Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

LANDASAN YURIDIS DAN EMPIRIS PENGEMBANGAN KURIKULUM


DI INDONESIA

MATA KULIAH : DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM II


DOSEN PENGAMPU : AQIB ARDIANSYAH, S.Pd.I, M.Si

Disusun Oleh :
Aminah Tunjung Ningsih NIM. 40222001
Fadillatul Umamah NIM. 40222026
Ismi Wulan Agustin NIM. 40222041
Pandu Apriyanto NIM. 40222172
Sulis Susilawati NIM. 40222111

UNIVERSITAS PERADABAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
nikmat sehat kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Dasar
Pengembangan Kurikulum II dengan baik. Tanpa ridha dan kasih sayang serta petunjuknya
mustahil makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam penulisan dan pembahasan makalah ini kami membahas materi yang berjudul
“Landasan Yuridis dan Empiris Pengembangan Kurikulum Di Indonesia”. Ucapan terima
kasih kami sampaikan kepada bapak Aqib Ardiansyah, S.Pd.I., M.Si. Selaku dosen pengampu
mata kuliah ini.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini memiliki banyak kekurangan oleh
karena itu, kami menerima dengan tangan terbuka semua masukan saran dan kritik dari Ba-
pak dan teman-teman semua. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan siapa saja yang membaca makalah ini terutama teman-teman dari Fakul-
tas Keguruan dan Ilmu Pendidikan prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Bumiayu, 10 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................2
C. TUJUAN MASALAH...............................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................................3
A. LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA.......................................3
B. LANDASAN YURIDIS DAN EMPIRIS PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT
SATUAN PENDIDIKAN (KTSP).....................................................................................................5
C. LANDASAN YURIDIS DAN EMPIRIS PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
(KURTILAS/K-13)............................................................................................................................7
D. LANDASAN YURIDIS DAN EMPIRIS PENGEMBANGAN KURIKULUM MERDEKA. 10
BAB III........................................................................................................................................13
PENUTUP...................................................................................................................................13
KESIMPULAN...............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengembanagan sistem pembelajaran tidak akan lepas dari sebuah rancangan
pembelajaran atau sering disebut kurikulum. Kurikulum pada umumnya dipahami
sebagai pengembangan gagasan menjadi rancangan pendidikan, atau sering juga dibahas
pembelajaran yang kemudian dijadikan pedoman pendidikan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan yang harus dilakukan dengan cara evaluasi. Kurikulum merupakan salah
satu komponen yang memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Kurikulum akan membantu kita untuk dapat mengajar secara lebih efektif dan sistematis
dengan materi serta metode yang telah dipersiapkan. Atas dasar pemikiran tersebut,
Hasan (1988) merumuskan dimensi kurikulum sebagai rencana, sebagai contoh
kurikulum pendidikan Seni (1984) dan kurikulum seni budaya (KTSP, 2006 hingga
kurikulum 2013).

Kurikulum Pendidikan di Indonesia selalu berganti dari periode kemerdekaan


sampai saat ini era reformasi. Dengan adanya pengembangan kurikulum pendidikan di
Indonesia tujuanya adalah untuk rekontruksi kurikulum sebelumnya atau memperbaiki
kekurangan kurikulum sebelumnya, Inovasi kurikulum merupakan hal yang penting
yang perlu diperhatikan oleh pengembang kurikulum dengan inovasi menunjukan hal-
hal baru yang bisa membawa dampak lebih baik bagi penerapan kurikulum, beradaptasi
dengan perubahan sosial bukanlah faktor utama pengembangan kurikulum tetapi
kurikulum tidak boleh mengesampingkan aspek perubahan sosial seperti Kurikulum
Pendidikan Pendidikan di Amerika dan Eropa tidak bisa diterapkan sepenuhnya di
Indonesia karena perbedaan kehidupan sosial dan budaya dan merumuskan pengetahuan
yang tersembunyi artinya ilmu pengetahuan bisa terus berubah dan disempurnakan
seiring ditemukannya pengetahuan baru.

