Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syariah adalah tatanan dan ketentuan Allah yang harus dijalankan perintah-Nya dan
menjauhi apa yang dilarang-Nya, dalam syariah diajarkan tentang hal-hal yang wajib,
yang sunnah, yang mubah, yang makruh dan yang haram dikerjakandalam seluruh aspek
kehidupan manusia baik dalam beribadah maupun dalam pergaulan hidup manusia.
Karena hal inilah syariah sangat penting untuk dipelajari sejak dini mungkin oleh seluruh
umat manusia di bumi ini.
Syariah akan ada disepanjang masa selama dunia ini belum kiamat, senantiasa
relevan degan keadaan dunia dimana saja, karena syariah adalah atura Allah dan itulah
yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiannya di dunia dan akherat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud konsep syari'ah ( pengertian dan karakteristik syari’ah ) ?
2. Apa saja ruang lingkup syari'ah ?
3. Apa saja sumber-sumber syari'ah ?
4. Apa saja fungsi dan peranan syari’ah?
5. Bagaimanakah prinsip-prinsip syari’ah ?
6. Bagaimanakah klasifikasi syari’ah (ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah)?
7. Bagaimanakah hakikat ibadah dan syarat-syarat diterimanya ibadah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep Syari'ah (pengertian dan karakteristik syari’ah)
2. Untuk mengetahui ruang lingkup syari'ah
3. Untuk mengetahui sumber-sumber syari'ah
4. Untuk mengetahui fungsi dan peranan syari’ah
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip syari’ah
6. Untuk mengetahui klasifikasi syari’ah (ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah)
7. Untuk mengetahui hakikat ibadah dan syarat-syarat diterimanya ibadah

1
BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Konsep Syari’ah Islam


1. Pengertian Syariah Islam
Pengertian Syariat Menurut Abdul Karim Zaidan adalah hukum-hukum yang
ditetapkan oleh Allah SWT yang ditujukan untuk hamba-Nya, baik melalui
Alquran ataupun dengan Sunnah Nabi Saw yang berupa perkataan, perbuatan dan
pengakuan.
Menurut Yusuf Qardhawi, Pengertian Syariat ialah apa saja ketentuan Allah yang
dapat dibuktikan melalui dalil-dalil Alquran maupun Sunnah atau juga melalui dalil-dalil
ikutan lainnya seperti ijma, qiyas dan lain sebagainya.
Dari kedua pendapat diatas mengenai pengertian syariat, dapat disimpulkan bahwa
Pengertian Syariat adalah hukum atau peraturan yang datang dari Allah SWT, baik
melalui Alquran, Sunnah Nabi-Nya, maupun ikutan dari keduanya berupa Ijma dan
Qiyas. Jika aturan itu bukan datang dari Allah SWT, maka ia tidaklah disebut syariat.
Secara Etimologis, Pengertian Syariat berasal dari kata "syara'a - yasra'u - syar'an"
yang artinya membuat peraturan, menerangkan menjelaskan, merencanakan atau
menggariskan. Kata Syara'a merupakan bentuk kata kerja (fi'il), sedangkan bentuk kata
bendanya (isim) ialah syariah yang berarti hukum, peraturan atau undang-undang. Segala
sesuatu dikatakan atau disebut Syari'i karena sesuatu itu telah sesuai dengan peraturan,
sah atau legal.
Secara Lughawi, Pengertian Syariat dapat berarti "jalan yang lurus". Orang yang
menjalankan syariat berarti orang tersebut berjalan di atas jalan yang benar (lurus).
Sebaliknya, orang yang tidak menjalankan syariat berarti ia berjalan melalui jalan yang
salah. Syariat bisa juga berarti "mata air". Orang yang memegang syariat berartian ada
disekitar sumber mata air, ia tidak akan kehausan. Orang yang tidak memegang syariat
berarti ia jauh dari mata air dan orang tersebut akan terancam kehausan dan kekeringan.

( Gusfahmi, 2007. Pajak Menurut Syariah. Penerbit PT Raja Grafindo Persada :


Jakarta.)

