Anda di halaman 1dari 29

MENELAAH PERBEDAAN DAN PERUBAHAN STANDAR

KOMPETENSI LULUSAN; Standar Isi, Standar Proses, dan Standar


Penilaian dalam Pengembangan Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013

Disusun sebagai tugas Mata Kuliah


Telaah Kurikulum PAI

Dosen Pengampu : Dr. Neliwati, S.Ag, M.Pd

KELOMPOK 7 :

SITI RAHMI BATUBARA 0301203210


NURUL HABIBATUL HIDAYAH 0301203132
AZAMAN ANDRA 0301203207

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan serta karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah tepat pada waktunya yang berjudul “MENELAAH
PERBEDAAN DAN PERUBAHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN;
Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian dalam Pengembangan
Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013”.
Apabila dalam penulisan makalah ini masih ada beberapa kesalahan baik
dalam penulisan maupun isi, maka sangat diharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga penulisan makalah ini
dapat diterima dengan baik.

Medan, September 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
1. Perbedaan dan Perubahan Hakikat Kurikulum 2006 KTSP dan Kurikulum
2013 ......................................................................................................... 8
2. Perbedaan dan Perubahan Landasan Kurikulum 2006 KTSP dan
Kurikulum 2013 ..................................................................................... 13
3. Perbedaan dan Perubahan Prinsip Kurikulum 2006 KTSP dan Kurikulum
2013 ....................................................................................................... 15
4. Perbedaan dan Perubahan Struktur Kurikulum 2006 KTSP dan Kurikulum
2013 ....................................................................................................... 19
5. Tujuan Kurikulum 2006 KTSP dan Kurikulum 2013 .............................. 20
6. Ruang Lingkup SKL Kurikulum 2006 KTSP dan Kurikulum 2013......... 20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 24
B. Saran ...................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Nasional di Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang
Undang Dasar 1945 yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional juga bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Peningkatan dapat terwujud melalui proses pendidikan yang terencana,
terarah, intensif, efektif dan efisien sehingga setiap individu memiliki kesempatan
untuk mengembangkan potensinya.
Sekolah merupakan salah satu sistem pendidikan yang berfungsi untuk
membantu meningkatkan kualitas SDM sehingga mampu mengubah pola pikir
dan kreativitas untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian. Sekolah
dibuat oleh pemerintah di bidang pendidikan dengan berlandasan operasionalnya
adalah kurikulum. Kurikulum dibentuk bertujuan untuk mencapai tujuan bangsa
dan negara Indonesia.
Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga pada
zamanYunani kuno yang berasal dari kata curir dan curere. Pada waktu itu
kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari.
Orang mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai
start sampai finish.
Selanjutnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan. Para
ahli pendidikan memiliki penafsiran yang berbeda tentang kurikulum. Namun
demikian, dalam penafsiran yang berbeda itu, ada juga kesamaannya. Kesamaan
tersebut adalah, bahwa kurikulum berhubungan erat dengan usaha
mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan
kurikulum memang diperuntukan untuk anak didik.

1
Dalam konsep kurikulum sebagai mata pelajaran biasanya erat kaitannya
dengan usaha untuk memperoleh ijazah. Ijazah sendiri pada dasarnya
menggambarkan kemampuan. Artinya, apabila siswa telah telah berhasil
mendapatkan ijazah berarti ia telah menguasai pelajaran sesuai dengan kurikulum
yang berlaku. Kemampuan tesebut tercermin dalam nilai setiap mata pelajaran
yang terkandung dalam ijazah itu. Siswa yang belum memiliki kemampuan atau
belum memperoleh nilai berdasarkan standar tertentu tidak akan mendapatkan
ijazah, walaupun mungkin saja mereka telah mempelajari kurikulum tersebut.
Dengan demikian, dalam pandangan ini kurikulum berorientasi kepada isi atau
materi pelajaran (contect oriented). Proses pembelajaran di sekolah yang
menggunakan konsep kurikulum demikian, penguasaan isi pelajaran merupakan
sasaran akhir proses pendidikan. Untuk mengecek apakah siswa telah menguasai
materi pelajaran atau belum biasanya dilaksanakan tes hasil belajar.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang tujuan, isi
dan bahan pelajaran yang dikembangkan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan
tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik serta
kebutuhan lapangan kerja.
Kurikulum sebagai mata pelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik,
dalam proses perencanaannya memiliki ketentuan sebagai berikut:
1. Perencanan kurikulum biasanya menggunakan judgment ahli bidang
studi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor sosial dan faktor
pendidikan, ahli tersebut menentukan mata pelajaran apa yang harus
diajarkan pada siswa.
2. Dalam menentukan dan menyeleksi kurikulum perlu
dipertimbangkan beberapa hal seperti tingkat kesulitan, minat siswa,
urutan bahan pelajaran dan lain sebagainya.
3. Perencanaan dan implementasi kurikulum ditekankan kepada
penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan

2
anak didik dapat menguasai materi pembelajaran, semacam
menggunakan pendekatan ekspositori.
Pandangan yang menganggap kurikulum sebagai jumlah mata pelajaran
merupakan pandangan yang dianggap tradisional, walaupun sebenarnya masih
banyak dianut orang dan mewarnai kurikulum yang berlaku ini.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat
membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk terjadinya
pergeseran fungsi sekolah sebagai suatu institusi pendidikan. Seiring dengan
tumbuhnya berbagai macam kebutuhan dan tuntutan kehidupan, beban sekolah
semakin berat dan kompleks. Sekolah tidak saja dituntut untuk dapat membekali
berbagai macam ilmu pengetahuan yang sangat cepat berkembang, akan tetapi
juga dituntut untuk dapat mengembangkan minat dan bakat, membentuk moral
dan kepribadian, yang bahkan dituntut agar anak didik dapat menguasai berbagai
macam keterampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi dunia pekerjaan.
Kurikulum sebagai suatu rencana tampaknya juga sejalan dengan rumusan
kurikulum menurut Undang-Undang pendidikan kita yang dijadikan sebagai
acuan da;am penyelenggaraan sisrtem pendidikan. Menurut Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar. Yang dimaksud dengan isi dan bahan pelajaran itu sendiri
adalah susunan dan bahan kajian dan pelajaran utnuk mencapai tujuan
penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Batasan menurut Undang-Undang itu tampak jelas, bahwa kurikulum
memiliki dua aspek, yaitu pertama sebagai rencana (as a plan) yang harus
dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar oleh guru
dan yang kedua adalah pengaturan isi dan cara pelaksanaan rencana itu yang
keduanya digunakan sebagai upaya pencapaian tujuan pendidikan nsional. 1

1
Sanjaya Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Terori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Prenadamedia Group. 2008). Hal. 3-8

3
KTSP merupakan kurikulum yang cukup lama telah dilaksanakan di
satuan pendidikan di Indonesia. Selama dilaksanakan, ada landasan yang
dijadikan untuk pedoman penyusunannya serta memiliki prinsip dalam
pelaksanaannya. Struktur dari KTSP secara umum dapat dilihat dari berbagai
lampiran Undang-Undang yang diterbitkan terkait dengan KTSP. Maka beberapa
poin ini akan coba dibahas di dalam makalah ini untuk memahami tentang KTSP
itu sendiri sebagai tujuan khusus dan untuk menambah wawasan mengenai
kurikulum di Indoensia secara umum sebagai tujuan umum.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diberlakukan mulai
tahunajaran 2006/2007. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, KTSP disusun
oleh satuan pendidikan masing-masing, pemerintah hanya memberikan
rambu-rambu penyusunan dan pengembangannya. Maka dalam pelaksanaanya
dibutuhkan pemehaman yang baik mengenai kurikulum ini agar dapat
diberlakukan di satuan pendidikan yang ada.
KTSP merupakan kurikulum yang cukup lama telah dilaksanakan di
satuan pendidikan di Indonesia. Selama dilaksanakan, ada landasan yang
dijadikan untuk pedoman penyusunannya serta memiliki prinsip dalam
pelaksanaannya. Struktur dari KTSP secara umum dapat dilihat dari berbagai
lampiran Undang-Undang yang diterbitkan terkait dengan KTSP.
Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Beradsarkan PP No. 32
Tahun 2013 perubahan PP No 19 Tahun 2005 Pasal 1ayat 20, di dalam buku Heri
Gunawan, bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Berdasarkan pengertian ini,
KTSP dikembangkan oleh masing-masing kelompok atau satuan pendidikan
bersama-sama dengan komite sekolah/madrasah dibawah koordinasi dari
supervisi Dinas Pendidikan/Kementrian Agama Kabupaten/Kota untuk
SekolahDasar/Madrasah Ibtidaiyah dan Dinas Pendidikan/Kementrian Agama
untuk pendidikan menengah dan pendidikan khusus.
Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan
keseimbangan antara kompetensi sikap (aattitude), keterampilan (skill), dan
pengetahuan (konowladge). Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Udang