Dasar pengembangan kurikulum menurut Oemar Hamalik harus berdasarkan


pada poin-poin penting yang bertujuan untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional,
harus mengacu pada pendekatan kemampuan peserta didik, kurikulum harus disesuaikan
dengan karakter setiap satuan pendidikan di masing-masing jenjang pendidikan,
berdasarkan standar nasional pendidikan, memperhatikan aspek diversifikasi, artinya

1
2

disesuaikan dengan potensi dan minat peserta didik serta tuntutan pihak yang
berkepentingan, memperhatikan perkembangan dan potensi daerah serta kebutuhan akan
iptek, selain itu kurikulum juga harus mencakup beberapa aspek (seperti spiritualitas,
watak, keterampilan, kewirausahaan, pola hidup sehat, hingga kebangsaan).

Dalam pengembangan kurikulum tentunya harus menggunakan landasan


kurikulum yang kuat sehingga menghasilkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Yang dimaksud dengan landasan kurikulum di sini yaitu bidang-bidang yang
dapat dijadikan sebagai dasar pokok keputusan yang disebabkan oleh landasan-landasan
tersebut. Ada beberapa landasan pengembangan kurikulum di Indonesia, diantaranya
yaitu: landasan filosofis, landasan yuridis, landasan empiris, landasan teoretis, dan
landasan konseptual.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas berikut ini adalah rumusan masalah yang diperoleh,
antara lain:

1. Bagaimana landasan pengembangan kurikulum di indonesia?


2. Bagaimana landasan yuridis dan empiris pengembangan kurikulum KTSP?
3. Bagaiamana landasan yuridis dan empiris pengembangan kurikulum 2013
(KURTILAS / K-13)?
4. Bagaimana landasan yuridis dan empiris pengembangan kurikulum Merdeka ?

C. TUJUAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah di atas diperoleh tujuan dalam pembahasan makalah ini,
antara lain:

1. Memahami landasan pengembangan kurikulum di Indonesia.


2. Memahami landasan yuridis dan empiris pengembangan kurikulum KTSP.
3. Memahami landasan yuridis dan empiris pengembangan kurikulum 2013
(KURTILAS /K-13)
4. Memahami landasan yuridis dan empiris pengembangan kurikulum Merdeka.
BAB II
PEMBAHASAN

A. LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA


a.) Pengertian Kurikulum
Kurikulum dapat diartikan sebagai kumpulan daftar mata pelajaran yang
harus dipelajari siswa. Kelompok yang mendefinisikan kurikulum dalam arti yang
lebih luas menyatakan bahwa semua pengalaman belajar yang dialami siswa baik
di dalam maupun di luar kelas, baik yang terstruktur maupun mandiri adalah
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oliver (1977) mengartikan
kurikulum sebagai program pendidikan untuk mendapat sejumlah pengalaman
belajar yang dirancang oleh lembaga pendidikan untuk diikuti siswa, yang
meliputi program studi, program pengalaman, program pelayanan, dan kurikulum
tersembunyi. Doll (1982) mengartikan kurikulum sebagai rancangan pengalaman
belajar yang mengacu kepada hasil belajar yang diharapkan dapat menumbuhkan
kompetensi personal dan sosial siswa, melalui rumusan pengetahuan,
keterampilan, dan juga sikap yang sistematis di bawah tanggung jawab dan
bantuan lembaga pendidikan.
Pengertian kurikulum dapat dibagi menjadi dua, walaupun perbedaannya
bukanlah suatu dikotomi hitam dan putih, yaitu kurikulum dalam arti sempit dan
kurikulum dalam arti luas. Kurikulum dalam arti sempit adalah kumpulan daftar
mata pelajaran beserta rinciannya yang perlu dipelajari siswa untuk mencapai
suatu tingkat tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan
kurikulum dalam arti luas tidak hanya terbatas pada sejumlah mata pelajaran yang
diperoleh di kelas saja, akan tetapi semua pengalaman belajar yang dialami oleh
siswa, baik pengalaman belajar sendiri, belajar bersama teman, mengikuti
pramuka, belajar di perpustakan atau belajar di mana saja, kapan saja, dengan
siapa saja.
Dengan begitu, kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah pengalaman
belajar yang dilakukan siswa dibawah bimbingan lembaga pendidikan yang
bersangkutan. Pengalaman belajar dapat dilakukan melalui tatap muka di kelas,
belajar kelompok, dan belajar mandiri, baik yang dilakukan di dalam kampus
maupun di luar kampus. Isi pengalaman belajar menurut Bloom dapat