3
Syariat Islam mengatur perbuatan seorang muslim, di dalamnya terdapat hukum –
hukum yang terdiri atas :

a. Wajib, yaitu perbuatan yang apabila dilakukan mendapatkan pahala, apabila


ditinggalkan akan mendapat dosa.
b. Sunnah, yaitu perbuatan yang apabila dilaksanakan diberi pahala, apabila
ditinggalkan tidak berdosa.

c. Mubah, yaitu perbuatan yang boleh dikerjakan atau ditinggalkan karena tidak
diberi pahala dan tidak berdosa.

d. Makruh, yaitu perbuatan apabila ditinggalkan akan mendapat pahala, dan apabila
dilakukan tidak berdosa.

e. Haram, yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan berdosa, apabila ditinggalkan


mendapat pahala.

2. Kharakteristik Syariah

a. Tauhidiyyah

Konsep yang menjelaskan tentang adanya sesuatu penguasa alam


rayayang tunggal dan mengatur sesuatu yang berada diluar dan didalamnya.
Allah lah yang menciptakan segala yang ada di jagat ini, baik yang
tersembunyi maupun yang tampak. Melalui kekuasaanNya, semua mahluk
harus tunduk dan beribadah kepadaNya. Seperti dalam Surah Ali-’Imran ayat
26:

4
(26) Katakanlah: Ya Tuhan yang memiliki segala kekuasaan.Engkau
berikan kekuasaan kepada barang siapa yang Engkau kehendaki, dan
Engkau cabut kekuasaan dari barang siapa yang Engkau kehendaki dan
Engkau muliakan barangsiapa yang Engkau kehendaki. Di tangan
Engkaulah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau atas tiap-tiap sesuatu
adalah Maha Kuasa.

b. Rabbaniyyah

Konsep yang berasal dari wahyu Allah, tanpa mengambil sumber lain.
Wahyu-wahyu yang diberikan kepada rasul-rasulNya tetap terjaga dari
kesucian. Seperti dalam Surah Ali-Imran ayat 79

(79) Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-
Kitab, hikmah, dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia,
"Hendaklah kalian menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah
Allah." Akan tetapi (dia berkata), "Hendaklah kalian menjadi orang-
orang rabbani, karena kalian selalu mengajarkan Al-Kitab dan
disebabkan kalian tetap mempelajarinya

c. Istiqomah

Dimana konsep yang karena Islam bukan produk pemikiran manusia,


bukan produk lingkungan atau masa tertentu, juga bukan produk faktor-

5
faktor dunia, maka karakteristik Islam yang datang dari Allah adalah
”Gerak di dalam kerangka yang tetap dan seputar poros yang tetap pula”.
Seperti dalam Surah Ar-Ruum ayat 30.

(30) Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;


(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

d. Syumuliyyah

Konsep yang membicarakan tentang seluruh yang ada di dunia dan


di luar dunia ini secara rinci. Tentang hakekat alam, hakekat kehidupan,
hakekat manusia (tabiat, kejadian, sifat, dan ikhwal) serta hubungan
dengan hakekat ilahi yang akbar. Seperti dalam Surah Ali-’Imran ayat 4-5,
dan ayat 27. Penerapan ataupun implikasi dari syumuliyyah ini bisa dilihat
dalam Islam sebagai jalan hidup/ tatanan hidup yang lengkap.

e. Tawazuniyyah

Konsep keseimbangan dalam segala sendi dan dalam


pengungkapan-pengungkapannya. Keseimbangan konsep Islam juga tidak
terombang-ambing kesana-sini, dari berlebihan disana-sini, dan dari
berbagai benturan. Konsep Islam juga selamat dari kerusakan-kerusakan
dan kekurangan. Seperti dalam Surah Al-Mulk ayat 3.