4
Nomor 20 tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal 35, bahwa
kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati.
Kurikulum yang sudah mulai digunakan sekarang adalah kurikulum 2013.
Kurikulum tersebut merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya
(KTSP). Berlakunya kurikulum 2013 diharapkan dapat memacu pengembangan
kompetensi siswa kearah yang lebih analisis dan tuntutan guru agar lebih kreatif
dan inovatif dalam pembelajaran karena guru dianggap mampu semua hal yang
dapat membantu siswa berkembang.
Karakteristik KTSP dapat diketahui antara lain dari bagaimana sekolah
dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran,
pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta sistem
penilaian. 2 Berdasarkan uraian ini, dapat dikemukakan beberapa karakteristik
KTSP sebagai berikut:
1. Pemberian satuan otonomi luas kepala sekolah dan satuan
pendidikan.
2. Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi.
3. Kepemimpinan yang demokratis dan professional oleh kepala
sekolah.
4. Tim kerja yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang
terlibat.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang terintegrasi dalam suatu
model kurikulum yang dapat menintegrasikan skill, themes, concept dan topics
baik dalam bentuk within singel disciplines, across several disciplines dan within
and acrosslearnes. Dengan kata lain bahwa kurikulum terpadu sebagai sebuah
sistem dalam pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa disiplin ilmu
atau mata pelajaran atau bidang studi untuk memberikan pengalaman yang
bermakna dan luas terhadap peserta didik. Adapun inti dari kurikulum 2013 ada

2
Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
2010). Hal. 22

5
pada upaya penyederhanaan dan sifatnya yang tematik-integratif. Kurikulum
2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam menghadapi tantangan
masa depan.
Karenanya kurikulum 2013 hadir dalam rangka menjawab tantangan
zaman, terkait dengan pentingnya mengedapankan sikap namun tidak
mengabaikan pengetahuan dan teknologi. Dalam penerapannya kurikulum 2013
berpusat pada peserta didik, yakni peserta didik dituntut untuk aktif dalam proses
pembelajaran dalam menemukan sendiri pengalaman belajar yang
dibutuhkannya, namun tidak menghilangkan peran guru yang membantu proses
pendewasaan peserta didik dalam membentuk sikap, karakter, ilmu pengetahuan
serta keterampilan peserta didik. Oleh karenanya penulis ingin MENELAAH
PERBEDAAN DAN PERUBAHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN;
Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian dalam Pengembangan
Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013.

B. Rumusan Masalah
1. Perbedaan dan Perubahan Hakikat Kurikulum 2006 KTSP dan
Kurikulum 2013.
2. Perbedan dan Perubahan Landasan Kurikulum 2006 KTSP dan
Kurikulum 2013.
3. Perbedaan dan Perubahan Prinsip Kurikulum 2006 KTSP dan
Kurikulum 2013.
4. Perbedaan dan Perubahan Struktur Kurikulum 2006 KTSP dan
Kurikulum 2013.
5. Tujuan Kurikulum 2006 KTSP dan Kurikulum 2013.
6. Ruang Lingkup SKL kurikulum KTSP dan kurikulum 2013.

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Perbedaan dan Perubahan Hakikat Kurikulum
2006 KTSP dan Kurikulum 2013.

6
2. Untuk mengetahui Perbedan dan Perubahan Landasan Kurikulum
2006 KTSP dan Kurikulum 2013.
3. Untuk mengetahui Perbedaan dan Perubahan Prinsip Kurikulum
2006 KTSP dan Kurikulum 2013
4. Untuk mengetahui Perbedaan dan Perubahan Struktur Kurikulum
2006 KTSP dan Kurikulum 2013
5. Untuk mengetahui Tujuan Kurikulum 2006 KTSP dan Kurikulum
2013
6. Untuk mengetahui Ruang Lingkup SKL kurikulum KTSP dan
kurikulum 2013.

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perbedaan dan Perubahan Hakikat Kurikulum 2006 KTSP dan


Kurikulum 2013
Hakikat kurikulum adalah suatu program yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu menurut Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SPN.
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan,
keterampilan dan sikap peserta didik secara holistik (seimbang). Kompetensi
pengetahuan keterampilan dan sikap ditagih dalam rapor dan merupakan penentu
kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik. Kompetensi pengetahuan peserta
didik yang dikembangkan meliputi mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis dan mengevaluasi agar menjadi pribadi yang menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan, kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban.
Kompetensi keterampilan peserta didik yang dikembangkan meliputi
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, mengkaji, menawar dan mencipta
agar menjadi pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan
kreatif dalam ranah konkret dan abstrak. Kompetensi sikap peserta didik yang
dikembangkan meliputi menerima, menjalankan, menghargai, menghayati,
mengamalkan, sehingga menjadi pribadi yang beriman dan berakhlak mulia
percaya diri dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif lingkungan
sosial alam sekitarnya serta dunia dan peradabannya. 3
Kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap pertama kali
dikemukakan oleh Bloom dan sudah menjadi dasar dalam pengembangan

3
Widyastono Herry. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah dari Kurikulum
2004, 2006 ke Kurikulum 2013. (Jakarta: Bumi Aksara. 2015). Hal. 119

