Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KURIKULUM MERDEKA BELAJAR

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum Pendidikan IPS

Dosen Pengampu : Dr. Heru Suparman

Disusun Oleh:

Risma Rahmawati 20227370037

Samsudin 20227370004

Tatu Khabibah 20227370021

FAKULTAS PASCASARJANA
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi. kami
berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari
itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi.

Jakarta, Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
Cover
Kata Penganter ………………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………….. ii
BAB 1 Pendahuluan ………………………………………………………………………….. 1
1. Latar Belakang Masalah ……………………………………………………………………1
2. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………….3
3. Tujuan ……………………………………………………………………………………...4
4. Manfaat …………………………………………………………………………………….4
BAB II Landasan Teori ……………………………………………………………………….5
1. Pendidikan …………………………………………………………………………………5
2. Pembelajaran …………………………………………………………………………........5
BAB III Pembahasan …………………………………………………………………………8
1. Sejarah Adanya Kurikulum Merdeka Belajar …………………………………………......8
2. Pembelajaran Kurikulum Merdeka ……………………………………………………......10
3. Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar ……………………………………………….16
BAB IV Kesimpulan ………………………………………………………………………….18
1. Kesimpulan ……………………………………………………………………………......18
2. Saran ……………………………………………………………………………................18
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………20

ii
BAB I

1. Latar Belakang PENDAHULUAN

Seiring perkembangan zaman perubahan terjadi suatu sistem pendidikan di Indonesia.


perkembangan tersebut dapat kita dilihat dari kebijakan-kebijakan dan pembaharuan standar
Pendidikan yang berlaku seperti pergantian kurikulum. Sehingga sistem Pendidikan terus
mengalami perubahan, sistem pendidikan di Indonesia saat ini sudah 10 kali telah berganti
kurikulum, sejak dimulai dari tahun 1947 (Insani, 2019). Kurikulum yang pertama diaplikasikan
dalam sistem Pendidikan adalah yakni Kurikulum Rentjana Pelajaran 1947. Kurikulum yang
dirancang pertama kali dan sekaligus kurikulum pertama di satuan pendidikan di Indonesia yang
diterapkan dan berlaku mulai sejak kemerdekaan Indonesia. Kurikulum yang digunakan pada
saat itu berorientasi politik, disesuaikan dengan sistem Pendidikan pada saat itu yang
mengadopsi sistem pendidikan Belanda, menjadi rancangan dan diaplikasikan untuk muatan
kurikulum di satuan pendidikan Indonesia dan disesuaikan dengan sistem Pendidikan Indonesia
(Raharjo, 2020). Sesuai dengan kurikuluminilah, Pancasila dijadikan sebagai fundamen
pendidikan untuk negara Indonesia. Kurikulum ini disusun pada tahun 1947 baru kemudian
diberlakukan di tahun 1950.
Kekhasan sifat kurikulum yang nampak jelas pada kurikulum itu diaplikasikan sesuai
dengan sistem pendidikan di Indonesia merupakan pembentukan karakter dan watak bangsa
Indonesia. Dengan adanya karakteristik tersebut bangsa Indonesia memiliki kekuatan yang sama
dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang merdeka (Maulida, dkk, 2020). Melalui kurikulum
ini warga bermasyarakat bisa menerapkan nilai-nilai luhur dan pembentukkan karakter sejalan
dengan pandangan hidup bangsa. Kemudian setelah kurikulum Rentjana 1947, dikembangkan
lagi Pelajaran Terurai 1952. Mengingat mata pelajaran lain kurikulum yang sudah diaplikasikan
periode sebelumnya masih belum fokus dengan pembentukan watak dan karakter yang
diinginkan dalam sistem Pendidikan di Indonesia, di periode ini terdapat beberapa
penyempurnaan aspek yang dilakukan seperti dibentuk silabus atau rencana pembelajaran
dengan tenaga pengajar yang sesuai dengan bidang dan mengajarkan spesifik mata pelajaran
kepada peserta didik. Sesuai dengan penyempurnaan itu kurikulum di Indonesia diubah lagi
menjadi Kurikulum Rentjana Pendidikan 1964. Dirancang dan dikembangakannya kurikulum
adalah untuk penyempurnaan kurikulum sebelumnya, kurikulum yang dibentuk sistem