6
(3) Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah
sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah
kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

f. Ta’amuliyyah

Keaktivan dalam hubungan Allah SWT dengan alam dan manusia


serta keaktivan manusia itu sendiri dalam berbagai bidang kegiatannya.
Sifat-sifat Allah dalam konsep Islam bukanlah sifat-sifat yang pasif.
Konsep manusia tentang Tuhannya dan keterkaitan sifat-sifatNya dengan
kehidupan manusia itulah yang menentukan nilai Tuhan di dalam dirinya,
disamping menentukan juga sikap kepadaNya.

g. Waqi’iyyah

konsep Islam yang berhubungan dengan realitas objektif yang


memiliki wujud nyata dan meyakinkan serta jejak bekas yang realitas pula.
Ia tidak berupa konsep rasional ataupun idealisme tanpa wujud nyata
dalam realita. Seperti dalam Surah Al-An’aam ayat 95-103.

7
B. Ruang Lingkup Syariah

Ruang lingkup syariah lain mencakup peraturan-peraturan sebagai berikut :

1. Ibadah

yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT (ritual),
yang terdiri dari :

a. Rukun Islam : mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat, zakat, puasa, dan haji.

b. Ibadah lainnya yang berhubungan dengan rumun Islam.

1)Badani (bersifat fisik) : bersuci meliputi wudlu, mandi, tayamum, pengaturan


menghilangkan najis, peraturan air, istinja, adzan, qomat, I’tikaf, do’a, sholawat, umroh,
tasbih, istighfar, khitan, pengurusan mayit, dan lain-lain.

2) Mali (bersifat harta): qurban, aqiqah, alhadyu, sidqah, wakaf, fidyah, hibbah,
dan lain-lain.

2. Muamalah

yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan yang lainnya dalam hal tukar-
menukar harta (jual beli dan yang searti), diantaranya : dagang, pinjam-meminjam, sewa-
menyewa, kerja sama dagang, simpanan, penemuan, pengupahan, rampasan perang,
utang-piutang, pungutan, warisan, wasiat, nafkah, titipan, jizah, pesanan, dan lain-lain.

3. Munakahat

yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dalam hubungan
berkeluarga (nikah, dan yang berhubungan dengannya), diantaranya : perkawinan,
perceraian, pengaturan nafkah, penyusunan, memelihara anak, pergaulan suami istri, mas
kawin, berkabung dari suami yang wafat, meminang, khulu’, li’am dzilar, ilam walimah,
wasiyat, dan lain-lain.

8
4. Jinayat

yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya : qishsash, diyat, kifarat,


pembunuhan, zinah, minuman keras, murtad, khianat dalam perjuangan, kesaksian dan
lain-lain.

5. Siyasa

yaitu yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan (politik), diantaranya: ukhuwa


(persaudaraan) musyawarah (persamaan), ‘adalah (keadilan), ta’awun (tolong menolong),
tasamu (toleransi), takafulul ijtimah (tanggung jawab sosial), zi’amah (kepemimpinan)
pemerintahan dan lain-lain.

6. Akhlak

yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, diantaranya : syukur, sabar, tawadlu, (rendah
hati), pemaaf, tawakal, istiqomah (konsekwen), syaja’ah (berani), birrul walidain (berbuat
baik pada ayah ibu), dan lain-lain.

Peraturan-peraturan lainnya seperti : makanan, minuman, sembelihan, berburu, nazar,


pemberantasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim, mesjid, da’wah, perang, dan lain-
lain.

C. Sumber-sumber Syariah

1. Al-Qur’an,

Al-Qur’an adalah kumpulan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang dihimpun dalam sebuah kita suci yang menjadi pegangan bagi
manusia. Yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan merupakan Undang-
Undang yang sebagian besar berisi hukum-hukum pokok.

2. Al-Hadist (As-Sunnah)

Al-Hadist (As-Sunnah), sumber hukum kedua yang memberikan penjelasan dan


rincian terhadap hukum-hukum Al-Qur’an yang bersifat umum. Sunnah adalah sumber
hukum islam (pedoman hidup kaum muslimin yang kedua setelah Al-Qur’an).

