Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ORGANISASI KURIKULUM
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Kurikulum PBA
yang diampu oleh Dr. Muhammad Zaini, M.A.

Oleh:
Diana Fatimatu Zahro’
NIM. 126202201013

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MARET 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah dengan judul Organisasi Kurikulum
dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan bagi mahasiswa, dosen, dan pembaca terkait tentang Organisasi
Kurikulum. Makalah ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan terperinci
sehingga pola pikir mahasiswa, dosen, dan pembaca sekalian dapat terbuka dan
terarah dengan baik.
Disadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritik membangun dari berbagai
pihak demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Tak lupa disampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah turut berpartisipasi dalam penyusunan
dan penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.

Tulungagung, Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .. ....................................................................................... ..1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Organisasi Kurikulum ..................................................................3
B. Prosedur Pengorganisasian Kurikulum ..........................................................4
C. Jenis-jenis Organisasi Kurikulum ..................................................................7
D. Hubungan Antar Bentuk Kurikulum ..............................................................20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................24
B. Saran ...............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organisasi merupakan asas yang sangat penting bagi proses
pengembangan kurikulum dan berhubungan erat dengan tujuan
pembelajaran, sebab menentukan isi bahan pembelajaran, menentukan cara
penyampaian bahan pembelajaran, menentukan bentuk pengalaman yang
akan disajikan kepada terdidik dan menentukan peranan pendidik dan
terdidik dalam implementasi kurikulum. Sedangkan kurikulum merupakan
suatu hal yang sangat diperlukan dalam dunia persekolahan. Tanpa adanya
kurikulum dapat dipastikan proses pendidikan tidak akan terarah dan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Guru akan kesulitan menggambarkan
urutan dan ruang lingkup materi pembelajaran yang mereka ambil, proses
pembelajaran yang diselenggarakan, alat/media yang digunakan, penilaian
yang perlu dilakukan, dll.
Salah satu aspek yang perlu dipahami dalam pengembangan
kurikulum adalah aspek-aspek yang berkaitan dengan organisasi
kurikulum. Organisasi kurikulum berkaitan dengan organisasi bahan
pelajaran, yang pada gilirannya berdampak pada masalah administrasi
pelaksanaan proses pembelajaran. Selain itu, organisasi kurikulum erat
kaitannya dengan penataan bahan pelajaran dalam kurikulum, sedangkan
sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya, nilai sosial,
aspek peserta didik dan masyarakat serta ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kemudian organisasi kurikulum yang tidak kalah pentingnya
menentukan peran guru dan siswa dalam pengembangan kurikulum.
Dengan demikian, jika setiap guru dan siswa dapat melaksanakan

1
kurikulum secara efektif dan efisien, maka tujuan pendidikan akan tercapai
dengan maksimal
Organisasi kurikulum terdiri dari mata pelajaran tertentu yang
secara tradisional bertujuan menyampaikan kebudayaan atau sejumlah
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus diajarkan kepada anak-
anak. Setiap organisasi kurikulum memiliki keunggulan dan kelemahan
masing-masing baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Implementasi
kurikulum dipengaruhi dan bergantung kepada beberapa faktor terutama
guru, kepala sekolah, sarana belajar dan orang tua murid. Oleh sebab itu
makalah ini akan menjabarkan lebih mendalam mengenai berbagai hal
yang berhubungan dengan organisasi kurikulum . Dengan begitu pembaca
nantinya diharapkan tidak hanya mengetahui dan mengerti penjelasan
mengenai apa itu organisasi kurikulum, namun juga mampu
mengaplikasikannya.

B. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian organisasi kurikulun?
B. Bagaimana prosedur pengorganisasian kurikulum?
C. Sebutkan jenis-jenis kurikulum?
D. Jelskan hubungan antar bentuk kurikulum?

C. Tujuan Penulisan
A. Untuk mengetahui pengertian organisasi kurikulum.
B. Untuk mengetahui prosedur pengorganisasian kurikulum.
C. Untuk mengetahui jenis-jenis kurikulum.
D. Untuk mengetahui hubungan antar bentuk kurikulum.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Kurikulum


Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan
kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mmpelajari
bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan
belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.1 Hal
senada juga dikemukakan Burhan bahwa organisasi kurikulum merupakan
struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-
program pembelajaran yang disampaikan kepada peserta didik guna
tercapainya tujuan penidikan atau pembelajan yang ditetapkan.2
Struktur program kurikulum dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu vertikal dan horizontal. Dimensi horizontal berkaitan dengan
penyusunan dari lingkup isi kurikulum, sedangkan dimensi vertikal
berkenaan dengan penyusunan sequens bahan berdasarkan urutan tingkat
kesukaran.3 Pengorganisasian arah vertikal berkaitan dengan pengaturan
materi pembelajaran secara kontinuitas pendalaman materi pelajaran, dan
materi dasar secara sekuensial menuju materi lanjutan sesuai kurikulum
yang diajarkan.4
Organisasi kurikulum merupakan asas yang sangat penting bagi
proses pengembangan kurikulum dan berhubungan erat dengan tujuan
pembelajaran, sebab menetukan isi bahan pembelajaran, menentukan cara
penyampaian bahan pembelajaran, menentukan bentuk pengalaman yang

1
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 60.
2
Burhan Nurgiyantoro, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: Sebuah
Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan, (Yogyakarta: BPFG, 1988), hlm. 111.
3
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 113.
4
Agus Zaenul Fitri, Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam dari Normatif-Filosofis ke
Praktis, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 149.

