Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DAN PENGEMBANGAN


KURIKULUM 2013
Dosen Pengampu : Dr. Agus Purwowidodo, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Lina Khoirun Nisa’ 126204211046


2. Naimatus Sa’adah 126204211052
3. Nuzulin Annuria Hidayati 126204212116
4. Nurul Ardi Astutik 126204213198

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kurikulum Merdeka
Belajar dan Pengembangan Kurikulum 2013” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Teknologi Pembelajaran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
mengetahui dan memahami Kurikulum Merdeka Belajar dan Pengembangan Kurikulum 2013
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Agus Purwowidodo, M.Pd, selaku
dosen mata kuliah Teknologi Pembelajaran yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Tulungagung, 27 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3
A. Konsep Dasar Kurikulum merdeka belajar ............................................................... 3
B. Landasan Pengembangan Kurikulum merdeka belajar............................................. 3
C. Komponen – komponen kurikulum merdeka ............................................................ 5
D. Prinsip pengembangan kurikulum merdeka .............................................................. 7
E. Model pengembangan kurikulum............................................................................... 8
F. Evaluasi Kurikulum .................................................................................................. 11
G. Perkembangan Kurikulum di Indonesia .................................................................. 12
H. Pembaharuan dan Inovasi Kurikulum ...................................................................... 15
I. Kurikulum 2013 (K13) ............................................................................................. 18
J. Model Kurikulum Berbasis Kompetensi ................................................................. 20
K. Proses Pembelajaran ................................................................................................. 20
L. Penilaian..................................................................................................................... 20
M. Permasalahan dan Pengembangan ........................................................................... 21
N. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ........................................................................ 21
O. Penerapan Kurikulum 2013 ...................................................................................... 22

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 23


A. Kesimpulan ................................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan masa kini adalah pendidikan yang mengadopsi kurikulum 2013 dan
kurikulum merdeka belajar kampus merdeka (MBKM). Tujuan kurikulum ini adalah
perbaikan sumber daya manusia dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Tidak
hanya itu, pendidikan yang menerima kurikulum ini mulai dari pendidikan dasar hingga
pendidikan tinggi. Oleh karena itu, peran setiap jenjang sangat dibutuhkan untuk
mensukseskan program-program ini.

Pendidikan adalah salah satu cara manusia untuk “bertahan hidup” agar dapat
beradaptasi dengan perubahan zaman yang begitu pesat. Setiap individu berhak
mendapatkan pendidikan yang layak. Di Indonesia, pendidikan tercantum dalam Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 yang bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, cakap, kreatif,
mandiri, berakhlak mulia, sehat, berilmu, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, diperlukan alat
perantara yaitu kurikulum.
Pengembangan kurikulum yang baik didasarkkan pada sejumlah landasan, yakni
landasan filosofis, sosiologis, psikologis, konseptual-teoretis, historis, dan yuridis.
Landasan filosofis yang dipilih diharapkan dapat memberikan dasar bagi pengembangan
seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia unggul sebagaimana tercantum
dalam tujuan pendidikan nasional. Pancasila adalah pandangan hidup, dasar negara, dan
ideologi nasional yang berfungsi sebagai salah satu pilar negara kebangsaan Indonesia.
Dalam konteks pendidikan, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 telah diterima
sebagai landasan pendidikan nasional.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep kurikulum merdeka belajar dan kurikulum 2013?
2. Apa saja landasan pengembangan kurikulum merdeka belajar dan kurikulum
2013?
3. Apa saja komponen dalam kurikulum merdeka belajar dan kurikulum 2013?
4. Bagaimana prinsip-prinsip pengembangan kurikulum merdeka belajar dan
kurikulum 2013?
5. Apa saja model pengembangan kurikulum merdeka belajar dan kurikulum 2013?
6. Apa saja model evaluasi kurikulum merdeka belajar dan kurikulum 2013?
7. Bagaimana perkembangan kurikulum merdeka belajar dan kurikulum 2013 yang
ada di Indonesia?
8. Apa saja pembaharuan dan inovasi kurikulum merdeka belajar dan kurikulum
2013?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep kurikulum merdeka belajar dan kurikulum 2013.

1
2. Mengetahui landasan pengembangan kurikulum merdeka belajar dan kurikulum
2013.
3. Memahami komponen-komponen dalam kurikulum merdeka belajar dan
kurikulum 2013
4. Mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum merdeka belajar dan
kurikulum 2013
5. Mengetahui model-model pengembangan kurikulum merdeka belajar dan
kurikulum 2013
6. Mengetahui model-model evaluasi dalam kurikulum merdeka belajar dan
kurikulum 2013
7. Memahami perkembangan kurikulum merdeka belajar dan kurikulum 2013 di
Indonesia.
8. Memahami pembaharuan dan inovasi kurikulum merdeka belajar dan kurikulum
2013

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kurikulum merdeka belajar


1. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa yunani yaitu curir yang
berarti "pelari" dan curere yang berarti "tempat berpacu" istilah kurikulum berasal
dari dunia olahraga, terutama dalam bidang atletik pada zaman Romawi Kuno di
Yunani. Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh seorang pelari dari
garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau
penghargaan. 1
Menurut UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003, pengertian kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran,
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Jadi, Kurikulum Merdeka Belajar merupakan kurikulum dengan pembelajaran
intrakurikuler yang beragam, dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik
memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Kurikulum ini merupakan salah satu opsi dari ketiga pilihan yaitu kurikulum 2013
dan kurikulum darurat. Kurikulum ini juga dapat disebut sebagai bentuk evaluasi
dari Kurikulum 2013, hal ini sebagaimana yang dinyatakan dari laman
Kemdikbud.
2. Konsep kurikulum merdeka belajar
a. Pembelajaran berbasis proyek yang bertujuan mengembangkan soft skill serta
karakter sesuai profil pelajar Pancasila
b. Fokus pada materi esensial, sehingga ada waktu untuk pembelajaran
mendalam untuk kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi
c. Fleksibilitas guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi
berdasarkan kemampuan para peserta didik. 2
B. Landasan Pengembangan Kurikulum merdeka belajar
Landasan pengembangan kurikulum diorganisasikan kedalam tiga bagian sebagai
berikut :
1. Landasan Filosofis
Secara harfiah filsafat berarti "cinta akan kebijakan" (love of wisdom), untuk
mengerti dan berbuat secara bijak, la harus memiliki pengetahuan, dan
pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir, yaitu berpikir secara
mendalam, logis dan sistematis. Dalam pengertian umum filsafat adalah cara

