Anda di halaman 1dari 20

Pemanfaatan sumber belajar dan penggunaan media pembelajaran,

manajemen sekolah,strategi dan model-model pembelajaran serta kualitas


dan kinerja guru,monitoring pelaksanaan kurikulum
MAKALAH

Di susun untuk memenuhi tugas makalah pengembangan kurikulum

Dosen pengampu :

Bapak Moh.Agus Sholahudin M.pd.I

Di susun oleh:

Zahrotul hilmi :220101320

Mujiarto :220101247

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI

BOJONEGORO

2023

i
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini berjudul "
Pemanfaatan sumber belajar dan penggunaan media pembelajaran, manajemen
,sekolah,strategi dan model-model pembelajaran ,kualitas dan kinerja guru,monitoring
pelaksanaan kurikulum. Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada: Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Bojonegoro , Desember 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ....................................................................................................... 2
BAB II.................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 3
A. Manajemen Sekolah ................................................................................................. 3
B. Penerapan Strategi dan Model-Model Pembelajaran ............................................. 6
C. Kualitas dan Kinerja Guru ..................................................................................... 8
D. Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum ...................................................... 12
BAB III .............................................................................................................................. 15
PENUTUP ......................................................................................................................... 15
Kesimpulan .................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu upaya membina dan membangun generasi muda yang tangguh dan mumpuni
diantaranya adalah melalui pendidikan, baik yang diberikan dalam lingkungan keluarga,
melalui pendidikan formal di sekolah, maupun pendidikan dalam lingkungan masyarakat.
Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harus ditentukan oleh adanya
pelaksanaan kurikulum sekolah itu. Keberhasilan sumber daya manusia dalam segi
pendidikan sangat dipengaruhi oleh adanya pemahaman seluruh personal di sekolah itu dalam
melaksanakan kurikulum.
Secara teoritis, kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, bahasa, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu
Pengetahuan Sosial, seni dan budaya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, keterampilan atau
kejuruan. (UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1). Pada dasarnya kurikulum adalah
suatu cara untuk mempersiapkan siswa agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif
dalam masyarakatnya. Kurikulum memang bukan satu-satunya penentu mutu pendidikan. Ia
juga bukan perangkat tunggal penjabaran visi pendidikan. Fungsi kurikukulum dalam
peningkatan mutu pendidikan dan penjabaran visi tergantung kecakapan guru, ketercakupan
subtansi kurikulum dalam buku pelajaran, evaluasi proses belajar, sumber belajar, dan
media. 1 Yang kesemuanya itu memerlukan kinerja kepala sekolah dan guru dalam
memanajemen sekolah dan pembelajaran karena keberhasilan manajemen kurikulum di
sekolah tidak terlepas dari manajemen sumber daya pendukungnya, diantaranya manajemen
sekolah, manajemen pemanfaatan sumber belajar, manajemen penggunaan media
pembelajaran, penggunaan strategi dan model-model pembelajaran, pemantauan pelaksanaan
pembelajaran dan manajemen peningkataan mutu pendidikan.
Manajemen merupakan suatu proses pengelolaan sumber daya yang ada mempunyai
beberapa fungsi, yang diantara para ahli berbeda dalam pembagian dan sebutannya. Namun
bagaimanapun pembagiannya atau apapun sebutannya tetapi unsur-unsur kegiatan tersebut
tetap berkaitan satu sama lain. Pada dasarnya fungsi-fungsi tersebut mencakup: 1)
Perencanaan; 2) Pengorganisasian; 3) Penggerakan; dan 4) Pengawasan, yang dilakukan
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya

1
Forum Mangunwijaya, Kurikulum yang Mencerdaskan: Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif,
Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, Hal. 38

1
Oleh karena itu, untuk mendukung keberhasilan kurikulum pada kesempatan kali ini
kami akan membahas tentang sumber-sumber pendukung keberhasilan kurikulum.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen sekolah?
2. Bagaimana manfaat sumber belajar dan penggunaan media pembelajaran?
3. Bagaimana penerapan strategi dan model-model pembelajaran?
4. Bagaimana kualitas dan kinerja guru?
5. Bagaimanakah monitoring pelaksanaan kurikulum?