8
kurikulum di Indonesia sejak kurikulum 1973 (Kurikulum PPSP). Akan tetapi
dalam implementasinya guru-guru pada umumnya tidak mengembangkan
kompetensi keterampilan dan sikap secara eksplisit, mungkin karena tidak ditagih
dalam rapor sehingga tidak merupakan penentu kenaikan kelas dan kelulusan
peserta didik. Pada kurikulum 2013, ketiga kompetensi tersebut ditagih dalam
rapor dan merupakan penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik
sehingga guru wajib mengimplementasikannya dalam pembelajaran dan
penilaian.
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:
1. KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan,
potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat
setempat dan peserta didik.
2. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat
satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar
kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas
pendidikan kabupaten/kota dan departemen agama yang bertanggung
jawab dibidang pendidikan.
3. Kurikulum satuan pendidikan untuk setiap program studi di
perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan
sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma
pengembangan kurikulum yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan
pendidikan dan perlibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses
belajar mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan
dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana,
sumber belajar dan mengalokasikan kebutuhan serta lebih tanggap terhadap
kebutuhan setempat.
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan
pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan

9
pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satuan pendidikan dengan memberikan
otonomi yang lebih besar, disamping menunjukkan sikap tanggap pemerintah
terhadap tuntutan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas,
efisiensi, dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud
reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan
pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan,
dan kebutuhan masing-masing.
Kebijakan dalam KTSP adalah pelaksanaan ujian nasional dengan standar
kelulusannya. Dimana siswa dikatakan berhasil jika ia telah mampu menembus
jaring ujian nasional. Sebuah sekolah dikatakan bermutu apabila kelulusan
siswanya 100% dan banyak siswanya yang mendapatkan nilai 10. Bahkan untuk
tujuan itu, kecurangan sistematis selalu terjadi. Penanaman nilai moral seolah tak
diperhatikan.4
Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran
2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan
secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai
perbedaan dengan yang lama. Begitu pula kurikulum 2013 mempunyai perbedaan
dengan KTSP.
Berikut ini Perbedaan Kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013 di
Tingkat SMA/MA:
1. Perbedaan No Kurikulum 2013 dan KTSP. SKL (Standar
Kompetensi Lulusan) Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melalui
Permendiknas No 22 Tahun 2006. Permendikbud No 54 Tahun
2013. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan)
melalui Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Permendiknas No 23
Tahun 2006. Sedangkan Kurikulum 2013, dituangkan dalam
Permendikbud No 67, 68, 69 dan 70 Tahun 2013.

4
Multoyo. Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013. (Jakarta: Prestasi Pustaka
Raya. 2013). Hal. 114-115

10
2. Aspek kompetensi lulusan ada lebih menekankan pada aspek
keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
3. KTSP di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI dan
Kurikulum 2013 jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III.
4. KTSP jumlah jam pelajaran per minggu lebih sedikit dan lebih
banyak jumlah mata pelajaran. Dibanding Kurikulum 2013 jumlah
mata pelajaran sedikit dan jumlah jam pelajaran lebih banyak.
5. Proses pembelajaran setiap tema di standar proses dalam
pembelajaran terdiri dari jenjang SD dan semua mata pelajaran dari
Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi sedangkan di jenjang
SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific
approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari
Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan dan
Mencipta.
6. TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata
pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran.
7. Standar penilaian menggunakan Penilaiannya lebih dominan pada
aspek penilaian otentik, yaitu mengukur pengetahuan semua
kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses
dan hasil.
8. KTSP Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib. Kurikulum 2013
Pramuka menjadi ekstrakuler wajib.
9. KTSP penjurusan dimulai dari kelas XI untuk jenjang SMA/MA.
Sedangkan Kurikulum 2013 pemintan (penjurusan) dimulai dari
kelas X.
10. KTSP BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa. Kurikulum
2013 BK lebih menekankan potensi siswa.
Dalam konteks ini terdapat perubahan cakupan kurikulum, mulai dari
Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Elemen-elemen
perubahan dalam kurikulum 2013 antara lain sebagai berikut:

11
1. Kompetensi lulusan baik tingkat SD, SMP, SMA, maupun SMK
ditekankan pada peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard
skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan
pengetahuan.
2. Kedudukan mata pelajaran. Kompetensi yang semula diturunkan dari
mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari
kompetensi. Hal ini berlaku untuk semua mata pelajaran, mulai dari
SD, SMP, SMA maupun SMK.
3. Pendekatan Isi Untuk tingkat SD, kompetensi dikembangkan melalui
tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Untuk SMP dan
SMA dikembangkan melalui pendekatan mata pelajaran. Sementara
SMK melalui pendekatan vocal atau keahlian.
4. Struktur kurikulum:
a) Struktur kurikulum tingkat SD, meliputi holistik berbasis sains
(alam, sosial dan budaya); jumlah mata pelajaran dari 10
menjadi 6; dan jumlah jam bertambah di jam pelajaran
perminggu, akibat perubahan pendekatan pembelajaran.
b) Struktur kurikulum tingkat SMP, meliputi TIK menjadi media
semua mata pelajaran; pengembangan diri pada setiap mata
pelajaran dan ekstrakurikuler; jam mata pelajaran dari 12
menjadi 10; jumlah jam berubah menjadi 6 jam per minggu,
akibat perubahan pendekatan pembelajaran.
c) Struktur kurikulum tingkat SMA, meliputi perubahan sistem
(ada mata pelajaran wajib dan ada mata pelajaran pilihan);
terjadi pengurangan mata pelajaran yang hanya diikuti siswa;
jumlah jam bertambah 1 jam pelajaran perminggu, akibat
perubahan pendekatan pembelajaran.
d) Struktur kurikulum tingkat SMK, meliputi penambahan jenis
keahlian berdasarkan spectrum kebutuhan (6 program
keahlian, 40 bidang keahlian, 121 kompetensi keahlian)

