Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

MANAJEMEN KURIKULUM

Oleh: Kelompok 6
Sri Septiani (20186013023)
Merry (201860130 )
Yuhana (201860130 )

Mata Kuliah
TEORI DAN PRAKTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH

Dosen Pengampu: 1. Dr. Syarwani Ahmad, M.M.


2. Dr. Suherman, M.Pd.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami . Alhamdulillaah makalah
yang berjudul “Manajemen Kurikulum” ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini berisikan informasi tentang manajemen kurikulum yang
membahas manajemen kurikulum berbabsis kompetensi, manajemen kurikulum
2013, dan manajemen KKNI. Harapan penulis bahwa makalah ini dapat
memberikan informasi tambahan kepada kita semua khususnya dalam mata kuliah
Teori dan Praktik Manajemen Pendidikan Menengah.
Dalam proses penyelesaian makalah ini penulis banyak menerima saran
dan bantuan, baik berupa tenaga dan pikiran dari teman-teman, dan juga dosen
pembimbing matakuliah Teori dan Praktik Manajemen Pendidikan Menengah
khususnya Dr.Suherman, M.Pd. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Palembang, Desember 14 2019


Penyusun

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................... 2

BAB IIPEMBAHASAN
A. Manajemen Kurikulum Berbabsis Kompetensi di Tingkat
Pendidikan Dasar dan Menengah ................................................... 4
B. Manajemen Kurikulum 2013 di Tingkat Pendidikan Dasar dan
Menengah............................................................. ...................... .... 13
C. Manajemen KKNI .......................................................................... 19

BAB III PENUTUP


A. Simpulan ........................................................................................ 28
B. Saran........................................................................................... .... 29

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen tidak akan terlepas dari kegiatan pembelajaran karena
manajemen tersebut merupakan usaha untuk mensukseskan suatu tujuan
dalam pendidikan. Diperlukan adanya pengelolaan, penataan, dan pengaturan
ataupun kegiatan yang sejenis yang masih berkaitan dengan lembaga
pendidikan guna mengembangkan sumber daya manusia agar dapat memenuhi
tujuan daripada pendidikan tersebut seoptimal mungkin.
Manajemen kurikulum adalah sebuah bentuk usaha atau upaya
bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran khususnya usaha
meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar. Dalam upaya – upaya
tersebut diperlukan adanya evaluasi, perencanaan, dan pelaksanaan yang
merupakan satuan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Sedangkan
manajemen pembelajaran ialah suatu sistem dengan komponen-komponen
yang saling berkaitan. Komponen-komponen pembelajaran meliputi: peserta
didik, guru, bahan ajar, kurikulum, sarana prasarana, serta strategi
pembelajaran. Dengan demikian manajemen kurikulum dan pembelajaran
saling berkaitan satu sama lain dalam suatu pendidikan, untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Manajemen kurikulum salah satu aspek yang berpengaruh terhadap
keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan nasional. Di samping itu,
kurikulum merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai
tujuan institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang
peranan penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu atau berkualitas.
Untuk menunjang keberhasilan kurikulum, diperlukan upaya pemberdayaan
bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah
tersebut sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen kurikulum berbabsis kompetensi di
tingkat pendidikan dasar dan menengah ?
2. Apa saja yang dimaksud dengan manajemen kurikulum 2013 di tingkat
pendidikan dasar dan menengah ?
3. Apa yang dimaksud dengan manajemen KKNI (Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia) ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penulis merumuskan tujuan
penyusunan makalah sebagai berikut.
1. Memahami manajemen kurikulum berbabsis kompetensi di tingkat
pendidikan dasar dan menengah.
2. Memahami manajemen kurikulum 2013 di tingkat pendidikan dasar dan
menengah.
3. Memahami manajemen KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia).

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Kurikulum Berbabsis Kompetensi di Tingkat Pendidikan


Dasar dan Menengah

1) Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


Pengajaran berbasis kompetensi adalah keseluruhan tentang
pembelajaran aktif (active learning) dimana guru membantu siswa untuk
belajar bagaimana belajar dari pada hanya mempelajari isi. Pusat kurikulum,
Balitbang Depdiknas (2002) mendefinisikan bahwa kurikulum berbasis
kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi
dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar
mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan
kurikulum sekolah. Kurikulum ini berorientasi pada: a) hasil dan dampak
yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian
pengalaman belajar yang bermakna, dan b) keberagaman yang dapat
diwujudkan sesuai dengan kebutuhannya.
Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang pada tahap
perencanaan, terutama dalam tahap pengembangan ide akan dipengaruhi oleh
kemungkinan-kemungkinan pendekatan, kompetensi dapat menjawab
tantangan yang muncul. Artinya, pada waktu mengembangkan atau
mengadopsi pemikiran kurikulum berbasis kompetensi maka pengembang
kurikulum harus mengenal benar landasan filosofi, kekuatan dan kelemahan
pendekatan kompetensi dalam menjawab tantangan, serta jangkauan validitas
pendekatan tersebut ke masa depan. Harus diingat bahwa kompetensi bersifat
terus berkembang sesuai dengan tuntutan dunia kerja atau dunia profesi
maupun dunia ilmu (Suyanto, 2005).
Kurikulum berbasis kompetensi memuat standar kompetensi dan
kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran. Standar kompetensi diartikan
sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilari, sikap, dan tingkat penguasaan
yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Standar

3
kompetensi juga diartikan sebagai kemampuan yang secara umum harus
dikuasai lulusan. Cakupan standar kompetensi standar isi (content standard)
dan standar penampilan (performance standard). Kompetensi dasar,
merupakan jabaran dari standar kompetensi, adalah pengetahuan,
keterampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai dan dapat diperagakan
oleh siswa pada masing-masing standar kompetensi. Materi pokok atau
materi pembelajaran, yaitu pokok suatu bahan kajian yang dapat berupa
bidang ajar, isi, proses, keterampilam, serta konteks keilmuan suatu mata
pelajaran. Sedangkan indikator pencapaian dimaksudkan adalah kemampuan-
kemampuan yang lebih spesifik yang dapat dijadikan sebagai ukuran untuk
menilai ketuntasan belajar.
Definisi-definisi di atas kurikulum berbasis kompetensi menekankan
pada mengeksplorasi kemampuan/potensi peserta didik secara optimal,
mengkonstruk apa yang dipelajari dan mengupayakan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam kurikulum berbasis kompetensi berupaya
mengkondisikan setiap peserta didik agar memiliki pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir
dan bertindak sehingga proses penyampaiannya harus bersifat kontekstual
dengan mempertimbangkan faktor kemampuan, lingkungan, sumber
daya,norma, integrasi dan aplikasi berbagai kecakapan kinerja, dengan kata
lain KBK berorientasi pada pendekatan konstruktivisme, hal ini terlihat dari
ciri-ciri KBK, yaitu a) menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa,
baik secara individual maupun klasikal, b) berorientasi pada hasil belajar dan
keberagaman, c) penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
dan metode yang bervariasi. d) sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga
sumber belajar yang lain yang memenuhi unsur edukasi dan e) penilaian
menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi.
Dengan demikian kurikulum berbasis kompetensi ditujukan untuk
menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas
budaya dan bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar

4
pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar yang membangun integritas
sosial, serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional. Dengan
kurikulum yang dernikian dapat memudahkan guru dalam penyajian
pengalaman belajar yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang
mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu: belajar mengetahui,
belajar melakukan, belajar menjadi diri sendiri, dan belajar hidup dalam
kebersamaan.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004 adalah
kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak
tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini
sejak sebelum diterapkannya. Secara materi, sebenarnya kurikulum ini tak
berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada cara para murid
belajar di kelas. Pada kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengan
sistem caturwulan, sedangkan dalam kurikulum baru ini, para siswa
dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid hanya belajar
pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja. Pada
kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan
untuk menerapkan IPTEK tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas,
meski sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya
bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah
pendidikan untuk semua. Pada kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek,
namun subjek dan setiap kegiatan siswa ada nilainya.
Pembaharuan pendidikan dan pembelajaran selalu dilaksanakan dari
waktu ke waktu dan tak pernah henti. Pendidikan dan pembelajaran berbasis
kompetensi merupakan contoh hasil perubahan dimaksud dengan tujuan
untuk meningkatkan kulitas pendidikan dan pembelajaran’.
Paradigma pendidikan berbasis kompetensi yang mencakup
kurikulum, pembelajaran, dan penilaian, menekankan pencapaian hasil
belajar sesuai dengan standar kompetensi. Kurikulum berisi bahan ajar yang
diberikan kepada siswa/mahasiswa melalui proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip

5
pengembangan pembelajaran yang mencakup pemilihan materi, strategi,
media, penilaian, dan sumber atau bahan pembelajaran. Tingkat keberhasilan
belajar yang dicapai siswa/mahasiswa dapat dilihat pada kemampuan
siswa/mahasiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikuasai
sesuai dengan staniar prosedur tertentu.

2) Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


KBK mengharapkan adanya hasil dan dampak yang diharapkan
muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang
bermakna. KBK memberikan peluang pada siswa sesuai dengan keberagaman
yang dimiliki masing-masing. Makna pertama mengandung pengertian, dalam
KBK siswa tidak sekedar dituntut untuk memahami sejumlah konsep, akan
tetapi bagaimana pemahaman konsep tersebut berdampak terhadap perilaku
dan pola pikir sehari-hari. Inilah hakikat pengalaman belajar yang bermakna
yaitu bahwa pengembangan kompetensi diarahkan untuk memberi
keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam masyarakat yang cepat
berubah, penuh persaingan dan tantangan, penuh ketidakpastian dan
ketidakmenetuan. Dalam konteks pembelajaran yang bermakna, proses
pembelajaran di sekolah harus menjadi pengalaman bagi siswa untuk
mengembangkan kemampuan belajarnya di masyarakat. Siswa dituntut untuk
terus belajar sesuai dengan tantangan masyarakat yang terus berubah.
Makna yang kedua adalah dalam KBK menghargai bahwa setiap
siswa memiliki kemampuan, minat, dan bakat yang berbeda. KBK
memberikan peluang kepada setiap siswa untuk belajar sesuai dengan
keberagaman dan kecepatan masing-masing. Oleh karena itu, proses
pembelajaran harus didesain agar dapat melayani setiap keberagaman
tersebut. Misalnya dalam pemanfaatan sumber belajar, KBK menuntut
keragaman penggunaan sumber belajar secara optimal. Siswa dituntut untuk
dapat menggunakan berbagai sumber informasi, yang tidak hanya
mengandalkan dari mulut guru, akan tetap dari sumber lainnya termasuk dari
media elektronik. Oleh karena itu kemajuan bidang teknologi khususnya

6
teknologi informasi, memungkinkan siswa bisa belajar dari berbagai sumber
belajar sesuai dengan minat, kemampuan, dan kecepatan masing-masing.
Berdasarkan makna tersebut, maka KBK sebagai sebuah kurikulum
memiliki empat karakteristik utama, yaitu; a). KBK memuat sejumlah
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. Artinya melalui KBK
diharapkan siswa memiliki kemampuan standar minimal yang harus dikuasai,
b) Implementasi pembelajaran dalam KBK mnekankan kepada proses
pengalaman dengan memperhatikan keberagaman setiap individu. c)
Pembelajaran tidak sekedar diarahlan untuk menguasai materi pelajaran, akan
tetapi bagaimana materi itu dapat menunjang dan mempengaruhi kemampuan
berpikir dan kemampuan bertindak sehari-hari, dan 4) evaluasi dalam KBK
menekankan pada evaluasi hasil dan proses belajar. Kedua sisi evaluasi itu
sama pentingnya sehingga pencapaian standar kompetensi dilakukan secara
utuh yang tidak hanya mengukur aspek pengetahuan saja, akan tetapi sikap
dan keterampilan.
Depdiknas (2002) mengemukakan karakteristik KBK secara lebih
rinci sebagai berikut: Menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa
baik secara individual maupun klasikal. Ini mengandung pengertian bahwa
KBK menekankan pada ketercapaian kompetensi. Artinya isi KBK pada
intinya adalah sejumlah kompetensi yang harus dicapai oleh siswa, kmpetensi
inilah yang selanjutnya dinamakan standar minimal atau kemampuan dasar.
Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Ini artinya, keberhasilan
pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikaor
inilah yang selanjutnya dijadikan acuan apakah kompetensi yang diharapkan
sudah tercapai atau belum. Proses pencapaian hasil belajar itu tentu saja
sangat tergantung pada kemampuan siswa. Sebab diyakini, siswa memiliki
kemampuan dan kecepatan yang berbeda. KBK memberikan peluang yang
sama kepada seluruh siswa untuk dapat mencapai hasil belajar.
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi. Artinya, sesuai dengan keberagaman siswa, maka
metode yang digunakan dalam proses pembelajaran harus bersifat

7
multimetode. Hal ini dimaksudkan untyk merangsang kemampuan berpikir
siswa. Bahwa belajar sebagai proses menerima informasi dari guru, dalam
KBK harus ditinggalkan. Belajar adalah proses mncari dan menemukan.
Belajar adalah proses mengonstruksi pengetahuan oleh siswa. Oleh sebab itu
proses pembelajaran harus bervariasi.
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif. Artinya, sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi, dewasa ini siswa
bisa belajar dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang tersedia.
Guru, dalam pembelajaran KBK, guru bukan sebagai satu-satuya sumber
belajar. Guru berperan hanya sebagai fasilitator untuk mempermudah siswa
belajar dari berbagai macam sumber belajar.
Penilian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Artinya, keberhasilan
pembelajaan KBK tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat
mengauasai isi atau materi pelajaran, akan tetapi juga bagaimana cara mereka
menguasai pelajarn tersebut. Oleh sebab itu, KBK menempatan hasil dan
proses belajar sebagai dua sisi yang sama pentingnya.