1
pendidikan di negara Indonesia. Tujuan Pemerintah meningkatkan sistem pendidikan di
Indonesia adalah dengan cara memberikan pembekalan secara akademik maupun non akademik
untuk jenjang pendidikan sekolah dasar (Batubara & Aman, 2019).
Sesuai dengan tujuan tersebut, maka dirancanglah program Pancawardhana yaitu
dikelompokkan menjadi lima materi bidang studi yang meliputi moral, pengembangan, jasmani,
keterampilan, dan emosional. Berbagai kurikulum sudah diimplementasikan dengan tujuan
penyempurnaan kurikulum dari kelemahan kelemahan kurikulum yang ditemukan. Setelah
Kurikulum Rentjana Pendidikan 1964 sistem Pendidikan di Indonesia diubah lagi menjadi
Kurikulum 1968. Kurikulum tersebut memusatkan perhatian pada pembentukan watak bangsa
Indonesia yang sesuai dasar negara, berjiwa Pancasila sejati. Berjiwa Pancasila maksudnya
adalah masyarakat yang sehat, cerdas, kuat, mempunyai moral, dan kepercayaan atas agama
yang dianut (Ritonga, 2018). Sistem Pendidikan di Indonesia selain menjalankan sistem
pendidikan sesuai dengan dasar negara dan berjiwa Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 turut
menjadi fundamen yang digunakan dalam kurikulum ini. Karakteristik seperti arah kegiatan pada
peningkatan keterampilan dan kecerdasan, serta pengembangan jasmani yang kuat dan sehat.
Kurikulum Pendidikan pada tahun 1975, sangat efektif dan efisien karena dibentuk sesuai
dengan manajemen objektivitas yang disesuaikan sehingga timbul Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI) atau pendidikan satuan pelajaran (Hadiansyah,dkk, 2020).
Kemudian Kurikulum Pendidikan 1984 memiliki ciri yang berfokus utama dititikberatkan
kepada bidang studi dan keahliannya. Di periode ini, dalam kurikulum ini subjek pembelajaran
adalah berpusat pada peserta didik. Beberapa hal yang diberlakukan dalam kurikulum ini adalah
dengan pengaplikasian metode pembelajaran melalui observasi, klasifikasi, diskusi, hingga
pelaporan. Sesuai dengan pengaplikasian metode yang berpusat pada peserta didik. Metode ini
dikenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) (Ananda & Hudaidah, 2020). Keberhasilan
penerapan kurikulum 1984, setelah itu dikembangkan Kurikulum 1994, dan Suplemen
Kurikulum 1999. Kurikulum pada tahun ini merupakan pembaharuan dan penyempurnaan dari
kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum tahun 1975, dan 1984. Saat ini, didapati beberapa
masukan dan kritik atas kurikulum pendidikan yang berlaku karena dianggap membebani proses
belajar peserta didik dan tidak sesuai sebab terlampau berat.
Pada saat periode kurikulum ini mengalami pembaharuan dan muncul mata pelajaran
tambahan seperti muatan nasional dan muatan lokal inklusif materi bahasa daerah, ketrampilan

2
dan kesenian. Pembaharuan kurikulum terjadi pada tahun 2004 yakni Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Ciri dari kurikulum ini adalah pencapaian kompetensi bagi peserta didik
sebagai individu maupun kelompok dan berfokus pada capaian hasil belajar. Beberapa ciri khas
antara sistem pendidikan KBK dengan yang sebelumnya adalah pengembangan pembelajaran,
dan pemilihan kompetensi yang disesuaikan dengan minat peserta didik, serta evaluasi dalam
penentuan keberhasilan proses belajar (Iramdan & Lengsi, 2019). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan atau KTSP yang diluncurkan pada tahun 2006 adalah penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya yang sudah disesuaikan dengan sistem Pendidikan di Indonesia. Sesuai dengan
pembaharuan penyempurnaan tersebut KTSP dapat dibedakan dari penggunaan standar
kompetensi dasar yang dikukuhkan pada satuan Pendidikan. Di samping itu pada KTSP, tenaga
pendidik juga dituntut dapat berinovasi, mengembangkan kapasitas diri dan rancangan
pembelajaran secara mandiri serta terarah dengan menyesuaikan kondisi daerah sekolah dimana
berada (Agustinova, 2018). Sesuai dengan perkembangan sistem pendidikan berbenah dan
pembaharuan terhadap kurikulum dengan cara pergantian Kurikulum sesuai dengan
penyempurnaan dan pembaharuan kurikulum yang baru di Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
selanjutnya yang diaplikasikan dalam satuan pendidikan di Indonesia adalah kurikulum 2013.
Pembaharuan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disempurnakan melalui
pengaplikasian Kurikulum 2013 dengan beberapa aspek untuk dijadikan acuan pokok pengkajian
meliputi aspek kognitif, aspek keterampilan, serta aspek perilaku dan sikap. Kurikulum 2013
pada standar isi terkandung beberapa mata pelajaran yang dirampingkan namun ada pula yang
dikembangkan.Materi pelajaran tersebut di antaranya adalah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Ilmu Pendidikan Sosial (IPS), dan Bahasa Indonesia (Fernandes, 2019). Di
sisi lain, mata pelajaran Matematika mendapat pengembangan materi. Kurikulum 2013 akan
disempurnakan kembali dengan terobosan baru yang luncuran oleh Kemenristekdikti. Terobosan
tersebut berupa kurikulum merdeka dan platform merdeka mengajar.
2. Rumusan Masalah
1. Bagimana Sejarah adanya kurikulum merdeka belajar?
2. Apa pentingnya pembelajaran kurikulum merdeka?
3. Bagaimana implementasi kurikulum merdeka belajar?

3
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah adanya kurikulum merdeka belajar.
2. Untuk mengetahui pentingnya pembelajaran kurikulum merdeka.
3. Untuk mengetahui implementasi kurikulum merdeka belajar.

4. Manfaat
1. Agar kita dapat memahami Sejarah adanya kurikulum merdeka belajar.
2. Agar kita dapat memahami pentingnya pembelajaran kurikulum merdeka.
3. Agar kita dapat memahami implementasi kurikulum merdeka belajar.