C. Tujuan Masalah
Sejalan dengan masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan masalah sebagai berikut :
diatas dapat dibuat tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan manajemen sekolah
2. Mengetahui manfaat sumber belajar dan penggunaan media pembelajaran
3. Mengetahui penerapan strategi dan model-model pembelajaran
4. Mengetahui kualitas dan kinerja guru
5. Mengetahui monitoring pelaksanaan kurikulum

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen Sekolah

Manajemen merupakan suatu proses pengelolaan sumber daya yang ada mempunyai
beberapa fungsi, yang diantara para ahli berbeda dalam pembagian dan sebutannya. Namun
bagaimanapun pembagiannya atau apapun sebutannya tetapi unsur-unsur kegiatan tersebut
tetap berkaitan satu sama lain. Pada dasarnya fungsi-fungsi tersebut mencakup: 1)
Perencanaan; 2) Pengorganisasian; 3) Penggerakan; dan 4) Pengawasan, yang dilakukan
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Oleh karena itu manajemen
merupakan suatu system tingkah laku manusia yang kooperatif dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya dengan kepemimpinan yang teratur melalui usaha yang terus
menerus yang dilandasi tindakan yang rasional. Di katakan sebagai ilmu karena manajemen
dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami
mengapa dan bagaimana orang bekerjasama.Dikatakan sebagai kiat atau seni karena
manajemen mencapai sasaran melalui cara – cara dengan mengatur orang lain dalam
menjalankan tugas. Sedangkan dikatakan sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh
keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para professional dituntun oleh
suatu kode etik. Menurut Albert Lepawsky bahwa manajemen adalah tenaga, kekuatan yang
memimpin, memberi petunjuk, dan membimbing suatu organisasi dalam mencapai suatu
tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Dalam konteks pendidikan, manajemen pendidikan merupakan keseluruhan proses
kerja sama dengan menfaatkan semua sumber personel dan material yang tersedia dan sesuai
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah diterapkan secara efektif dan efisien.
Manajemen pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian

3
usaha kerja sama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistmatis
diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal. 2
Manajemen sekolah sebagai bagian dari manajemen pendidikan nasional, dalam
perkembangannya tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang menuntut penyesuaian –
penyesuaian terhadap berbagai perubahan – perubahan yang menggambarkan kategori
menajemen tersebut. Aspek penting dalam manajemen sekolah adalah pengambilan
keputusan sekolah dilakukan dengan cermat mengimplementasikan konsep maupun
teori manajemen dan pengorganisasian.Oleh karena itu manajemen sekolah harus difahami
3
sebagai usaha menumbuh kembangkan kekuatan dan potensi sumber daya sekolah untuk
mengeksploitasi peluang yang muncul sehingga mencapai tujuan pendidikan yang bermutu.
Prinsip – prinsip manajemen sekolah yang dapat dipegang adalah memperoleh hasil
yang paling efektif melalui orang – orang yang professional mengacu pada visi dan misi
sekolah dengan jalan melakukan proses manajemen, yakni menjalankan fungsi pokok
program sekolah yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan sekolah sebagai
penanggung jawab institusi sekolah, guru sebagai penaggung jawab pelayanan belajar pada
peserta didik, dan tenaga kependidikan sebagai penggung jawab pelayanan teknis
kependidikan di sekolah yang menerapkan fungsi – fungsi manajemen yaitu : perencanaan
( planning ) program kegiatan sekolah, pengorganisasian ( organizing ) tugas – tugas pokok
sekolah, penggerakan ( actuating ) seluruh system sekolah, dan pengawasan ( controlling )
kinerja sekolah., fungsi pengarahan dan fungsi. Pengkoordinasian. 3
Setiap sekolah melaksanakan manajemen peningkatan mutu dengan langkah – langkah:
 Merumuskan visi, misi, tujuan dan target peningkatan mutu secara berkelanjutan
 Menyusun perencanaan sekolah meggunakan model perencanaan strategic.
 Melaksanakan program sekolah sesuai formulasi perencanaan.
 Melakukan evaluasi secara terus menerus terhadap program kerja yang dilaksanakan
untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas serta kualitas
penyelenggaraanprogram sekolah
 Menyusun laporan kemajuan sekolah dan melaporkannya kepada orang tua siswa
 Merumuskan program baru sebagai hasil evaluasi program sekolah dan kelanjutan dari
program yang telah dilaksanakan menggunakan perencanaan strategic sekolah.

2
Rusman, Manajemen Kurikulum, Jakarta: Rajawali Press, 2009, Hal. 122
3
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, Jakarta: Penerbit Kencana, Cet. Ke-5, 2012, Hal. 163-164.