3) Tujuan KBK
Tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah mengembangkan
potensi peserta didik untuk menghadapi perannya di masa datang dengan
mengembangkan sejumlah kecakapan hidup. Kecakapan hidup adalah
kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berni menghadapi
problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian
secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi sehingga akhirnya
mampu mengatasinya. Secara khusus kecakapan hidup itu bertujuan untuk:
a.) mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk
memecahkan problema yang dihadapi b) memberikan kesempatan kepada
sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan
prinsip pendidkan berbasis luas, dan c) mengoptimalkan pemanfaatan sumber

8
daya lingkungan sekolah dengan memberikan peluang pemanfaatan sumber
daya yang ada di masyarakat, sesuai dengan manajemen berbasis sekolah,
(Wina, 2005:12)

4) Tingkat Pengembangan KBK


a) Pengembangan Kurikulum tingat Nasional
Pada tingkat ini, pengembangan kurikulum dibahas dalam lingkup
nasional, meliputi jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah, baik secara
vertikal maupun horizontal dalam rangka merealisasikan tujuan
pendidikan nasional. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang
diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan pembelajaran secara
berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan jalur pendidikan yang
diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan pembelajaran yang tidak
harus berjenjang dan berkesinambungan, termasuk pendidikan keluarga.
Dalam kaitannya dengan KBK. Pengembangan kurikulum tingkat
nasional dilakukan dalam rangka mengembangkan standar kompetensi
untuk masing-masing jenjang dan jenis pendidikan, terutama pada jalur
pendidikan sekolah.
b) Pengembangan Kurikulum Tingkat Lembaga
Pada tingkat ini, dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap
jenis lembaga pendidikan pada berbagai satuan dan jenjang pendidikan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:Mengembangkan
kompetensi lulusan, dan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada
berbagai jenis lembaga pendidikan.Berdasarkan kompetensi dan tujuan di
atas selanjutnya dikembangkan bidang studi-bidang studi yang akan
diberikan untuk merealisasikan tujuan tersebut.Mengembangkan dan
mengidentifikasikan fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk
memberi kemudahan belajar.
d) Pengembangan Kurikulum Tingkat Bidang Studi (penyusunan Silabus)
Pada tingkat ini dilakukan pengembangan silabus untuk setiap bidang
studi pada berbagai jenis lembaga pendidikan. Kegiatan yang dilakukan

9
antara lain: (1).Mengidentifikasi dan menetukan jenis-jenis kompetensi
dan tujuan setiap bidang studi, (2)Mengembangkan kompetensi dan
pokok-pokok bahasan, serta meneglompokkannya sesuai dengan ranah
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai dan sikap,
(3).Mendeskripsikan kompetensi serta mengelompokkannya sesuai dengan
skope dan skuensi (4).Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi
serta rieria pencapaiannya.
Penyusunan silabus mengacu pada KBK dan perangkat kompnen-
komponennya yang disusun oleh Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan
Pengembangan, departemen Pendidikan nsiona. Sekolah yang mempunyai
kemampuan mandiri dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kondisi
dan kebutuhannya setelah mendapat persetujuan dari Dinas Pendidikan
setempat (provinsi, kabupaten/kota).
e) Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Bahasan (Modul)
Berdasarkan kompetensi-kompetensi yang telah diidentifikasi dan
diurutkan sesuai dengan tingkat pencapaiannya pada setiap bidang studi,
selanjutnya dikembangkan program-program pembelajaran. Dalam KBK
program pembelajaran yang dikembangkan adalah modul, sehingga
kegiatan pengembangan kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan
mengembangkan paket-paket modul, (Mulyasa, 2002:63).

5) Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Pelaksanaan Kurikulum


Sesuai dengan asas-asas yang mendasarnya, proses pengembangan
KBK harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa prinsip. Setiap
prinsip pengembangan dan pelaksanaan KBK seperti yang dirumuskan
Depdiknas dalam Kerangka Dasar Kurikulum 2004 akan dijelaskan di
bawah ini:
a) Prinsip-Prinsip Pengembangan
(1) Peningkatan keimanan, Budi pekerti luhur, dan penghayatan nilai-
nilai budaya. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu
mmbentuk manusia yang beriman dan bertakwa sejalan dengan filsafat

10
bangsa, maka peningkatan keimanan dan pembentukan budi pekerti
luhur, merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan oleh para
pengembang KBK. Dengan demikian, prinsip ini harus digali,
dipahami, dan diamalkan sehingga mewarnai proses pengembangan
kurikulum.
(2)Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan KinestetikaPembentukan
manusia yang utuh merupaka tujuan utama pendidikan. Manusia utuh
adalah manusia yang seimbang antara kemampuan intelektual dan sikap
dan moral serta keterampilan. Pengembangan KBK harus
memperhatikan ketiga keseimbangan tersebut.
(3) Penguatan Integritas nasional
Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai suku dengan latar
budaya yang sangat beragam. Pendidikan harus dapat menanamkan
pemahaman dan penghargaan terhadap perkembangan budaya dan
peradaban bangsa yang majemuk sehingga mampu memberikan
sumbangan terhadap peradaban dunia.
(4) Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi Informasi
Pengembangan KBK diarahkan agar anak memiliki kemampuan
berpikir dan belajar dengan cara mengakses, memilih dan menilai
pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat berubah dan penuh
tantangan serta ketidakpastian melalui perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi informasi.
(5) Pengembangan Kecakapan Hidup
Kecakapan hidup mencakup keterampilan diri, keterampilan berpikir
rasional, keterampilan sosila, keterampilan akademik, keterampilan
vokasional. Kurikulum mengembangkan kecakapan hidup melalui
pembudayaan membaca, menulis, dan berhitumg; sikap, dan perilaku
adaptif, kretaif, kooperatif, dan kompetitif.
(6) Pilar pendidikan
Kurikulum mengorganisasikan fondasi belajar ke dalam empat pilar
yaitu (a) belajar untuk memahami, (b) belajar untuk berbuat kreatif, (c)