12
pengurangan adaptif dan normative, penambahan produktif:
produktif disesuaikan dengan tren perkembangan di industri.
5. Proses pembelajaran untuk semua jenjang pendidikan (SD, SMP,
SMA dan SMK) standar proses yang semula terfokus pada
eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati,
menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta.
Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga dilingkungan
sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini, guru bukan satu-satunya
sumber belajar. Selain itu, sikap tidak hanya diajarkan secara verbal,
tetapi melalui contoh dan teladan. Dengan kata lain, seorang
pendidik tidak hanya bertugas sebagai fasilitator, tetapi juga harus
memberikan keadaan yang baik.5
Jadi adanya perbedaan dikarenakan adanya perubahan pada hakikat
kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 itu, jika kita lihat pada kurikulum 2006
sumber belajar itu hanya pada guru, peserta didik dipaksa untuk terus menelan
informasi maka disini gurulah yang aktif dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan pada kurikulum 2013 peserta didik yang dituntut aktif sedangkan guru
hanyalah fasilitator saja, oleh sebab itu jika dilihat hakikatnya kurikulum 2006 itu
lebih mengacu sikap kognitifnya saja tanpa melihat aspek psikomotoriknya dan
afektifnya, sedangkan pada kurikulum 2013 tiga ranah berusaha untuk digali
dalam pembelajaran.

B. Perbedan dan Perubahan Landasan Kurikulum 2006 KTSP dan


Kurikulum 2013
Landasan kurikulum 2006, dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut
dikemukakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar tenaga kependidikan, standar sarana
dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian

5
Fadillah M. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, dan
SMA/MA. (Jakarta: ar- Ruzz Media. 2014). Hal. 31-32.

13
pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Berikut uraian
tentang Landasan Kurikulum 2006 KTSP:
1. Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan
pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Pengembangan standar
nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya
secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi,
penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.
2. Standar Isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Termasuk dalam Standar Isi adalah : kerangka dasar dan
struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar Isi ditetapkan
dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006.
3. Standar Kompetensi Lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan
sebagaimana yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 Tahun
2006. Sementara Kurikulum 2013 ini dirancang berdasarkan
landasan yuridis, landasan filosofis, landasan teoretis dan landasan
empiris. Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang
dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum dan yang
mengharuskan adanya pengembangan kurikulum baru. Landasan
filosofis adalah landasan yang mengarahkan kurikulum kepada
manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan teoritik
memberikan dasar-dasar teoritik pengembangan kurikulum sebagai
dokumen dan proses. Landasan empirik/empiris memberikan arahan
berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku dilapangan.
Landasan Yuridis Kurikulum adalah Pancasila dan UUD 1945, UU
No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 dan Peraturan Menteri Pendidikan

14
Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006
tentang isi. Landasan filosofis Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
(UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Landasan Teoritis Kurikulum dikembangkan atas dasar teori
pendidikan berdasarkan standar dan teori pendidikan berbasis
kompetensi. Landasan empiris Kurikulum merupakan proses totalitas
pengalaman peserta didik di satu satuan jenjang pendidikan untuk
menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam rencana.

C. Perbedaan dan Perubahan Prinsip Kurikulum 2006 KTSP dan


Kurikulum 2013
Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada
standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum
yang dibuat oleh BSNP, dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik
dan Lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta
didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pengembangan potensi peserta
didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan dan
kepentingan peserta didik, serta tuntutan lingkungan.
2. Beragama dan Terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis

15
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya, dan adat
istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan
oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik
untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan Pengembangan
Kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan hidup dan dunia kerja, oleh karena itu pengembangan
kurikulum dunia harus mempertimbangkan dan memperhatikan
pengembangan integrasi pribadi, spritual, kreatifitas sosial,
kemampuan akademik.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Subtansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang
direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua
jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-
unsur pendidikan formal, informal dan nonformal, dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
kepentingan global, nasional dan lokal harus saling mengisi dan

