Disusun Oleh :
Abdul Gopar| 857077516
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah Pengembangan Kurikulum
dan Pembelajaran di SD dengan Judul “ANALISIS KURIKULUM MERDEKA”.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan dapat memperbaiki kekurangan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Abdul Gopar
ii
iii
DAFTAR ISI
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan Latar Belakang Kurikulum ?
2) Apa Landasan Kurikulum Merdeka ?
3) Bagaimana Analisis Isi Kurikulum ?
4) Apa saja Karakteristik Kurikulum Merdeka ?
3
C. Tujuan
1) Mengetahui Latar belakang kurikulum Merdeka
2) Memahami Landasan hukum Kurikulum Merdeka
3) Mengetahui analisis isi Kurikulum
4) Memahami karakteristik kurikulum Merdeka
5) Mengetahui kelebihan dan kekurangan kurikulum Merdeka
4
BAB II
PEMBAHASAN
Selain itu, Merdeka Belajar adalah inisiatif dari Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nadiem Makarim yang bertujuan menciptakan suasana belajar
yang bahagia untuk guru, siswa, dan orang tua. Merdeka belajar
mengembalikan esensi dari asesmen dan mengajarkan siswa untuk berpikir
bebas, berkarya, dan merespons perubahan dengan bijak. Sistem pengajaran
juga akan berubah, lebih berfokus pada diskusi, kegiatan di luar kelas, dan
membentuk karakter peserta didik yang mandiri, cerdas, sopan, dan
berkompeten, tanpa tergantung pada sistem ranking yang dapat menimbulkan
kecemasan pada siswa.
D. Karakteristik
Karakteristik setiap peserta didik tergambar dari penerapan kurikulum
merdeka yang menghendaki adanya asesmen diagnostik baik secara non
kognitif dan juga kognitif. Ketika peserta didik merasakan pelayanan yang
sesuai dengan kebutuhan maka akan dapat mendorong minat belajar dari
peserta didik. (Tambunan 2016), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
seorang guru yang mengenal karakter peserta didik dengan mempelajari
beragam strategi pembelajaran sesuai kebutuhan peserta didik dapat
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum Merdeka adalah suatu sistem pembelajaran yang bersifat
intrakurikuler. Sistem ini diperkenalkan sebagai respons terhadap kondisi
darurat selama pandemi COVID-19, dengan tujuan untuk mengatasi
ketertinggalan pembelajaran yang disebabkan oleh pandemi. Konsep
Kurikulum Merdeka didasarkan pada filosofi Merdeka Belajar, yang juga
menjadi dasar bagi kebijakan-kebijakan pendidikan lainnya, seperti yang
dijelaskan dalam Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2020-2024 (Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020).
B. Saran
Penulis dengan sadar menyadari bahwa makalah di atas masih memiliki
banyak kesalahan dan belum mencapai tingkat kesempurnaan. Penulis
14
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh :
Abdul Gopar | 857077516
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan Studi Lapangan Tentang
Implementasi Kurikulum Merdeka
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan dapat memperbaiki kekurangan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Abdul Gopar
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran ialah sebuah tahapan atau proses agar peserta didik melakukan aktivitas belajar.
Pembelajaran merupakan kegiatan mempengaruhi peserta didik untuk senantiasa mengembangkan
segala potensinya melalui proses belajar mengajar. Dalam sebuah pembelajaran, guru dituntut untuk
dapat mengembangkan potensi peserta didik tersebut, dalam aspek kognitif, afektif, dan
keterampilannya.
Dalam belajar terdapat interaksi antara pendidik (guru) dengan peserta didik (murid) untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Setiap pembelajaran pasti memiliki tujuan, dan tujuan tersebut dapat
tercapai apabila penerapan pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik. Sejauh ini pembelajaran
di Indonesia hanya terfokus pada pendidik (guru) sebagai sumber utama, hal itu menyebabkan peserta
didik kurang terlibat dalam pembelajaran. Pembelajaran seperti ini tidak akan membuat peserta didik
menjadi aktif. Seiring kemajuan zaman, tentunya dibutuhkan teknologi dan sumber daya manusia yang
jauh lebih berkualitas. Langkah paling baik untuk mewujudkan tujuan di atas adalah dengan adanya ahli
kependidikan yang berhasil guna dan berdaya guna tinggi, seperti student active learning.