3
akan di sajikan kepada terdidik dan menentukan peranan pendidik dan
terdidik dalam implementasi kurikulum. Organisasi kurikulum terdiri dari
mata pelajaran tertentu yang secara tradisional bertujuan menyampaikan
kebudayaan atau sejumlah pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang harus
diajarkan kepada anak-anak. Setiap organisasi kurikulum memiliki
keunggulan dan kelemahan masing-masing baik yang bersifat teoritis
maupun praktis. Implementasi kurikulum di pengaruhi dan bergantung
kepada beberapa faktor terutama guru, kepala sekolah, sarana belajar dan
orang tua murid.5

B. Prosedur Pengorganisasian Kurikulum


Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam organisasi
kurikulum diantaranya:
1. Ruang lingkup (scope) dan urutan bahan (sequence)
Setiap pola kurikulum memiliki ruan lingkupa materi pelajaran
yang berbeda. Organisasi kurikulum berdasarkan mata pelajaran lingkup
materi pelajarannya cenderung menyajikan bahan pelajaran yang
bersumber dari kebudayaan dan informasi atau pengetahuan hasil temuan
masa lalu yang telah tersusu secara logis dan sistematis. Sementara itu,
organisasi kurikulum integritas lingkup materi pelajarannya diambil dari
masyarakat maupun dari aspek siswa (minat, bakat, dan kebutuhan). Tidak
hanya lingkup materi pelajaran yang harus diperhatikan dalam organisasi
kurikulum, tetapi bagaimana urutan bahan tersebut harus disajikan dalam
kurikulum.
2. Kontinuitas Kurikulum
Yang perlu diperhatikan aalah substansi bahan yang dipelajari siswa,
jangan sampai terjadi pengulangan ataupun loncat-loncat yang tidak jelas
tingkat kesukarannya. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah
5
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi dan Inovasi,
(Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 61.

4
pendekatan spiral, artinya materi yang dipelajari siswa semakin lama
semakin mendalam yang dikembangkan berdasar keluasan secara vertikal
maupun horizontal.
3. Keseimbangan bahan pelajaran
Semakin dinamis perubahan dan perkembangan dalam ilmu
pengetahuan, sosial budaya, maupun ekonomi akan berpengaruh terhadap
dimensi kurikulum. Ada dua aspek yang perlu diperhatikan dalam
keseimbangan pada organisasi kurikulum, yaitu keseimbangan terhadap
substansi bahan atau sistem kurikulum, dan keseimbangan yang berkaitan
dengan cara atau proses belajar.
4. Alokasi waktu
Hal yang tidak kalah pentingnya untuk dipertimbangkan dalam
organisasi kurikulum adalah tentang alokasi waktu.
Setiap organisasi kurikulum ditandai oleh ciri-ciri tertentu, yang
bersifat asasi yang dapat membedakannya dari organisasi lain. Disamping
adanya ciri yang membedakan setiap organisasi, terdapat ciri lain yang
bersifat esensial, tetapi ciri tersebut tidak terikat kepada satu jenis
organisasi lainnya. Sebagai contoh ciri esensial kurikulum activity, ialah
bahwa setiap aktifitas direncanakan secara kooperatif, ciri ini juga berlaku
bagi organisasi core curriculum, bahkan ada pada sparated subject
curriculum. Oleh karena itu ciri esensial bukan untuk membedakan jenis-
jenis organisasi kurikulum. Setiap organisasi kurikulum memiliki
kekhasan sendiri, memiliki tuntutan sendiri seperti tuntutan terhadap guru,
alat pelajaran, administrasi sekolah dan tuntutan lain untuk melaksanakan
kurikulum tersebut.

Hamalik berpendapat di dalam bukunya Muhammad Zaini,


pengorganisasian kurikulum terdapat beberapa prosedur yang meliputi6 :

6
Muhammad Zaini, 2009, Pengembangan Kurikulum; Konsep Implentasi dan Inovasi,
Teras:Yogyakarta, hal 65.

5
1. Prosedur Pembelajaran

Pemilihan isi kurikulum didasarkan atas materi yang terkandung di


dalam buku pelajaran atau sejumlah buku pelajaran yang telah di pilih oleh
sebuah panitia tertentu.

2. Prosedur survei pendapat


Pemilihan dan pengorganisasian isi kurukulum di lakukan dengan
jalan mengadakan survei atau penelitian terhadap pendapat berbagai
pihak.
3. Prosedur studi kesalahan
Prosedur ini di laksanakan dengan jalan mengadakan analisis
terhadap kesalahan, kekeliruan, kelemahan atau kebaikan atas hasil-
hasil atau pengalaman kurikuler.
4. Prosedur mempelajari kurikulum lainnya
Prosedur ini dapatdisamakan dengan metode tambal sulam dengan
mempelajari metode sekolah lain, guru atau sekolah dapat menetapkan
atau menentukan isi kurikulum untuk sekolahnya sesuai dengan tujuan.
5. Analisis kegiatan orang dewasa
Melalui prosedur ini terlebih dahulu di adakan studi terhadap
kegiatan-kegiatan dalam kehidupan untuk menemukan sejumlah
kegiatan yang di perkirakan berguna untuk di pelajari oleh para siswa
di sekolah. Kegiatan yang di analisis adalah yang berkenaan dengan
pekerjaan atau jabatan.
6. Prosedur fungsi sosial
Prosedur ini bertalian dengan prosedur analisis kegiatan
masyarakat. Masyarakat melakukan banyak fungsi social dalam
kehidupannya yang bermacam ragam dan bentuknya, dan berada
dalam daerah kehidupan tertentu, fungsi yang telah di tentukan, di
klasifikasikan menjadi sejumlah area of living.
7. Prosedur minat kebutuhan

6
Menurut prosedur ini, minat dan kebutuhan juga melibatkan
persistent problem, tetapi scope dan sequence-nya di dasarkan atas
siswa dan berkenaan dengan fungsi-fungsi personal dan sosial.

