 dibentuklah
Panitia Penyelidikan Pendidikan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan
Kebeudayaan (PP dan K). pada masa kedudukan Belanda (NICA), Indonesia
dibagi menjadi Negara bagian (RIS), setelah kembali menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), yang diresmikan pada 17 Agustus 1945, pendidikan
disatukan kembali, keadaan ini berlangsung sampai 1952.
b. 1952-1964
Pada masa ini, pendidikan di Indonesia mengalami penyempurnaan.
Tujuan pendidikan dan pengajaran Republik Indonesia pada waktu itu adalah
membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Pada tahun
1952 pemerintah Republik Indonesia dan Kementerian Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan menerbitkan Rencana pengajaran terurai untuk Sekolah Rakyat III
dan IV yang berguna untuk guru sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar
pada sekolah dasar. Jenis-jenis pelajaran pada waktu itu adalah Bahasa Indonesia,
Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, dan Sejarah.
Mata pelajaran lain yang juga diajarkan di sekolah selain mata pelajaran
yang telah tercantum di dalam Rencana Pelajaran Terurai, sesuai dengan peraturan
Kementerian PP dan K mengenai Sapta Usaha Tama, yaitu Penerbitan
aparatur dan usaha-usaha Kementerian PP dan K
 Menggiatkan kesenian dan olahraga
 Mengharuskan penabungan
 Mewajibkan usaha-usaha koperasi
 Mengadakan kelas masyarakat
 Membentuk regu kerja pada SLA dan Universitas

18
Kurikulum Sekolah Dasar (SD) dari 1952 sampai 1964 dapat dikategorikan
sebagai kurikulum tradisional, yaitu separated subject curriculum. Tujuan
pendidikan pada masa ini adalah membentuk manusia Pancasila dan
Manipol/Usdek yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat adil
dan makmur, materiil, dan spiritual. Sistem pendidikan dinamakan Sistem Panca
Wardana atau sistem lima aspek perkembangan yaitu perkembangan moral,
perkembangan intelegensi, perkembangan emosional artistik (rasa keharuan),
perkembangan keprigelan, dan perkembangan jasmaniah.

Kelima wardana tersebut diuraikan menjadi beberapa bahan pembelajaran, yaitu :


 Perkembangan moral: pendidikan kemasyarakatan dan pendidikan
agama/budi pekerti
 Perkembangan intelegensi: bahasa Indonesia, bahasa daerah,
berhitung, dan pengetahuan alamiah
 Perkembangan emosional/artistik: seni sastra/music, seni lukis/rupa,
seni tari, dan seni sastra/drama
 Perkembangan keprigelan: pertanian/peternakan, industri
kecil/pekerjaan tangan, dan keprigelan-keprigelan yang lain
 Perkembangan jasmaniah: pendidikan jasmaniah dan pendidikan
kesehatan

Dalam pelaksanaan kurikulum terdapat petunjuk bahwa keberadaan anak


didik lebih efektif, tetapi masih dalam bimbingan pendidik (guru). Disamping
mata pelajaran Wardana, dikenal juga Krida, yang berarti hari untuk berlatih
menurut bakat dan minat anak didik. Kurikulum sekolah dasar tahun 1964 dapat
dikategorikan sebagai Correlated Curriculum. Hal ini tampak dari kurikulum masa
ini yang mengarahkan dan anak didik untuk terjun ke dunia kerja.

c. Kurikulum SD Sejak Orde Baru (1965) hingga 1968


Pada tahun 1968 pemerintah c.q. Departemen P dan K menerbitkan buku
Pedoman Kurikulum Sekolah Dasar yang dinamakan kurikulum SD, sebagai