1
Drs. Zainal Arifin, M.Pd., Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 2.
2
Franciscus Xaverius Wartoyo, Menakar Korelatifitas Merdeka Belajar Dengan Sistem
Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan Pancasila, jurnal kajian
dan penelitian hukum, Vol.4 No. 2, (September 2022) hal. 142.
3
berpikir secara radikal, menyeluruh dan mendalam (Socrates) atau cara berpikir
yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Plato menyebut filsafat sebagai ilmu
pengetahuan tentang kebenaran. Adapun yang dimaksud dengan landasan filosofis
dalam pengembangan kurikulum ialah asumsi-asumsi atau rumusan yang
didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam, analitis, logis dan sistematis
(filosofis) dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan
kurikulum. Penggunaan filsafat tersebut baik dalam pengembangan kurikulum
dalam bentuk program (tertulis), maupun kurikulum dalam bentuk pelaksanaan
(operasional) di sekolah. 3
2. Landasan Psikologis Dalam Pengembangan Kurikulum
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam
hubungan dengan lingkuingan, sedangkan kurikulum adalah upaya menentukan
program pendidikan untuk merubah perilaku manusia. Oleh sebab itu dalam
mengembangkan kurikulum harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam
menentukan apa dan bagaimana perilaku peserta didik itu harus dikembangkan.
3. Landasan sosiologis
Dilihat dari substansinya faktor sosiologis sebagai landasan dalam
mengembangkan kurikulum dapat dikaji dari dua sisi yaitu dari sisi kebudayaan
dan kuriklulum serta dari unsur masyarakat dan kurikulum.
a. Kebudayaan dan Kurikulum
Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan
kurikulum dengan pertimbangan:
1) Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya. Semua itu dapat
diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga,
masyarakat sekitar, dan tentu saja sekolah / lembaga pendidikan. Oleh
karena itu sekolah /lembaga pendidikan mempunyai tugas khusus untuk
memberikan pengalaman kepada para peserta didik dengan salah satu alat
yang disebut kurikulum.
2) Kurikulum dalam setiap masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi
dari cara orang berpikir, berasa, bercita cita, atau kebiasaan-kebiasaan.
Karena itu dalam mengembangkan suatu kurikulum perlu memahami
kebudayaan. Kebudayaan adalah pola kelakuan yang secara umum
terdapat dalam satu masyarakat yang meliputi keseluruhan ide, cita-cita,
pengetahuan, kepercayaan, cara berpikir, kesenian, dan lain sebagainya.
3) Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut
kebudayaan. Oleh karena itu kebudayaan dapat dikatakan sebagai suatu
konsep yang memiliki kompleksitas tinggi. Kebudayaan adalah hasil dari
cipta, rasa dan karsa manusia yang diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu:
ide/gagasan, kegiatan, benda hasil karya manusia.
b. Masyarakat dan kurikulum

3
Drs. Dadang Sukirman, M.Pd, Landasan Pengembangan Kurikulum.
4
Masyarakat yang adalah suatu kelompok individu diorganisasikan
mereka sendiri kedalam kelompok-kelompok berbeda. Kebudayaan
hendaknya dibedakan dengan istilah masyarakat yang mempunyai arti suatu
kelompok individu yang terorganisir yang berpikir tentang dirinya sebagai
suatu yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat lainnya.
Menurut Daud Yusuf (1982) bahwa sumber nilai yang ada dalam
masyarakat untuk dikembangkan melalui proses pendidikan ada tiga yaitu:
logika, estetika, dan etika. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah nilai-nilai
yang bersumber pada logika (pikiran).
4. Landasan Ilmu Pengatahuan dan Teknologi dalam Pengembangan Kurikulum
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli suatu
bangsa atau kelompok tertentu. Pengaruh dari perkembangan IPTEK ini cukup
luas, meliputi segala bidang kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, budaya,
keagamaan, keamanan, pendidikan, dan lain sebagainya. Khususnya dalam bidang
pendidikan, perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal balik
dengan pendidikan. Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai
macam alat-alat dan bahan yang secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan
dalam pendidikan. Salah satu ciri masyarakat adalah selalu berkembang.
Perkembangan masyarakat dipengaruhi oleh falsafah hidup, nilai nilal, IPTEK dan
kebutuhan yang ada dalam masyarakat. Perkembangan masyarakat menuntut
tersedianya proses pendidikan yang relevan. Untuk terciptanya proses pendidikan
yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangan berupa
kurikulum yang landasan pengembangannya memperhatikan faktor perkembangan
masyarakat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak membawa
perubahan pada sistem nilai-nilai. Pendidikan pada dasamya adalah bersifat
normatif, dengan demikian bagaimana agar perubahan nilai-nilai yang diakibatkan
oleh perkembanmgan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa menuju pada
perubahan yang bersifat positif. Oleh karena itu dalam mengembangkan
kurikulum tidak bisa melepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, agar kurikulum yang dihasilkan selain memiliki kekuatan, karena
bersumber dari ilmu pengatahuan dan teknologi juga bisa mengembangkan dan
melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi lebih memajukan perdaban
manusia.4
C. Komponen – komponen kurikulum merdeka
a) Tujuan
Dalam kerangka dasar kurikulum, tujuan mempunyai peranan yang sangat
penting. Hal ini dikarenakan akan mengarahkan dan mempengaruhi komponen-
komponen kurikulum lainnya. Untuk memahami komponen tujuan ini secara
komprehensif, maka perlu diketahui terlebih dahulu hierarki tujuan dari pendidikan.
Dalam skala makro, tujuan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari tujuan Negara. Hal

4
Drs. Dadang Sukirman, M.Pd, Landasan Pengembangan Kurikulum.
5
ini dikarenakan tujuan pendidikan merupakan penjabaran dari tujuan Negara atau
falsafah Negara. Jadi, pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan Negara.
Di Indonesia, menetapkan pancasila sebagai sebagai Pandangan hidup. Oleh
karena itu sistem pendidikannya mengarahkan pada pembentukan warga Negara yang
cakap untuk memahami, menghayati dan mengamalkan falsafah Negara yaitu
pancasila.
Sedangkan dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan misi
dan visi sekolah seta tujuan-tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan setiap mata
pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
b) Isi/materi
Isi atau materi pada kurikulum merdeka ini harus menyangkut semua aspek, baik
yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya
tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun kegiatan siswa.
Secara umum, isi kurikulum ini dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
 logika, yaitu pengetahuan tentang benar dan salah yang berdasarkan prosedur
keilmuan
 etika, yaitu pengetahuan tentang baik,-buruk, nilai dan moral
 estetika, yaitu nilai indah-jelek yang ada nilai seni
Dalam kurikulum merdeka ini, standar pencapaian lebih sederhana dan materi
pada pembelajarannya pun lebih sedikit. Sehingga memberikan waktu bagi guru
untuk mendalami setiap konsepnya. Guru tidak perlu terburu-buru dalam
menyelesaikan materi. Jadi, intinya belajar ini akan menjadi lebih mendalam,
bermakna, dan menyenangkan.
c) Proses
Proses pelaksanan kurikulum harus menunujukkan adanya kegiatan
pembelajaran, yaitu upaya guru untuk membelajarkan peserta didik, baik di sekolah
melalui tatap muka, maupun di luar sekolah melalui kegiatan terstruktur dan mandiri.
Dalam konteks ini, guru dituntut untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran,
metode mengajar, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar yang harus
disesuaikan tujuan kurikulum (SK/KD), karakteristik materi pelajaran, dan tingkat
perkembangan peserta didik. Dalam pelaksanaan kurikulum merdeka ini, guru
diberikan keluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar yang telah disediakan oleh
pemerintah, diantaranya: modul ajar, alur tujuan pembelajaran (ATP), dan projek
penguatan profil pelajar pancasila. Satuan pendidikan dan pendidik dapat
mengembangkan atau memodifikasi modul projek yang telah disediakan pemerintah
untuk menyesuaikan dengan kebutuhan belajar peserta didik. Jadi, intinya apapun
yang dipilih harus disesuaikan dengan karakteristik daerah, satuan pendidik, dan
peserta didik.
d) Evaluasi.
Komponen evaluasi adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
pengembangan kurikulum. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti
kurikulum. Sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan, apakah suatu kurikulum
perlu dipertahankan atau tidak dan bagian-bagian mana saja yang harus