4
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pendidikan
Pendidikan tidak dapat dipungkiri merupakan hal penting bagi kemajuan perkembangan
negara. Pendidikan hekdaknya membentuk dan membangun karakter kepribadian agar memiliki
karakter yang sesuai dengan tujuan pendidikan dengan memperhatikan pula usia dan kebutuhan
pokok individu. Pendidikan usia dini hendaknya diberikan sesuai dengan porsi serta kebutuhan
peserta didik sesuai jenjang umur. Pendidikan harus memiliki porsi yang imbang untuk
menumbuhkan kognitif, psikomotor dan psikis sehingga karakter peserta didik dapat
berkembang seiring dengan perkembangan umur mereka. Lebih menekankan kepada
pembentukan karakter kepribadian dengan proses yang menyenangkan serta suasana gembira
tanpa adanya tekacanan sehingga nantinya dapat menjadikan individu yang baik dan
bertanggung jawab. Dalam proses pendidikan ini harusnya lebih menekankan kepada penekanan
rasa a yang harus dibangun dan dimunculkan.
Pendidikan dengan rasa sebenarnya adalah ranah dari pendidikan seni dimana terdapat
kreatifitas didalamnya yang bersumber dari rasa itu sendiri. Hendaknya pendidikan usia dini
harusnya lebih memperbanyak sentuhan-sentuhan seni didalam proses pembelajarannya.
Kegunaan pembelajaran pada anak usia dini yang dibalut dengan seni akan memperkuat rasa
yang disebabkan dari proses-proses kreatif yang mereka olah. Oleh sebab itu pentingya lebih
banyak sentuhan seni pada pendidikan usia dini dianggap penting dan harus memiliki porsi lebih
banyak guna memunculkan dan menguatkan karakter dari peserta didik yang dinilai penting.
2. Pembelajaran
Belajar proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, pemaksaan,
atau kondisi sementara (seperti lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya). Menurut Morgan
menyatakan bahwa belajar adalah merupakan salah satu yang relatif tetap dari tingkah laku
sebagai akibat dari pengalaman. Dengan demikian dapat diketahui bahwa belajar adalah usaha
sadar yang dilakukan manusia melalui pengalaman dan latihan untuk memperoleh kemampuan
baru dan merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap, sebagai akibat dari latihan.
Menurut Hilgard menyatakan belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan

5
sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perbuatan yang
ditimbulkan oleh lainnya. Dalam pengertian diatas, tidak berarti semua perubahan berarti belajar,
tetapi dapat dimasukan dalam pengertian belajar yaitu, perubahan yang mengandung suatu usaha
secara sadar, untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Macam-macam Teori Belajar
a. Teori Belajar Behaviorisme Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini
lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar. Teori ini berpandangan tentang belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau dengan kata lain belajar adalah
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. (Hamzah Uno, 7: 2006). Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
b. Teori Belajar Kognitivisme Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir
sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model
kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan
pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan
hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini
menekankan pada bagaimana informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan teori
kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing
memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan
(organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada
pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana
peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan. Contoh aplikasi teori belajar
Kognitivisme.

6
c. Teori Belajar Humanistik. Dalam teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan
kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk
melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan positif ini yang disebut sebagai potensi
manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya
pada pembangunan kemampuan yang positif.Kemampuan positif tersebut erat kaitannya
dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan
karateristik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Dalam
teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini berarti
mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri
orang yang belajar secara optimal.
d. Teori Belajar Konstruksivisme. Pembelajaran konstruktivistik adalah pembelajaran yang
lebih menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya
dalam mengkonstruksi pengalaman. Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir
tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Yang terpenting dalam teori konstruktivistik
adalah bahwa dalam proses pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan.
Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukannya guru atau
orang lain. Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah dan menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Penekanan belajar siswa
secara aktif ini perlu dikembangkan karena kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu
mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.

7
BAB III

PEMBAHASAN

1. Sejarah Kurikulum Merdeka Belajar


Fenomena learning loss akibat pandemic Covid 2019, bukan hanya terjadi di
Indonesia. Hampir seluruh negara di dunia merasakan penderitaan akibat penutupan sekolah
karena pandemi (Engzell, Frey,and Verghan, 2021; Jonson et al., 2014). Untuk mengejar
ketertinggalan, tiap-tiap negara membuat kebijakan untuk merespon krisis Covid-19. Studi-
studi lebih lanjut memberi perhatian pada dampak-dampak yang terjadi dalam perubahan
radikal dalam proses pembelajaran selama pandemi. Temuan studi-studi tersebut antara lain
menunjukkan terjadinya ketertinggalan pembelajaran (learning loss) yaitu ketika siswa
kehilangan kompetensi yang telah dipelajari sebelumnya, tidak mampu menuntaskan
pembelajaran di jenjang kelas maupun mengalami efek majemuk karena tidak menguasai
pembelajaran pada setiap jenjang. Studi Indrawati, Prihadi dan Siantoro (2020) di sembilan
provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa pada awal PJJ, hanya 68% anak yang
mendapatkan akses pembelajaran dari rumah.Kondisi ini diperburuk dengan siswa yang
melaksanakan PJJ pun tidak mendapatkan kualitas pembelajaran yang sama sebagaimana
sebelum pandemi.
Banyak siswa hanya menerima instruksi, umpan balik, dan interaksi yang terbatas
dari guru mereka (Indrawati, Pihadi, dan Siantoro, 2020) Pada akhir Agustus dimana
Pandemi COVID-19 sedang berlangsung,Pemerintah mengeluarkan kebijakan dalam rangka
melakukan mitigasi kehilangan pembelajaran akibat Pandemi COVID-19 dengan
memberikan pilihan kepada sekolah untuk menggunakan kurikulum yang disederhanakan
(kurikulum darurat) agar dapat berfokus pada penguatan karakter dan kompetensi mendasar.
Di samping itu, pemerintah juga menyediakan modul literasi dan numerasi untuk membantu
guru menerapkan kurikulum. Juga tersedia modul untuk orang tua yang dapat digunakan
dirumah. Kebijakan ini dituangkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor719/P/2020 yang intinya memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk
mengimplementasikan kurikulum 2013 secara penuh, menggunakan kurikulum darurat yang
merupakan penyederhanaan dari kurikulum 2013 yang dikembangkan olehpemerintah, atau
satuan pendidikan melakukan penyederhanaan kurikulum 2013 secara mandiri. Kurikulum