19
reaksi terhadap Rencana Pendidikan TK dan SD, yang didalamnya berbau politik
Orla (Orde Lama). Perubahan-perubahan terletak pada landasan pendidikannya
yang berdasarkan falsafah Negara Pancasila. Berikut ini uraiannya :
1. Dasar Pendidikan Nasional
Ketetapan MPRS No. XXVI/MPRS/1996 Bab II Pasal 2
2. Tujuan Pendidikan Nasional
Ketetapan MPRS No. XXVII/Bab II Pasal 3
3. Isi Pendidikan Nasional
Ketetapan MPRS No. XXVII/MPRS/1996 Bab II Pasal 4
Kurikulum SD 1968 dibagi menjadi tiga kelompok besar. Pertama,
Kelompok Pembinaan Pancasila. Kedua, Kelompok Pembinaan Pengetahuan
Dasar. Ketiga, Kelompok Kecakapan Khusus. Sudah ada pedoman pada tiap
mata pelajaran agar seorang pendidik lebih aktif mendorong anak didik dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

B. Kurikulum di tingkat SMP


SMP merupakan Lembaga Pendidikan Formal sesudah SD dan merupakan
persiapan bagi Sekolah Menengah Atas (SMA). Perkembangan kurikulum di
Indonesia mengalami masa yang meliputi masa penjajahan Belanda, masa
penjajahan Jepang, dan masa Republik Indonesia.

1. Masa Penjajahan Belanda


Pada masa pemerintahan Belanda, kurikulum Sekolah Menengah Pertama
yang formal sudah ada kesesuaiannya dengan masa sekarang.
a. Periode sebelum 1900
Sekolah Menengah Pertama mulai pada zaman penjajahan Belanda dan
didirikan pada 1960 yang bernama Gymnasium. Lamanya belajar 3 tahun dan
siswa-siswanya hanya terbatas pada orang-orang Barat/golongan ningkrat. Hal ini
didasarkan atas kebutuhan akan pegawai-pegawai yang terdidik, baik untuk
jawatan-jawatan pemerintahan maupun untuk organisasi-organisasi.
b. Periode 1900-1914

20
Situasi politik dunia pada akhir abad ke-19 mengalami perubahan disebabkan
adanya revolusi social dan industry serta pandangan atau aliran humanisme. Hal
ini berlaku pula pada Negara Belanda sehingga timbul paham yang disebut politik
etnis atau erschuld. Aliran ini menuntut agar pemerintahan jajahan memerhatikan
rakyat jajahannya.
c. Periode 1914-1935
Dengan dilatarbelakangi oleh meluasnya paham humanitas di kalangan orang
Belanda, akhirnya pemerintah didesak untuk memperluas pendidikan bagi kaum
pribumi. Dengan demikian, didirikanlah sekolah MULO yang lam belajarnya 4
tahun.
d. Periode 1935-1945
Karena keterbatasan pendidikan yang bersifat skill pada sekolah MULO,
pemerintah Belanda pun dituntut untuk meninjau kembali rencana pendidikan dan
pembelajaran MULO. Berdasarkan hal itu pemerintah Belanda mengubah struktur
organisasi MULO dengan mengembangkan bahasa Indonesia (yang dulunya
bahasa Melayu) pada kelas tiga, dan hal itu dilakukan untuk memenuhi tuntutan
masyarakat.

2. Kurikulum SMP pada Masa Jepang (1942-1945)


Pada masa penjajahan Jepang. Kurikulum yang diterapkan bertujuan agar
rakyat dapat membantu pertahanan Jepang. Hal itu dimulai dari perubahan bahasa,
dari bahasa Belanda diubah menjadi menjadi bahasa Jepang, mata pelajaran ilmu
pasti, ilmu alam, ilmu hayat,dijadikan pengetahuan dasar, seperti yang diberikan
di MULO, yaitu pada ilmu pasti,alam. Mata pelajaran ilmu bumi, sejarah, dan tata
Negara yang dahulunya terpusat pada Belanda sekarang berubah terpusat pada
Jepang (Asia Timur Raya).