C. Jenis-jenis Organisasi Kurikulum


Di dalam studi kurikulum dikenal beberapa bentuk organisasi
kurikulum yang memiliki ciri tersendiri, dan tampaknya mengalami proses
perkembangan secara berurutan sejalan dengan berbagai penemuan baru
dalam ilmu kurikulum. Bentuk yang paling dikenal dan sangat meluas
pemakaiannya adalah subject ciriculum. Subject berarti mata
pelajaran. Subject jangan dikacaukan dengan subject matter yang berarti
bahan pelajaran. Setiap kurikulum mempunya subject matter/ mempunyai
bahan pelajaran tertentu. Jadi subject curriculum berarti kurikulum yang
terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Atau dalam bahasa lain
disebut subject centered curiculum artinya kurikulum yang berpusat pada
mata pelajaran. Karena mata pelajaran umumnya disampaikan secara
terpisah-pisah, maka disebut juga dengan separate subject curriculum.
Bentuk kurikulum tersebut banyak mendapat kritikan dari para
ahli. Diantara beberapa kritikannya adalah subject curriculum memberi
pengalaman kepada siswa yang lepas-lepas, atomistis, fragmentaris,
peserta didik hanya pasif, dan ada juga yang mengkritik
bahwa subject curriculum terlampau mengutamakan pengalaman umat
manusia yang lampau, yakni kebudayaan yang diwariskan oleh nenek
moyang yang dituangkan dalam bentuk mata pelajaran sehingga
pengetahuan peserta didik hanya bersifat verbalistik. Dari berbagai
kritikan tersebut, kemudian lahirlah bentuk-bentuk kurikulum baru yang
dirumuskan oleh para ahli diantaranya integrated curriculum, activity
curriculum, experience curriculum, life curriculum, core curriculum, dan
lain sebagainya.

7
Untuk lebih jelasnya akan kita bahas beberapa bentuk dari
organisasi kurikulum tersebut:7
1. Mata Pelajaran Terpisah (Subject Curriculum)
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai
macam mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sama lain, terlepas, dan
tidak mempunyai kaitan sama sekali sehingga banyak jenis mata pelajaran
menjadi sempit ruang lingkupnya. Tujuan bentuk kurikulum ini adalah
agar generasi muda mengenal hasil-hasil kebudayaan dan pengetahuan
umat manusia yang telah dikumpulkan selama berabad-abad, agar mereka
tak perlu mencari dan menemukan kembali apa yang telah diperoleh
generasi sebelumnya.8 Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah-
pisah lebih bersifat subject centered (berpusat pada bahan pelajaran),
daripada child centered (berpusat pada minat dan kebutuhan peserta
didik). Kurikulum bentuk ini disusun berdasarkan pandangan ilmu jiwa
asosiasi,9 yaitu yang mengharapkan terjadinya kepribadian yang bulat
berdasarkan potongan-potongan pengetahuan. Berdasarkan pandangan
ilmu jiwa tersebut kepribadian yang utuh dapat dibentuk berdasarkan
sejumlah pengetahuan yang diperoleh secara terpisah. Dari segi ini jelaslah
kiranya bahwa kurikulum bentuk terpisah sangat menekankan pada
pembentukan intelektual yang kurang mengutamakan pembentukan
kepribadian peserta didik secara keseluruhan.
Dalam proses pembelajaran bentuk kurikulum ini cenderung aktivitas
siswa tidak diperhatikan bahkan diabaikan, karena yang dianggap penting
adalah supaya sejumlah informasi sebagai bahan pelajaran dapat diterima
7
Sukiman, Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi, (Bnadung: Remaja Rosdakarya,
2015), hlm. 58-72.
8
Rusman, Manajemen Kurikulum…, hlm. 62.
9
Teori ini dirintis oleh John Lock dan Herbart. Menurut teori ini belajar adalah
mengambil tanggapan-tanggapan dan menggabung-gabung tanggapan dengan jalan mengulang-
ulang. Yang dimaksud tanggapan di sini adalah suatu lukisan yang timbul dalam jiwa sesudah
diadakan pengamatan atau penginderaan. Tanggapan yang telah ada saling berhubungan, yang
baru bertemu dengan cara menggabungkan (mengasosiasikan diri) dengan tanggapan lama.
Penggabungan itu menyebabkan adanya penarikan dari tanggapan-tanggapan yang sudah ada.

8
dan dihafal oleh siswa. demikian pula bahan pelajaran yang dipelajari
siswa umumnya tidak actual karena tidak sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat.
Secara fungsional kurikulum bentuk ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan tersebut diantaranya:10
a) Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis.
Menurut pengertiannya subject itu adalah hasil pengalaman umat
manusia pada masa lampau yang tersusun secara logis sistematis. Tiap
mata pelajaran mengandung sistematik tertentu. Maksudnya mulai dari
yang sederhana sampai pada yang kompleks atau dari yang dasar sampai
pada pengembangan. Misalnya matematika, diuraikan dari yang sederhana
sampai yang rumit, dari contoh-contoh kepada dalil-dalil. Sejarah disusun
dari zaman purba sampai sekarang, geografi membahas yang terdekat
sampai pada yang jauh, dsb.
b) Organisasinya sederhana dan tidak terlalu sulit untuk
direncaakan dan dilaksanakan.
Begitupula scope dan sequencenya tidak menimbulkan kesulitan
yang berarti. Scope maksudnya menentukan jumlah dan jenis mata
pelajaran yang harus disajikan oleh sekolah. Sequence maksudnya
menentukan urutan mata pelajaran yang harus diberikan dalam tiap kelas.
Dalam menentukan kurikulum ini banyak pula bantuan dari buku-buku
pelajaran yang telah diakui kwalitasnya sehingga lebih memudahkan
menentukan scope dan sequen pada mata pelajaran di tiap kelas.
c) Kurikulum ini mudah dievaluasi dan dites
Kurikulum ini terutama bertujuan menyampaikan sejumlah
pengetahuan, pengertian, dan kecakapan-kecakapan tertentu yang mudah
diilai dengan ujian atau tes. Ada kalanya bahan pelajaran ditentukan untuk
lingkup tertentu, misalnya kabupaten, atau bahkan nasional sehingga dapat
dilakukan ujian yang sifatnya bertaraf nasional.

10
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum…, hlm. 181-184.