3
dikategorikan menjadi tiga ranah: kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan
menurut Gagne (1985) pengalaman belajar dapat dikategorikan menjadi lima
ranah, yaitu:

4
4

informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan


keterampilan psikomotorik.
b.) Pengembangan Kurikulum
Dalam mengembangkan kurikulum, perlu model sebagai cetak biru
pengembangan kurikulum. Model merupakan gambaran suatu proses dalam
bentuk grafis dan atau naratif dengan menunjukkan unsur utama serta strukturnya
(Miarso, 1988). Model pengembangan kurikulum merupakan gambaran tentang
komponen-komponen dan hubungan antar komponen dalam merancang
kurikulum. Jewet dan Bain (1985) mengatakan model kurikulum merupakan suatu
rancangan untuk mengembang-kan kurikulum bagi lingkungan pendidikan
khusus.
Untuk mengembangkan kurikulum yang terdiri dari komponen tujuan,
pembelajaran, sumber belajar, dan evaluasi bisa diperoleh dari landasan-landasan
pengembangan kurikulum. Landasan pngembangan kurikulum diperoleh dari visi,
misi, dan tujuan lembaga mulai dari tingkat departemen, propinsi, kabupaten, dan
kota. Disamping itu landasan pengembangan kurikulum diperoleh dari harapan
dan kebutuhan perkembangan sosial masyarakat dan sifat dasar ilmu. Setelah
mengakomodasi landasan-landasan pengembangan kurikulum tersebut kemudian
dipertimbangkan pula kebutuhan individu seperti karya siswa, masyarakat yang
lebih spesifik, epistemology ilmu dan teori-teori belajar. Dalam sebuah komponen
kurikulum yang paling penting adalah tujuan, karena komponen ini menjadi dasar
bagi penentuan sumber belajar, pembelajaran, dan evaluasi. Dalam evaluasi
kurikulum terdapat tiga sub komponen yang dapat dijadikan sebagai indikator
keberhasilan suatu kurikulum, yaitu: efektivitas, efisiensi, dan kemenarikan.
c.) Landasan Pengembangan Kurikulum
Landasan kurikulum merupakan dasar, asas, atau suatu pondasi dimana
“bangunan” kurikulum itu disusun dan dikembangkan. Setiap negara/pemerintah,
daerah, bahkan sekolah dalam menyusun dan mengembangkan suatu kurikulum
pasti akan didasarkan pada landasan-landasan tertentu yang sesuai dengan
kondisi-kondisi riil di masing-masing tempat. Sehingga kurikulum yang disusun
akan berbeda-beda, karena memiliki tujuan yang disesuaikan dengan tujuan
pendidikan di negara, daerah atau sekolah itu berada.
Secara umum terdapat kemiripan antara landasan kurikulum yang satu
dengan yang lain. Namun secara praktik dan pragmatik landasan kurikulum akan
5

berbeda. Landasan kurikulum di Indonesia akan tentunya dipengaruhi oleh kondisi


nyata bangsa dan negara Indonesia – yang akan bisa saja berbeda sama sekali atau
sebagaian besarnya dengan landasan kurikulum negara tetangga kita, seperti
negara-negara di ASEAN, Asia atau Amerika Serikat.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan landasan yuridis, landasan
filosofis, landasan empirik dan landasan teoritis. Landasan yuridis adalah
ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum. Landasan
Yuridis merupakan ketentuan hukum yang berlaku, yang artinya bahwa kurikulum
yang dihasilkan harus berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. Hukum-
hukum yang berlaku di Indonesia dijadikan pijakan dalam pengembangan
kurikulum atau sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam
kurikulum yang telah dibuat. Landasan filosofis ialah landasan yang mengarahkan
kurikulum kepada manusia tentang apa yang akan dihasilkan oleh kurikulum.
Sementara itu, landasan empirik memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan
kurikulum yang berlaku dilapangan. Kurikulum dituntut agar mampu membentuk
manusia Indonesia yang mampu menyeimbangkan kebutuhan individu
danmasyarakat. Sedangkan landasan teoritik ialah memberikan dasar-dasar
teoritik pengembangan kurikulum sebagai dokumen dan proses.