16
memberdayakan sejalan dengan perkembangan era globalisasi
dengan tetap berpegang pada motto Bhineka Tunggal Ika dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kemdikbud telah memberikan penjelasan mengenai prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum 2013, yaitu sebagai berikut:
1. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan
merupakan daftar mata pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut maka
kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten
pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah
menyelesaikan pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan
tertentu.
2. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu-satuan pendidikan,
jenjang pendidikan dan program pendidikan.
3. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan
kompetensi sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir dan
keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata
pelajaran.
4. Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan
dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk
kemampuan dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik
(mastery learning) sesuai dengan kaidah kurikulum berbasis
kompetensi.
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan
dan minat.
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan
kepentingan peserta didik serta lingkungannya.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
budaya, teknologi dan seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. pendidikan
tidak boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan

17
pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip relevansi
pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidup.
9. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
10. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan
nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
11. Penilaian hasil belajar ditujuakan untuk mengetahui dan
memperbaiki pencapaian kompetensi. 6
KTSP dan Kurikulum 2013, SI (Standar Isi) ditentukan terlebih SKL
(Standar Kompetensi Lulusan) dahulu melalui Permendiknas No 22 Tahun 2006.
Setelah itu ditentukan Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah SKL (Standar
Kompetensi Lulusan itu baru ditentukan Standar Isi, yang melalui Permendiknas
No 23 Tahun 2006, berbentuk Kerangka Dasar kurikulum yang dituangkan dalam
Permendikbud No 67, 68, 69 dan 70 Tahun 2013 lebih menekankan pada aspek.
Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan antara soft skills dan hard skills
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Pengembangan kurikulum relevan dengan kebutuhan hidup dan
lingkungan kerja. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
dan memberikan kesempatan kepada karakteristik peserta didik, kondisi didik
untuk mengembangkan perbedaan daerah dan jenjang serta jenis dalam
kemampuan dan minat pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan
adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum dikembangkan
dengan memperhatikan kepentingan global, memperhatikan kepentingan nasional
dan lokal, sejalan dengan kepentingan daerah untuk membangun perkembangan
era globalisasi dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan tetap berpegang
pada motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka NKRI. Penilaian hasil belajar
lebih dominan ditujukan pada aspek pengetahuan, mengetahui dan memperbaiki
pencapaian kompetensi, yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan.

6
Shobirin Ma’as. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.
(Yogyakarta: Deepublish. 2016). Hal. 45-48

18
D. Perbedaan dan Perubahan Struktur Kurikulum 2006 KTSP dan
Kurikulum 2013
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Kelompok mata pelajaran estetika.
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Struktur kurikulum 2013 memiliki sedikit perubahan bila dibandingkan
dengan kurikulum sebelumnya (KTSP). Perubahan tersebut terletak pada bentuk
matapelajaran serta alokasi waktu belajar yang dibebankan kepada peserta didik
baik untuk tingkat SD/MI, SMP/MTs, maupun SMA/MA/SMK. Dari pemaparan
diatas dapat dilihat perbedaan yang terjadi akibat perubahan kurikulum dari
KTSP menjadi Kurikulum 2013 diantaranya:
1. Struktur kurikulum tingkat SD, meliputi: holistik berbasis sains
(alam, sosial dan budaya); jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6;
dan jumlahjam bertambah di jam pelajaran perminggu, akibat
perubahan pendekatan pembelajaran.
2. Struktur kurikulum tingkat SMP, meliputi TIK menjadi media semua
mata pelajaran; pengembangan diri pada setiap mata pelajaran dan
ekstrakurikuler; jam mata pelajaran dari 12 menjadi 10; jumlah jam
berubah menjadi 6 jam per minggu, akibat perubahan pendekatan
pembelajaran.
3. Struktur kurikulum tingkat SMA, meliputi: perubahan sistem (ada
mata pelajaran wajib dan ada mata pelajaran pilihan); terjadi
pengurangan mata pelajaran yang hanya diikuti siswa; jumlah jam
bertambah 1 jam pelajaran perminggu, akibat perubahan pendekatan
pembelajaran.
4. Struktur kurikulum tingkat SMK, meliputi: penambahan jenis
keahlian berdasarkan spectrum kebutuhan (6 program keahlian, 40

19
bidang keahlian, 121 kompetensi keahlian) pengurangan adaptif dan
normative, penambahan produktif: produktif disesuaikan dengan tren
perkembangan di industri.7

E. Tujuan Kurikulum 2006 KTSP dan Kurikulum 2013


Tujuan KTSP Secara umum adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara Lampiran PP No 32 Tahun 2013 Perubahan PP
No 19 Tahun 2005 pertisipatif dalam pengembangan kurikulum. Sedangkan
secara khusus diterapkannya KTSP yaitu untuk:8
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.9