9
d) Dapat digunakan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi
Boleh dikatakan mayoritas pendidikan dasar sampai pendidikan
tinggi sekarang masih menggunakan bentuk kurikulum ini.
e) Kurikulum ini telah dipakai berabad-abad lamanya dan sudah
menjadi tradisi
Kurikulum ini telah digunakan dan diterima baik oleh generasi-
generasi lalu sehingga mendapat dukungan dari orangtua dan guru. Orang
cenderung susah untuk menerima perubahan dalam organisasi kurikulum
yang sudah bertahan cukup lama.
f) Kurikulum ini lebih memudahkan guru
Guru SMP atau SMA yang mendapat pendidikan di IKIP lebih
senang bekerja di sekolah yang mempunyai kurikulum yang sama seperti
apa yang mereka dapatkan di bangku kuliah. Guru-guru yang telah
mengajar bertahun-tahun dan telah menguasai bahan pelajaran
sepenuhnya, mereka tinggal mengulang-ulang saja tidak lagi perlu susah
payah atau tinggal rutinitas saja.
g) Kurikulum ini mudah diubah
Perubahan kurikulum dilakukan dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah, isi, atau jenis mata pelajaran sesuai dengan
permintaan zaman.
h) Organisasi kurikulum yang sistematis seperti yang dimiliki
oleh subject curriculum esensial untuk menafsirkan
pengalaman.
Organisasi serupa ini sangat menghemat waktu dan tenaga serta
member kemungkinan mempelajari sesuatu dalam waktu yang singkat apa
yang ditemukan dengan susah payah oleh para sarjana pada masa lalu.
Dilain sisi, banyak juga yang mengkritik bentuk kurikulum ini,
diantaranya Nana Sudjana, menurutnya kurikulum ini terlalu pragmatis
dan dikompertmantalisasi, pengabaian minat dan bakat peserta didik,
penyusunannya tidak efisien, pengabaian persoalan sosial, dan gagal untuk

10
mengembangkan kebiasaan mengembangkan berfikir kreatif.11 Senada
dengan Sudjana, Binti Maunah juga mengemukakan kelemahan kurikulum
ini, diantaranya.12
a) Bentuk mata pelajaran yang terpisah dengan lainnya, sebenarnya
tidak relevan dengan kenyataan sekarang ini, dan kurang mendidik
siswa/anak dalam menghadapi situasi kehidupan mereka.
b) Tidak memperhatikan masalah-masalah sosial kemasyarakatan
yang dihadapi siswa dalam kehidupan mereka sehari-hari, sebab
hanya berpedoman pada apa yang tertera dalam buku/teks.
c) Kurang memperhatikan faktor-faktor kejiwaan anak, karena pada
kurikulum ini hanya menyampaikan apa yang dialami manusia
pada masa terdahulu dalam bentuk yang sistematis dan logis.
Sebenarnya sesuatu yang logis belum berarti sesuai dengan
kejiwaan anak dan perkembangannya.
d) Tujuan kurikulum ini sangat terbatas dan kurang memperhatikan
pertumbuhan jasmani, perkembangan emosional dan sosial anak,
dan hanya memusatkan pada perkembangan intelektual anak.
e) Kurikulum semacam ini kurang mengembangkan kemampuan
berfikir, karena mengutamakan penguasaan dan pengetahuan
dengan cara ulangan dan hafalan, dan kurang membawa kepada
berfikir secara mandiri.
f) Kurikulum ini cenderung menjadi statis dan tidak bersifat inovatif,
karena berdasarkan pada buku yang telah ditetapkan tanpa
mengalami perubahan dan penyesuaian yang berarti dengan situasi
dan kondisi masyarakat yang selalu berkembang dengan pesat dan
dinamis.
2. Mata Pelajaran Gabungan (Correlated Curricuum)

11
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 1988), hlm. 56-57.
12
Binti Maunah, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi: Implementasi pada
Tingkat Pendidikan Dasar (SD/MI)…, hlm. 33-34.

11
Correlated curriculum adalah kurikulum yang menekankan
perlunya hubungan diantara satu pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya tetapi tetap memperhatikan cirri atau karakteristik tiap bidang
studi tersebut. Pada kurikulum ini, mata pelajaran tidak disajikan
secara terpisah-pisah. Akan tetapi mata pelajaran yang memiliki
kedekatan atau yang sejenis dikelompokkan sehingga menjadi suatu
bidang studi (broadfield),13 misalnya mata pelajaran biologi, kimia,
fisika, dikelompokkan menjadi bidang studi IPA. Demikian juga
dengan mata pelajaran geografi, sejarah, ekonomi, dikelompokkan
dalam bidang studi IPS.
Prinsip berhubungan satu sama lain/ korelasi ini dapat
dilaksanakan dengan beberapa cara: pertama, antara dua mata
pelajaran diadakan hubungan secara
incidental. Kedua, memperbincangkan masalah-maalah tertentu dalam
berbagai macam pelajaran. Ketiga mempersatukan beberapa mata
pelajaran dengan menghilangkan batas masing-masing.14
Penggabungan menjadi satu kesatuan ini dimaksudkan untuk
mengurangi kekurangan yang terdapat dalam bentuk mata pelajaran.
Dari bahan kurikulum yang terlepas-lepas diupayakan disatukan
dengan bahan kurikulum atau mata pelajaran yang sejenis sehingga
dapat memperkaya wawasan siswa dari berbagai disiplin ilmu. Namun
kenyataan dilapangan terbuki bahwa guru-guru masih berpegang pada
latar belakang pendidikannya. Umpamanya ketika seorang guru
sejarah mengajarkan bidang studi IPS, dalam pelaksanaannya masih
mengutamakan pelajaran sejarahnya daripada substansi IPS itu sendiri.
Demikian pula dalam penilaiannya cenderung akan banyak mengukur
atau menilai substansi sejarahnya daripada substansi IPS-nya. Salah

13
Broadfield merupakan satu kesatuan yang tidak terbagi-bagi atas bagian-bagian.
14
Suryo Subroto, Tata Laksana Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 3.