4
A. Pemanfaatan Sumber Belajar dan Penggunaan Media Belajar
Pemanfaatan Sumber Belajar
Menurut (Aan, 2009:130), sumber belajar merupakan salah satu komponen yang
membantu dalam proses belajar mengajar. Sumber belajar tidak lain adalah daya yang dapat
dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak
langsung, sebagian atau secara keseluruhan. 4
Pendidikan konvensional memiliki paradigma bahwa guru adalah satu-satunya sumber
belajar, sehingga dianggap orang yang paling memiliki pengetahuan. paradigma itu kenudian
bergeser menjadi guru lebih dahulu tahu. Namun, sekarang dengan perkembangan ilmu dan
4
teknologi bukan saja pengetahuan guru biasa sama dengan murid, bahkan murid biasa lebih
dahulu tahu daripada gurunya. Itu semua dapat terjadi akibat perkembangan media informasi
di sekitar kita sehingga pada saat ini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar, melainkan
guru memiliki fungsi lebih luas yaitu sebagai penyedia fasilitas belajar agar siswa
mau belajar.
Menurut (Aan, 2009:134), sumber belajar memiliki fungsi yang sangat penting dalam
kegiatan pembelajaran. Kalau media pembelajaran sekedar media untuk menyampaikan
pesan, sedangkan sumber belajar tidah hanya memiliki fungsi tersebut, tetapi juga termasuk
strategi, metode, dan tekniknya. 5
Menurut (Aan, 2009:135), manfaat sumber belajar adalah sebagai berikut:
 Manfaat sumber belajar, yaitu untuk memberikan pengalaman belajar yang konkret tidak
langsung.
 Menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, di-kunjungi, atau dilihat secara
langsung dan konkret, menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam
kelas, memberikan informasi yang akurat dan yang terbaru, seperti buku teks, ensiklopedi,
narasumber, dan lain-lain.
 Membantu memecahkan masalah pendidikan dan pembelajaran baik dalam lingkungan
makro maupun lingkungan mikro.
 Memberikan motivasi yang positif, lebih-lebih bila diran-cang penggunaannya secara
tepat.

4
Aan Komariah, Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2009. Hal 134
5
Ibid hal 134

5
 Merangsang untuk berfikir, bersikap, dan berkembang lebih lanjut, seperti buku teks, buku
bacaan, film, dan lainnya yang mengandung daya penalaran yang mampu membuat siswa
terangsang untuk berfikir, menganalisis dan berkembang lebih lanjut.6
Penggunaan Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah dapat di artikan sebagai ‘perantara’. Lesle J. Briggs (1979)
menyatakan bahwa media pembelajaran sebagai “the physicalmeans of conveying
instructional content…..book, films, videotapes, ect.” Lebih jauh briggs menyatakan media
adalah “alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.
Sementara itu, mengenai evektivitas media, Brown (1970) mengaris bawahi bahwa media
yang digunakan guru atau siswa dengan baik dapat memengaruhi evektivitas program belajar
mengajar. Dari pendapat diatas, dapat dikembangkan beberapa pemahaman tentang posisi
5
media serta peran dan kontribusinya dalam kegiatan pembelajaran ataupun kegiatan
pendidikan dan pelatihan.
Media merupakan sarana prasanan dalam pengajaran. Media merupakan alat bantu
untuk memudahkan dalam menerapkan materi dan muatan kurikulum, sehingga lebih mudah
dimengerti atau dipahami peserta didik. Pemakaian media dalam proses belajar mengajar
perlu dilaksanakan oleh pendidik agar apa yang disampaikannya dapat memiliki makna dan
arti penting bagi peserta didik.
Ketepatan memilih alat media, menurut subandiyah dalam Asrori, merupakan tuntutan
bagi seorang pendidik agar proses belajar-mengajar bisa berjalan sebagaimana mestinya dan
tujuan pengajaran atau pendidikan dapat tercapai dengan baik. Di samping itu, penetapan
media dan sarana prasarana penilaian itu harus didasarkan pada kesesuaian bahan dengan
tujuan dan kesesuaian bahan dengan landasan psikologis belajar maupun perkembangan
peserta didik.7

B. Penerapan Strategi dan Model-Model Pembelajaran


Secara moral berbagai persoalan yang timbul sebagai akibat dari kemajuan merupakan
tanggung jawab kalangan dunia pendidikan untuk mencari solusinya melalui strategi
pembelajaran yang efektif dan efisien. Secara sosiologis ada beberapa strategi pembelajaran
yang diperkirakan dapat mengatasi permasalahan tersebut. Di antaranya, kalangan dunia

6
Ibid. hal 135
7
Mohammad Asrori, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab di Pesantren, Malang: UIN Maliki
Press, 2013, Hal. 246-247.