B. LANDASAN YURIDIS DAN EMPIRIS PENGEMBANGAN KURIKULUM


TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
a.) Landasan Yuridis Pengembangan Kurikukulum Tingkat Satuuan Pendidikan
(KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan
peraturan pemerintah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Dalam Undang-
Undang Sisdiknas dikemukakan bahwa Standar Nasional Pendidikan (SNP)
teridiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang
harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. SNP digunakan sebagai
acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan dan pembiayaan. Pengembangan standar nasional pendidikan
6

serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan


oleh suatu badan standarisasi, penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 2005 adalah peraturan tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).
SNP merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam peraturan tersebut
dikemukakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa KTSP
adalah kurikulum operasional yang dikembangkan berdasarkan standar
kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi.
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22 Tahun 2006 Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 mengatur tentang standar isi untuk
satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi,
mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk
mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional no. 23 Tahun 2006 mengatur Standar Kompetensi Lulusan untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian
dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kopetensi Lulusan
meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan
menengah, standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran dan standar
kompetensi lulusan minimal mata pelajaran, yang akan bermuara pada
kompetensi dasar.
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 mengatur tentang
pelaksanaan SKL dan Standar isi. Dalam peraturan ini dikemukakan bahwa
satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan
satuan pendidikan yang bersangkutan, berdasarkan pada: 1) Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 sampai
dengan pasal 38. 2) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
7

Nasional Pendidikan pasal 5 sampai dengan pasal 18 dan pasal 25 sampai


pasal 27. 3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah, (Mulyasa, 2006: 24-25).
b.) Landasan Empiris Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Landasan empiris pengembangan KTSP antara lain :
1. Kenyataan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah dilihat dari
sudut proses maupun hasil belajar. Dari segi proses pendidikan masih belum
mampu mengembangkan manusia Indonesia secara utuh, disebabkan karena
dalam pelaksanaannya masih berorientasi terhadap segi intelektualitas.
2. Indonesia adalah negara yang sangat luas yang memiliki keragaman sosial
budaya dengan potensi dan kebutuhan yang berbeda. Melalui KTSP
diharapkan keanekaragaman daerah baik dari segi sosial, budaya, maupun
kebutuhan daerah dapat terakomodasi dengan menempatkan sisi tersebut
sebagai pertimbangan dalam pengembangan kurikulum.
3. Selama ini peran sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
masih bersifat pasif. Melalui KTSP diharapkan masyarakat berperan aktif
dalam pengembangan kurikulum , karena KTSP disusun oleh sekolah dan
masyarakat, sehingga masyarakat memiliki tanggung jawab terhadap
pengembangan bahkan pengimplementasian kurikulum.

C. LANDASAN YURIDIS DAN EMPIRIS PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013


(KURTILAS/K-13)
a) Landasan Yuridis Pengembangan Kurikulum 2013 (KURTILAS/K-13)
Pengembangan kurikulum 2013 mengacu pada RPJMN 2014 sektor
pendidikan yang memuat tentang perubahan metodologi pembelajaran dan
penataan kurikulum. Instruksi Presiden nomor 11 Tahun 2010 tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional menegaskan bahwa
penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan Nilai-
Nilai Budaya Bangsa untuk Membentuk Daya Saing Karakter Bangsa.
Kurikulum dikembangkan mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Tujuan
pendidikan nasional tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945. Selanjutnya,
dijabarkan ke dalam berbagai undang-undang, seperti Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional dan Undang-Undang lainnya terkait dengan pendidikan.
8

UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang lainnya yang


terkait dengan pendidikan, kemudian dijabaran ke dalam berbagai peraturan
pemerintah seperti Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah, lebih lanjut dijabarkan ke dalam berbagai Peraturan
Menteri seperti Peraturan Menteri tentang Standar Kompetensi Lulusan, Standar
Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian. Akhirnya, peraturan pemerintah juga
dijabarkan ke dalam Rencana Strategis Kementerian, yang kemudian dirumuskan
ke dalam program-program kementerian.