12
satu penyebabnya karena guru yang bersangkutan belum memahami
prinsip-prinsip pola penggabungan mata pelajaran tersebut.15
Walaupun telah tercapai keterpaduan yang erat antara beberapa
mata pelajaran (broadfield), namun sebenarnya masih bersifat subject
curriculum, hanya saja jumlah pelajaran sangat dikurangi.
Jadi, broadfield dapat dianggap sebagai modifikasi subject
curriculum yang traisional. Cirri-ciri umum broadfield antara lain:16
a. Kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran, yang
didalamnya terpadu sejumlah mata pelajaran sejenis dan
memiliki cirri-ciri sama.
b. Pelajaran bertitik tolak dari core subject yang kemudian
diuraikan menjadi sejumlah pokok bahasan.
c. Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan instruksional yang
telah digariskan
d. Sistem penyampaiannya bersifat terpadu
e. Guru berperan selaku guru bidang studi.
f. Minat, masalah, serta kebutuhan siswa dan masyarakat
dipertimbangkan sebagai dasar penyusunan kurikulum
walaupun masih dalam batas-batas tertentu.
g. Dikenal berbagai jenis bidang studi seperti matematika, IPA,
IPS, Bahasa, pendidikan Pancasila, pendidikan keterampilan,
ilmu keguruan, dll.17

15
Rusman, Manajemen Kurikulum…, hlm. 64.
16
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 158.
17
Dalam kurikulum sekarang, setidaknya kita mengenak ada lima macam broadfield,
yakni: Pertama, Ilmu Pengetahuan Sosial, sebagai peleburan dari mapel ilmu bumi, sejarah, civic
hokum, ekonomi, dan sejenisnya. Kedua, bahasa, sebagai peleburan dari mata pelajaran membaca,
tata bahasa, menulis, mengarang, menyimak, dan pengetahuan bahasa. Ketiga, Ilmu Pengetahuan
Alam, sebagai peleburan dari mata pelajaran ilmu alam, ilmu hayat, ilmu kimia, dan
kesehatan. Keempat, Matematika, sebagai peleburan dari berhitung, aljabar, ilmu ukur sudut,
ruang, bidang dan statistic. Kelima, Kesenian, sebagai peleburan dari seni tari, seni suara, seni
lukis, seni pahat, dan seni drama. Lihat Binti Maunah, Pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi: Implementasi pada Tingkat Pendidikan Dasar (SD/MI)…, hlm.35.

13
Pada organisasi kurikulum ini konten atau isi materi kurikulum
dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan sebagai berikut:
a) Pendekatan struktural
Dalam pendekatan ini, kajian suatu pokok bahasan ditinjau dari
beberapa mata pelajaran sejenis. Misalnya, kajian suatu topik tentang
geografi tidak semata-mata ditinjau dari sudut geografi saja, tetapi
juga ditinjau dari sejarah, ekonomi atau mungkin budaya.
b) Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini didasarkan pada pengkajian masalah yang berarti
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, suatu topik diambil
dari mata pelajaran tertentu, tetapi diambil dari apa yang dirasakan
perlu untuk anak. Selanjutnya, topik itu dikaji oleh berbagai mata
pelajaran yang memiliki keterkaitan. Contohnya masalah kemiskinan
ditinjau dari sudur ekonomi, geografi, dan sejarah.
c) Pendekatan Daerah
Pada pendekatan ini materi pelajaran ditentukan berdasarkan lokasi
atau tempat. Seperti mengkaji daerah ibukota ditinjau dari keadaan
iklim, sejarah, sosial budayanya, ekonominya, dan lain sebagainya.
Ada beberapa kekurangan dan kelebihan kurikulum model ini.
Kekurangannya diantaranya:18
a) Bahan pelajaran yang diberikan kurang sistematis serta kurang
begitu mendalam.
Pembicaraan tentang berbagai pokok masalah,
bagaimanapun juga tetap tidaak padu karena pada dasarnya
masing-masing memang merupakan subjek-subjek yang
berbeda. Dengan dikuranginya jumlah bahan pelajaran dan jam
menyebabkan broadfield tersebut menjadi dangkal. Rasanya
hampir tidak mungkin mempergunakan waktu yang hanya
sedikit itu untuk memberikan berbagai pokok masalah yang

18
Rusman, Manajemen Kurikulum…, hlm. 64.

14
sebenarnya berasal dari beberapa mata pelajaran yang
berbeda.19
b) Kurikulum ini kurang menggunakan bahan pelajaran yang
actual yang langsung berhubungan dengan kehidupan siswa.
c) Kurikulum ini kurang memperhatikan bakat, minat, dan
kebutuhan siswa.
d) Apabila prinsip penggabungan belum dipahami, kemungkinan
bahan pelajaran yang disampaikan masih terlampau abstrak.
Sementara itu, kelebihannya diantaranya:20
a) Dengan korelasi pengetahuan, siswa lebih integral tidak terlepas-
lepas.
b) Dengan melihat hubungan erat antar mata pelajaran satu dengan
yang lain, minat murid bertambah.
c) Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam
karena memandang dari berbagai sudut.
d) Dengan korelasi maka yang diutamakan adalah pengertian dan
prinsip-prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih
memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi
murid.

3. Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)


Integrasi berasal dari kata integer yang berarti unit. Dengan
integrasi dimaksud perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan
keseluruhan. Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang menyajikan
bahan pembelajaran secara unit dan keseluruhan tanpa mengadakan
batas-batas antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya. integrated
curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan
menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit. Yang penting bukan

19
Abu Ahmadi, Pengantar Kurikulum, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1984). hlm. 31.
20
Suryo Subroto, Tata Laksana Kurikulum…, hlm. 4.