6
pendidikan perlu merumuskan visinya yang jelas terhadap penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran.
Jika visi tentang lulusan lembaga pendidikan telah disepakati, maka konsekuensinya
perlu dirumuskan kembali konsep kurikulum yang lebih berorientasi pada konstruksi sosial,
yaitu kurikulum yang dirancang dalam rangka melakukan perubahan sosial. Kurikulum
semacam ini dinamis, karena apa yang dirancang akan disesuaikan dengan tuntutan
perubahan sosial. Jika pandangan kurikulum yang bersifat integratif tersebut telah dipilih,
maka tahap selanjutnya adalah perlu diikuti oleh proses belajar mengajar yang strateginya
lebih berorientasi pada murid, siswa, atau mahasiswa.
Dalam menerapkan kurikulum, diperlukan strategi pembelajaran yang jitu agar tujuan
kurikulum tercapai. Strategi sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan kurikulum
tersebut. Strategi pembelajaran adalah pola umum untuk mewujudkan proses belajar
mengajar. Secara operasional srategi pembelajaran adalah prosedur dan metode yang
6
ditempuh oleh dosen (pengajar) untuk memberikan kemudahan bagi siswa (peserta
didik) melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Suatu strategi pembelajaran merupakan suatu sistem menyeluruh yang terdiri dari lima
variabel, yakni tujuan pembelajaran, materi pelajaran, metode dan tehnik mengajar,
siswa/mahasiswa, guru/tenaga kependidikan lainnya, dan logistik/unsur penunjang.
Ada beberapa jenis strategi pembelajaran yang dapat ditawarakan sebagai pilihan dalam
merancang strategi pembelajaran yang selanjutnya dituangkan dalam kurikulum yang terdiri
dari:
 Latihan dan praktik yang bertujuan membantu mahasiswa peserta didik untuk menguasai
keterampilan secara tepat serta prilaku yang cepat dan otomatik.
 Sinektik yang bertujuan untuk menciptakan kelas menjadi masyarakat intelektual yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan prilaku kreatif.
 Yurisprudential yang bertujuan membantu peserta didik memiliki pendirian yang mantap
mengenai masalah-masalah sosial politik.
 Diskoveri-inkuiri yakni suatu prosedur yang meitikberatkan pada belajar individual,
manipulasi objek-objek eksperimen, dan pengambilan kesimpulan.
 Modifikasi tingkah laku yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku dengan cara
menempatkannya dalam kondisi yang terkontrol dan kemudian dimanipulasi.

7
 Paket kegiatan belajar yang berasaskan akuntabilitas, kesadaran siswa, belajar individual,
dan menyediakan variasi-variasi, visual, cara-cara belajar dan waktu belajar.
 Pembelajaran kelompok kecil melalui teknik klinis, menitikberatkan kepada
tanggungjawab belajar pada diri peserta didik sedangkan pengajar bertindak sebagai nara
sumber.
 Pembelajaran berprogram yakni suatu pembelajaran dimana peserta didik belajar sendiri
untuk mencapai tujuan tingkah laku berdasarkan materi pelajaran yang telah disiapkan
sebelumnya.
 Pengajaran dengan contoh yang dilaksanakan dalam bentuk demonstrasi, ilustrasi, dan
modelling.
 Simulasi yang berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku dan dilaksanakan dalam
bentuk latihan simulasi untuk mengembangkan keterampilan produktif dan keterampilan
reproduktif. Strategi ini dilaksanakan dalam bentuk permainan simulasi, studi kasus,
bermain peran. 8
Metode-metode mengajar secara garis besar dapat dibedakan dalam dua kelompok,
yaitu pembelajaran terori dan pembelajaran praktik. Pembelajaran teori dibedakan pula antara
pembelajaran ekspositori, seperti ceramah, tanya jawab, dan demontrasi. Pembelajaran
kelompok seperti: diskusi, diskusi panel, kerja kelompok, simulasi, bermain peran, dan
seminar, dan pembelajaran berbuat, seperti: esperimen, pengamatan, penelitian sederhana,
dan pemecahan masalah.
Adapun pembelajaran praktik dapat dibedakan antara pembelajaran praktik di
sekolah dan praktik di lingkungan kerja. Pembelajaran praktik berkenaan dengan
pengembangan kompetensi vokasional dan keterampilan psikomotorik di luar keterampilan
intelektual. Sesungguhnya pembelajaran berbuat juga sudah merupakan pembelajaran
praktik, tetapi lebih berfokus pada praktik aplikasi dari penguasaan keterampilan intelektual,
walaupun aplikasi keterampulan sosial dan fisik-motorik juga terkait.9