Landasan yuridis kurikulum 2013, antara lain:


1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan
dalam Rencana Pembangnan Jangka Menengah Nasional;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Landasan yuridis kurikulum adalah pancasila dan undang-undang dasar


1945, undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Lebih lanjut, pengembangan kurikulum
2013 diamanatkan oleh Rencana Pendidikan Menengah Nasional (RJPMN).
Landasan yuridis pengembangan kurikulum 2013 lainnya adalah Instruksi
Presiden Republik Indonesia tahun 2010 Tentang Pendidikan Karakter,
Pembelajaran Aktif dan Pendidikan Kewirausahaan.
Selain landasan yuridis kurikulum di atas, ada juga landasan yang lain.
Pertama, RPJMN 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan Metodologi
Pembelajaran dan Penataan Kurikulum. Kedua, PP No. 19 Tahun 2005 Tentang
9

Standar Nasional Pendidikan. Ketiga, INPRES No. 1 Tahun 2010, Tentang


Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, Penyempurnaan
Kurikulum dan Metode Pembelajaran Aktif Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya
Bangsa Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Tidak bisa
dipungkiri bahwa penyempurnaan kurikulum di Indonesia yang menjadi landasan
utamanya justru landasan yuridis.
Kurikulum 2004 itu salah satu contohnya, landasan utamanya adalah
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenanagan Provinsi sebagai Daerah Otonom, serta Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sementara
itu, Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), landasan utamanya
adalah diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan sebagai penjabaran lebih lanjut dari Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum
2013, landasan utamanya adalah diberlakukannya Peraturan Presiden Nomor 5
Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-
2014, dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagai penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b) Landasan Empiris Pengembangan Kurikulum 2013 (KURTILAS/K-13)
Kurikulum dikembangkan atas dasar pertimbangan berbagai pengalaman
yang diperoleh dalam proses pengembangan kurikulum sebelumnya, yang
siklusnya mulai dari perencanaan, penyusunan, implementasi, dan evaluasi
kurikulum. Setelah kurikulum diimplementasikan, biasanya beberapa tahun
kemudian muncul masalah-masalah, antara lain ada bagian-bagian tertentu dari
dokumen kurikulum tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak, terlalu sulit
dipahami oleh guru apalagi anak, tidak sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, tidak sesuai dengan tuntutan zaman, tidak sesuai
dengan kondisi terkini, dan sebagainya. Oleh karena itu, diberbagai negara maju,
kurikulum dan buku teks paling lama lima tahun sudah dilauan penyesuaian-
penyesuaian. Selain itu, pada umumnya kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan belum seperti yang diharapkan sehingga tidak mampu
10

mengimplementasikan dokumen kurikulum dalam pembelajaran, baik dari segi


substansi, metodologi pembelajaran, penilaian dan manajemennya.
Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan
Indonesia harus terus ditingkatkan. Hasil riset PISA (Program For Internasional
Student Assesment), studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, Matematika,
dan IPA menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar
terbawah dari 65 negara. Hasil riset TIMSS (Trend In International Mathematics
and Sciens Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada rangking amat
rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori,
analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan
masalah, dan (4) melakukan investigasi. Hasil-hasil ini menunjukkan perlu ada
perubahan orientasi kurikulum, dengan tidak membebani peserta didik dengan
konten namun pada asfek kemampuan esensial yang diperlukan semua warga
negara untuk berperan serta dalam membangun negaranya pada abad 21.
Oleh karena itu, pengembang kurikulum harus memperhatikan fakta
empiris dan mengantisipasi berbagai masalah tersebut, agar dokumen kurikulum
yang akan dikembangkan sesuai dengan tahap perkembangan anak, dapat
dipahami oleh guru dan oleh anak, tidak terlalu cepat tertinggal dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan zaman, serta kondisi
kekinian, dan sebagainya. Selain itu, dapat diimplementasikan oleh pendidik dan
tenaga kependidikan sesuai harapan. Antisipasi dilakukan dalam proses
pengembangan kurikulum dan penyiapan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan dari segi substansi, metodologi pembelajaran, penilaian, dan
manajemennya.