6
disempurnakan. Jadi, evaluasi ini merupakan komponen untuk melihat efektivitas
pencapaian tujuan kurikulum. Evaluasi ini bisa dilakukan melalui tes maupun non
tes.5
D. Prinsip pengembangan kurikulum merdeka
a. Prinsip Umum
1. Prinsip berorientasi pada tujuan dan kompetensi
Tujuan yang dimaksud disini merupakan sesuatu yang ingin dicapai dalam
pendidikan. Dalam pengertian kurikulum UU No. 20 tahun 2003, disebutkan
“kurikulum adalah…..untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan yang
dimaksud meliputi tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan
kurikuler, tujuan pembelajaran umum, dan tujuan pembelajaran khusus. Jadi,
intinya, tujuan pendidikan itu harus mencangkup semua aspek perilaku peserta
didik, baik dalam domain kognitif, afektif, maupun psikomotor.
2. Prinsip relevansi
Prinsip ini terdiri dari dua jenis yaitu relevansi eksternal dan relevansi internal.
Relevansi eksternal ini menunjukkan bahwa kurikulum harus sesuai dengan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat, baik itu di masa sekarang maupun di masa
yang akan datang serta tuntutan dan kebutuhan di dalam dunia pekerjaan.
Sedangkan relevansi internal adalah kesesuaian antar komponen kurikulum itu
sendiri, baik itu tujuan, isi, proses, dan evaluasi.
3. Prinsip keefektifan
Prinsip ini ditinjau dari dua dimensi, yaitu proses dan produk. Dimensi proses
mengacu pada keefektifan proses pembelajaran real curriculum (keefektifan guru
mengajar dan keefektifan peserta didik). Sedangkan dimensi produk mengacu
pada hasil yang ingin dicapai.
4. Prinsip fleksibilitas
Kurikulum harus dikembangkan secara lentur (tidak kaku), baik dalam
dimensi proses maupun dimensi hasil yang diharapkan. Dalam dimensi proses,
guru harus fleksibel mengembangkan program pembelajaran, terutama
penggunaan strategi, pendekatan, metode, media pembelajaran, sumber belajar,
dan teknik pembelajaran. Selain guru, diharapkan peserta didik juga fleksibel
dalam memilih program pendidikan. Dalam program kurikulum merdeka saat ini
khususnya di SMA tidak ada program peminatan lagi. Jadi, peserta didik boleh
memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
5. Prinsip kontinuitas
Kurikulum harus dikembangkan secara berkesinambungan, baik sinambung
antar mata pelajaran, antarkelas, maupun antar jenjang pendidikan. Hal ini
dimaksudkan agar proses pendidikan atau belajar siswa bisa maju secara

5Dr. Toto Ruhimat, M.Pd, Kurikulum & Pembelajaran, (Jakarta: PT. raja Grafinda Persada,
2011), hal. 56.
7
sistematis. Di mana pendidikan pada kelas atu jenjang yang lebih rendah harus
menjadi dasar untuk melanjutkan pada kelas atau jenjang di atasnya. 6
b. Prinsip Khusus
Prinsip khusus ini berkenaan dengan prinsip yang hanya berlaku di tempat
tertentu dan situasi tertentu. Hal ini dikarenakan satu wilayah dengan wilayah lainnya,
satu jenis dan jenjang pendidikan dengan jenis dan jenjang pendidikan lainnya
memiliki karakteristik yang berbeda dalam beberapa aspek. Dari perbedaan ini
mengakibatkan adanya penggunaan prisip-prinsip yang khas sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat, serta karakteristik jenis dan jenjang pendidikan tersebut. Prinsip ini
merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-
komponen kurikulum secara khusus, baik itu tujuan, isi, proses, dan evaluasi. 7
E. Model pengembangan kurikulum
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum.
Pemilihan suatu model kurikulum bukan di dasarkan pada kelebihan dan dan
kebaikan – kebaikannya, tetapi juga perlu di sesuaikan dengan sistem pendidikan dan
sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model pendidikan mana yang
digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan
pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model
pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan
kurikulum humanistik, tekhnologis, dan rekonstruksi sosial. 8
Ada delapan model pengembangan kurikulum, yaitu :

1. The administrative model


Model ini adalah model pengembangan kurikulum yang paling awal dan sangat
umum. Karena model ini menggunakan prosedur “garis – staf “ atau garis komando
“dariatas ke bawah” Maksudnya, inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari
pejabat tinggi (Kemdiknas), kemudian secara struktural dilaksanakan di tingkat
bawah. Dalam model ini, pejabat pendidikan membentuk panitia pengarah (steering
committee) yang biasanya terdiri atas pengasis pendidikan, kepala sekolah, dan mini-
guni inti. Panitia pengarah in bertugas merumuskan rencana umum, prinsip-prinsip,
landasan filosofi dan tujuan umum pendidikan. 9
Selanjutnya, mereka membentuk kelompok-kelompok kerja sesua dengan
keperluan. Anggota-anggota kelompok kerja umumnya terda alas guru-guru dan
spesialis-spesialis kurikulum. Tugasnya adalah merumuskan tujuan kurikulum yang
spesifik, menyusun materi, kegiatan pembelajaran, sistem penilaian, dan sebagainya

6 Dr. Zainal Arifin, M.Pd, Konsep dan Model pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 34.
7
Dr. Toto Ruhimat, M.Pd, Kurikulum & Pembelajaran, (Jakarta: PT. raja Grafinda Persada,
2011), hal. 71
8 Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan kurikulum teori dan praktik,

(Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2017), hlm. 161.


9
Dr. Zainal Arifin M.Pd. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2017), hlm. 138.

8
sesuai dengan kebijakan steering commitee. Setelah semua tugas dari tim kerja
selesai, hasilnya akan dikaji ulang oleh tim pengarah serta para ahli lain yang
berwenang.
2. The grass roots model
Inisiatif pengembangan kurikulum dalam model ini berada di tangan guru-guru
sebagai pelaksana kurikulum di sekolah, baik yang bersumber dari sani sekolah
maupun dan beberapa sekolah sekaligus. Model ini didasarkan pada dua pandangan
pokok, yaitu: Pertama, implementasi kurikulum, Kedua, pengembangan kurikulum.
Model grass-roots berdasar pada 4 prinsip yaitu :
a. kurikulum akan bertambah baik, jika kemampuan profesional guru bertambah
baik.
b. kompetensi guru akan bertambah baik, jika guru terlibat secara pribadi di dalam
merevisi kurikulum.
c. jika guru terlibat dalam merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menyeleksi,
mendefinisikan dan memecahkan masalah, mengevaluasi hasil, maka hasil
pengembangan kurikulum akan lebih bermakna.
d. di antara guru-guru harus terjadi kontak langsung sehingga mereka dapat saling
memahami dan mencapai suatu konsensus tentang prinsip prinsip dasar, tujuan,
dan rencana.
Dalam pelaksanaannya, para administrator cukup memberikan bimbingan dan
dorongan saja, sehingga guru-guru dapat melaksanakan tugas pengembangan
kurikulumnya secara demokratis.
3. The Demonstration Model
Model ini dikembangkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kurikulum dalam
skala kecil. Dalam pelaksanaannya, model ini menuntut sejumlah guru dalam satu
sekolah untuk mengorganisasikan dirinya dalam memperbarui kurikulum.
Menurut Smith, Stanley dan Shores, model demonstrasi terdiri atas dua bentuk,
yaitu :
a. Dalam bentuk pertama yang cenderung bersifat formal, sekelompok guru
diorganisasikan dalam suatu sekolah secara terpisah. Tugas mereka adalah
mengembangkan proyek percobaan kurikulum.
b. Dalam bentuk kedua dianggap kurang formal dibandingkan dengan bentuk
pertama karena guru-guru yang merasa kurang puas dengan kurikulum yang
ada membuat eksperimen di dalam area tertentu Mereka bekerja dalam bentuk
organisasi tak terstruktur atau bekerja sendiri-sendiri.
4. Beauchamp's System Model
Sistem yang diformulasikan oleh G.A.Beauchamp (1975) dalam bukunya
"Curriculum Theory", 3d.ed., ia mengemukakan 5 langkah kritis dalam pengambilan
keputusan pengembangan kurikulum. Langkah – langkah tersebut adalah :
a. menentukan arena pengembangan kurikulum.
b. memilih dan mengikutsertakan pengembang kurikulum.
c. pengorganisasian dan penentuan prosedur perencanaan kurikulum.
d. pelaksanaan kurikulum secara sistematis.
e. evaluasi kurikulum.