C. Kualitas dan Kinerja Guru


Guru mempunyai peranan yang penting dalam implementasi kurikulum. Peran guru
tersebut terutama dalam menjadikan kurikulum sebagai sesuatu yang aktual (actual

8
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakakarya,
cet.ke-5, 2012, Hal. 163
9
Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih, Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi, Bandung:
PT Refika Aditama, 2012, Hal. 168

8
curriculum) dalam kegiatan pembelajaran. Altirchter (2005:9) menyebutkan tiga faktor
penting dari guru sebagai faktor-faktor yang membatasi implementasi kurikulum, yaitu
(1) competencies and attitude; (2) decision-making participation; and (3) quality of collegial
relationship. Ketiga faktor yang dikemukakan Altirchter tersebut menunjuk pada kompetensi,
baik kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian maupun
kompetensi sosial. Partisipasi dalam pengambilan keputusan menunjuk pada kemampuan
partisipatif guru dalam pengambilan keputusan, baik pengembangan kurikulum maupun
pembelajaran. Demikian juga dengan kualitas hubungan kolegial di sekolah dengan sesama
guru. Kualitas hubungan kolegial tersebut penting untuk memperkuat kemampuan parsisipatif
guru. Bennie & Newstead (2005:4) menyebutkan bahwa teachers’ content knowledge
merupakan salah satu faktor rintangan dalam implementasi kurikulum baru. Melalui
penelitian yang mereka lakukan, ditemukan bahwa teacher content knowledge does influence
classroom instruction and the richness of learners’ mathematical experiences.
Hasil penelitian tersebut memperkuat proposisi mengenai peran pengetahuan
konseptual guru yang melandasi bahan ajar. Guru sudah harus memiliki pengetahuan
konseptual yang kuat, baik konten bidang studi maupun pengetahuan konseptual pedogogik
dan pembelajaran. Penguasan konten pedagogik dan keilmuan bidang studi akan memperkuat
kemampuan guru dalam mengembangkan silabus, bahan ajar, dan pendekatan-pendekatan
metodologis pembelajaran. Pengembangan kemampuan guru untuk implementasi kurikulum
baru memerlukan suatu manajemen kuat dan baik yang mencakup pengembangan
kompetensi, baik kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian maupun sosial. Terdapat
beberapa aspek yang memerlukan tata kelola atau manajemen yang baik, yaitu perencanaan
dalam pembinaan dan pengembangan kompetensi, pemanfaatan dan pendayagunaan,
monitoring dan evaluasi, serta manajemen sistem pendukung baik regulasi, sarana dan
prasarana, maupun dukungan finansial. 10
Jujur harus dikatakan bahwa proses pembelajaran dan pembetukan karakter akan
menghasilkan manfaat besar jika didasarkan pada bimbingan wahyu Tuhan. Sebab rasio
manusisa bukan nomor satu tapi nomor dua setelah wahyu. Di sisi lain juga harus
meniscayakan cara – cara pembelajaran yang penuh kelembutan, kasih sayang, kedekatan dan

10
Deitje Adolfien Katuuk, Manajemen Implementasi Kurikulum: Strategi Penguatan
Implementasi Kurikulum 2013, Cakrawala Pendidikan, Februari 2014, Th. XXXIII, No.
1

9
sikap – sikap yang simpatik, karena itu factor sosio-geografis sangat berpengaruh dalam
situasi pembelajaran.
a. Menjadi Guru Yang Berkualitas
1) Guru harus memiliki profesionalisme di bidangnya.
2) Guru harus mempersiapkan bahan ajar
3) Guru harus dapat menyampaikan materi dengan jelas.
4) Guru harus dapat mengelola kelas
5) Guru harus melakukan evaluasi
6) Guru harus dapat berhubungan baik dengan orang tua siswa.

b. Kriteria Guru Berkualitas:


1) Selalu punya energi untuk siswanya.
2) Punya tujuan jelas untuk Pelajaran
3) Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif.
4) Punya keterampilan manajemen kelas yang
5) Bisa berkomunikasi yang Baik dengan Orang Tua
6) Punya harapan yang tinggi pada
7) Pengetahuan tentang Kurikulum. 11
Menurut Nata, secara garis besar ada tiga ciri-ciri profesionalisme seorang guru,
yaitu:
a. Seorang guru yang profesional harus menguasai bidang ilmu pengetahuan yang akan
diajarkannya baik. Ia benar-benar seorang ahli dalam bidang ilmu yang diajarkannya.
Selanjutnya karena pengetahuan apa pun selalu mengalami pekembangan, maka seorang
guru profesional juga harus terus-menerus meningkatkan dan mengembangkan ilmu
yang diajarkan, sehingga mereka tidak ketinggalan zaman. Untuk dapat melakukan
peningkatan dan pengembangan ilmu yang diajarkannya itu, seorang guru dengan
menggunakan berbagai macam metode.
b. Seorang guru profesional harus memiliki kemampuan menyampaikan atau mengajarkan
ilmu yang dimilikinya (transfer of knowlede) kepada murid-muridnya secara efektif dan
efisien. Untuk ini, seorang guru harus memiliki ilmu keguruan.

11
Apriliakartiana.sumber daya pendukung keberhasilan
kurikulum.http://apriliakartiana.blogspot.com

10
c. Seorang guru yang profesional harus berpegang teguh kepda kode etik profesional. Kode
etik disini lebih dikhususkan lagi tekanannya, pada perlunya memiliki akhlak yang
mulia. Dengan akhlak yang demikian, maka seorang guru akan dijadikan panutan,
contoh, dan teladan. Dengan demikian ilmu yang diajarkan atau nasihat yang
diberikannya kepada para siswa akan didengarkannya dan dilaksanakannya dengan
baik. Imam al-ghazali mengatakan bahwa seorang guru yang menyampaikan ilmu
pengetahuan harus berhati bersih, berbuat dan bersikap yang terpuji. Lebih lanjut al-
Ghazali mengatakan bahwa guru harus bersikap sebagai pengayom, berkasih sayang
terhadap murid-muridnya, dan hendaknya memperlakukan mereka seperti anak sendiri.
Guru harus selalu megontrol, menasihati, memberikan pesan-pesan moral tentang ilmu
dan masa depan anak didiknya dan tidak membeiarkan mereka melanjutkan pelajarannya
kepda yang lebih tinggi sebelum menguasai pelajaran sebelumnya dan memiliki akhlak
yang mulia. Keseimbangan perkembangan keilmuan (akal) dan akhlak (budi pekerti)
merupakan hal yang harus selalu dikontrol oleh guru.12
Pekerjaan professional dapat diselenggarakan dengan baik dan berhasil jika guru
memiliki kemampuan-kemampuan yang sesuai dengan tuntutan tugas dan perannya.
Pengertian kemampuan (competency) Jhonson dalam hal ini merumuskan sebagai berikut: A
competency as rational performance which satifactory meets the objectives for a desired
condition. Rational berarti si pelaku mempunyai arah dan tujuan tertentu setelah melalui
berbagai pertimbangan. Performance berarti tingkah laku, baik yang dapat diamati maupun
yang tidak dapat diamati. Satifactorily berarti kemampuan itu kuat dan memadai untuk
mencapai tujuan. Objectivesberarti sesuatu yang menunjukkan pada hasil-hasil yang
diharapkan. A desired condition berarti keadaan dimana tingkah laku itu diinginkan.
Keberhasilan pelaksanaan tugas dan peranan guru banyak ditentukan oleh faktor
kemampuan yang dimilikinya. Karena itu, guru harus mampu melaksanakan tanggung jawab
untuk mengembangkan kognitif siswa, yang berkenaan dengan perkembangan intelektual,
tanggung jawab mengembangkan hubungan sosial para siswa dan tanggung jawab
mengembangkan aspek kepribadian siswa khususnya yang berkenaan dengan perkembangan
emosional. Pelaksanaan tanggung jawab ini membutuhkan kemampuan profesional yakni
yang berkenaan dengan kemampuan dalam proses belajar-mengajar. Kemampuan sosial
dengan para siswa, dan kemampuan ini penting maknanya kepribadian terutama aspek sikap

12
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, Jakarta: Penerbit Kencana, Cet. Ke-5, 2012, Hal. 163-164.