Implementasi pendidikan harus selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, karena
pendidikan merupakan bekal yang harus dimiliki oleh setiap umat manusia dalam menjalani kehidupan
yang semakin maju dan berkembang. Karena hal inilah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Republik Indonesia, Nadiem Anwar Makarim mencetuskan program “Merdeka Belajar”
yang bertujuan untuk merespons kebutuhan pendidikan terhadap era revolusi industri 4.0. Kurikulum
Merdeka akan menghasilkan lulusan yang memiliki kesiapan dalam menghadapi tantangan zaman di
era 4.0. Konsep merdeka belajar sendiri memiliki esensi bahwa peserta didik nantinya akan memiliki
kebebasan dalam berpikir baik secara individu maupun kelompok, sehingga di masa mendatang dapat
melahirkan peserta didik yang unggul, kritis, kreatif, kolaboratif, inovatif, serta partisipasi.
Implementasi kebijakan merdeka belajar mendorong peran guru baik dalam pengembangan kurikulum
maupun dalam proses pembelajaran.
Dalam hal ini, selain siswa, guru dan orang tua juga turut andil dalam proses pengembangan
pengajaran merdeka belajar. Seperti yang kita ketahui bahwa siswa sekolah dasar masih terlalu dini
untuk mendapat pengajaran yang sifatnya keras dan dipatok nilai, apalagi di usia mereka sedang dalam
usia perkembangan untuk mengenali apa yang mereka sukai dan bukan berdasarkan tuntutan. Maka
dari itu, dengan adanya konsep merdeka belajar ini dapat membuat siswa terutama siswa sekolah dasar
mengembangkan bakat yang mereka miliki dan belajar untuk mengembangkan kemampuan dalam
berinteraksi serta melatih dalam proses pemecahan masalah.
1
1.2 Rumusan Masalah
Tujuan :
2
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu program terbaru dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak
Nadiem Makarim adalah Merdeka Belajar yang ingin menciptakan suasana belajar yang Bahagia.
Tujuan diadakannya program ini adalah agar guru, siswa dan orang tua dapat memiliki suasana
yang menyenangkan dan menikmati proses belajar. Merdeka
belajar berarti proses pendidikan harus menciptakan suasana yang menyenangkan. Merdeka
belajar merupakan bentuk penyesuaian kebijakan untuk mengembalikan esensi dari asesmen yang
semakin dilupakan. Konsep Merdeka Belajar adalah mengembalikan sistem pendidikan nasional
kepada undang-undang untuk memberikan kemerdekaan sekolah menginterpretasi kompetensi
dasar kurikulum menjadi penilaian mereka.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Merdeka diartikan sebagai bebas dari
penghambatan, penjajahan atau dapat berdiri sendiri. Sedangkan belajar merupakan perubahan
perilaku yang relative permanen didalam berperilaku, berkehidupan yang didapatkan sebagai hasil
pengamatan atau latihan. Secara umum telah dikemukakan bahwa belajar sebagai perubahan pada
individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan
karakteristik seseorang sejak lahir. Maka dari itu merdeka belajar merupakan kebebasan didalam
menentukan cara berperilaku, berproses, berfikir, berlaku kreatif guna pengembangan diri setiap
individu dengan menentukan nasibnya sendiri. Merdeka belajar dapat dimaknai pemberian ruang
yang lebih terhadap siswa dengan adanya kesempatan belajar secara nyaman tenang dan bebas
tanpa adanya tekanan, dengan memperhitungkan bakat alamiah yang dimiliki setiap siswa.
Membicarakan konsep merdeka belajar tentu ada beberapa relevansi terhadap teori belajar
kontruktivisme. Didalam pendangannya anak mengintruksikan pengetahuan yang didapat sebagai
hasil interaksi yang didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman dariobjek yang anak hadapi.