15
hanya bentuk kurikulum ini, akan tetapi juga tujuannya. Dengan
kebulatan bahan pelajaran diharapkan kita membentuk anak-anak
menjadi pribadi yang integrated, yakni manusia yang sesuai atau
selaras hidupnya dengan sekitarnya. Orang yang integrated hidup dan
harmoni dengan lingkungannya. Kelakuannya harmonis dan ia tidak
senantiasa terbentur pada situasi-situasi yang dihadapinya dalam
hidupnya. Apa yang diajarkan sekolah disesuaikan dengan kehidupan
anak di luar sekolah. Pelajaran membantu anak dalam menghadapi
masalah-masalah kehidupan di dunia nyata/ di luar sekolah.21
Organisasi kurikulum bentuk ini tidak lagi menampilkan nama-
nama mata pelajaran atau bidang studi. Belajar berangkat dari suatu
pokok masalah yang harus dipecahkan. Masalah tersebut kemudian
dinamakan tema atu unit. Belajar berdasarkan unit bukan hanya
menghafal sejumlah fakta, tetapi juga mencari dan menganalisis fakta
sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dengan belajar melalui
pemecahan masalah itu diharapkan perkembangan siswa tidak hanya
terjadi pada segi intelektual, tetapi juga seluruh aspek, seperti sikap,
emosi, dan keterampilan. Organisasi kurikulum ini biasanya diterapkan
pada jenjang pendidikan yang lebih rendah.
Dalam penerapan kurikulum ini, guru dituntut untuk memiliki
kemampuan mengimplementasikan berbagai strategi belajar mengajar
yang sesuai dengan karakteristik kurikulum tersebut. Misalnya melalui
strategi pemecahan masalah, metode proyek, pengajaran unit, inkuiri,
discovery dan pendekatan tematik, baik dilakukan secara kelompok
maupun personal. Bahan pelajaran yang dipelajari siswa dirumuskan
dalam pokok bahasan berupa topic atau pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang diajukan.
Proses pembelajaran lebih fleksibel yang disesuaikan dengan
kemampuan dan potensi siswa sehingga tidak mengharapkan hasil

21
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum…, hlm. 195-196.

16
belajar yang sama dari semua siswa. penilaiannya lebih komprehensif,
yaitu penilaian dilakukan secara utuh terhadap kemampuan siswa
selama proses dan setelah pembelajaran selesai.
Ada beberapa kekurangan dan kelebihan kurikulum ini,
kelemahannya diantaranya:22
a. Ditinjau dari ujian akhir atau tes masuk yang uniform,
maka kurikulum ini akan banyak menimbulkan keberatan
b. Kurikulum ini tidak memiliki urutan yang logis dan
sistematis.
c. Diperlukan waktu yang banyak dan bervariasi sesuai
dengan kebutuhan siswa maupun kelompok.
d. Guru belum memiliki kemampuan untuk menetapkan
kurikulum.
e. Masyarakat, guru, dan siswa belum terbiasa dengan
kurikulum ini.
f. Kurikulum dibuat leh guru dan siswa sehingga memerlukan
kesiapan dan kemampuan guru dalam pengembangan
kurikulum.
g. Bahan pelajaran tidak tersusun secara logis dan sistematis
h. Memungkinkan kemampuan yang dicapai siswa akan
berbeda jauh
i. Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga yang banyak.
Kelebihan dari kurikulum ini diantaranya.23
a) Segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat berkaitan
erat.
b) Sangat sesuai dengan perkembangan modern tentang belajar
mengajar.

22
Rusman, Manajemen Kurikulum…, hlm. 65-66.
23
Binti Maunah, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi: Implementasi pada
Tingkat Pendidikan Dasar (SD/MI)…, hlm. 38-39.

17
c) Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dengan
masyarakat.
d) Sesuai dengan ide demokrasi, dimana siswa dirangsang untuk
berfikir sendiri, bekerja sendiri, dan memikul tanggungjawab
bersama dan bekerja sama dalam kelompok.
e) Penyajian bahan disesuaikan dengan kesnggupan/ kemampuan
individu, minat dan kematangan siswa baik secara individu
maupun kelompok.
f) Kurikulum ini sesuai dengan teori baru tentang belajar yang
mendasarkan berbagai kegiatan pada pengalaman, kesanggupan,
kematangan dan minat anak. Anak dilibatkan secara aktif untuk
untuk berfikir dan berbuat seta bertanggungjawab baik secara
individual maupun kelompok.
Organisasi kurikulum terpadu ini mempunyai beberapa variasi, yaitu:
a. Kurikulum Inti (Core Curriculum)
Core curriculum merupakan bagian dari seluruh program
pendidikan yang dianggap penting, fundamental, dan esensial yang
harus diberikan kepada setiap murid agar ia menjadi warga Negara
yang berharga, berguna, serta efektif. Jadi core
curriculum mempunyai arti yang sama dengan pendidikan umum.
Walaupun bisa dikatakan sama, namun banyak ahli kurikulum lain
yang merasa perlu untuk membedakan core dengan pendidikan
umum. Mereka memandang core curriculum sebagai kurikulum
yang mempunyai cara atau metode tertentu dala penyajiannya,
sekalipun core curriculum itu juga mengenai pendidikan umum.
Jadi dapat dikatakan bahwa setiap core curriculum termasuk
pendidikan umum, tetapi tidak setiap program pendidikan umum
berbentuk core curriculum.24

24
Sukiman, Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi…, hlm. 70.

18
Beberapa karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum ini
adalah:
1. Direncanakan secara berkelanjutan selalu berkaitan dan
direncanakan secara terus menerus.
2. Isi kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian dari
pengalaman yang saling berkaitan.
3. Isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah actual,
mengambil substansi masalah baik yang pribadi maupun sosial.
4. Isi kurikulum didesain berlaku untuk seluruh siswa sehinga
kurikulumnya bersifat umum tetapi substansinya bersifat
problema, pribadi, sosial, dan pengalaman yang terpadu.
b. Kurikulum yang berlandaskan pada fungsi sosial dan kehidupan
Kurikulum terpadu ini dapat didasarkan atas analisis kegiatan-
kegiatan utama manusia dalam masyarakat yang disebut
dengan social function atau major areas of living yang antara lain
terdiri atas (1) perlindungan dan pelestarian hidup, kekayaan dan
sumber alam, (2) produks barang dan jasa serta distribusinya, (3)
konsumsi benda dan jasa, (4) komunikasi dan transportasibenda dan
manusia,(5) rekreasi, (6) ekspresi rasa keindahan, (7) ekspresi rasa
keagamaan, (8) pendidikan, (9) perluasan kebebasan, (10) integrasi
kepribadian, (11) penelitian. Dalam pengembangan kurikulum social
function didasarkan pada lingkungan sosial peserta didik sehingga
pelajaran yang diperoleh memiliki fungsi dan makna bagi kehidupan
sehari-hari dan tidak terpisah dengan kondisi masyarakat.
c. Kurikulum yang berpusat pada kegiatan (activity curriculum)
Kurikulum ini cenderung mengutamakan kegiatan-kegiatan atau
pengalaman siswa dalam rangka membentuk kemampuan yang
terintegritas dengan lingkungan maupun dengan potensi siswa.
kurikulum ini pada hakikatnya siswa berbuat dan melakukan
kegiatan-kegiatan yang sifatnya vokasional, tetapi tidak meniadakan
aspek intelektual atau akademik siswa.