11
dan nilai, yang berfungsi membantu pelaksanaan pengajaran, bahkan merupakan salah satu
komponen dalam kemampuan profesional itu. 13

D. Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum


Menurut Websterns dalam Rindang (2014:2-3) monitoring atau pemantauan yaitu
kegiatan yang dilakukan untuk mengecek penampilan dan aktifitas yang dikerjakan. Kegiatan
monitoring terhadap pelaksanaan kurikulum pada dasarnya dimaksudkan untuk mengetahui
sampai di mana kurikulum baru itu telah dilaksanakan di sekolah-sekolah dan persoalan-
persoalan apa yang dirasakan di dalam melaksanakan kurikulum tersebut. Dengan kata lain,
kegiatan monitoring ini sebenarnya merupakan kegiatan mengikuti jalannya pelaksanaan
kurikulum di sekolah pada tahun-tahun permulaan ditetapkannya kurikulum tersebut.
Sasaran di dalam kegiatan monitoring ini lebih dipusatkan pada pemantauan
terhadap kelancaran proses pelaksanaan kurikulum serta sarana yang diperlukan di dalam
kegiatan pelaksanaan tersebut. Segi hasil belajar murid tidak menjadi sasaran utama di dalam
kegiatan monitoring ini. Untuk mengumpulkan keterangan di dalam pelaksanaan monitoring
tersebut dapat digunakan wawancara, observasi maupun angket untuk para
pelaksana.Monitoring dilakukan pada tahun-tahun permulaan dilaksanakanna kurikulum baru
di sekolah-sekolah, dimana kegiatan ini dilakukan oleh pihak pengembang kurikulum untuk
mengambil tindakan guna memperlancar penyebaran dan pelaksanaan kurikulum di sekolah-
sekolah.
Hal-hal yang dijadikan sebagai sasaran pemantauan adalah:
 Persiapan pelaksanaan kurikulum yang meliputi lahan, kegiatan dan prasarana, tenaga,
jadwal dan waktu, biaya, dan unsur penunjang lainnya.
 Pelaksanaan kurikulum yang terdiri dari program kegiatan, metode/prosedur, diklat,
media pendidikan, bimbingan dan pelayanan, penilaian, permasalahan, dan hambatan,
sumber-sumber materi ajaran serta penggunaan lainnya.
 Hasil pelaksanaan kurikulum atau hasil diklat, yang terdiri dari jumlah lulusan dan
kualitas lulusan dan produktivitas serta dampak program pendidikan.
 Tindak lanjut pemanfaatan diklat, yang terdiri dari penempatan dan penyebarluasan
lulusan, bidang tugas lokasi, pada lembaga apa, siapa pembina/pengawasnya, tempat
tinggalnya, respon masyarakat dan lain-lain. 14

13
Oemar Hamalik, manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet.
Ke-5, 2012
14
Oemar Hamalik, manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet.
Ke-5, 2012, Hal. 219-221

12
Cara pelaksanaan pemantauan (monitoring) terhadap kurikulum dapat dilakukan melalui
dua cara yaitu cara langsung dan tidak langsung. Kedua cara tersebut dilakukan dengan
seperangkat kegiatan monitoring yang sama yaitu kegiatan ang berkaitan dengan
mengumpulkan, mencatat, mengolah informasi dan pelaksanaan suatu proyek; kemudian
dituangkan dalam suatu laporan monitoring.
1. Pemantaun Langsung
Pengertian pemantauan langsung adalah pemantauan yang dilakukan dengan cara
mengunjungi lokasi proyek. Memantau pelaksanaan pembelajaran adalah kegiatan
monitoring yang menyertakan proses pengumpulan, penganalisisan, pencatatan, pelaporan,
dan penggunaan informasi manajemen tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Fokus
kegiatan memantau pelaksanaan pembelajaran ada pada kegiatan dan tingkat capaian dari
perencanaan pembelajaran yang telah dibuat berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
Kegiatan pemantauan pelaksanaan pembelajaran berkaitan dengan penilaian terhadap
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan pengidentifikasian tindakan untuk memperbaiki
kekurangan dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. 15 Dengan cara demikian
petugas monitoring dapat secara bebas mengumpulkan informasi ang diperlukan. Agar
pengumpulan informasi dapat berjalan secara efesien maka diperlukan strategi pengumpulan
data yaitu;
1) Mempersiapkan instrument pengumpulan data ; misalnya dengan menyiapkan daftar
isi.
2) Menggali informasi pada orang-orang penting yang memegang posisi dalam
pelaksanaan kurikulum tersebut.
3) Melakukan pemantauan langsung ke lapangan dan petugas monitoring dapat mencatat
informasi yang diperlukan sesuai dengan kehendaknya (sesuai dengan tujuan
monitoring).
Berdasarkan pembahasan diatas dalam pelaksanaan monitoring secara langsung ini
terdapat kelebihan dan kelemahannya, kelebihan cara ini diantaranya sebagai berikut;
 Didapatkan data yang sesuai dengan yang dimaksudkan.
 Data yang dikumpulakan adalah data yang relative lebih akurat karena data dikumpulkan
sendiri oleh petugas monitoring dan merupakan data primer.
 Dengan cara langsung ini petugas bukan saja mengumpulan data tetapi juga dapat
memberikan saran-saran bila tidak sesuai dengan apa yang direncanakan.