8
darurat (dalam kondisi khusus) ini pada pada intinya merupakan penyederhanaan dari
kurikulum nasional.
Pada kurikulum darurat dilakukan pengurangan kompetensi dasar untuk setiap
mata pelajaran sehingga guru dan siswa dapat berfokus pada kompetensi esensial dan
kompetensi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya. Penggunaan
kurikulum darurat secara signifikan juga mampu mengurangi indikasi learning-loss selama
pandemi baik untuk capaian literasi maupun numerasi (sumber : Kemendikbud 2021).
Pemerintah Indonesia melalui Kemdikbudristek mengambil langkah dengan memberikan
opsi penggunaan kurikulum: Kurikulum K-13 secara utuh, Kurikulum darurat; dan
Kurikulum Merdeka (Paparan Kemdikbudristek, 2021a). Oleh karena itu untuk menjawab
beberapa tantangan di atas, diperlukan kurikulum yang: (1) Sederhana, mudah dipahami dan
diimplementasikan; (2) Fokus pada kompetensi dan karakter semua peserta didik; (3)
Fleksibel; (4) Selaras; (5) Bergotong royong; dan (6) Memperhatikan hasil kajian dan umpan
balik (Kajian Akademik Pemulihan Pembelajaran) Landasan utama perancangan Kurikulum
Merdeka adalah filosofi Merdeka Belajar yang juga melandasi kebijakan-kebijakan
pendidikan lainnya, sebagaimana yang dinyatakan dalam Rencana Strategis Kementerian
pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 (Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020).
Permendikbud tersebut mengindikasikan bahwa Merdeka Belajar mendorong
perubahan paradigma, termasuk paradigma terkait kurikulum dan pembelajaran. Perubahan
paradigma yang dituju antara lain menguatkan kemerdekaan guru sebagai pemegang kendali
dalam proses pembelajaran, melepaskan kontrol standar-standar yang terlalu mengikat dan
menuntut proses pembelajaran yang homogen di seluruh satuan pendidikan di Indonesia, dan
menguatkan student agency, yaitu hak dan kemampuan peserta didik untuk menentukan
proses pembelajarannya melalui penetapan tujuan belajarnya, merefleksikan
kemampuannya, serta mengambil langkah secara proaktif dan bertanggung jawab untuk
kesuksesan dirinya.
Melalui Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, untuk mengatasi krisis pembelajaran,
pemerintah telah meluncurkan Merdeka Belajar Episode Kelima belas: Kurikulum Merdeka
dan Platform Merdeka Mengajar, secara daring, Jumat (11/2/2022). Beberapa keunggulan
Kurikulum Merdeka. Pertama, lebih sederhana dan mendalam karena kurikulum ini akan

9
fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya.
Kemudian, tenaga pendidik dan peserta didik akan lebih merdeka karena bagi peserta didik,
tidak ada program peminatan di SMA, peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat,
bakat, dan aspirasinya. Sedangkan bagi guru, mereka akan mengajar sesuai tahapan capaian
dan perkembangan peserta didik. Lalu sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan
dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan
dan peserta didik. Penerapan Kurikulum Merdeka lebih relevan dan interaktif di mana
pembelajaran melalui kegiatan proyek akan memberikan kesempatan lebih luas kepada
peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual, misalnya isu lingkungan,
kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil
Pelajar Pancasila. Satuan pendidikan dapat memilih tiga opsi dalam mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka pada Tahun Ajaran 2022/2023.
Pertama, menerapkan beberapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka tanpa
mengganti kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan. Kedua, menerapkan
Kurikulum Merdeka menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan. Ketiga,
menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar.
Kurikulum Merdeka yang sebelumnya dikenal sebagai Kurikulum Prototipe telah
diimplementasikan di hampir 2.500 sekolah yang mengikuti Program Sekolah Penggerak
(PGP) dan 901 SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) sebagai bagian dari pembelajaran
paradigma baru. Mulai tahun 2022, Kurikulum Merdeka dapat diterapkan satuan pendidikan
meskipun bukan Sekolah Penggerak, mulai dari TK-B, SD dan SDLB kelas I dan IV, SMP
dan SMPLB kelas VII, SMA dan SMALB dan SMK kelas X.