F. Ruang Lingkup SKL Kurikulum 2006 KTSP dan Kurikulum 2013


Perbedaan ruang lingkup antara SKL dalam KTSP dan kurikulum 2013
adalah sebagai berikut:
1. Kurikulum 2006 KTSP

7
Syafaruddin Amiruddin. Manajemen Kurikulum. (Medan: Perdana Publishing. 2017).
Hal.186-188
8
Gunawan Heri. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Bandung:
Alfabeta. 2012). Hal. 64
9
Endah Poerwati Loeloek, dkk. Panduan Memahami Kurikulum 2013. (Jakarta: PT
Prestasi Pustakarya. 2013). Hal. 68

20
a) SKL terdiri dari setiap mata pelajaran, setiap mata pelajaran
memiliki SK dan KD sendiri, disetiap jenjang kelas.
b) Pembelajaran menitik beratkan pada kemampuan kognitif.
Terlihat dari esensi SK dan KD yang lebih banyak memuat
konseptual. Sehingga beban belajar terlalu berat.
c) Pembentukan karakter belum secara jelas diuraikan dalam
SKL, hanya dimunculkan dalam silabus dan RPP.
d) Pembelajaran yang digunakan bersifat pasif dan abstrak.
e) SKL diuraikan berasal dari standarisi.
f) Terdapat pemisahan antara mata pelajaran sikap, keterampilan
dan pembentukan pengetahuan.
g) Kompetensi diuraikan dari mata pelajaran.
h) Mata pelajaran terpisah–terpisah sehingga terlihat seperti
kumpulan mata pelajaran.
i) Mata pelajaran belum relevan dengan kompetensi yang
dibutuhkan, terlalu berat, terlalu luas.
j) Cakupan SKL terdiri dari satuan pendidikan, mata pelajaran
dan kelompok mata pelajaran.
k) Penjurusan dimulai ketika kelas XI SMA. Tidak tersedia mata
pelajaran pilihan antar jurusan.
2. Kurikulum 2013
a) Hanya ada 1 SKL pada setiap jenjang kelas yang menjadi
acuan untuk semua mata pelajaran.
b) Pembelajaran lebih menekankan pendidikan karakter. Adanya
keseimbangan antara soft skill dan hard skill. Dipaparkan jelas
pada tiap-tiap Kompetensi Inti, yaitu KI1, KI2, KI3 dan KI4.
c) Pendidikan karakter sudah dimunculkan dalam SKL dalam
ranah KI1 (religious) dan KI2 (sikap sosial individual).
d) Pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah yang bersifat
interaktif, menyelidiki konteks dunia nyata.

21
e) SKL diuraikan berdasarkan kebutuhan, dimana SKL
digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan 7 SNP yang
lainnya.
f) Semua mata pelajaran harus mampu membentuk sikap,
keterampilan dan pengetahuan.
g) Mata pelajaran diuraikan dari kompetensi yang ingin dicapai.
h) Semua mata pelajaran disatukan oleh KI disetiap kelas.
i) Sesuai dengan perkembangan anak, mata pelajarannya esensial
dan sesuai dengan yang dibutuhkan.
j) Cakupan SKL untuk semua satuan pendidikan yang meliputi
mata pelajaran, jenjang kelas, maupun kelompok pelajaran.
k) Tersedia kelompok peminatan (sebagai ganti penjurusan) dan
pilihan antar kelompok peminatan dan bebas pada awal masuk
sekolah SMA.
Kompetensi Dasar mata pelajaran wajib memberikan kemampuan dasar
yang sama bagi tamatan Pendidikan Menengah antara mereka yang belajar di
SMA dan SMK. Bagi mereka yang memilih SMA tersedia pilihan kelompok
peminatan (sebagai ganti jurusan) dan pilihan antar kelompok peminatan dan
bebas. Nama kelompok peminatan digunakan karena memiliki keterbukaan untuk
belajar di luar kelompok tersebut sedangkan nama jurusan memiliki konotasi
terbatas pada apa yang tersedia pada jurusan tersebut dan tidak boleh mengambil
mata pelajaran di luar jurusan.
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam
bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran
mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan (afektif, kognitif dan psikomotor) yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian
hard skills dan soft skills

22
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi
(organizing element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi,
Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan
organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi
Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau
jenjang pendidikan kekelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip
belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara
konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah
keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan
konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu
pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling
memperkuat.
Secara umum perbedaan kurikulum KTSP dan kurikulum 2013
pada jenjang SMK/MAK tidak jauh berbeda pada jenjang SD, SMP
maupun SMA, pada SMK /MAK terdapat kelompok mata pelajaran
(mapel) seperti Kelompok Mapel Normatif, Kelompok Mapel Adaptif,
Kelompok Mapel Produktif. Dalam kurikulum SMK/MAK Mapel Fisika
dikelompokkan dalam Kelompok Mapel Adaptif. Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) yang telah dirumuskan untuk jenjang satuan pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
dipergunakan untuk merumuskan kompetensi dasar yang diperlukan untuk
mencapainya. Capaian kompetensi pada tiap akhir jenjang kelas dari Kelas
X sampai dengan Kelas XII atau Kelas XIII disebut dengan Kompetensi
Inti. 10