3. Masa Republik Indonesia


a. Masa 1945-1950
Seperti yang telah dijelaskan, isi kurikulum pendidikan masa penjajahan Belanda
berorientasi pada tujuan untuk mempersiapkan tenaga pegawai yang diperlukan

21
oleh pemerintah Belanda, dan pada masa penjajahan Jepang isi kurikulumnya
bertujuan untuk membantu kelancaran dan pertahanan Jepang selama mereka
berada di Indonesia merdeka, yang diawali dengan Proklamasi Kemerdekaan pada
17 Agustus 1945, telah menciptakan hidup baru dalam segala bidang,termasuk
bidang pendidikan. Sebagai pedoman bagi rakyat pemerintah menggunakan
Rencana Pendidikan dan Pengajaran yang telah disiapkan pada saat-saat terakhir
pendudukan Jepang. Kemudian, Ki Hajar Dewantara, Menteri PP dan K,
mengeluarkan intruksi umum yang memerintahkan kepada semua kepala sekolah
dan guru-guru, yaitu :
‘Pengibaran Sang Saka Merah Putih di halaman sekolah pada setiap harinya
Menyanyikan lagu Indonesia Raya, sebagai lagu kebangsaan Menurunkan
Bendera Jepang dan menghilangkan Kimigayo Menghapuskan Bahasa Jepang dan
semua upacara yang berasal dari bala tentara Jepang;Memberikan semangat
kebangsaan kepada anak didik atau murid’

b. Masa 1950-1962
Meskipun sebelumnya Indonesia telah memiliki SMP, yaitu pada masa 1945-
1950, sebagai revisi dari MULO, namun belum semua anak Indonesia dapat
mengeyamkannya, karena pada waktu itu belum semua wilayah Indonesia
dikuasai pemerintahan RI. Setelah terjadi KMB (Konferensi Meja Bundar) dan
tergabung dalam RIS, Negara-negara bagian pun muncul sebagai following dari
daerah-daerah kantong sebelumnya, misalnya Negara Bagian Pasundan, Jawa
Timur, Sumatra Timur, dan lain-lain. Dengan terbentuknya NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia) pada 17 Agustus 1950, struktur dan system
pendidikan haris diseragamkan, dan sebagai pedomannya adalah SMP di
Yogyakarta (milik RI) dan akan diberlakukan pada semua SMP di tanah air, yang
namanya diubah menjadi SMP Otomatis dengan kurikulum SMP RI
(Yogyakarta).

22
C. KURIKULUM DI TINGKAT SMA

Kurikulum SMA
Berikut ini kategori kurikulum SMA di Indonesia sejak masa penjajahan dan
pascakemerdekaan.

1. Kurikulum SMA pada Masa Belanda


Sekolah Menengah Atas (SMA) pada zaman Belanda adalah AMS (Algemene
Midelbare School). Sekolah ini berdiri pada tahun 1919, setelah mendirikan
Sekolah Menengah Pertama, seperti MULO (Meer Uifgebried Order Wijs) pada
1914, Gymnasium Villen 3 tahun (1897) dan HBS (1875) denagn lama
pendidikan 3 tahun, kemudian berubah menjadi 5 tahun.
AMS mempunyai tujuan sebagai berikut :
Memberi kesempatan kepada pemuda Indonesia untuk meneruskan
pelajaran.
Sebagai jembatan untuk meneruskan ke perguruan tinggi.
Mendidik anak didik untuk menjadi pegawai-pegawai Kolonial Belanda dan
mempertahankan kekuasaannya.
Lamanya pendidikan AMS adalah 3 tahun, bagian A dan B.
Bagian A : Ilmu Pengetahuan Kebudayaan, yaitu Kesusastraan Timur (AI),
Kesusastraan Klasik Barat (AII).
Bagian B : Ilmu Pengetahuan Kealaman.
Mata pelajaran pokok AMS bagian AI (Kesusastraan Timur) adalah Bahasa Jawa,
Bahasa Melayu, Sejarah Indonesia, dan ilmu bangsa-bangsa. Mata pelajaran
pokok AII (Kesusastraan Klasik Barat) adalah Bahasa Latin.