15
Rusman, Manajemen...., h. 163.
13
Sedangkan kelemahan dari cara monitoring langsung ini antara kain dapat disebutkan ;
 Memerlukan biaya yang relative besar karena bukan saja factor jarak (tranformasi) tetapi
juga untuk mengirim petugas monitoring ke lokasi.
 Memerlukan ketelitian yang lebih, sebab dengan wawancara langsung, seringkali hasilnya
tidak sesuai bila petugas monitoring tidak pandai-pandai mengali data yang baikdan
benar.
2. Pemantauan Tidak Langsung.
Cara ini menghendaki petugas monitoring tidak perlu terjun langsung ke lokasi; tetapi
penggalian data dilakukan dengan cara mengirim seperangkat daftar isian untuk diisi oleh
orang lain di lokasi penelitian. Cara tidak langsung ini juga dapat dilakukan dengan
mengumpulkan data melalui laporan-laporan yang dibuat pimpinan pemantau.
Seperti halnya pemantauan langsung, cara ini pun masih terdapat kelebihan dan
kekurangannya, kelebihan dari cara ini yaitu ;
 Relative murah, karena petugas tidak perlu pergi ke tempat lokasi.
 Responden tidak perlu ragu-ragu atau malu dalam mengisi daftar isian. Dan juga bila
terdapat kritik atau saran maka dapat dituliskan secara bebas
 Pelaksanaannya relative mudah bil daftar isiantersebut dilengkapi dengan cara pengisian.
 Data yang dikumpulkan dapat sebanyak mungkin; sesuai yang dikehendaki tanpa ada
hambatan biaya yang berarti.
Sedangkan kelemahannya yaitu;
 Baik-buruknya data sulit dicek.
 Adanya perbedaan persepsi dalam pengisian daftar isian.
 Masalah muncul bila daftar isian jatuh pada responden yang serius mengisi daftar isian.
 Hasil isian tidak relative sesuai dengan kenyataan

14
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Kurikulum merupakan suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes)
yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Kurikulum ini bias berhasil tatkala didukung
berbagai aspek, yakni Manajemen sekolah yang merupakan proses dan instansi yang
memimpin dan membimbing penyelenggaraan pekerjaan sekolah sebagai suatu organisasi
dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Yg kedua
adalah sumber belajar yang merupakan salah satu komponen yang membantu dalam proses
belajar mengajar. Sumber belajar tidak lain adalah daya yang dapat dimanfaatkan guna
kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian
atau secara keseluruhan.
Media juga tak kalah penting, media merupakan sarana prasarana dalam pengajaran.
Selain media juga ada metode-metode mengajar yang secara garis besar dapat dibedakan
dalam dua kelompok, yaitu pembelajaran terori dan pembelajaran praktik yang juga didukung
penerapan strategi dan model-model pengajaran yang sesuai.
Guru mempunyai peranan yang penting dalam implementasi kurikulum. Peran guru
tersebut terutama dalam menjadikan kurikulum sebagai sesuatu yang aktual (actual
curriculum) dalam kegiatan pembelajaran.begitu juga dengan kegiatan monitoring juga
sangat diperlukan dalam rangka mengevaluasi dan menindak lanjuti hasil penerapan
kurikulum tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aan Komariah. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara.

Abuddin Nata.2012. Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di


Indonesia, Jakarta: Penerbit Kencana
Sukmadinata, Nana. 2011. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rindang Prakasiwi, dkk. 2014. Monitoring dan Evaluasi Kurikulum. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Deitje Adolfien Katuuk, Manajemen Implementasi Kurikulum: Strategi Penguatan Implementasi
Kurikulum 2013, Cakrawala Pendidikan, Februari 2014, Th. XXXIII, No. 1
Forum Mangunwijaya, Kurikulum yang Mencerdaskan: Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif,
Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
Muhaimin dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Menyusun Rencana Pengembangan
Sekolah, Jakarta: Penerbit Kencana, Cet. Ke 4, 2012.
Mohammad Asrori, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab di Pesantren, Malang: UIN Maliki
Press, 2013.
Nasution, Kurikulum & Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, cet. Ke-7, 2012.
Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih, Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi,
Bandung: PT Refika Aditama.
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakakarya,
cet.ke-5, 2012.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT Remaja Grafindo Persada.

16
17

Anda mungkin juga menyukai