Dalam proses kontruktivisme pembelajaran anak lebihcenderung memiliki titik focus
terhadap keaktifan setiap
individu dalam membentuk pengetahuan. Anak didik di harapkan memiliki motivasi belajar sesuai
apa yang iainginkan tanpa adanya tekanan dari pihak manapun. Merdeka
3
belajar memiliki ciri khasdalam proses pembelajarana yang kritis, kreatif, inovatif, transformatif,
relevan efektifdan efisien. Dalam hal ini kementrian pendidikan dan kebudayaan menyuguhkan
konseptersebut dalam dunia pendidikan di Indonesia. Menitik beratkan pada merdeka belajardan
guru penggerak. Yang artinya anak didik memiliki kebebasan untuk memperoleh pendidikan dan
guru menjadi penggerak (motor) guna tercapainya proses merdeka belajar. Proses belajar yang
dijalani dengan cara menyenangkan memungkinkan siswamampu mengingat materi lebih
banyak dan
lebih lama, dengan kata lain tingkatretensinya lebih kuat. (Abdullah, 2020)
Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara di atas, merdeka belajar pada gilirannya
menghasilkan kreativitas yang merupakan elemen penting bagi sebuahkemajuan. Hal ini guru
menjadi fasilitator didalam proses pembelajaran. Kemendikbudmenekankan bahwa gebrakan
merdeka belajar ini di cirikan dengan dimulainyadikembalikannya USBN kepihak sekolah,
dihapuskannya UN kemudian digantikandengan proses asesmen kompotensi minimum dan survei
karakter. Dalam hal inikemendikbud berkeinginan agar tidak adanya tekanan nilai terhadap anak
didik sehinggaanak didik tidak terpaku dengan nilai angka. Dan yang terakhir, membentuk
karakteranak didik yang berkompeten, unggul dalam sumber daya manusia serta memiliki budi
pekerti yang luhur
4
dalam menyusun modul ajar dan modul projek. Data yang diperoleh ditindaklanjuti dengan
memberi pendampingan secara personal kepada guru yang bersangkutan.
yang penting dan pengembangan kompetensi peserta didik pada pasenya. Kedua, lebih merdeka
dimana peserta didik tidak ada program peminatan di SMA. Guru mengajar
sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan siswa. Untuk mengembangkan kurikulum
dan pembelajaran sesuai karakteristiknya sekolah mempunyai kekuatan. (Kemendikbud, n.d.)
Keberadaan sarana dan prasarana juga sangat menunjang terhadap keberhasilan
implementasi penerapan kurikulum merdeka di sekolah. Sarana dan prasarana yang lengkap sangat
menunjang terhadap pelaksanaan kurikulum merdeka di sekolah penggerak terutama dalam
ketersediaan alat-alat IT. Dengan Proses pembelajaran kurikulum merdeka pada sekolah mengacu
pada profil pelajar pancasila yang bertujuan menghasilkan lulusan yang herkompeten dan
menjunjung tinggi nilai-nilai karakter. Bentuk struktur kurikulum merdeka yaitu kegiatan
intrakurikuler, projek penguatan
profil pelajar pancasila serta kegiatan ekstrakurikuler. Sebagaimana yang tercantum
5
dalam Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi No. 162 Tahun 2021
bahwa kerangka dasar kurikulum terdiri dari:
a) Struktur kurikulum
b) Capaian pembelajaran
c) Prinsip pembelajaran dan asessment.
Penilaian dalam kurikulum merdeka di sekolah penggerak yang diterapkan adalah penilaian
secara komprehensif yang mendorong para siswa untuk mempunyai kompetensi sesuai dengan
bakat dan minatnya tanpa membebani siswa dengan ketercapaian skor minimal yang harus
ditempuh siswa atau dapat dikatakan tidak ada lagi KKM dalam kurikulum merdeka. Guru
merdeka bebas dalam melakukan penilaian. Hal tersebut sejalan dengan dengan apa yang
dikatakan oleh Nadiem Makarim di Jakarta, pada tanggal 11 Desember 2019. Tentang 4 pilar
kebijakan yaitu: Ujian Nasional (UN) yang akan ditiadakan dan diganti dengan Asessment
Kompetensi Minimum serta Survei Karakter, Sekolah masing-masing diberikan kewenangan
seutuhnya mengenai yang terkait kebijakan USBN, Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), PPDB lebih ditekankan pada sistem zonasi. (Dewi, 2022)
Program merdeka belajar banyak sekali menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat,
karena adanya beberapa kelebihan dan kekurangan dari program Kurikulum Merdeka Belajar
ini. Di antaranya adalah sebagai berikut :
Kelebihan :
➢ Anak didik bebas berekspresi
Anak didik bebas berekspresi maksudnya adalah anak leluasa dalam belajar karena
anak tidak diatur oleh satu pelajaran saja, melainkan intinya anak didik belajar sesuai
potensi yang mereka miliki masing-masing.
➢ Anak Didik tidak Dituntut Sama
6
Kekurangan :
➢ Membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit
Dengan bebasnya berekspresi anak didik dalam belajar, tentunya memakan waktu dan
biaya yang tidak sedikit karena dalam prosesnya anak didik berbeda- beda pemahaman
➢ Kurangnya guru yang merdeka
Untuk mewujudkan anak didik yang merdeka dalam belajar tentunya memerlukan guru
yang merdeka dalam mengajar juga, tetapi pengalaman para guru yang merdeka hanya
sedikit kebanyakan dilihat dari pengalaman para guru pada masa kuliahnya dulu, hal ini
disebabkan oleh kurangnya pengalaman para guru, karena program merdeka belajar baru-
baru ini diterbitkan.