9
3. Ra’yu (Ijtihad)

Ra’yu (Ijtihad), upaya para ahli mengkaji Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk
menetapkan hukum yang belum ditetapkan secara pasti dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

D. Fungsi dan Peranan Syari’ah

Syariat Islam diturunkan Allah kepada manusia sebagai pedoman yang memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada manusia agar mereka dapat melaksanakan tugas
hidupnya di dunia  dengan benar sesuai dengan akhlak Allah. Karena itu syariah
berfungsi sebagai berikut :

1. Menunjukan dan mengarahkan kepada pencapaian tujuan manusia sebagai hamba


Allah.

Syariah adalah aturan-aturan Allah yang berisi perintah Allah untuk mentaati dan
dilaksanakan, serta aturan-aturan tentang larangan Allah untuk dijauhi dan
dihindarkan. Ketaatan terhadap aturan tersebut menunjukan ketundukan manusia
terhadap Allah dan perhambaan manusia kepada-Nya.  Perhambaan secara total dan
utuh merupakan tujuan dari penciptaan manusia di muka bumi, sebagai firman-Nya :

“Tidaklah kami ciptakan manusia dan jin melainkan agar mereka menyembah-Ku”
(QS.Az-Zariat,51:56)

2. Menunjukan dan mengarahkan manusia pada pencapaian tujuan manusia sebagai


khalifah Allah.

Penyembahan dan penghambaan secara utuh dan total hanya kepada Allah
membebaskan diri manusia dari ketertarikan dan ketundukan kepada makhluk. Manusia
akan bebas bertindak dalam berkaitan dengan makhluk lainnya, tidak memperbudak atau

10
diperbudak oleh makhluk lainnya. Hal ini menunjukan bahwa manusia dapat berperan
sebagai khalifah Allah di muka bumi yang melaksanakan dan membumikan sifat-sifat
Allah dalam batas-batas kemanusiaan.
Aturan-aturan syariah akan memberikan batasan yang jelas dari kebebasan yang dimiliki
manusia. Dengan demikian, kekhalifahan manusia diatur dalam tatanan pencapaian
kesehjateraan lahir batin manusia dan terhindar dari kesesatan. Firman Allah dalam
QS.shaad,38:26 :

“Hai Daud sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah(penguasa)di muka bumi,


maka berilah keputusan (perkara)di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu,karena ia akan menyasatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya
orang yang sesat dari jalan Allah akan mandapatkan azab yang berat,karena mereka
melupakan hari perhitungan”.(QS.shaad,38:26)

3.Membawa manusia pada kebahagiaan hakiki dunia dan akhirat.

Syariah islam mengarahkan manusia pada jalan yang harus ditempuhnya atau di
hindarkanya. Manusia dapat mencapai tujuannya yang hakiki. Dengan syariat, manusia
dapat memilah dan memilih jalan yang akan ditempuhnya sesuai dengan kebebasanya
sehingga apapun akibatnya akan dipertanggungjawabkanya sendiri di hadapan Allah.

Dengan demikian, syriah menunjukan jalan menuju tercapainya kebahagiaan yang abadi,
yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat sebagai hakekat tujuan manusia. Hal ini tampak
dalam doa yang diucapkan setiap muslim dalam firman Allah:

11
…… Ya Tuhan Kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka. (QS.Al-Baqarah 2:201)

E.Prinsip-prinsip Syari’ah

1. Niat, merupakan prinsip utama dalam beribadah karena semua perbuatan


orang yang beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW yang  diniatkan di
jalan Allah bernilai ibadah, baik dalam ibadah mahdhah maupun ghairu
mahdhah.
2. Semua jenis perbuatan ibadah harus mengacu kepada Al-Qur’an dan As-
Sunnah.
3. Melakukan ibadah dengan jalan ittiba’ (mengikuti tata cara yang dilakukan
oleh Rasulullah saw), mengetahui hujjah atau dalil-dalilnya.
4. Tidak berpatokan pada pendekatan rasional, kecuali dalam urusan muamalah.
5. Bertanya kepada ulama (ahli zikir) jika tidak mengetahui dalil-dalilnya.