2. Pentingnya Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar

Merdeka Belajar Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru yang dicanangkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang
dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju, Nadiem
Anwar Makarim. Sebelum memaknai merdeka belajar secara keseluruhan haruslah mengetahui
apa yang dimaksut dengan merdeka dan belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Merdeka memiliki arti bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya), berdiri sendiri,
tidak terkena atau lepas dari tuntutan, tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak

10
tertentu; leluasa, bebas merdeka (dapat berbuat sekehendak hatinya). Belajar merupakan semua
proses sadar aktivitas kognitif, mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga
menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sebelum belajar dengan sesudah
belajar. Merdeka belajar dapa diartikan sebagai bebasnya sebuah sistem pendidikan dari
belenggu yang menyulitkan dan membatasi ruang gerak baik pendidik maupun peserta didik
untuk kreatif. Membebaskan memilih apa yang ingin dipelajari sesuai dengan keinginan serta
minat pendidik dan peserta didik untuk mencapai suatu hal yang diinginkan. Mewujudkan
merdeka belajar harus dimulai sedini mungkin untuk lebih mengoptimalkan penanaman karakter
pada individu.

Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara (dalam Yanuarti, 2017) mengungkapkan


betapa pentingnya pendidikan bagi perkembangan kehidupan. Pendidikan merupakan kunci
pembangunan sebuah bangsa. Pendidikan dilakukan melalui usaha sadar menuntun segenap
kekuatan kodrat yang dimiliki oleh anak, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggitingginya. Menurut Ki Hadjar
Dewantara dalam melaksanakan proses pendidikan di Taman siswa, berlandaskan pada lima
prinsip, yang disebut “Panca Darma”. Panca Darma ini memuat perincian baik berasal dari asas-
asas yang dipakai di dalam Taman siswa sejak berdirinya pada tahun 1922 hingga seterusnya,
maupun yang terdapat dalam segala peraturan-peraturan dan berbagai adat istiadat dalam hidup
dan penghidupan Taman siswa. Berikut ini lima prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh
Ki. Hajar Dewantara, yaitu;

a) Prinsip Kemerdekaan atau kemampuan pribadi bertujuan agar peserta didik dapat
leluasa mengembangkan cipta, rasa, dan karsa dalam proses belajar. Hal ini selaras
dengan semboyan “Tutwuri Handayani”. Yang berarti mengikuti dari belakang dan
memberikan pengaruh. Mengikuti dari belakang berarti memberikan kebebasan kepada
anak didik tanpa meninggalkan pengawasan. Sehingga anak didik tidak bebas lepas
tanpa pengawasan dan juga tidak terkekang atau terhambat dalam pertumbuhan dan
perkembangannya sebagai manusia merdeka.
b) Prinsip Kebangsaan Belajar juga harus sesuai dengan prinsip kebangsaan karena peserta
didik akan hidup dan berinteraksi dengan masyarakat luas. Prinsip kebangsaan tidak
boleh bertentangan dengan kemanusiaan, oleh karena itu mengandung rasa satu dengan

11
bangsa sendiri, rasa satu dalam suka dan duka, rasa satu dalam kehendak menuju
kepada kebahagiaan lahir dan batin seluruh bangsa. Pengembangan rasa kebangsaan
bukan berarti menafikkan bangsa lain, menjauhkan bangsa lain. Namun yang dimaksud
dengan mengembangkan nasionalisme yaitu memupuk rasa kebangsaan sendiri dalam
membina pergaulan dan kerja sama dengan bangsa lain di dunia.
c) Prinsip Kebudayaan Belajar juga harus sesuai dengan prinsip kebudayaan tempat agar
hasil belajar bisa diterima di lingkungan tempat tinggal. Prinsip ini dipakai untuk
membimbing anak didik agar tetap menghargai serta mengembangkan kebudayaan
sendiri. Manakala ada kebudayaan yang dapat memperindah, memperhalus dan
meningkatkan kualitas kehidupan, hendaknya diambil. Tetapi jika berpengaruh
sebaliknya, sebaiknya ditolak.
d) Prinsip Kemanusiaan Peserta didik juga dituntut untuk tidak melanggar dasar hak asasi
manusia. Dasar kemanusiaan ialah berusaha mengembangkan sifatsifat luhur manusia.
Hidup bersama atas dasar kegotongroyongan dan saling mengasihi dan saling mengasuh
dan membimbing agar bisa menjadi pribadi yang baik. Oleh karena itu dalam
pelaksanaan dan selalu diorientasikan untuk kepentingan bersama.
e) Prinsip Kodrat alam Prinsip Kodrat alam bertujuan agar peserta didik tidak melalaikan
kewajibanya baik kewajiban terhadap Tuhan, Lingkungan, masyarakat, maupun diri
sendiri. Ki Hajar Dewantara melaksanakan pendidikan budi pekerti dengan cara
“Tutwuri Handayani”, yang dikenal dengan sistem Among. (Among berarti asuhan dan
pemeliharaan dengan suka duka dengan memberi kebebasan anak asuhan bergerak
menurut kemauannya.