11
belajar hidup dalam kebersamaan, dan (d) belajar untuk membangun
dan mengekspresikan jati diri yang dilandasi ketiga pilar sebelumnya.
(7) Komprehensif dan Berkesinambungan
Komprehensif mencakup keseluruhan dimensi kemampuan dan
substansi yang disajikan secara berkesinambungan mulai dari usia
Taman Kanak-Kanak sampai dengan pendidikan menengah.
Kemampuan mencakup pengetahuan keterampilan, nilai dan sikap, pola
pikir, dan perilaku. Substansi mencakup norma, nilai-nilai, dan konsep,
serta fenomena dan kenyataan yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat.
(8) Belajar Sepanjang Hayat
Pendidikan diarahkan pada proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlanjut sepanjang hayat.
(9) Diversifikasi Kurikulum
Kurikulum dkembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
b) Prinsip pelaksanaan
(1) Kesamaan Memeperoleh Kesempatan
Prinsp ini memgandung pengertian, bahwa melalui KBK penyediaan
tempat yang memberdayakan semua peserta didik secara demokratis
dan berkeadilan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan
sikap angat diutamakan. Seluruh peserta didik dari berbagai kelompok
seperti kelompok yang memerlukan bantuan khusus, berbakat, dan
unggul berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan
kemampuan dan kecepatannya.
(2) Berpusat pada Anak
Upaya memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerja sama, da
menilai diri sendiri diutamakan agar peserta didik mampu membangun
kemauan, pemahaman, dan pengetahuannya. Peningkatan potensi,
kecerdasan, dan minat peserta didik perlu terus-menerus diupayakan.
Penilaian berkelanjutan dan komprehensif menjadi sangat penting

12
dalam rangka pencapaian usaha tersebut. Penyajiannya disesuaikan
dengan tahap-tajap perkembangan peserta didik melalui pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
(3) Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan
Semua pengalaman belajar dirancang secara berkesinambungan mulai
dari Taman Kanak-Kanak, kelas I sampai dengan kelas XII. Pendekatan
yang digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar berfokus
pada kebutuhan peserta didik yang bervariasi dan mengintegrasikan
berbagai disiplin ilmu. Keberhasilan pencapaian pengalaman belajar
menuntut kemitaraan dan tanggung jawab bersama dari peserta didik,
guru sekolah dan madarasah, orang tua, perguruan tinggi, dunia usaha
dan industri, dan masyarakat.
(4) Kesatuan dalam Kebijakan dan Keberagaman dalam Pelaksanaan
Standar kompetensi disusun pusat dan cara pelaksanaannya disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing daerah atau sekolah
dan madrasah. Standar kompetensi dapat dijadikan acuan penyusunan
kurikulum berdiversifikasikan berdasarkan pada satuan pendidikan,
potensi daerah, dan peserta didik, serta taraf internasional.

B. Manajemen Kurikulum 2013 di Tingkat Pendidikan Dasar dan


Menengah

1) Pola Pikir Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 dibuat seiring dengan kemerosotan karakter bangsa
Indonesia pada akhir-akhir ini. Korupsi, penyalahgunaan obat terlarang,
pembunuhan, kekerasan, premanisme, dan lain-lain adalah kejadian yang
menunjukkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia yang rendah
serta rapuhnya fondasi moral dan spiritual kehidupan bangsa (Mulyasa,
2013:14). Selain itu, penyebab perlunya mengembangkan kurikulum 2013
adalah beberapa hasil dari riset internasional yang dilakukan oleh Global
Institute dan Programme for International Student Assessment (PISA)

13
merujuk pada suatu simpulan bahwa prestasi peserta didik Indonesia
tertinggal dan terbelakang (Mulyasa, 2013: 60).
Tujuan dari pengembangan kurikulum 2013 menurut Kemendikbud
adalah (Permendikbud No. 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah): Tujuan
Kurikulum 2013 adalah mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Kurikulum 2013 dikembangkan dari kurikulum 2006 (KTSP) yang dilandasi
pemikiran tentang tantangan masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan
pengetahuan dan pedagogi, kompetensi masa depan, dan fenomena negatif
yang mengemuka (Pedoman Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, 2013:
4).
Kurikulum 2013 mempunyai empat kompetensi inti (KI) yang berisi
tujuan dari proses pembelajaran. Rumusan kompetensi inti menggunakan
notasisebagai berikut (Permendikbud No. 69 Tahun 2013
Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah) yaitu sebagai berikut.
1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis karakter dan
kompetensi (Mulyasa, 2013: 163). Kurikulum 2013 tidak hanya menekankan
kepada pengusaan kompetensi siswa, melainkan juga pembentukkan
karakter. Sesuai dengan kompetensi inti (KI) yang telah ditentukan oleh
Kemendikbud, KI 1 dan KI 2 berkaitan dengan tujuan pembentukkan karakter
siswa sedangkan KI 3 dan KI 4 berkaitan dengan penguasaan kompetensi
siswa.

2) Ciri-ciri atau Karakteristik dari Kurikulum 2013

14
Kurikulum 2013 memiliki karakteristik diantaranya: (a) Isi atau
konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti
(KI) satuan pendidikan dan kelas, dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi
Dasar (KD) mata pelajaran. (b) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran
secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik
untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. (c) Kompetensi Dasar
(KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema
untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS,
SMA/MA, SMK/MAK. (d) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
dijenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada
jenjang pendidikan menengah berimbang antara sikap dan kemampuan
intelektual (kemampuan kognitif tinggi). (e) Kompetensi Inti menjadi unsur
organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam
Kompetensi Inti. (f) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada
prinsip akumulatif saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal
dan vertikal) diikat oleh kompetensi inti. (g) Silabus dikembangkan sebagai
rancangan belajar untuk satu tema (SD). Dalam silabus tercantum seluruh KD
untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut. (h) Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan
kelas tersebut.
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-
langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran
meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi,
dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan
mencipta.

15
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis karakter dan
kompetensi, tidak hanya menekankan kepada pengusaan kompetensi siswa,
melainkan juga pembentukkan karakter. Sesuai dengan kompetensi inti (KI)
yang telah ditentukan oleh Kemendikbud, KI 1 dan KI 2 berkaitan dengan
tujuan pembentukkan karakter siswa sedangkan KI 3 dan KI 4 berkaitan
dengan penguasaan kompetensi siswa.