2. Kurikulum SMA pada Masa Jepang

23
Pada tahun 1942, AMS (milik Belanda) diganti oleh Jepang menjadi Sekolah
Tinggi (SMT) dengan lama belajar 3 tahun. Isi di dalam rencana pelajaran SMT
yang sangat penting untuk diketahui adalah sebagai berikut :
Pemakaian Bahasa Belanda dilarang.
Bahasa resmi dan pengantar Bahasa Indonesia.
Bahasa Jepang menjadi mata pelajaran wajib.
Pengajaran adat istiadat Jepang.
Sejarah Jepang sangat penting.
Pelajaran Ilmu Bumi dalam aspek geopolitik perlu dipelajari.

3. Kurikulum SMA Masa RI


a. Masa 1950-1965
Pada 1950, lahirlah UU Pendidikan dan Pengajaran di sekolah yang
berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1950 yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1945.
Pada Bab II pasal 3, diungkapkan tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah,
yaitu membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Sejak 1959,
Indonesia menganut paham Demokrasi Terpimpin sehingga pendidikan yang
sedang berlangsung pun disesuaikan dengan paham ini. Berdasarkan rapat
Direktur semua SMA pada Mei 1962, dinyatakan “ Hubungan antara haluan
Negara dengan pendidikan erat sekali, karena pendidikan menyiapkan anak
supaya kelak manjadi warga Negara yang baik ”.

b. Masa 1965-1985
Perkembangan kurikulum sekolah meliputi beberapa dimensi
dasar(falsafah), tujuan pendidikan nasional, orientasi pelajaran, kualifikasi lulusan
yang dikehendaki, orientasi dan isi kurikulum desain kurikulum, pendekatan
metodologis, pembimbing dan fasilitas.

c. Masa 1994

24
Pada PP No. 29/1990 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan menengah
adalah meningkatkan pengetahuan siswa untuk melancarkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,dan kesenian (Pasal 2: 1). Kemudian
tujuaannya adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota
masyarakat dalam mengadakan hubungan timbale balik dengan lingkungan sosial
budaya alam dan sekitarnya (pasal 2: 2). Untuk mencapai tujuan di atas,
penyelenggaraan pendidikan menengah berpedoman pada tujuan pendidikan
nasional.
Isi kurikulum pendidikan menengah merupakan susunan bahan kajian dan
pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan menengah dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional. Isi kurikulumnya wajib memuat bahan kajian dan
mata pelajaran mengenai Pendidikan Pancasila, Pendidika Agama dan Pendidikan
Kewarganegaraan (Pasal 15: 2).

25
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan tentang Sejarah Kurikulum dari Masa ke Masa, maka


dapat di simpulkan bahwa kurikulum tersebut merupakan suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam mengelola
pengembangan pendidikan di sekolah dan untuk mencapai tujuan yang efektif
serta efisien dalam bidang pendidikan maka di butuhkan sumber daya yang berupa
person, money, materials, method, machines, market, minute dan information.

B. KRITIK DAN SARAN


Dalam pembuatan makalah SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
KURIKULUM DI INDONESIA ini tentu akan menemui banyak kesalahan baik
sengaja maupun tidak. Maka dari itu, kami selaku penulis makalah tentu sangat
mengharapkan kritik serta saran yang baik untuk acuan makalah yang akan
datang.

26
DAFTAR PUSTAKA

Model-Model Pengembangan Kurikulum. (online)


http://wulanendang.blogspot.com/model-model-pengembangan-kurikulum
Diakses 13 November 2013

Pengertian Menurut Para Ahli. (online)


http://www.pengertianahli.com/2013/09/pengertian-kurikulum-menurut-para-
ahli.html Diakses 13 November 2013

Idi, Abdullah. 2011, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik : Ar-Ruzz


Media. Jogjakarta

http://www.gurungapak.com/2016/03/perkembangan-kurikulum-1947-
sampai.html

https://gledysapricilia.wordpress.com/study/sejarah-perkembangan-kurikulum-di-
indonesia/

27

Anda mungkin juga menyukai