Kurikulum Merdeka memiliki beberapa keunggulan. Beberapa keunggulan tersebut yakni


kurikulum lebih sederhana dan mendalam. Pada Kurikulum Merdeka, pembelajaran
menitikberatkan pada pengetahuan yang esensial dan pengembangan kemampuan peserta didik
sesuai dengan fasenya. Pembelajaran yang lebih dalam, bermakna, tidak tergesa-gesa dan
menyenangkan. Keunggulan kedua adalah lebih merdeka. Seperti pada tingkat SMA tidak ada
lagi program peminatan, peserta didik menentukan mata pelajaran yang diminati, sesuai bakat
dan aspirasinya. Untuk guru dalam kegiatan mengajar dapat melaksanakan pengajaran sesuai
penilaian terhadap jenjang capaian dan perkembangan peserta didik. Untuk sekolah pada
penerapan kurikulum merdeka ini diberikan wewenang dalam pengembangan dan pengelolaan

12
kurikulum serta proses belajar-mengajar yang disesuaikan dengan karakter satuan pendidikan
dan peserta didik. Keunggulan yang ketiga yakni lebih relevan, dan interaktif.

Dalam hal ini pembelajaran lebih banyak dilakukan melalui pengerjaan proyek dan
diberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk secara aktif bereksplorasi, menggali dan
menggambarkan isu-isu aktual seperti isu lingkungan, ekonomi sirkular, sanitasi dan sebagainya
untuk menumbuhkan kemampuan critical thinking, careness dan complex problem solving
sebagai bentuk perkembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila Kurikulum
Merdeka dalam penerapannya harus didukung dengan penyediaan pelatihan, penyediaan sumber
bahan belajar guru dan perangkat ajar yang inovatif, didukung oleh kepala sekolah dan dinas
setempat. Satuan Pendidikan dalam Penyediaan perangkat ajar yang dimaksud adalah berupa
buku teks, bahan ajar pendukung, contohnya rancangan dan skema tujuan pembelajaran,
kurikulum operasional sekolah, modul ajar serta proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila yang
tersedia pada platform digital bagi guru. Sekolah dapat menyediakan dan melakukan pengadaan
bahan ajar dan perangkat pembelajaran secara mandiri dengan Biaya Operasional Sekolah
(BOS), atau regular atas dukungan pemda dan/atau yayasan. Kemudian penerapan kurikulum ini
didukung dengan pelatihan dan penyediaan media belajar bagi guru, dan kepala sekolah. Hal ini
dapat didukung dengan berbagai kegiatan di antaranya pengembangan potensi bagi guru dan
kepala sekolah melalui micro learning dengan menggunakan platform digital. Penyediaan
narasumber yang mumpuni dalam pelaksanaan edukasi Kurikulum Merdeka, penyediaan
berbagai sumber belajar untuk guru dalam bentuk buku elektronik,podcast, dan sejenisnya yang
dapat diakses secara daring dan dapat disalurkan melalui perangkat penyimpanan.

Guru juga dapat membentuk komunitas belajar untuk saling memberi bantuan dan
dukungan praktis dalam adopsi kurikulum. Penerapan kurikulum ini juga sangat mendukung
jaminan jam mengajar guru dan tunjangan profesi guru. Selain mendukung jaminan jam dan
tunjangan profesi guru dalam menerapkan Kurikulum Merdeka juga didukung dengan Platform
Merdeka Mengajar. Dengan adanya Platform Merdeka Mengajar, guru terbantu dan dipermudah
dalam menemukan inspirasi, referensi, literasi dan pemahaman dalam upaya penerapan
Kurikulum Merdeka. Platform Merdeka Mengajar berperan sebagai teman penggerak untuk guru
dalam membentuk pelajar Pancasila. Terdapat tiga fungsi Platform Merdeka mengajar yaitu

13
mengajar kurikulum merdeka secara lebih efektif, belajar konsep- konsep baru, dan berkarya
untuk menciptakan suatu karya atau produk.

Guru dalam mengembangkan praktik mengajarnya sudah disediakan referensi dalam


Platform Merdeka sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Dalam aplikasi ini terdapat berbagai
perangkat ajar yang berorientasi kurikulum merdeka. Platform ini juga membantu guru, serta
mempermudah guru untuk melakukan analisis diagnostik terkait literasi dan numerasi dengan
mudah dan cepat oleh karenanya dapat diterapkan pembelajaran yang sesuai dengan jenjang
capaian dan perkembangan peserta didik. Fungsi belajar dalam Platform Merdeka Belajar yakni
menyediakan pelatihan secara mandiri bagi guru untuk dapat memperoleh materi pelatihan yang
bermutu dan kredibel serta dapat diakses secara mandir, ditambah lagi guru dapat menikmati
berbagai video pembelajaran untuk bahan ajar. Platform Merdeka Mengajar memfasilitasi guru
agar dapat berkarya maksimal dengan menyediakan wadah berbagai praktik baik. Untuk
mengakses akun merdeka mengajar dapat menggunakan akun pembelajaran belajar id baik
melalui Android ataupun laman situs.