3) Kelebihan dan kekurangan Kurikulum 2013


(a). Kelebihan Kurikulum 2013
(1) Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah
(kontekstual) karena berfokus dan bermuara pada hakekat peserta
didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan
kompetensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik
merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara
alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan
kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan.
(2) Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi
mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan
pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta
pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara
optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
(3) Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih cepat menggunakan pendekatan kompetensi,
terutama yang berkaitan dengan keterampilan.
(4) Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan
inovatif, pendidikan karakter juga penting yang nantinya terintegrasi
menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan karakter
harus diintegrasikan kesemua program studi.

16
(5) Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak
desa atau kota. Seringkali anak di desa cenderung tidak diberi
kesempatan untuk memaksimalkan potensi mereka.
(6) Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu
kemampuannya melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon
guru untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus
menerus.
b. Kelemahan Kurikulum 2013

(1) Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas
yang sama dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan
langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013.
(2) Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan
hasil dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena
kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan.
(3) Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena
rumpun ilmu pelajaran-pelajaran tersebut berbeda.

Pengembangan kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan


Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP
2006 yang mencakup Kompetensi Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan secara
terpadu.Implementasi Kurikulum 2013 diberlakukan secara bertahap mulai tahun
ajaran 2013-2014 melalui pelaksanaan terbatas khusunya bagi sekolah-sekolah
yang sudah siap melaksanakan kurikulum 2013. Pada tahap pertama yaitu Tahun
Ajaran 2013/2014, Kurikulum 2013 akan dilaksanakan secara terbatas untuk kelas
I dan IV SD/MI, kelas VII SMP/MTs, dan kelas X SMA/SMK/MA. Selanjutnya
pada Tahun Ajaran 2015/2016 diharpakan kurikulum 2013 telah dilaksanakan
diseluruh kelas I sampai dengan kelas XII.

Menjelang implementasi Kurikulum 2013, penyiapan tenaga kependidikan


sebagai pelaksana kurikulum di lapangan perlu dipersiapkan dengan baik, Badan

17
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjamin Mutu Pendidikan (BPSDMPK PUSPENDIK BALITBANG DAN
DIREKTOR JENDERAL TEKNINS) menyiapkan strategi Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013 bagi kepala sekolah, pengawas, dan guru. Pada
tahun 2013 pelatihan akan dilakukan bagi pengawas, kepala sekolah
SD/SMP/SMA/SMK, dan guru kelas I dan IV SD, guru kelas VII SMP untuk
mata pelajaran, dan guru kelas X SMA / SMK untuk 3 mata pelajaran. Pengawas
mempunyai peran yang strategi suntuk mengawal dan mendampingi guru.
Supervisi merupakan salah satu tugas pengawas, dalam mengawal kesuksesan
kurikulum 2013 efektifitas supervise harus ditingkatkan, yaitu supervise
manajerial, sipervisi akademik. Supervisi akademik meliputi supervisi kunjungan
kelas dan supervisi klinis.
Kurikulum 2013 untuk sekolah dasar adalah sebagai berikut.
1. Tematik Integratif
Pembelajaran berbasis tematik integratif yang diterapkan pada tingkatan
pendidikan dasar ini menyuguhkan proses belajar berdasarkan temauntuk
kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya.
2. Enam Mata Pelajaran
Untuk sekolah dasar, saat ini ada sepuluh mata pelajaran yang diajarkan.
Namun, dalam kurikulum 2013 mata pelajaran dipadatkan menjadi enam
mata pelajaran.
3. Pramuka sebagai Ekstra Kurikuler Wajib
Dalam kurikulum 2013, pramuka merupakan ekstra kurikuler wajib dan itu
diatur dalam undang-undang. Pramuka ini menjadi ekstra kurikuler wajib
pada satuan pendidikan dasar dan menengah, untuk berbagai jenjang
pendidikan. Untuk meningkatkan layanan secara profesional, maka dalam
implementasi pramuka kemendikbud bekerjasama dengan kemenpora.
4. Bahasa Ingggris Hanya Ekstra kurikuler
Sebelumnya terjadi polemik mengenai bahasa Inggris di SD, yaitu bahasa
Inggris akan dihapus dari kurikulum. Rencana penghapusan ini didasari oleh
kekhawatiran akan membebani siswa dan memprioritaskan terhadap

18
penguasaan bahasa Indonesia. Ternyata, dalam kurikulum 2013 ini, bahasa
Inggris menjadi ekstra kurikuler bersama PMR, UKS, dan Pramuka.
5. Belajar di Sekolah Lebih Lama
Penambahan jam pelajaran merupakan isi dari perubahan kurikulum baru
yang mulai diterapkan bulan Juli 2013 untuk anak-anak SD.
Kurikulum 2013 ditingkat menengah (SMP dan SMA/SMK)
1. Kurikulum Ditingkat SMP
 Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi
 Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain
 Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
 Semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama, yaitu
pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar.
 TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan sebagai media
pembelajaran mata pelajaran lain.

2. Kurikulum 2013 tingkat SMA/SMK


 Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi
 Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain
 Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
 Semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama, yaitu
pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba , menalar
 Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar
minat, dan pendalaman minat.
 SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar-
dasar pengetahuan , ketrampilan, dan sikap.
 Penjurusan di SMK tidak terlalu detail, di dalamnya terdapat
pengelompokan peminatan dan pendalaman

C. Manajemen KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia)


Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat
KKNI, adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat

19
menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan
dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian
pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor
(Perpres No. 8 tahun 2012 pasal 1 ayat (1)). KKNI merupakan salah satu langkah
untuk mewujudkan mutu dan jati diri bangsa Indonesia dalam sektor sumber daya
manusia yang dikaitkan dengan program pengembangan sistem pendidikan dan
pelatihan secara nasional.
Setiap tingkat kualifikasi yang dicakup dalam KKNI memiliki makna dan
kesetaraan dengan capaian pembelajaran yang dimiliki setiap insan pekerja
Indonesia dalam menciptakan hasil karya dan kontribusi yang bermutu di bidang
pekerjaannya masing-masing. KKNI disusun berdasarkan kebutuhan dan tujuan
khusus, yang khas bagi Indonesia untuk menyelaraskan sistem pendidikan dan
pelatihan dengan sistem karir di dunia kerja. KKNI juga dirancang untuk sesuai
dan setara dengan sistem yang dikembangkan negara‐negara lain. Dalam
pengembangannya KKNI juga merujuk dan mempertimbangkan sistem
kualifikasi negara lain seperti Eropa, Australia, Inggris, Scotlandia, Hongkong,
dan Selandia Baru. Hal ini menjadikan kualifikasi yang tercakup dalam KKNI
dapat dengan mudah disetarakan dan diterima oleh negara lain sehingga
pertukaran peserta didik maupun tenaga kerja antar negara dapat dilakukan
dengan tepat. Dengan ditetapkannya KKNI, membuat adanya perubahan dan
perkembangan di bidang kurikulum dalam pendidikan yang sangat
mempengaruhi output yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan, baik dijenjang
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, maupun pada jenjang Perguruan Tinggi.
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses
pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi
tercapainya tujuan pendidikan. Maka, kurikulum sebagai alat untuk mencapai
tujuan harus mampu mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang
bertaqwa, cerdas, terampil, dan berbudi luhur, berilmu, bermoral, tidak hanya
sebagai mata pelajaran yang harus diberikan kepada peserta didik semata,
melainkan sebagai aktivitas pendidikan yang direncanakan untuk dialami,
diterima, dan dilakukan. Kurikulum dalam lembaga pendidikan juga menjadi