9
5. Taba's Inverted Model
Dikatakan terbalik karena model ini merupakan cara yang lazim dempuh secara
deduktif sehingga model ini sifatnya lebih induktif Model ini dimulai dengan
melaksanakan eksperimen, diteorikan, kemadian diimplementasikan. Hal ini
dilakukan untuk menyesuaikan antara teori dan praktik, serta menghilangkan sifat
keumuman dan keabstrakan kurikulum, sebagaimana sering terjadi apabila dilakukan
tapa kegiatan eksperimental.
Model ini mengembangkan lima langkah pengembangan kurikulum secara
berurutan, yaitu :
a. kelompok guru terlebih dahulu unit-unit untuk dieksperimenkan.
b. uji coba unit-unit eksperimen untuk menemukan validitas dan kelayakan
pembelajaran.
c. merevisi hasil uji coba dan mengonsolidasikan unit unit kurikulum.
d. kerangka kerja teoretis.
e. pengasemblingan dan desiminasi hasil telah diperoleh.
6. Roger’s Interpersonal Relations Model
Model ini berasal dari seorang psikolog bernama Carl Rogers. Dia berasumsi
bahwa “kurikulum diperlukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka,
luwes, dan adaptif terhadap situasi perubahan.” 10
Langkah – langkah dalam model ini adalah :
a. Memilih suatu sasara administrator dalam sistem pendidikan dengan syarat bahwa
individu yang terlibat harus aktif dalam kegiatan dan dapat berkenalan secara
akrab.
b. Mengikutsertakan para guru dalam pengalaman kelompok secara intensif.
c. Mengikutsertakan unit kelas dalam pertemuan lima hari.
d. Menyelenggarakan pertemuan secara interpersonal antara administrator, guru, dan
orang tua peserta didi.
e. Pertemuan vertikal yang mendobrak hierarki, birokrasi, dan status sosial.
7. The Systematic Action-Research Model
Tiga faktor utama yang dijadikan bahan pertimbangan dalam model ini adalah
adanya hubungan antarmanusia, organisasi sekolah dan masyarakat, serta otoritas
ilmu.
Langkah-langkah dalam model ini adalah :
a. merasakan adanya suatu masalah dalam kelas atau sekolah yang perlu diteliti
secara mendalam.
b. mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang memengaruhinya.
c. merencanakan secara mendalam tentang bagaimana pemecahan salahnya.
d. menentukan keputusan-keputusan yang perlu diambil sehubungan dengan masalah
tersebut.
e. melaksanakan keputusan yang telah diambil dan menjalankan rencana yang telah
disusun.

10Dr. Zainal Arifin, M.Pd. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2017), hlm. 142.
10
f. mencari fakta secara meluas.
g. menilai tentang Lekuatan dan kelemahannya.
8. Emerging Technical Model
Model teknologis ini terdiri atas tiga variasi model, yaitu model analisis tingkah
laku, model analisis sistem, dan model berdasarkan komputer. Model analisis tingkah
laku memulai kegiatannya dengan jalan melatih kemampuan anak mulai dari yang
sederhana sampai pada yang kompleks secara bertahap. Model analisis sistem
memulai kegiatannya dengan jalan menjabarkan tujuan-tujuan secara khusus (output).
Model berdasarkan komputer memulai kegiatannya dengan jalan mengidentifikasi
sejumlah unit-unit kurikulum lengkap dengan tujuan-tujuan pembelajaran khususnya.
Setelah itu, guru dan peserta didik diwawancarai tentang pencapaian tujuan-tujuan
tersebut dan data itu disimpan dalam komputer.
F. Evaluasi Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu komponen
penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan
kurikulum. Hasil yang diperoleh dapat dijadikan balikan (feed-back) bagi guru dalam
memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum. Di sekolah, kita sering mendengar
bahwa guru sering memberikan ulangan harian, ujian akhir semester, ujian blok, tes
tertulis, tes lisan, tes tindakan, dan sebagainya. Istilah-istilah ini pada dasarnya
merupakan bagian dari sistem evaluasi itu sendiri. Sebelum penulis menjelaskan lebih
jauh tentang apa, mengapa dan bagaimana evaluasi, terlebih dahulu marilah kita
simak beberapa pengertian istilah berikut ini, yaitu tes, pengukuran, penilaian dan
evaluasi.
Dalam evaluasi, pengukuran tidak lagi merupakan bagian integral ataupun
suatu langkah yang selalu harus ditempuh. Pengukuran hanya merupakan salah satu
langkah yang mungkin dipergunakan dalam kegiatan evaluasi, sedangkan penilaian
dan evaluasi memiliki persamaan dan perbedaan 11
G. Perkembangan Kurikulum di Indonesia
1. Kurikulum Tahun 1947(Rencana Pelajaran)
Kurikulum mulai diberlakukan di sekolah-sekolah awal kemerdekaan untuk
melayani bangsa Indonesia. Sekolah mengharuskan penyempurnaan untuk memenuhi
kebutuhan dan kepentingan bangsa Indonesia. Ciri-ciri kurikulum 1947: a) Sifat
kurikulum Separated Subject Curriculum(1946-1947). b) Menggunakan Bahasa
Indonesia sebagai pengantar sekolah. c) Jumlah Mata Pendidikan, Sekolah Rakyat ada
16 bidang studi, Sekolah Menengah pertama 17 bidang studi, Sekolah Menengah Atas
Jurusan b 19 bidang studi. d) Menteri pendidikan Mr. Soewandi.
2. Kurikulum Tahun 1952 (Rencana Pelajaran Terurai)
Kehadiran kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya,
dengan merinci setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rencana Pelajaran Terurai
1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan Indonesia, seperti

11Dr. Zainal Arifin, M.Pd. Konsep dan model Pengembangan Kurikulum, (Bandung, PT
Remaja Rostakarya, 2017), hlm. 265.
11
setiap pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran
menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru hanya mengajar satu mata pelajaran.
3. Kurikulum Tahun 1964 (Rencana Pendidikan Sekolah Dasar)
Pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah
bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan
akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan
pada program Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa,karsa,
karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:
moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.
4. Kurikulum Tahun 1968(Kurikulum Sekolah Dasar)
Ditandai dengan pendekatan pengorganisasian mata pelajaran dengan pengelompokan
suatu mata pelajaran yang berbeda. Ciri-ciri kurikulum 1968:

a) Sifat kurikulum Correlated Subject Curriculum

b) Jumlah mata pelajaran SD 10 bidang studi, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 18


bidang studi untuk bahasa Indonesia dibedakan menjadi 2 Bahasa Indonesia 1 dan
Bahasa Indonesia 2, Sekolah Menengah Atas (SMA) Jurusan A ada 18 bidang studi,
jurusan B ada 20 bidang studi, jurusan C ada 19 bidang studi.
c) Penjurusan dilakukan peserta didik dikelas II.

d) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ialah Mashuri, S.H.