Platform Merdeka Mengajar memiliki visi mewujudkan ekosistem kolaboratif untuk


menumbuhkan keefektifan pembelajaran serta iklim kerja yang positif. Terdapat beberapa
komponen yang termuat dalam Platform Merdeka Mengajar yaitu content crowdsourcing
(pengembangan konten berdasarkan kontribusi yang dapat dilakukan oleh khalayak luas),
komunitas belajar daring (sesama guru saling belajar, membantu, mendukung dan berbagi),
pembelajaran mandiri (pelatihan daring untuk pengembangan kompetensi), perencanaan dan
kemajuan karier (pengembangan portofolio guru), dan jejaring profesi guru (wadah yang
menyajikan profil, pengalaman dan keterampilan profesional keguruan). Terdapat beberapa
kontribusi yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak untuk mendukung program pemerintah
terkait dengan kurikulum merdeka yakni dengan mengunduh platform merdeka mengajar pada
gawai atau menelururi laman situs https://guru.kemdikbud.go.id/. Kemudian guru-guru perlu
mempelajari ragam opsi kurikulum dan informasi lebih lanjut tentang kurikulum merdeka baik
dari Platform Merdeka Mengajar dan kurikulum.kemdikbud.go.id. Kontribusi yang bisa
dilakukan juga yakni semua satuan Pendidikan mendaftarkan masing-masing sekolahnya untuk
menerapkan kurikulum merdeka. Di sini juga dibutuhkan peran dari dinas Pendidikan untuk
mendukung satuan Pendidikan yang memutuskan untuk menerapkan kurikulum merdeka. Suatu

14
mitra komunitas maupun organisasi seperti kelompok kerja guru ataupun organisasi lainnya
dapat berkontribusi dalam pengembangan media ajar pada Platform Merdeka Mengajar dengan
pengisian tautan yang disediakan.

Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Merdeka Secara Umum

Setiap kurikulum yang diterapkan di Indonesia memiliki kelebihan dan juga kekurangan,
jika dibandingkan dengan Kurikulum 2013, maka ada beberapa kelebihan yang dimiliki
Kurikulum Merdeka, di antaranya ialah:

1) Kurikulum lebih sederhana, meskipun sederhana namun kurikulum ini cukup mendalam.
2) Kurikulum merdeka lebih memfokuskan pada pengetahuan esensial dan pengembangan
peserta didik berdasarkan tahapan dan prosesnya.
3) Pembelajaran lebih bermakna, tidak tergesa-gesa atau terkesan menuntaskan materi,
pembelajaran lebih terasa menyenangkan.
4) Peserta didik lebih merdeka, contohnya pada siswa SMA tidak ada lagi program
peminatan. Peserta didik boleh menentukan mata pelajaran yang diminati sesuai bakat
dan aspirasinya.
5) Kelebihan Kurikulum Merdeka bagi guru ialah pada saat kegiatan belajar mengajar guru
dapat melaksanakan pengajaran sesuai penilaian terhadap jenjang capaian dan
perkembangan peserta didik.

Setelah mengemukakan kelebihan dari Kurikulum Merdeka yang diluncurkan


Kemenristekdikti, maka di bawah ini akan diuraikan beberapa kekurangan dari Kurikulum
Merdeka, di antaranya ialah:

1) Dari segi implementasinya Kurikulum Merdeka masih kurang matang.


2) Sistem pendidikan dan pengajaran yang dirancang belum terealisasi dengan baik
3) Kurangnya sumber daya manusia (SDM), serta sistem yang belum terstruktur

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa Kurikulum Merdeka jauh lebih
sederhana dibandingkan kurikulum sebelumnya, baik itu kurikulum 2004, 2006, 2013, dan
kurikulum lainnya. Dalam praktik dan penerapannya, Kurikulum Merdeka lebih membebaskan
siswa untuk kreatif dalam proses belajar. Siswa juga diberi kebebasan untuk mengembangkan

15
minat dan bakatnya sehingga proses pembelajaran akan terasa jauh lebih menyenangkan. Pada
Kurikulum Merdeka guru juga diberikan kebebasan untuk menentukan bahan ajar. Dibalik
kelebihan yang dimiliki Kurikulum Merdeka, terdapat beberapa kelemahan yang menjadi
kendala untuk menerapkannya, di antaranya ialah belum memadainya fasilitas dan sumber daya
manusia untuk mendukung penerapan Kurikulum Merdeka. Dalam penerapannya, Kurikulum
Merdeka juga harus memiliki fasilitas yang mendukung. Untuk saat ini secara kasat mata hanya
sekolah yang memiliki fasilitas yang mendukung yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka,
terutama sekolah negeri.

3. Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar

Implementasi Kurikulum Merdeka berupaya untuk memulihkan pembelajaran demi


mewujudkan transformasi pendidikan di Indonesia ke arah yang lebih baik. Pada Kurikulum
Merdeka, guru dapat mengenali potensi murid lebih dalam guna menciptakan pembelajaran yang
relevan. Kurikulum Merdeka juga memungkinkan guru untuk menerapkan pembelajaran yang
menyenangkan karena bisa dilakukan melalui pembelajaran berbasis projek.

Kemendikbudristek memberikan kesempatan selama dua tahun ini kepada sekolah untuk
mempelajari lebih lanjut tentang kurikulum merdeka. Penerapannya disesuaikan dengan
kemampuan sekolah masing-masing.