20
instrumen yang penting dalam proses pengembangan kualitas sumber daya
manusia (SDM), serta kurikulum juga berpengaruh dalam upaya pencapaian
tujuan pendidikan. Di Pendidikan Tinggi, kurikulum dirancang sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan
tinggi dan dikembangkan dengan memperhatikan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), tuntutan kehidupan global juga
berlandaskan kebijakan pemerintah.
Setiap Program studi dalam perguruan tinggi seharusnya menerapkan
kurikulum yang terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu kurikulum yang
mengacu kepada kerangka kualifikasi nasioal Indonesia. Berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
dan ditekankan lagi pada Permendikbud nomor 73 tahun 2013 tentang Penerapan
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi,
mengharuskan setiap program studi sebagai satuan kegiatan pendidikan tinggi
untuk mengembangkan kurikulumnya dengan mengacu pada KKNI.
Pada Permendikbut nomor 73 tahun 2013 juga disebutkan bahwa
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) bidang pendidikan tinggi
merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan capaian pembelajaran dari jalur pendidikan
nonformal, pendidikan informal, dan/atau pengalaman kerja ke dalam jenis dan
jenjang pendidikan tinggi. Seperti yang kita ketahui bahwa kurikulum yang
mengacu pada KKNI merupakan acuan kurikulum Pendidikan Tinggi yang
memiliki program untuk menghasilkan lulusan, sehingga program tersebut
seharusnya menjamin agar lulusannya memiliki kualitas yang setara dengan
kualifikasi yang disepakati 3 dalam KKNI. Undang-Undang No. 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi pasal 35 ayat 2 menyebutkan bahwa, kurikulum
pendidikan tinggi dikembangkan oleh setiap perguruan tinggi dengan mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi untuk setiap program studi yang
mencakup pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia dan keterampilan.
Kurikulum yang mengacu pada KKNI dalam penerapan, setiap program studi
telah dua kali secara berurutan dan pada saat pengusulan masih terakreditasi B

21
dari badan akreditasi nasional yang berwenang atau badan akreditasi
internasional yang setara (Permendikbut nomor 73 tahun 2013) sebagai salah satu
kriterian dalam penyusunan rekognisi pembelajaran lampau (RPL) dan menjadi
syarat agar program studi tersebut dapat menerapkan kurikulum yang mengacu
pada KKNI.
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia atau disingkat KKNI merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi
kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan
antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja
dalam rangka memberikan pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur
pekerjaan di berbagai sektor (Tim, 2014:11). Hal tersebut termaktub dalam
Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia.
KKNI juga merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia
terkait dengan system pendidikan nasional dan pelatihan yang dimiliki oleh
bangsa ini. Dengan demikian, dapat dimaknai bahwa KKNI merupakan sebuah
sarana yang memungkinkan hasil pendidikan, khususnya pendidikan tinggi
dengan mudah dapat melakukan penyepadanan dan penyejajaran dengan hasil
pendidikan bangsa lain di belahan dunia. Selain itu, melalui penerapan KKNI
hanya SDM yang berkualifikasi yang dapat masuk dan bekerja di Indonesia.
Melalui fungsi yang komprehensif tersebut, menjadikan KKNI berpengaruh pada
setiap bidang dan sector di mana sumber daya manusia dikelola, termasuk di
dalamnya pada system pendidikan tinggi, terutama pada aspek kurikulum (Tim,
2014:11). Kebutuhan akan KKNI saat ini sangat mendesak, mengingat persaingan
global tenaga kerja nasional maupun internasional yang semakin terbuka luas.
Ada beberapa konvensi internasional yang telah diratifikasi Indonesia, seperti
GATS (General Agreement on Trade in Service), WTO (World Trade
Organization), AFTA (Asean Free Trade Area), dan The Recognition of Studies
Diplomas and Degrees in Higher Education in Asia and the Pacific, yang
kesemua itu memiliki cakupan yang jelas tentang kesepahaman internasional
tentang sektor ketenaga kerjaan yang berhubungan dengan sektor ekonomi dan

22
perdagangan serta pendidikan sebagai sektor penghasil tenaga kerja yang
bermutu. Selain itu, tingginya angka pengangguran di Indonesia. Selain itu, dalam
KKNI dinyatakan Sembilan kualifikasi SDM Indonesia yang produktif yang
secara komprehensif mempertimbangkan dua sisi penting relevansi pendidikan
dan pelatihan yaitu kebutuhan kompetensi kerja (job competency) dalam ranah
dunia kerja serta capaian pembelajaran yang dihasilkan oleh suatu proses
pendidikan (Dirjen Dikti, 2010:5). Deskriptor setiap jenjang kualifikasi yang
merupakan paduan antara kompetensi kerja dan capaian pembelajaran juga
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
perkembangan sectorsektor pendukung perekonomian dan kesejahteraan rakyat
seperti perindustrian, pertanian, kesehatan, hukum dan aspek lain yang terkait
serta aspek-aspek pembangun jati diri bangsa yang tercermin dalam Bhineka
Tunggal Ika, yaitu komitmen untuk tetap mengakui keragaman agama, suku,
budaya, bahasa, dan seni yang tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Beberapa alasan yang mendasar munculnya pergeseran penamaan
kurikulum pendidikan tinggi dari KBK ke kurikulum pendidikan tinggi (K-
DIKTI) sebagaimana disebutkan dalam buku “Kurikulum Pendidikan Tinggi”
adalah sebagai berikut ini. 1) Penamaan KBK tidak sepenuhnya didasari oleh
ketetapan peraturan, sehingga masih memungkinkan untuk terus berkembang
sesuai dengan kaidah kurikulum itu sendiri yang terus berkembang dan
menyesuiakan pada kondisi terkni dan masa mendatang. 2) KBK mendasarkan
pengembangannya pada kesepakatan penyesuaian kompetensi lulusan oleh
perwakilan penyelenggara program sttudi yang akan disusun kurikulumnya.
Kesepakatan ini umumnya sepenuhnya merujuk pada parameter ukur yang pasti,
sehingga memungkinkan pengembang kurikulum menyepakati kompetensi
lulusan yang kedalaman atau level capaiannya berbeda dengan pengembang
kurikulum lainnya walaupun pada program studi yang sama pada jenjang yang
sama pula. 3) Ketiadaan parameter ukur dalam sistem KBK menjadikan sulit
untuk menilai apakah program studi jenjang pendidikan yang satu lebih tinggi
atau lebih rendah dari yang lainnya. Artinya, tidak ada yang dapat menjamin
apakah kurikulum program D4 misalnya lebih tinggi dari program D3 pada