10
Simatupang Halim, dkk. Telaah Kurikulum SMP di Indonesia. (Surabaya: CV. Pustaka
Media Guru. 2019). Hal. 147-149

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih
familiar dengan guru, karena dalam kurikulum KTSP ini mereka banyak
dilibatkan dan diharapkan memiliki tanggungjawab yang memadai, dalam
penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan yang merupakan keharusan agar
sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Sedangkan kurikulum
2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill dan
pendidikan karakter. Siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam
berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.
Landasan kurikulum 2006 itu terdapat dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003, PP No. 19 Tahun 2005, Permendiknas No. 22 tahun 2006, Permendiknas
No. 23 tahun 2006 dan Permendiknas No. 24 tahun 2006. Sedangkan pada
kurikulum 2013 landasan kurukulumnya mengacu pada landasan yuridis,
filosofis, empiris dan teoritik.3. Adapun prinsip kurikulum 2006 pembelajaran
berpusat pada potensi, beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan
IPTEK dan seni, relevan dengan kebutuhan, menyeluruh dan berkesinambungan
dan belajar sepanjang hayat. Sedangakan landasan kurikulum 2013 itu memiliki
prinsip bahwa kurikulum bukan sekumpulan daftar mata pelajaran, didasarkan
pada SKL yang ditetapkan satuan pendidikan dan didasarkan pada model
kurikulum berbasis kompetensi.4. Perubahan struktur kurikulum antara 2006 dan
2013 tersebut terletak pada bentuk mata pelajaran serta alokasi waktu belajar
yang dibebankan kepada peserta didik baik untuk tingkat SD/MI, SMP/MTs,
maupun SMA/MA/SMK. Perbedaannya jika kita lihat kurikulum 2013 memiliki
sedikit mata pelajaran daripada KTSP namun lebih banyak memiliki jam
pelajaran.
KTSP dan Kurikulum 2013, SI (Standar Isi) ditentukan terlebih SKL
(Standar Kompetensi Lulusan) dahulu melalui Permendiknas No 22 Tahun 2006.
Setelah itu ditentukan Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah SKL (Standar
Kompetensi Lulusan itu baru ditentukan Standar Isi, yang melalui Permendiknas

24
No 23 Tahun 2006, berbentuk Kerangka Dasar kurikulum yang dituangkan dalam
Permendikbud No 67, 68, 69 dan 70 Tahun 2013 lebih menekankan pada aspek.
Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan antara soft skills dan hard skills
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Struktur kurikulum 2013 memiliki sedikit perubahan bila dibandingkan
dengan kurikulum sebelumnya (KTSP). Perubahan tersebut terletak pada bentuk
matapelajaran serta alokasi waktu belajar yang dibebankan kepada peserta didik
baik untuk tingkat SD/MI, SMP/MTs, maupun SMA/MA/SMK.
Tujuan KTSP Secara umum adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara Lampiran PP No 32 Tahun 2013 Perubahan PP
No 19 Tahun 2005 pertisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.
Kurikulum dilaksanakan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
dankeadaan sekolah sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang
telah ditetapkan pemerintah. Perbedaan KTSP dan kurikulum 2013 terletak pada
penyempurnaan SNP yang menyusun didalamnya diantaranya SKL, isi,
prosesdan penilaian.

B. Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dalam makalah ini, maka penulis
sangat menerima kritikan maupun masukan yang dapat membangun dari
pembaca.

25
DAFTAR PUSTAKA

Endah Poerwati Loeloek, dkk. 2013. Panduan Memahami Kurikulum 2013. PT


Prestasi Pustakarya. Jakarta
Fadillah M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTS, dan SMA/MA. ar- Ruzz Media. Jakarta
Gunawan Heri. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Alfabeta. Bandung
Multoyo. 2013. Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013. Prestasi Pustaka
Raya. Jakarta
Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung
Sanjaya Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Terori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Prenadamedia Group. Jakarta
Shobirin Ma’as. 2016. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah
Dasar. Deepublish. Yogyakarta
Simatupang Halim, dkk. 2019. Telaah Kurikulum SMP di Indonesia. CV. Pustaka
Media Guru. Surabaya
Syafaruddin Amiruddin. 2017. Manajemen Kurikulum. Perdana Publishing.
Medan
Widyastono Herry. 2015. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah
dari Kurikulum 2004, 2006 ke Kurikulum 2013. Bumi Aksara. Jakarta

26

Anda mungkin juga menyukai