1. Agar pelaksanaan implementasi kurikulum merdeka berjalan baik, tentu pihak sekolah
harus siap terlebih dahulu. Kesiapan yang harus ada di sekolah.
2. Kepala sekolah harus siap mengawal pelaksanaan kurikulum merdeka ini, mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi.
3. Guru bertugas sebagai fasilitator yang memberikan kesempatan peserta didiknya untuk
belajar sesuai minat dan bakatnya. Guru bisa memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk membuat rencana belajarnya sendiri. Dalam kurikulum merdeka, setiap
peserta didik bebas belajar sesuai minat dan bakatnya. Jadi, merekalah yang membuat
rencana belajar.
4. Berikan kebebasan kepada setiap peserta didik untuk memilih metode belajarnya. Peserta
didik juga diberikan kebebasan memilih sumber belajarnya sendiri. Jangan lupa untuk

16
memfasilitasi metode belajar setiap peserta didik sesuai fase belajarnya. Lakukan
pembelajaran yang sesuai dengan capaian hasil belajar masing-masing peserta didik.
5. Di akhir periode pembelajaran, ajak peserta didik membuat proyek. Lakukan
pembelajaran berbasis proyek. Dorong peserta didik untuk membuat proyek dari isu-isu
yang ada disekitarnya dan berdasarkan apa yang telah dipelajari selama proses
pembelajaran.
6. Lakukan refleksi setiap selesai pembelajaran. Refleksi belajar adalah bagian penting
dalam kurikulum merdeka ini. Melalui refleksi belajar ini, peserta didik akan tahu sejauh
mana kemampuannya. Peserta didik akan tahu kemampuan apa yang bisa dipertahankan.
Dan kemampuan apa yang belum dikuasai. Refleksi bisa menjadi acuan untuk
pembelajaran berikutnya. Agar, pada proses pembelajaran berikutnya, peserta didik bisa
mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

17
BAB IV

KESIMPULAN

1. Kesimpulan
Krisis belajar di di Indonesia pemerintah salah satunya telah melakukan beberapa
kebijakan seperti penyederhanaan kurikulum, penyempurnaan kurikulum baru, dan
pemberian kebebasan dan keleluasaan kepada tingkat satuan pendidikan untuk
menggunakan kurikulum yang dianggap sesuai dengan keperluan masing-masing tingkat
satuan pendidikan. Ada tiga hal kunci yang melandasi strategi implementasi Kurikulum
Merdeka, yaitu: (1) kurikulum merdeka adalah pilihan, (2) implementasi kurikulum adalah
proses belajar,dan (3) dukungan perlu diberikan kepadasatuan pendidikan dan pendidik
sesuai kebutuhan baik dari segi situasi yang ada maupun dari segi waktu. Kurikulum
merupakanaspek esensial dalam pembelajaran dan dapat dilihat sebagai poros bagi
kebijakankebijakan pendidikan lainnya. Oleh karena itu dukungan yang perlu diberikan
olehpemerintah tidak cukup hanya sebatasdukungan teknis (misalnya pelatihan pendidik,
sarana prasarana satuan pendidikan), tetapi juga penyesuaian kebijakan-kebijakan lainnya
yang berkaitan dengan Kurikulum Merdeka.
Satuan pendidikan dapat memilih tiga opsi dalam mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka. Pertama, menerapkan beberapa bagian dan prinsip Kurikulum
Merdeka tanpa mengganti kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan. Kedua,
menerapkan Kurikulum Merdeka menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan.
Ketiga, menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai
perangkat ajar.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat disampaikan peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Guru hendaknya terus meningkatkan kompetensi profesionalnya dalam mengajar. Serta
terus mempelajari dan mengikuti perkembangan kurikulum yang ada agar guru bisa
menjalankan kurikulum 2013 khususnya dalam pembelajaran dengan lebih baik lagi.

18
2. Hendaknya Pemerintah mempercepat pengadaan buku pedoman yang sesuai dengan
kurikulum 2013 hasil revisi. Bagi kepala sekolah hendaknya lebih mendesak pemerintah
untuk memenuhi kelengkapan sarana dan prasarana kegiatan belajar.
3. Bagi guru-guru dengan latar belakang pendidikan strata 1 (S1) hendaknyaa bisa segera
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi (S2 dan S3). Dan pemerintah hendaknya
lebih banyak mengadakan pelatihan terkait dengan kurikulum 2013 untuk skala regional
provinsi, serta lebih memprioritaskan guru-guru yang belum pernah mengikuti diklat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Afriansyah. A. (2020). Transformas pendidikan dan berbagai problemnya.


https://kependudukan.lipi.go.id/id/berita/53-mencatatcovid19/838-covid-19-
transformasipendidikan-dan-berbagai problemnya

Ahmad, S. (2014) Problematika kurikulum 2013 dan kepemimpinan instruksional kepala


sekolah. Jurnal Pencerahan. Vol. 8. No. 2

Alifia, U., Barasa, A. R., Bima, L., Pramana, R. P., Revina, S., & Tresnatri, F. A. (2020). Belajar
dari rumah: potret ketimpangan pembelajaran pada masa pandemi COVID-19. Catatan Penelitian
SMERU No. 1/2020

Dewantara, Ki Hadjar. (2009). Menuju Manusia Merdeka. Yogyakarta: Leutika. Djaelani, A.R.,
Pratikno, H.H., & Setiawan, T. (2019). Implementasi kurikulum dan permasalahannya (Studi
kasus di SMK Ganesa Kabupaten Demak

20

Anda mungkin juga menyukai