D. LANDASAN YURIDIS DAN EMPIRIS PENGEMBANGAN KURIKULUM


MERDEKA
a) Landasan Yuridis Pengem nbangan Kurikulum Merdeka
Dalam menyusun naskah akademik atau kajian akademik kurikulum
merdeka atau kurikulum untuk pemulihan pembelajaran, Pemerintah dalam hal
ini Kemendikbudristek menjelaskan Landasan Pengembangan Kurikulum
Merdeka. Pengembangan Kurikulum dan pelaksanaan kurikulum didasarkan
pada butir-butir kebijakan nasional dalam bidang pendidikan yang terdapat dalam
dokumen sebagai berikut:
11

1. Perubahan Struktur Kurikulum Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan


Landasan Pengembangan Kurikulum Merdeka adalah perubahan
Struktur Kurikulum Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan Pembukaan UUD
RI Tahun 1945 pada alinea keempat tercantum tujuan nasional bangsa
Indonesia, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 31 UUD NRI Tahun 1945.
Selain itu, Pemerintah juga memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia sebagaimana
diamanatkan Pasal 31 ayat (5) UUD NRI Tahun 1945. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dari
tahun ke tahun, maka Pemerintah harus selalu mengupdate sistem pendidikan
nasional khususnya melalui penyesuaian kurikulum sebagai “jantung”
pendidikan yang senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2. UU No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
Landasan Pengembangan Kurikulum Merdeka yang kedua adalah
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu sebagaimana termaktub dalam Ketentuan Umum UU No. 20 Tahun
2003. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 35 ayat (2) dan
Pasal 36 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003. Kurikulum pada semua jenjang dan
jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2003.
Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan
menengah ditetapkan oleh Pemerintah dan dikembangkan sesuai dengan
relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
12

sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau


kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan
provinsi untuk pendidikan menengah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal
38 UU No. 20 Tahun 2003.
3. PP No. 57 Tahun 2021 tentang Sistem Nasional Pendidikan (PP No. 4 Tahun
2022)
Landasan Pengembangan Kurikulum Merdeka yang ketiga adalah
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2021 Tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah PP No. 4 Tahun 2022. Standar Nasional
Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan untuk
meningkatkan mutu Pendidikan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan
lokal, nasional, dan global sesuai dengan Pasal 3 ayat (3) PP No. 57 Tahun
21. Dengan demikian, kurikulum yang berlaku dapat disesuaikan seiring
dengan perubahan standar nasional pendidikan yang merupakan acuan dalam
pengembangan kurikulum.
Standar Nasional Pendidikan yang menjadi acuan dalam pengembangan
meliputi standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses; dan standar
penilaian Pendidikan. Kurikulum disusun sesuai dengan Jenjang Pendidikan
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan:
 peningkatan iman dan takwa,
 nilai Pancasila,
 peningkatan akhlak mulia,
 peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat Peserta Didik,
 keragaman potensi daerah dan lingkungan,
 tuntutan pembangunan daerah dan nasional,
 tuntutan dunia kerja,
 perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
 agama;
 dinamika perkembangan global; dan
 persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan
agama, pendidikan Pancasila, pendidikan kewarganegaraan, Bahasa,
13

matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan


budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/ kejuruan; dan
muatan lokal. Muatan pelajaran dapat dituangkan secara terpisah atau
terintegrasi dalam bentuk mata pelajaran/mata kuliah, Modul, blok, atau
tematik.
4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional ( RPJPN ) 2005-2025
Landasan Pengembangan Kurikulum Merdeka yang keempat adalah
RPJPN atau Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 menjadi landasan bagi
perumusan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali.
RPJMN menjadi pedoman bagi kementerian/ lembaga dalam
menyusun Rencana Strategis kementerian dan lembaga (Renstra-K/L) dan
menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyusun dan
menyesuaikan rencana pembangunan daerahnya masing- masing dalam
rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional.
5. Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020 – 2025 (Perpres
No 18 Tahun 2020)
Landasan Pengembangan Kurikulum Merdeka yang kelima adalah
RPJMN atau Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-
2025 (Perpres No. 18 Tahun 2020). Substansi Inti Program Aksi Bidang
Pendidikan RPJMN Tahun 2020 – 2024, diantaranya:
1) Peningkatan Layanan Pendidikan
 Meningkatkan pemerataan layanan pendidikan berkualitas, melalui
Peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran, mencakup:
 penerapan kurikulum dengan memberikan penguatan pengajaran
berfokus pada kemampuan matematika, literasi dan sains di
semua jenjang;
 penguatan pendidikan literasi kelas awal dan literasi baru (literasi
digital, data, dan sosial) dengan strategi pengajaran efektif dan
tepat;
 peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik;
14