F. Klasifikasi Syari’ah

1. Ibadah khusus adalah ibadah langsung kepada Allah yang telah ditentukan
macam, tatacara dan syarat rukunnya oleh Allah. Pelanggaran terhadap
tatacara dan syarat rukun dalam ibadah ini menjadikan ibadah tersebut sah
atau batal. Contohnya : puasa, zakat sholat, dll.
2. Ibadah umum (ghairu mahdhah) adalah ibadah yang jenis dan macamnya
tidak ditentukan baik dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Contohnya : hal
yang berkaitan dengan segala kegiatan manusia atau muamalah yang tidak
dirinci jenisnya satu-persatu. 

12
1. Ibadah Khusus

a. Thoharoh dan Hikmahnya

Thoharoh atau bersuci merupakan syarat dalam melaksanakan ibadah lainnya,


seperti sholat, thawaf dsb. Bersuci terdiri atas bersuci dari najis dan hadas.

Hikmah Thoharoh :

1. Membiasakan hidup bersih yang menjadi syarat hidup sehat.


2. Wudhu yang di dalamnya terkandung kewajiban membasuh anggota wudhu
mengisyaratkan kewajiban untuk mensucikan diri setiap saat dari dosa.

3. Tayamum menggunakan tanah mengisyaratkan manusia untuk rendah hati, tidak


sombong atau takabur.

b. Shalat dan Hikmahnya

Sholat adalah ucapan-ucapan dan gerakan-gerakan yang dimulai dari takbiratul


ikhrom dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.

Macam-macam sholat sunnah :

1. Shalat sunah yang mengiringi sholat fardu, yaitu sholat roatib (sholat sunah yang
dilakukan sebelum atau sesudah sholat fardu) baik yang sunah muakad maupun
yang bukan muakad.
2. Sholat sunah malam hari, yaitu sholat tahajud, shloat istiqoroh, sholat witir, dsb.

3. Sholat sunnah yang dilakukan pada hari-hari tertentu, yaitu sholat idhul fitri dan
idul adha, dsb.

4. Sholat yang hanya dilakukan pada bulan ramadhan saja, yaitu sholat tarawih.

5. Sholat sunnah yang dilakukan pada peristiwa-peristiwan tertentu saja, seperti


sholat gerhana dan sholat istisqo (sholat minta hujan).

13
Sholat mengandung makna pembinaan pribadi, yaitu dapat menghindar dari
perbuatan dosa dan kemungkaran. Orang yang melakukan sholat hidupnya akan
terkontrol dengan baik.

c. Puasa dan Hikmahnya

Puasa adalah menahan makan dan minum serta segala yang membatalkannya sejak
terbit fajar sampai terbenam matahari.

Tujan puasa adalah mencapai derajat takwa, yaitu keadaan dimana seorang muslim
tunduk dan patuh pada perintah Allah dan menjauhi larangannya.

Hikmah puasa adalah melahirakan sikap-sikap positif yang ditampakkan dalam


kehidupan sehari-hari, seperti kepedulian kepada fakir miskin. Puasa juga melatih
menahan dan  mengendalikan diri dari keinginan-keinginanngan dan dorongan-dorongan 
untuk melakukan perbuatan yang dilarang Allah.

d. Zakat dan Hikmahnya

Zakat adalah memberikan harta apabila telah mencapai nisab dan haul kepada orang
yang berhak menerimanya dengan syarat tertentu. Nisab adalah ukuran tertentu dari harta
yang dimiliki yang wajib dikeluarkan zakatnya.  Sedangkan haul adalah berjalan genap
satu tahun.

Jenis barang yang wajib di zakati adalah hasil pertanian, perkebunan,peternakan,


perdagangan, serta kekeyayan lain yang termasuk zakat mal. Zakat sebagai kewajiban
umat Islam didasarkan pada firman Allah QS.At-Taubah,9:103:

14
”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka , dan mendoalah untuk mereka, sesungguhnya doa kamu
itu(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah maha mendengar lagi maha
mengetahui” (QS.At-Taubah,9:103)

Orang-orang yang berhak menerima zakat:

1. Fakir
2. Miskin

3. Amil

4. Muallaf

5. Hamba sahaya

6. Gharim

7. Fi sabilillah

8. Ibnu sabil

Hikmah zakat adalah akan memeratakan pendapatan dan pemilikan harta dikalangan
umat islam.