23
program studi yang sama jika yang menyusun dari kelompok yang berbeda. 4)
KKNI memberikan parameter ukur berupa jenjang kualifikasi dari jenjang 1
terendah sampai jenjang 9 tertinggi. Setiap jenjang KKNI bersepadan dengan
level capaian pembelajaran (CP) program studi pada jenjang tertentu, yang mana
kesepadanannya untuk pendidikan tinggi adalah level 3 untuk D1, level 4 untuk
D2, level 5 untuk D3, level 6 untuk D4/S1, level 7 untuk profesi (setelah sarjana),
level 8 untuk S2, dan level 9 untuk S3. 5) Capaian pembelajaran (CP) pada setiap
level KKNI diuraikan dalam deskripsi sikap dan tata nilai, kemampuan,
pengetahuan, tanggung jawab dan hak dengan pernyataan yang ringkas yang
disebut dengan descriptor generic. Masing-masing descriptor mengindikasikan
kedalaman dan level dari CP sesuai dengan jenjang program studi. 6) K-DIKTI
sebagai bentuk pengembangan dari KBK menggunakan level kualifikasi KKNI
sebagai pengukur CP sebagai bahan penyusun kurikulum suatu program studi. 7)
Perbedaan utama K-DIKTI dengan KBK dengan demikian adalah pada kepastian
dari jenjang program studi karena CP yang diperoleh memiliki ukuran yang pasti.
Profil lulusan merujuk pada jenjang kualifikasi yang sesuai dengan KKNI.
Aspek yang perlu menjadi pertimbangan mencakup: sikap dan tata nilai,
kemampuan, pengetahuan, tanggung jawab dan hak yang akan diembang oleh
seorang lulusan. Kesesuaian tersebut dilakukan dengan cara membandingkan
terhadap diskriptor generic KKNI (Tim, 2014:31). Untuk membangun kekhasan
program studi, dianjurkan untuk mengidentifikasi keunggulan atau kearifan local /
daerah. Sehingga rumusan profil lulusan akan memuat informasi mengenai
kemampuan untuk menjawab persoalan dan tantangan yang berkembang atau
muncul di daerah masing-masing, jika perlu bahkan perlu menjadi nilai unggul
dari program studi bersangkutan. Demikian halnya dengan perkembangan
berbagai sektor yang muncul di masyarakat yang harus dapat diakomodasi,
sehingga turut dalam mewarnai profil (Tim, 2014:31). Profil yang telah terdefenisi
dengan jelas akan menjadi modal utama dalam mengembangkan pernyataan CP
program studi.
Deskripsi kualifikasi pada setiap jenjang KKNI dinyatakan sebagai
capaian pembelajaran yang mencakup aspek-aspek pembangunan jati diri bangsa,

24
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan untuk dapat melakukan
kerja secara bermutu, serta wewenang dan kewajiban sseseorang sesuai dengan
level kualifikasinya. Aspek pembangunan jati diri bangsa tercermin dalam
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhineka Tunggal Ika yaitu
menjunjung tinggi pengamalan kelima sila pancasila dan pengetahuan hukum,
serta mempunyai komitmen untuk menghargai keragaman agama, suku, budaya,
bahasa, dan seni yang tumbuh dan berkembang di bumi Indonesia.
Pada KKNI, CP didefenisikan sebagai kemampuan yang diperoleh melalui
internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi
pengalaman kerja. CP merupakan alat ukur dari apa yang diperoleh seseorang
dalam menyelesaikan proses belajar, baik terstruktur maupun tidak. Rumusan CP
disusun dalam empat unsur yaitu: sikap dan tata nilai, kemampuan kerja,
penguasaan pengetahuan, dan wewenang dan tanggung jawab. Sikap dan tata
nilai. Merupakan perilaku dan tata nilai yang merupakan karakter atau jati diri
bangsa dan Negara Indonesia. Sikap dan tata nilai ini terinternalisasi selama
proses belajar, baik terstruktur maupun tidak. Kemampuan kerja. Merupakan
wujud akhir dari transformasi potensi yang ada dalam setiap individu pembelajar
menjadi kompetensi atau kemampuan yang aplikatif bermanfaat. Penguasaan
pengetahuan. Merupakan informasi yang telah diproses dan diorganisasikan untuk
memperoleh pemahaman, pengetahuan, dan pengalaman yang terkumulasi untuk
memiliki suatu kemampuan. Wewenang dan tanggung jawab. Merupakan
konsekuensi seorang pembelajar yang telah memiliki kemampuan dan
pengetahuan pendukungnya untuk berperan dalam masyarakat secara benar dan
beretika.
Deskripsi CP menjadi komponen penting dalam rangkaian penyususnan
kurikulum pendidikan tinggi. CP dapat dipandang sebagai resultan dan hasil
keseluruhan proses belajar yang telah ditempuh oleh seorang mahasiswa selama
menempuh studinya pada program studi tertentu. Karena sifatnya yang
multifungsi, maka format deskripsi CP dapat beragama sesuai dengan
kebutuhannya. Capaian pembelajaran (CP) dapat dan harus dideskripsikan secara
ringkas, namun pada saat yang lain perlu diuraikan secara rinci. Keberagaman