➢ Kurangnya referensi
Untuk menjalankan program merdeka belajar ini tentunya memerlukan referensi atau
rujukan seperti buku sebagai alat belajar, buku yang ada sekarang dinilai rendah, maka dari
itu memerlukan buku yang lebih efisien untuk menjalankan pembelajaran dan mewujudkan
program merdeka belajar ini. (Wirakusuma, 2020)
• Belum semua guru mendapatkan pelatihan, banyak guru yang belum bisa
menerapkan pembelajaran tematik dan saintifik, serta banyak guru yang belum bisa
melakukan penilaian Autentik.
• Guru belum memahami substansi kurikulum sehingga tidak bisa menerapkannya dengan
baik. Kelemahan utama guru dalam pembelajaran adalah kurangnya pemahaman pendekatan
tematik saintifik tanpa tes kognitif dan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
• Dukungan sekolah masih rendah karena belum banyak warga sekolah yang mendapatkan
pelatihan kurikulum ini. Penyebab utama rendahnya dukungan sekolah karena kurangnya
pemahaman warga sekolah tentang kurikulum baru ini, terutama kepala sekolah dan
pengawas sekolah.
• Pemerintah Daerah sudah memberikan dukungan dalam bentuk anggaran pelatihan,
anggaran pendampingan, anggaran pengadaan buku, dan mengirimkan
7
oleh Dinas Pendidiakan Provinsi dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, namun kurang
optimal hasilnya.
• Kurang matangnya perencanaan dalam implementasi Kurikulum Merdeka ini akan menjadi
faktor penghambat. Koordinasi yang lemah antara berbagai jenjang pemerintahan yang
bertanggungjawab terhadap implementasi kurikulum juga mendaji kelemahan lain.
• Manajemen implementasi kurikulum yang harus diperbaiki mulai dari penentuan
target implementasi, penganggaran, pengadaan sarana pendidikan, pelatihan, implementasi dan
pendampingan, serta evaluasi keberhasilan dan kegagalannya.
Saran yang dapat dilakukan agar Implementasi Kurikulum menjadi lebih baik :
• Perlu adanya perencanaan yang matang mulai penentuan target, penganggaran, pengadaan
sarana, pelatihan, implementasi dan pendampingan, serta evaluasi dalam implementasi
nya.
• Meningkatkan koordinasi antara Dinas Pendidikan Kabupaten atau Kota, Dinas
Pendidikan Provinsi, dan Kementerian pendidikan dan Kebudayaan dalam memberikan
pelatihan terhadap guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah. Termasuk di antaranya
adalah koordinasi dalam pengadaan buku dan proses pengirimannya hingga ke sekolah-
sekolah sehingga tidak mengalami
keterlambatan.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
netu
mkilik
mienrdealleavm
anisikon
tesrehpadd
aapn tm
eoernigubaetk
lajarn ko
km
onptru
etekntisvi.isK
moen
. seFpakm a ektaorbey
toer-frd lajnarg
mempengaruhi kurikulum merdeka agar dapat diimplementasikan sesuai dengan ketentuan
perundangan antara lain, Faktor Perubahan Paradigma Guru, Membentuk komite tim
pembelajaran, pelatihan, dan sistemati monitoring. Implementasi dari kurikulum Merdeka Belajar-
Kampus Merdeka (MBKM) yaitu pentingnya perumusan kurikulum yang maksimal karena
melibatkan mitra untuk mencapai hasil pembelajaran di perguruan tinggi.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kurikulum
merdeka dan implementasinya, serta faktor dan hambatan yang ada, bila dirasa informasi yang ada
kurang ataupun membutuhkan pemahaman lebih dalam lagi, pembaca dapat mengakses daftar
rujukan yang telah kami cantumkan, ataupun mencari
9
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, K. P. (2022, November 17). Implementasi Merdeka Belajar dalam Dunia Pendidikan . Kemendikbud.
Kemendikbud. (n.d.). Kurikulum Merdeka sebagai Opsi satuan Pendidikan dalam rangka
Pemulihan Pembelajaran . Retrieved from
https://kurikulum.gtk.kemdikbud.go.id/detail-ikm/
Purwanto. (2022, Agustus 19). Faktor Penentu Sukses Implementasi Kurikulum Merdeka. Wirakusuma, A. N.
10