5. Kurikulum Tahun 1975 (Kurikulum 1975)


Kurikulum 1975 banyak mendapat kritikan karena Guru dibikin sibuk menulis
rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Kurikulum 1975
menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Teori Gestalt yang
muncul sekitar tahun 1930, dimana Gestalt menengaskan bahwa latihan hafal atau
yang sering disebut drill adalah sangat penting dalam pengajaran namun diterapkan
setalah tertanam pengertian pada siswa.
6. Kurikulum Tahun 1984 (Kurikulum 1984)
Mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan ini penting. Diisebut
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan
instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada
siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar
fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar,
yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
7. Kurikulum Tahun 1994 (Kurikulum 1994)
Beban siswa dinilai terlalu berat (kurikulum super padat). Tujuan pengajaran
menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah. Pembelajaran matematika mempunyai karakter yang khas,
struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi
keahlian seperti komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran

12
matematika kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya pembelajaran
matematika saat itu mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal
kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi sajian menarik disetiap
akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa mampu
menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari.
8. Kurikulum Tahun 2004 (KBK)
Ditik beratkan pada pengembangan kemampuan untuk berkompetensi. Kurikulum
Berbasis Kompetensi berorientasi pada :
1. Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui
serangkaian pengalaman belajar yang bermakna.

2. Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya. Tujuan


yang ingin dicapai menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal. Secara khusus model pembelajaran matematika dalam
kurikulum tersebut mempunyai tujuan antara lain :

a) Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkankesamaan, perbedaan,
konsistensi dan inkonsistensi.

b) Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan


dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan
dugaan, serta mencoba-coba.

c) Mengembangkan kemampuan mengembangkan masalah


d) Mengembangkan kemapuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram, dalam
menjelaskan gagasan.

9. Kurikulum Tahun 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)


Kurikulum KTSP disusun oleh satuan pendidikan, dengan memperhatikan karaktristik
daerah dan peserta didik.
10. Kurikulum Tahun 2013 (Kurtilas)
Kehadiran kurikulum 2013 diharapkan mampu melengkapi kekurangan-
kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 disusun dengan
mengembangkan dan memperkuat sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
berimbang. Kebijakan tentang pembelajaran kurikulum 2013 tercantum dalam
regulasi Permendikbud No. 81A tahun 2013 yang diperbaharui dengan Permendikbud
No. 104 tahun 2014 tentang pembelajaran. Jika dilihat dari penjelasan diatas bahwa,
perkembangan dari tahun ketahun sering mengalami penyempurnaan, tetap tidak
terhindarkan dari kegiatan perombakan kebijakan. Kita menghargai bagaimana
pemerintah berupaya untuk membuat pembenahan dengan baik yang mempunyai

13
landasan yang kuat, namun yang perlu diperhatikan adalah kesiapan guru dan peserta
didik, padatnya bahan ajar yang harus dikuasai oleh setiap siswa atau anak didik. 12
11. Kurikulum Merdeka Belajar
Merdeka belajar merupakan bagian dari kebijakan baru yang ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI).
kurikulum merdeka belajar ini berkaitan dengan bagaimana seorang pendidik mampu
menyampaikan materi pelajaran dengan mengaitkan pada pembentukan karakter
peserta didik. Selain itu, terkait dengan penerapan sistem pembelajaran yang
menekankan pada pembentukan karakter siswa maka bentuk penilaian yang terjadi
juga tidak hanya sebatas menentukan dalam sebuah perankingan, yang mana
kebijakan kurikulum merdeka belajar ini lebih menekankan bagaimana bakat dan
kecerdasan dari setiap peserta didik.
Rancangan landasan utama Kurikulum Merdeka adalah tujuan Sistem
Pendidikan Nasional dan Standar Nasional Pendidikan; Mengembangkan profil
pelajar Pancasila pada peserta didik. Capaian pembelajaran yang disusun per fase;
Capaian Pembelajaran dinyatakan dalam paragraf yang merangkaikan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan untuk mencapai, menguatkan, dan meningkatkan kompetensi;
SD/sederajat terdiri dari: Fase A (umumnya setara dengan kelas I dan II SD), Fase B
(umumnya setara dengan kelas III dan IV SD), dan Fase C (umumnya setara dengan
kelas V dan VI SD).
Struktur kurikulum Merdeka Belajar dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan
pembelajaran utama, yaitu: pembelajaran reguler atau rutin yang merupakan kegiatan
intrakurikuler; dan projek penguatan profil pelajar Pancasila; Jam Pelajaran (JP)
diatur per tahun. Satuan pendidikan dapat mengatur alokasi waktu pembelajaran
secara fleksibel untuk mencapai JP yang ditetapkan; Satuan pendidikan dapat
menggunakan pendekatan pengorganisasian pembelajaran berbasis mata pelajaran,
tematik, atau terintegrasi; Mata pelajaran IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial)
merupakan paduan dari IPA dan IPS; Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran pilihan,
tergantung kesiapan satuan pendidikan; Satuan pendidikan atau peserta didik dapat
memilih sekurang-kurangnya satu dari empat mata pelajaran Seni dan Budaya: Seni
Musik, Seni Rupa, Seni Teater, atau Seni Tari.
Dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka menguatkan pembelajaran
terdiferensiasi sesuai tahap capaian peserta didik; Paduan antara pembelajaran
intrakurikuler (sekitar 70-80% dari jam pelajaran). Adapun kriteria penilaian pada
Kurikulum Merdeka yaitu Penguatan pada asesmen formatif dan penggunaan hasil
asesmen untuk merancang pembelajaran sesuai tahap capaian peserta didik;
Menguatkan pelaksanaan penilaian autentik terutama dalam projek penguatan profil