 penguatan kualitas penilaian hasil belajar siswa, terutama melalui


penguatan peran pendidik dalam penilaian pembelajaran di kelas,
serta peningkatan pemanfaatan hasil penilaian sebagai bagian
dalam perbaikan proses pembelajaran;
 peningkatan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, terutama
dalam mensinergikan model pembelajaran jarak jauh (distance
learning), dan sistem pembelajaran daring (online);
 integrasi soft skill (keterampilan non- teknis) dalam
pembelajaran,
 peningkatan kualitas pendidikan karakter, agama dan kewargaan;
 peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, termasuk kualitas
pendidikan
2) Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing
 Meningkatkan produktivitas dan daya saing, melalui Pendidikan dan
pelatihan vokasi berbasis kerjasama industri, mencakup:
 Peningkatan peran dan kerja sama industri/swasta dalam
pendidikan dan pelatihan vokasi, meliputi pengembangan sistem
insentif/ regulasi untuk mendorong peran industri/swasta dalam
pendidikan dan pelatihan vokasi, peningkatan peran daerah
dalam koordinasi intensif dengan industri/swasta untuk
pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi di wilayahnya,
dan pemetaan kebutuhan keahlian termasuk penguatan informasi
pasar kerja.
 Reformasi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi,
meliputi penguatan pembelajaran inovatif dengan penyelarasan
program studi/bidang keahlian mendukung pengembangan sektor
Unggulan dan kebutuhan industri/swasta, penyelarasan
kurikulum dan pola pembelajaran sesuai kebutuhan industri,
penguatan pembelajaran untuk penguasaan karakter kerja
( softskills dan bahasa asing), penguatan pelaksanaan pendidikan
dan pelatihan vokasi sistem ganda (dual TVET system) yang
menekankan pada penguasaan keterampilan berbasis praktik dan
magang di industri, perluasan penerapan teaching factory/
15

teaching industry berkualitas sebagai salah satu sistem


pembelajaran standar industri, revitalisasi dan peningkatan
kualitas sarana dan prasarana pembelajaran dan praktek kerja
pendidikan dan pelatihan vokasi sesuai standar, peningkatan
kerja sama pemanfaatan fasilitas praktik kerja di industri,
termasuk unit produksi/ teaching factory/teaching industry,
penguatan pelatihan kecakapan kerja dan kewirausahaan di
sekolah, madrasah, dan pesantren, peningkatan fasilitasi dan
kualitas pemagangan, dan penyusunan strategi penempatan
lulusan.
Seluruh substansi inti program aksi bidang pendidikan itu harus
dilakukan dan diwujudkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
melalui Rencana Strategis Tahun 2020-2024.
6. Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-
2024 (Permendikbud No. 22 Tahun 2020)
Landasan Pengembangan Kurikulum Merdeka yang keenam adalah
Renstra Kemendikbud atau Rencana strategis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 2020-2024. Dituang pada Permendikbud No. 22 Tahun
2020. Arah kebijakan dan strategi pendidikan dan kebudayaan pada kurun
waktu 2020-2024 dalam rangka mendukung pencapaian 9 Agenda Prioritas
Pembangunan (Nawacita Kedua). Dan tujuan Kemendikbud melalui
Kebijakan Merdeka Belajar yang bercita-cita menghadirkan pendidikan
bermutu tinggi bagi semua rakyat Indonesia, yang dicirikan oleh:
 Angka partisipasi yang tinggi di seluruh jenjang pendidikan,
 Hasil pembelajaran berkualitas, dan
 Mutu pendidikan yang merata baik secara geografis maupun status
sosial ekonomi.
b) Landasan Empiris Pengembangan Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka adalah konsep kurikulum yang diperkenalkan di
Indonesia untuk memberikan lebih banyak otonomi kepada sekolah dalam
mengembangkan kurikulum mereka sendiri. Landasan empiris pengembangan
Kurikulum Merdeka dapat mencakup berbagai elemen berikut:
1. Penelitian dan Kajian
16