19
Salah satu dari karakteristik kurikulum ini adalah untuk
memberikan pendidikan keterampilan atau kejuruan, tetapi
didalamnya tercakup pengembangan kemampuan intelektual dan
akademik yang berkaitan dengan kedua aspek tersebut. Dengan
demikian, siswa belajar tidak hanya bersifat manual, tetapi bersifat
reaktif dan problematic sesuai dengan keterampilan yang sedang
dipelajari. Kurikulum ini dipelopori oleh John Dewey yang intinya
bahwa pembelajaran harus dimulai dari pembahasan suatu topic atau
permasalahan yang diselesaikan secara terpadu dari berbagai disiplin
ilmu maupun factor lingkungan. Dan pada perkembangannya
implikasi dari konsep tersebut dikenal dengan istilah pembelajaran
proyek.25
D. Hubungan Antar Bentuk Kurikulum
Nasution memandang bahwa macam-macam bentuk kurikulum itu
tidak perlu dipandang bertentangan antara yang satu dengan yang lain.
Justru diantara bentuk-bentuk itu dapat saling membantu dan melengkapi.
Tidak ada bentuk yang paling mutlak benar atau paling baik, semua bentuk
kurikulum itu memiliki kelebihan dan kelemahan.26 Sehingga perlu
mengadopsi semua bentuk itu pada saat-saat tertentu atau pada mata
pelajaran tertentu yang relevan dengan pokok bahasan. Menurutnya untuk
tingkat dasar tidak perlu seluruh kurikulum diberikan dalam bentuk unit
atau integrated. Sebaiknya masih diberikan dalam bentuk mata pelajaran
yang terpisah-pisah (sparated subjects), disamping itu juga memberikan
dua atau tiga kali seminggu pelajaran dalam bentuk unit. Pembelajaran
dalam bentuk unit perlu pula dibantu dengan bentuk sparated subjects.
Jika dalam pembelajaran unit muncul masalah yang bersifat matematis,
tentunya mata pelajaran matematika bisa digunakan untuk memecahkan
25
Rusman, Menejemen Kurikulum…, hlm. 71.

26
Nasution, Asas-Asas, h. 218.

20
problem yang muncul. Dengan memberlakukan pembelajaran dalam
bentuk unit, tidak serta merta semua mata pelajaran dalam sparated
subjects dihapuskan semua. Justru akan merugikan dan merepotkan serta
menyulitkan melakukan penilaian akhir.
Demikian pula sebaliknya pembelajaran dalam bentuk sparated
subjects akan mempereoleh manfaat dari bentuk unit. Karena dalam
pembelajaran unit, para siswa akan mendapatkan banyak hal yang
berkaitan dengan berbagai mata pelajaran dalam situasi yang bermakna
dan fungsional. Mereka lebih terlatih untuk menyampaikan pendapat, fasih
berbicara, lebih terampil menyusun laporan, lebih mampu
mengaplikasikan ilmu pengetahuannya secara fungsional dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi sesungguhnya pembelajaran dalam bentuk unit
sama sekali tidak merugikan bahkan sangat membantu pembelajaran
dalam bentuk sparated subjects.
Hal tersebut berlaku pula dalam broad field curriculum, apapun
kebaikan yang ada dalam sparated subjects curriculum juga terjadi pada
broad field curriculum, yakni paduan antara beberapa mata pelajaran yang
serumpun seperti PAI, IPA, IPS, Bahasa, Matematika dan Kesenian.
Ketiga bentuk kurikulum tersebut bisa saling membantu dan saling
melengkapi.
Berbeda dengan pendapat Hamid Hasan,27 yang menghendaki
penghapusan mata pelajaran di tingkat dasar, karena untuk sekolah tingkat
awal itu terlalu dini berbicara spesialisasi mata pelajaran tertentu, yang
mengarah pada pekerjaan tertentu. Basis filosofi dan pendekatannya harus
dirubah dari subyek akademis menuju rekonstruksi sosial. Gagalnya
pendidikan moral bangsa ini karena pendidikan selama ini
mengesampingkan aspek afektif dan moral anak didik. Guru hanya
mempunyai tarjet kelulusan para siswanya dalam ujian nasional, sehingga

27
Lihat Hamid Hasan, Pendekatan Multikultural untuk Penyempurnaan Kurikulum
Nasional, dalam http://www.pdk.go.id/balitbang/Publikasi/Jurnal/No.026/Pendekatan Hamid
Hasan.htm

21
melupakan aspek lain yang lebih berhubungan pada pembentukan
kepribadian anak bangsa. Lebih ironis lagi realitas yang ada bahwa
penyelenggaraan jam belajar tambahan semacam privat atau ekstra hanya
menekan tiga bidang studi yang diujikan secara nasional. Pada akhirnya
mata pelajaran yang lain seperti Pendidikan Agama, Kesenian dan lain-
lain disepelekan siswa, pada hal pelajaran tersebut sangat erat kaitannya
dengan pembentukan kesadaran diri, -yang dalam istilah Freire disebut
sebagai proses konsientisasi- dan erat dengan pembentukan kepribadian
yang baik.
Terlepas dari perdebatan tersebut, penulis lebih sepakat bahwa
diantara bentuk-bentuk kurikulum itu tidak perlu dipandang bertentangan
dan dipertentangkan karena pada kenyataannya semua bentuk tersebut
mempunyai kelebihan disamping memiliki kekurangan masing-masing.
Apabila hanya memilih salah satu bentuk kurikulum itu tentu akan
menimbulkan masalah, karena kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa
paling tidak ada tiga aspek yaitu cognitiv, afektif dan psikomotorik.
Bobroknya moral beberapa orang, tidak bisa diambil kesimpulan bahwa
semua orang di Indonesia ini adalah bermoral rendah. Karena banyak pula
orang yang menjadi pemimpin, menjadi pakar berbagai bidang saat ini
adalah produk praktek pendidikan yang selama ini diadopsi, kebanyakan
ketika mereka sekolah kurikulumnya mengikuti bentuk sparated subjects
curriculum.
Jika semua jenjang sekolah saat ini semua harus mengadopsi
bentuk tematik (integrated curriculum) belum tentu akan berhasil dengan
baik seperti yang diharapkan banyak pihak, apalagi dalam waktu singkat.
Karena implementasi bentuk sparated subjects curriculum yang sudah
berjalan puluhan tahun saja, dianggap tidak berhasil.
Hubungan antar jenis organisasi kurikulum tersebut bisa digambarkan
sebagai berikut