12
Evi Catur Sari, “Kurikulum di Indonesia: Tinjauan Perkembangan Kurikulum Pendidikan”,
(Vol. 2, No. 2, Juni 2022), hal 97-101), tersedia di: ,
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=perkembangan+kurikulum+di
+indonesia+&btnG=#d=gs_qabs&t=1666789192351&u=%23p%3DMpkZhM4C7sEJ ,
diakses pada 25 Oktober 2022
14
pelajar Pancasila; Tidak ada pemisahan antara penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Perangkat ajar yang digunakan pada Kurikulum merdeka belajar adalah Buku
teks dan buku non-teks; Contoh-contoh modul ajar, alur tujuan pembelajaran, contoh
projek penguatan profil pelajar Pancasila, contoh kurikulum operasional satuan
pendidikan. Perangkat kurikulum yang digunakan dalam kurikumum merdeka belajar
dengan Panduan Pembelajaran dan Asesmen, panduan pengembangan kurikulum
operasional sekolah, panduan pengembangan projek penguatan profil pelajar
Pancasila, panduan pelaksanaan pendidikan inklusif, panduan penyusunan program
pembelajaran individual, modul layanan bimbingan konseling. 13
H. Pembaharuan dan Inovasi Kurikulum
Pembaharuan tidak terlepas dari makna perubahan, karena sesuatu yang
berubah maka akan terjadi pembaharuan atau inovasi. Pembaharuan selalu identik
dengan perubahan dalam kurikulum. Sementara kurikulum tidak lepas dari kata
pendidikan dalam ruang lingkup sekolah terhadap perubahan tingkah laku anak didik
setelah memperoleh pendidikan disekolah. Bahkan, perubahan kurikulum selalu
disalah artikan dan menjadi kambing hitam terhadap perubahan tingkah laku anak
didik. Oleh karena itu, hampir setiap pergantian menteri, maka kurikulum ikut juga
mengalami perubahan. Disatu sisi, kita memandangnya permainan sebuah politik,
tetapi disisi lain, kurikulum harus berubah untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Prolog ini, merupakan eksistensi mengapa kurikulum itu mengalami
pembaharuan?. Pertanyaan inilah yang selalu dijawab oleh pakar-pakar kurikulum,
bahwa perubahan tersebut tidak terlepas dari peran politik. Melihat dari jawaban para
pakar pendidikan tentang perubahan kurikulum tidak terlepas dari peran politik,
memang suatu kenyataan, yang mana setiap pergantian menteri pendidikan, maka
kurikulum ikut juga mengalami perubahan, tetapi jika dilihat dari tantangan
pendidikan, bahwa selayaknya kurikulum mengalami perubahan dan memeperbaharui
kurikulumyang telah lama, karena tidak sesuai dengan zaman. Oleh karena itu
pembaharuan kurikulum, bukan hanya berkaitan dengan politik, tetapi terdapat
beberapa indicator yang perlu kurikulum tersebut mengalami pembaharuan.Indicator
dari perubahan kurikulum yang ada di Indonesia ini, disebabkan oleh:

1. Teknologi semakin berkembang pesat sekarang ini, sehingga hubungan sosial pun
sudah terikat oleh jaringan sosial. Namun teknologi yang membawa dampak, baik
dari sisi negative maupun positif, maka akan berdampak juga pada kehidupan
manusia . oleh karena itu, salah satu strategi untuk meminimalisir dampak
negative tersebut, kurikulum harus lebih maju selangkah dari perkembangan
teknologi sekarang ini.

13 Komang Wahyu, Made Adi,”Langkah Mempercepat Perkembangan Kurikulum Merdeka


Belajar”, (Junal Pendidikan Dasar,Vol. 3, No. 1, 2022, pp.17-26), hal 21-23, tersedia di:
http://stahnmpukuturan.ac.id/jurnal/index.php/edukasi/article/view/2296 , diakses pada 25
Oktober 2022.
15
2. Kurikulum merupakan inti dari kegiatan pembelajaran siswa. Akan tetapi , setiap
perubahan kurikulum,tidak selamanya cocok dengan situasi lingkungan siswa. Hal
ini dikarenakan, perbedaan wilayah tempat tinggal siswa maka mengalami
perbedaan juga dalam hal pendidikannya. Oleh karena itu, peran yang paling
penting untuk menginplementasikan kurikulum adalah keprofesionalan guru.

3. Setiap adanya perubahan pada kurikulum, maka segala-galanya harus mengalami


perubahan seiring terjadinya perubahan pada kurikulum, seperti bahan ajar, media
atau alat dalam pembelajaran.

4. Kurikulum berpatokan pada standart global atau regional, berwawasan nasional


dan dilaksanakan secara lokal.

5. Kurikulum memiliki kesinambungan antara jenjang pendidikan yang satu dengan


jenjang pendidikan selanjutnya.

6. Pengembangan kurikulum pada dasarnya bukan menjadi otoritas sepenuhnya dari


pemerintah pusat, tetapi mensosialisasikan dengan pemerintah daerah.

7. Kurikulum harus mengalami perbedaan antara dasar, menengah dan atas.

8. Kurikulum harus juga memperhatikan pendidikan yang terjadi di keluarga dan


masyarakat. Kerjasama antara ketiga komponen ini harus menjadi pilar dalam
perubahan kurikulum.

Pembaharuan kurikulum dimulai dari perubahan yang konsepsional yang


fundamental, kemudian yang diikuti oleh perubahan structural. Pembaharuan
kurikulum bukan sebagian saja, seperti pada tujuan, isi, metode, atau system
penilaian, tetapi secara menyeluruh dari komponennya . 14

Kemajuan pendidikan tergantung pada sejauh mana guru memahami pelaksanaan


tugasnya di sekolah, termasuk pemahaman tentang kurikulum. Isu inovasi kurikulum
terkait dengan prinsip-prinsip terkait seperti kognitif, psikologis dan sosial. Kualitas
terkait secara persepsi, emosional dan psikologis, sedangkan keadilan terkait dengan
peluang dan peluang, dan kemudian efisiensi, baik secara internal maupun eksternal.
Terkait model ivonasi kurikulum (Havelock & Huberman, 1978)menawarkan 3
konsep diantaranya : a) Model R-D-D (Research, Development and Diffusion atau
Penelitian, Pengembangan dan Difusi); b) Model P-S (ProblemSolving atau
Pemecahan Masalah); c) Model S-1 (Social Interaction atau Interaksi Sosial).
Terdapat lima langkah (tahap) dalam proses keputusan inovasi yaitu: (1) pengetahuan
tentang inovasi, (2) bujukan atau imbauan, (3) penetapan atau keputusan, (4)
penerapan/ implementasi, dan (5) konfirmasi.

Lebih lanjut Everett M. Rogers memaparkan tahapan proses keputusan inovasi


diantaranya:

14
Aslan dan Wahyuni, Kurikulum dalam Tantangan Perubahan, hal 182-187.
16
1. Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Tahapan pertama proses inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan, yaitu
tahap pada saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu
bagaimana inovasi tersebut. Menyadari dalam hal ini bukan memahami melainkan
membuka diri untuk mengetahui inovasi. Menyadari atau membuka diri terhadap
inovasi tentu dilakukan secara aktif (Ananda & Amiruddin, 2017, hlm. 18).
2. Tahap Bujukan (Persuation)
Pada tahap bujukan atau persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang
membentuk sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada
tahap pengetahuan proses kegiatan mental yang utama adalah di bidang kognitif,
maka pada tahap persuasi, proses kegiatan mental yang berperan utama adalah
bidang afektif atau perasaan. Pada tahap bujukan ini yang lebih banyak berperan
adalah keaktifan mental, dalam hal ini seseorang akan berusaha untuk mengetahui
lebih banyak tentang inovasi dan menafsirkan informasi yang diterimanya. Pada
tahap ni, berlangsung seleksi informasi disesuaikan dengan kondisi dan sifat
pribadinya. Di sinilah, peranan karakteristik inovasi dalam mempengaruhi proses
keputusan inovasi.
3. Tahap Keputusan (Decision)
Tahap keputusan dari proses keputusan inovasi, berlangsung jika seseorang
melakukan kegiatan yang mengarahkan untuk menetapkan menerima atau
menolak inovasi. Menerima berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi.
Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi tersebut. Seringkali terjadi
seseorang menerima inovasi setelah ia mencoba lebih dahulu atau mencoba
sebagian kecil lebih dahulu, kemudian dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah
terbukti berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Inovasi yang dapat dicoba
bagian demi bagian akan lebih cepat diterima, akan tetapi tidak semua inovasi
dapat dicoba dengan dipecahk menjadi beberapa bagian. Dalam kenyataannya,
pada setiap tahap dalam proses keputusan inovasi dapat terjadi penolakan inovasi,
misalnya penolakan dapat terjadi pada awal tahap pengetahuan, tahap bujukan,
atau setelah konfirmasi dan sebagainya.
4. Tahap Konfirmasi (Confirmation)
Pada tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan
yang telah diambilnya dan orang tersebut dapat menarik kesimpulan kembali
keputusannya jika memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan
informasi semula. Tahap konfirmasi sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan
sejak terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi yang berlangsung dalam
waktu yang tidak terbatas. Selama dalam konfirmasi, seseorang berusaha
menghindari terjadi disonansi, paling tidak berusaha menguranginya. Terjadinya
perubahan tingkah laku antara lain disebabkan terjadinya ketidakseimbangan
internal. Orang itu merasa dalam dirinya ada sesuatu yang tidak sesuai atau tidak
selaras yang disebut disonansi, sehingga orang tersebut merasa tidak enak. Jika
merasa dalam dirinya terjadi disonansi, maka ia akan berusaha menghilangkannya
atau menguranginya dengan cara mengubah pengetahuan, sikap atau
perbuatannya.

17
Adapun dalam tahapan inovasi kurikulum tentunya ada prinsip-prinsip
pengembangan inovasi kurikulum, diantaranya adalah sebagaimana pendapat
(Markee, 2019, hlm. 18) meliputi : (1) Inovasi kurikulum merupakan fenomena
complex. (2) Tugas prinsip agen perubahan adalah untuk memberikan perubahan
yang diinginkan. (3) komunikasi yang baik diantara peserta proyek merupakan
kunci utama untuk mensukseskan inovasi kurikulum . ( 4) Keberhasilan penerapan
inovasi pendidikan didasarkan pada pendekatan strategis dalam mengelola
perubahan. (5) Inovasi merupakan sesuatu yang tidak terprediksi. (6) Dalam
mempengaruhi perubahan biasanya membutuhakan waktu yang lebih lama
daripada mengantisipasinya. (7) Ada kemungkinan bahwa usul dari agen
perubahan akan disalah artikan. (8) Sangat penting sekali bagi pihak penerap
(implementer) untuk turut serta dlam inovasi yang ingn diterapkan. (9) Sangat
penting sekali bagi agen perubahan untuk bekerja dengan mempertimbangkan
pendapatan pimpinan, yang dapat mempengaruhi kinerja mereka
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Model Proses Inovasi Kurikulum Merdeka
dilakukan melalui pengurangan Kompetensi Dasar untuk setiap mata pelajaran
sehingga guru dan siswa dapat lebih fokus pada kompetensi esensial untuk
kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya, dimana Esensi merdeka belajar
adalah kebebasan guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Daga, 2021).
Kebebasan ini tidak dialami guru dan siswa selama ini karena guru lebih
mengerjakan adminstrasi pendidikan dan pembelajaran. Guru juga kurang
memahami konsep dan perannya dalam kebijakan merdeka belajar. Tujuan
penelitian ini adalah menjelaskan tentang konsep dan makna merdeka belajar,
peran guru dalam merdeka belajar. Sehingga pemahaman makna merdeka belajar
dan peran guru dalam merdeka belajar membantu guru dan siswa lebih merdeka
dalam berpikir, lebih inovatif dan kreatif, serta bahagia dalam kegiatan
pembelajaran15
I. Kurikulum 2013 (K13)
1. Pengertian kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk
meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang
berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dalam konteks ini, Kurikulum 2013
berusaha untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang tecermin pada sikap dapat
berbanding lurus dengan keterampilan yang diperoleh peserta didik melalui
pengetahuan di bangku sekolah. Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa fungsi kurikulum ialah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara tujuannya, yaitu
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

15 Pat kurniati (dkk),”Model Proses Inovasi Kurikulum Merdeka Inplikasinya Bagi Siswa dan
Guru Abad 21”, (Jurnal Citizenship Virtues, 2022,2(2), 408-423), diakses di:
https://jurnal.stkipkusumanegara.ac.id/index.php/citizenshipvirtues/article/view/1516 ,
diakses pada 27 Oktober 2022.
18
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
2. Landasan kurikulum 2013
a. Aspek filosofis
 Pendidikan yang berbasis nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan
peserta didik, dan masyarakat.
 Kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi.
b. Aspek Yuridis
 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
 RPJMN 2010-2014 Sektor Pendidikan yang berisi tentang perubahan
metodologi pembelajaran dan penataan kurikulum.
 Instruksi presiden No. 11 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional; Penyempurnaan Kurikulum dan
Metodologi Pembelajaran Aktif berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Bangsa
untuk Membentuk Daya Saing Karakter Bangsa.
 Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
2013.
c. Aspek Konseptual
Secara konseptual, kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan prinsip
relevansi. Prinsip ini merupakan prinsip dasar yang paling dasar dalam
sebuah kurikulum atau dikatakan sebagai rohnya sebuah kurikulum. Prinsip
relavan ini mengandung arti bahwa kurikulum harus relavan dengan
perkembangan IPTEK, relavan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta
didik, dan relavan dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat.
3. Prinsip pengembangan kurikulum 2013
a. Peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia.
b. Kebutuhan kompetensi masa depan.
c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik.
d. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.
e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
f. Tuntutan dunia kerja
g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
h. Agama
i. Dinamika perkembangan global.
j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
k. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
l. Kesetaraan gender.
m. Karakteristik satuan pendidikan.
J. Model Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai pemelajar (learner), prosedur

19
penilaian, kegiatan belajar dan pembelajaran, serta pemberdayaan sumber daya
pendidikan.. KBK berorientasi pada pencapaian hasil yang dirumuskan dalam bentuk
kompetensi. KBK bertitik tolak dari kompetensi yang harus dimiliki pemelajar.
Penerapan KBK berorientasi pada pembelajaran tuntas, dan kurikulumnya bersifat
holistik dan menyeluruh. KBK sangat menekankan diversifikasi, yakni lembaga
pendidikan dapat mengembangkan, menyusun, mengevaluasi silabus berdasarkan
standar kompetensi yang telah ditetapkan secara nasional (Depdiknas, 2000:8).
K. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi
antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001). Dalam proses
pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan.
Pola pembelajaran yang efektif adalah pola pembelajaran yang di dalamnya terjadi
interaksi dua arah antara guru dan siswa, artinya guru tidak harus selalu menjadi pihak
yang lebih dominan. Pada pola pembelajaran ini guru tidak boleh hanya berperan
sebagai pemberi informasi tetapi juga bertugas dan bertanggung jawab sebagai
pelaksana yang harus menciptakan situasi memimpin, merangsang dan menggerakkan
siswa secara aktif. 16
L. Penilaian
Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk
menilai beragam kompetensi atau kemampuan peserta didik, sehingga tergambar
profil kemampuan peserta didik.
Penilaian bertujuan memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang
hasil belajar peserta didik, baik saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun
dilihat dari hasil akhirnya.
M. Permasalahan dan Pengembangan
1. Permasalahan
Hal – hal yang menjadi alasan pengembangan Kurikulum 2013, yaitu :
a. Perubahan proses pembelajaran dan Proses penilaian
b. Banyak negara yang menambah jam pelajaran
c. Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di
Indonesia relatif lebih singkat
d. pembelajaran di Finlandia relatif singkat, karena didukung dengan
pembelajaran tutorial
2. Pergeseran Paradigma Belajar Abad ke-21
Tema pengembangan Kurikulum 2013 adalah dapat menghasilkan insan Indonesia
yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu
mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang
terintegrasi.
Salah satu alasan mengapa kurikulum harus berubah adalah karena saat ini telah
terjadi perubahan paradigma belajar. Yaitu perubahan mengenai cara pandang

16Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd, pengembangan kurikulum baru, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2013), hlm. 118.
20
atau cara berpikir mengenai hagaimana pembelajaran itu sebaiknya
diselenggarakan Abad ke-21 telah mengubah paradigma belajar di dunia, yakni
dari paradigma teaching menjadi paradigm learning. Pada abad sebelumnya, lebih
dikenal sebagai paradigma teaching, dimana guru menjadi pusat belajar.
3. Perubahan yang Diharapkan
Pengembangan kurikulum 2013, selain untuk memberi jawaban terhadap beberapa
permasalahan yang melekat pada kurikulum 2006, bertujuan juga untuk
mendorong peserta didik atau siswa mampu lebih baik dalam melakukan
observasi, bertanya, bemalar. dan mengomunikasikan (mempresentasikan), apa
yang diperoleh atau diketahui setelah siswa menerima materi pembelajaran.
N. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
Hal - hal yang baru sebagai perubahan kurikulum yang menjadi ciri kurikulum 2013
adalah menyangkut 4 standar pendidikan, yaitu Standar Kompetensi Kelulusan
(SKL), Standar Proses, Standar Isi, dan Standar Penilaian. Keempat standar ini
dirumuskan dalam 7 elemen yaitu :
1. Kompetensi Lulusan
2. Kedudukan Mata Pelajaran (ISI)
3. Pendekatan (ISI)
4. Struktur Kurikulum (mata pelajaran dan alokasi waktu) (ISI)
5. Proses Pembelajaran Penilaian
6. Penilaian
7. Ekstrakurikuler
O. Penerapan Kurikulum 2013
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang mempertimbangkan dua opsi
dalam penerapan Kurikulum 2013. yang akan dimulai pada tahun ajaran 2013/2014.
Secara prinsip Kurikulum 2013 diterapkan mulai tahun pelajaran 2013/2014 secara
bertahap, tetapi pola penerapannya masih dipertimbangkan. Opsi pertama, kurikulum
baru diterapkan di kelas I, IV, VII, dan X secara serentak di semua sekolah. Opsi
kedua, diterapkan di kelas I, IV, VII, dan X, hanya di beberapa sekolah.
Jika opsi pertama yang dipilih, bisa lebih fokus dalam mendidik guru dan
menyiapkan buku materi pelajaran. Opsi pertama, juga mencerminkan kebersamaan
karena dilakukan serentak di seluruh Indonesia. Jika memilih diterapkan di beberapa
sekolah, harus ditentukan kriteria sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013. Sekolah
yang dipilih pun harus mencerminkan keberagaman, baik negeri-swasta, kota besar-
kecil, maupun sekolah berakreditasi A, B, dan C.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memutuskan bahwa
Kurikulum 2013 tidak akan diterapkan di semua Sekolah Dasar (SD). Mulai tahun
pertama, tahun pelajaran 2013 kurikulum baru hanya akan diterapkan pada 30 persen
SD di seluruh wilayah Indonesia. Sementara untuk tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), kurikulum baru akan diterapkan

21
pada kelas VII dan X untuk semua sekolah di seluruh Indonesia seperti yang sudah
dipaparkan dalam konsep uji publik. 17

17
Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd, Pengembangan kurikulum baru, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2013), hlm. 160.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa yunani yaitu curir yang
berarti "pelari" dan curere yang berarti "tempat berpacu" istilah kurikulum berasal
dari dunia olahraga, terutama dalam bidang atletik pada zaman Romawi Kuno di
Yunani.
Landasan pengembangan kurikulum diorganisasikan kedalam tiga bagian
yaitu landasan filosofis, landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum,
landasan sosiologis dan Landasan Ilmu Pengatahuan dan Teknologi dalam
Pengembangan Kurikulum.
Prinsip pengembangan kurikulum merdeka di bagi menjadi 2 yaitu : prinsip
umum dan prinsip khusus. Prinsip umum dibagi menjadi 5 yaitu : prinsip berorientasi
pada tujuan dan kompetensi, prinsip relevansi, prinsip keefektifan, prinsip
fleksibilitas, dan prinsip kontinuitas.
Model pengembangan kurikulum ada 8 yaitu : the administrative model, the
grass roots model, the demonstation model, Beauchamp's System Model, taba's
inverted model, roger's interpersonal relations model, The Systematic Action-
Research Model, Emerging Technical Model.
Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu komponen
penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan
kurikulum. Hasil yang diperoleh dapat dijadikan balikan (feed-back) bagi guru dalam
memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum.
Pembaharuan tidak terlepas dari makna perubahan, karena sesuatu yang
berubah maka akan terjadi pembaharuan atau inovasi. Pembaharuan selalu identik
dengan perubahan dalam kurikulum. Sementara kurikulum tidak lepas dari kata
pendidikan dalam ruang lingkup sekolah terhadap perubahan tingkah laku anak didik
setelah memperoleh pendidikan disekolah.
Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk
meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang
berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

23
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. “Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum”, (bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011).
Wartoyo, Franciscus Xaverius. “Menakar Korelatifitas Merdeka Belajar Dengan Sistem
Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan Pancasila”, jurnal
kajian dan penelitian hukum, Vol.4 No. 2, (September 2022).
Sukirman, Dadang. “Landasan Pengembangan Kurikulum”.
Ruhimat, Toto. “Kurikulum & Pembelajaran”, (Jakarta: PT. raja Grafinda Persada, 2011).
Sukmadinata, Nana Syaodih. “Pengembangan kurikulum teori dan praktik”, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya,2017).
Sari, Evi Catur. “Kurikulum di Indonesia: Tinjauan Perkembangan Kurikulum Pendidikan”,
(Vol.2, No. 2, Juni 2022), hal 97-101).
Wahyu, Komang. Made Adi,”Langkah Mempercepat Perkembangan Kurikulum Merdeka
Belajar”, (Junal Pendidikan Dasar,Vol. 3, No. 1, 2022, pp.17-26).
Aslan dan Wahyuni, “Kurikulum dalam Tantangan Perubahan”.
Kurniati, Pat (dkk),”Model Proses Inovasi Kurikulum Merdeka Inplikasinya Bagi Siswa dan
Guru Abad 21”, (Jurnal Citizenship Virtues, 2022,2(2), 408-423).
Hidayat, Sholeh. “Pengembangan Kurikulum Baru”, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2013).

24

Anda mungkin juga menyukai