Pengembangan kurikulum harus didasarkan pada penelitian dan kajian


ilmiah yang memahami kebutuhan dan karakteristik siswa, serta tren
pendidikan terkini. Data empiris seperti hasil tes, survei, dan evaluasi dapat
menjadi landasan penting dalam menentukan apa yang perlu diajarkan dan
bagaimana cara terbaik untuk mengajarkannya.
2. Konteks Sekolah
etiap sekolah memiliki karakteristik unik dan lingkungan belajar yang
berbeda. Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan konteks
sekolah secara spesifik, termasuk sumber daya yang tersedia, kultur sekolah,
dan kebutuhan siswa.
3. Kebutuhan Siswa
Kurikulum harus berfokus pada kebutuhan dan perkembangan siswa
secara individual dan kelompok. Data empiris tentang prestasi siswa, minat,
bakat, dan tantangan mereka harus menjadi landasan pengembangan
kurikulum.
4. Hasil Pembelajaran
Pengembangan kurikulum Merdeka harus mengacu pada standar hasil
pembelajaran yang diinginkan. Data empiris mengenai kompetensi dan
keterampilan yang diharapkan dari lulusan sekolah harus digunakan untuk
merumuskan tujuan pembelajaran.
5. Konsultasi Stakeholde
Proses pengembangan kurikulum Merdeka harus melibatkan berbagai
stakeholder, seperti guru, orang tua, siswa, dan masyarakat lokal. Pendekatan
empiris seperti survei dan wawancara dapat digunakan untuk mendapatkan
masukan dari mereka.
6. Evaluasi Berkelanjutan
Pengembangan kurikulum tidak berhenti setelah kurikulum diterapkan.
Evaluasi berkelanjutan berdasarkan data empiris tentang efektivitas
kurikulum, perkembangan siswa, dan respons stakeholder sangat penting
untuk mengidentifikasi perbaikan yang perlu dilakukan.

Dengan menggunakan landasan empiris ini, sekolah dapat


mengembangkan kurikulum Merdeka yang lebih relevan, sesuai dengan
kebutuhan siswa, dan responsif terhadap perubahan dalam dunia pendidikan. Ini
17

dapat membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih baik dan


meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat signifikan,


sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung atau rumah
yang tidak menggunakan landasan atau pondasi yang kuat, maka ketika diterpa angin
atau terjadi goncangan yang kencang, bangunan tersebut akan mudah roboh.
Demikian pula dengan halnya kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang
kuat, maka kurikulum terebut akan mudah terombang-ambing dan yang menjadi
taruhannya adalah manusia sebagai peserta didik yang dihasilkan oleh pendidik itu
sendiri.
Dalam pengembangan kurikulum tentunya harus menggunakan landasan
kurikulum yang kuat sehingga menghasilkan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Yang dimaksud dengan landasan kurikulum di sini yaitu
bidang-bidang yang dapat dijadikan sebagai dasar pokok keputusan yang disebabkan
oleh landasan-landasan tersebut. Ada beberapa landasan pengembangan kurikulum di
Indonesia, diantaranya yaitu: landasan filosofis, landasan yuridis, landasan empiris,
landasan teoretis, dan landasan konseptual.

Pengembangan kurikulum yang sukses memerlukan landasan empiris yang


kuat dan didukung oleh Landasan yuridis, seperti undang-undang, peraturan
pemerintah, dan kebijakan pendidikan, sehingga dapat memberikan kerangka hukum
yang mengatur pengembangan kurikulum di Indonesia. Kedua landasan tersebut
menentukan prinsip-prinsip dasar, struktur, dan pedoman yang harus diikuti oleh
sekolah dan pihak terkait dalam merancang kurikulum. Memberikan data tentang
karakteristik siswa, hasil pembelajaran, kebutuhan masyarakat, dan evaluasi berkala
yang digunakan sebagai dasar dalam merancang kurikulum yang efektif.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anda Juanda, A. J. (2014). Landasan Kurikulum dan Pembelajaran Berorientasi


Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
Anggraena, Y., Felicia, N., Eprijum, D., Pratiwi, I., Utama, B., Alhapip, L., &
Widiaswati, D. (2022). Kajian akademik kurikulum untuk pemulihan
pembelajaran.
Siregar, R. L. (2022). LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
2013. HIKMAH: Jurnal Pendidikan Islam, 11(1), 44-55.
Sudarman, S. P. BUKU AJAR PENGEMBANGAN KURIKULUM.
Suarga, S. (2017). Kerangka dasar dan landasan pengembangan kurikulum 2013. Ispi-
ratif Pendidikan, 6(1), 15-23.

Anda mungkin juga menyukai