22
Garis panah dalam gambar tersebut menunjukkan adanya inter-
relasi antara jenis organisasi kurikulum yaitu sparated subjects
curriculum, broad field curriculum dan integrated curriculum. Pada
bentuk tematik/unit/ integrated curriculum bisa dilihat kebulatan bahan
pelajaran tanpa batas-batas diantara mata pelajaran. Dalam bentuk broad
field curriculum merupakan paduan antara beberapa mata pelajaran. Pada
gambar tersebut bisa dilihat bahwa sparated subjects curriculum maupun
broad field curriculum dapat membantu pembelajaran
tematik/unit/integrated curriculum. Demikian pula sebaliknya
pembelajaran unit/ integrated curriculum juga dapat menambah
penguasaan anak didik mengenai problem solving dalam sparated subjects
curriculum maupun broad field curriculum.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan
kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari
bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan
belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Hal
senada juga dikemukakan Burhan bahwa organisasi kurikulum merupakan
struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-
program pembelajaran yang disampaikan kepada peserta didik guna
tercapainya tujuan penidikan atau pembelajan yang ditetapkan.
Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam organisasi
kurikulum diantaranya:
1. Ruang lingkup (scope) dan urutan bahan (sequence)
2. Kontinuitas Kurikulum
3. Keseimbangan bahan pelajaran
4. Alokasi waktu
Hamalik berpendapat di dalam bukunya Muhammad Zaini,
pengorganisasian kurikulum terdapat beberapa prosedur yang meliputi :

1. Prosedur Pembelajaran
2. Prosedur survey pendapat
3. Prosedur studi kesalahan
4. Prosedur mempelajari kurikulum lainnya
5. Analisis kegiatan orang dewasa
6. Prosedur fungsi sosial
7. Prosedur minat kebutuhan

Bentuk-bentuk dari organisasi kurikulum


1. Mata Pelajaran Terpisah (Subject Curriculum)
2. Mata Pelajaran Gabungan (Correlated Curricuum)
3. Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)

24
Organisasi kurikulum terpadu ini mempunyai beberapa variasi, yaitu:
1. Kurikulum Inti (Core Curriculum)
2. Kurikulum yang berlandaskan pada fungsi sosial dan kehidupan
3. Kurikulum yang berpusat pada kegiatan (activity curriculum)
Nasution memandang bahwa macam-macam bentuk kurikulum itu
tidak perlu dipandang bertentangan antara yang satu dengan yang lain.
Justru diantara bentuk-bentuk itu dapat saling membantu dan melengkapi.
Tidak ada bentuk yang paling mutlak benar atau paling baik, semua bentuk
kurikulum itu memiliki kelebihan dan kelemahan. Sehingga perlu
mengadopsi semua bentuk itu pada saat-asaat tertentu atau pada mata
pelajaran tertentu yang relevan dengan pokok bahasan. Menurutnya untuk
tingkat dasar tidak perlu seluruh kurikulum diberikan dalam bentuk unit
atau integrated. Sebaiknya masih diberikan dalam bentuk mata pelajaran
yang terpisah-pisah (sparated subjects), disamping itu juga memberikan
dua atau tiga kali seminggu pelajaran dalam bentuk unit. Pembelajaran
dalam bentuk unit perlu pula dibantu dengan bentuk sparated subjects.
Jika dalam pembelajaran unit muncul masalah yang bersifat matematis,
tentunya mata pelajaran matematika bisa digunakan untuk memecahkan
problem yang muncul. Dengan memberlakukan pembelajaran dalam
bentuk unit, tidak serta merta semua mata pelajaran dalam sparated
subjects dihapuskan semua. Justru akan merugikan dan merepotkan serta
menyulitkan melakukan penilaian akhir.

B. Saran
Demikian makalah ini yang dapat kami susun. Semoga untuk
kedepannya kita semua dapat memahami dan belajar mengenai organisasi
kurikulum. Terima kasih kepada pembaca yang telah mencoba memahami
isi makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya.
Kami berharap pembaca memberikan saran dan kritik kepada kami demi
sempurnanya makalah ini di kesempatan berikutnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Pengantar Kurikulum, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1984.

Fanani, Muhyar, Transformasi Paradigma dan Implikasinya pada Kurikulum


Sains: Studi Atas UIN Syarif Hidayatullah, UIN Sunan Kalijaga, dan UIN
Maliki, Semarang: IAIN Walisongo, 2014.

Fitri, Agus Zaenul, Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam dari Normatif-


Filosofis ke Praktis, Bandung: Alfabeta, 2013.

Hamalik, Oemar, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2008.

Maunah, Binti, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi: Implementasi


pada Tingkat Pendidikan Dasar (SD/MI), Yogyakarta: Teras, 2009.

Nurgiyantoro, Burhan, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: Sebuah


Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan, Yogyakarta: BPFG, 1988.

Rusman, Manajemen Kurikulum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.

S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 1984.

Subroto, Suryo, Tata Laksana Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung:


Sinar Baru Algesindo, 1996.

Sukiman, Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi, Bnadung: Remaja


Rosdakarya, 2015.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,


Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Zaini, Muhammad, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi dan


Inovasi, Yogyakarta: Teras, 2009.

26

Anda mungkin juga menyukai