25
format CP sesuai dengan fungsinya tidak boleh menghilangkan fungsi-fungsi
utamanya, sehingga CP pada program studi yang sama akan tetap memberikan
pengertian dan makna yang sama walaupun dinyatakan dalam format berbeda.
Pada saat dipergunakan sebagai penciri atau pembeda program studi yang
menyatakan keragaman kemampuan yang dicapai oleh lulusan, pernyataan CP
cenderung ringkas namun mencakup semua informasi penting yang dibutuhkan,
sedangkan pada saat dipergunakan untuk mengembangkan kurikulum pada
program studi, pernyataan CP harus lebih diperinci untuk menelusuri bahan kajian
yang akan disusun.
Pada era globalisasi saat ini, pergerakan tenaga kerja antara Negara akan
semakin mengalir sehingga tuntutan terhadap pengelolaan serta peningkatan mutu
tenaga kerja nasional serta kesetaraan kualifikasinya dengan tenaga kerja asing
akan menjadi salah satu tantangan terbesar bagi pengembangan perekonomian
Indonesia. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa KKNI harus mampu
menjadi rujukan penataan tenaga kerja Indonesia di berbagai sektor kegiatan
perekonomian formal maupun informal dengan menetapkan jenjang kualifikasi
yang jelas serta kesetaraanya dengan kualifikasi negara-negara lain di Indonesia.
KKNI merupakan rujukan bagi semua jenis lembaga pendidikan atau pelatihan
yang bertanggung jawab mempersiapkan angkatan kerja Indonesia menjadi tenaga
kerja yang berkualifikasi atau bertanggung jawab terhadap pemulihan kelompok
pengangguran yang belum memperoleh pekerjaan tetap. Tenaga kerja yang belum
memenuhi kualifikasi KKNI dimana mutu dan kinerja yang dihasilkan tidak
terukur atau belum sesuai dengan yang dipersuaratkan oleh pengguna tenaga
kerja, dapat disesuaikan melalui pendidikan atau pelatihan tambahan pada
lembaga yang telah memiliki program sesuai dengan kriteria KKNI.
Permendikbud No.49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan
Tinggi disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai capaian pembelajaran lulusan, bahan kajian, proses, dan penilaian yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan program studi. Undang-Undang
No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 35 ayat 2 juga menyebutkan
bahwa kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh setiap perguruan tinggi

26
dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi untuk setiap program
studi yang mencakup pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia dan
keterampilan. Globalisasi telah mengakibatkan perubahan keseluruhan kehidupan
bermasyarakat, tidak terkecuali sektor pendidikan dan ketenagakerjaan. Untuk itu,
pengembangan kurikulum merupakan salah satu strategi untuk pembangunan
pendidikan nasional agar lulusan dapat memiliki beberapa keahlian, terutama
kemampuan menggunakan pengetahuan, pemahaman dan kecakapan-kecapakan
berpikir teoretis dan praktis serta kecakapan-kecakapan lainya untuk dapat
melakukan tugas pekerjaan secara efektif sesuai dengan tuntutan standar
pekerjaan tertentu (Muhaimin, 2009: 154-155). Singkatnya, dengan
pengembangan kurikulum diharapkan agar mampu; (1) mutu pendidikan lebih
terjamin; (2) lebih dapat memenuhi kebutuhan lapangan kerja; dan (3) peran
perguruan tinggi sebagai agen perubahan masyarakat dapat lebih terpenuhi.

27
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,
penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum ini
berorientasi pada: (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri
peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan
(2) keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai dengan kebutuhannya.
KBK sebagai sebuah kurikulum memiliki tiga karakteristik utama, yaitu;
KBK memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa.
Implementasi pembelajaran dalam KBK mnekankan kepada proses
pengalaman dengan memperhatikan keberagaman setiap individu.
Evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi hasil dan proses
belajar.Tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah mengembangkan
potensi peserta didik untuk menghadapi perannya di masa datang dengan
mengembangkan sejumlah kecakapan hidup.
2. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis karakter dan
kompetensi, tidak hanya menekankan kepada pengusaan kompetensi
siswa, melainkan juga pembentukkan karakter. Sesuai dengan
kompetensi inti (KI) yang telah ditentukan oleh Kemendikbud, KI 1 dan
KI 2 berkaitan dengan tujuan pembentukkan karakter siswa sedangkan KI
3 dan KI 4 berkaitan dengan penguasaan kompetensi siswa. Proses
pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah
pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran
meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi,

28
dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan
mencipta.
3. KKNI merupakan suatu pembaharuan yang dilakukan pemerintah dalam
rangka penyetarakan dan pengakuan lulusan dalam negeri dengan lulusan
dari dan berbagai universitas dunia. Untuk itu, perguruan tinggi vokasional
dan perguruan tinggi pada umumnya yang ada di Indonesia harus
merespon kebijakan tersebut secara positif, salah satunya dengan
menyesuaikan kurikulum yang ada dengan standar kerangka kerja
Indonesia dan standar-standar yang telah ditentukan berbagai perusahaan
dan lembaga penerima kerja. Peran kurikulum dalam suatu lembaga
pendidikan ibarat jantung, kurikulum sangat berpengaruh dalam
menentukan kompetensi lulusan, untuk itu kurikulum harus senantiasa
dikembangkan secara berkala (continuous quality improvement) sehingga
mampu mengembangkan SDM Indonesia berdaya saing di era global.

B. Saran
Kurikulum merupakan salah satu instrumen yang diharapkan memberikan
arah untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik.
Oleh karena itu, kurikulum disusun dan dikembangkan digunakan sebagai
pemandu dalam mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang
mampu dan proaktif menjawab tantangan jaman yang selalu berubah; (2) manusia
terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Maka manajemen kurikulum hendaknya perlu
dilaksanakan secara baik dan dikembangkan secara berkelanjutan untuk
meningkatkan kualitas SDM di bidang pendidikan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Alhamuddin. (2015). Kurikulum Perguruan Tinggi Berbasis Kualifikasi Kerja


Nasional Indonesia sebagai Upaya untuk Mengembangkan Sumberdaya
Manusia Indonesia Berdaya Saing di Era Global. Vokasional. Vol. 1, No.
1, (Oktober 2015). Hlm 9-18.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kementerian Pendidikan Nasional RI.


(2010). Buku Pedoman Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Edisi 1.
Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kementerian Pendidikan
Nasional RI.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kementerian Pendidikan Nasional RI.
(2010). Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Kajian tentang Implikasi
dan Strategi Implementasi KKNI. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Kementerian Pendidikan Nasional RI.
Depdiknas. (2002) Karakteristik KBK. Jakarta: Balitbang Depdiknas
Muhaimin. (2009). Rekonstruksi Pendidikan Islam dalam Paradigma
Pengembangan, Manajemen Kelembagaan hingga Strategi Pembelajaran.
Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Permendikbud No. 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Permendikbud nomor 73 tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi,
Permendikbud No.49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia
Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia.
Suyanto. (2013). Kebijakan Pemberdayaan Sosial Karakter. Kompas. Jakarta

Tim Kerja. (2014). Buku Kurikulum Pendidikan Tinggi. Jakarta: Direktorat


Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

30

Anda mungkin juga menyukai