e.Haji dan Hikmahnya

Haji adalah adalah ibadah ritual, mengunjungi baitullah pada bulan zul hijjah dengan
syarat-syarat tertentu.Ibadah haji diwajibkan kepada setiap muslim yang memiliki
kemampuan(kuasa) untuk mengerjakannya, sebagaimana firman Allah :

15
 “……kewajiban haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke baitullah. Barang siapa (mengingkari
kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta Allam”. (QS. Ali Imran, 3:97)

Hikmah Ibadah Haji

Setiap muslim yang melaksanakan ibadah haji mengharapkan dirinya menjadi haji
yang mabrur, karena pahalanya sangat besar. Hal ini terungkap dalam tanya jawab antara
rosul dengan sahabat dari hadis yang di riwayatkan oleh buchari dan muslim yang di
terima dari Abu Hurairah bahwa seorang sahabat bertanya pada Rosululah : “Amal
apakah yang paling utama?”. Rosululah menjawab : “Iman kepada Allah dan Rasul-Nya”.
Sahabat itu bertanya lagi : “Kemudian apa?”. Rasul menjawab : ”Jihad di jalan Allah”.
Sahabat bertanya lagi : “kemudian apa?”. Rasul menjawab :  “ Haji mabrur”.

Sebagaimana iman dan jihad, haji mabrur pun tidak hanya setelah pulang ibadah
haji, melaikan terus menerus. Bahkan menurut para ahli haji mabrur pada dasarnya
adalah membekasnya ritual haji dalam kehidupan sehari  hari setelah ibadah haji
dilakukan. Jadi haji mabrur itu ditandai dalam kehidupan yang lebih baik setelah kembali
ketanah airnya, bukan sebatas kegiatan ditanah haram. Bekas-bekas dari ibadah haji itu
ditampilkan dalam bentuk keyakinan yang lebih kuat terhadap Allah SWT, serta
meletakan keyakian itu sebagai poros kehidupannya, ia akan terus meningkatkan kualitas
hidup dan penghidupannya secara lebih bermakna untuk mencari kemulyaan yang hakiki.

f.Muamalah

Muamalah adalah hubungan antara manusia, hubungan sosial atau habllum


minannas dalam syariat isalam hubungan antar manusia tidak dirinci jenisnya tetapi
diserahkan kepada manusia mengenai bentuknya. Islam hanya membatasi bagian bagian
yang penting dan mendasar berupa larangan Allah dalam Al-Quran dan Rasul-Nya yang
didapatkan dalam As-Sunnah.

16
2. Ibadah Ghairu Mahdhah
Yang dimaksud ibadah ghairu mahdhah berarti mencakup semua perilaku
manusia yang hubungannya dengan sesama manusia, yaitu dalam semua aspek kehidupan
yang sesuai dengan ketentuan Allah swt, yang dilakukan dengan ikhlas untuk mendapat
ridho Allah swt. Atau sering disebut sebagai ibadah umum atau muamalah, yaitu segala
sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh Allah baik berupa perkataan atau perbuatan, lahir
maupun batin yang mencakup seluruh aspek kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial,
politik, budaya, seni dan pendidikan. Seperti qurban, pernikahan, jual beli, aqiqah,
sadaqah, wakaf, warisan dan lain sebagainya.  Selain itu ibadah ghairu mahdhah adalah
ibadah yang cara pelaksanaannya dapat direkayasa oleh manusia, artinya bentuknya dapat
beragam dan mengikuti situasi dan kondisi, tetapi substansi ibadahnya tetap terjaga.
Seperti perintah melaksanakan perdagangan dengan cara yang halal dan bersih.
Ibadah yang termasuk Ibadah Ghairu Mahdhah, adalah:
a. I’tikaf
Berdiam di masjid untuk berdzikir kepada Allah.
b. Wakaf menurut bahasa berarti menahan sedang menurut istilah wakaf ialah
memberikan suatu benda atau harta yang kekal zatnya kepada suatu badan
yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
c. Qurban
Qurban secara bahasa berarti dekat, sedang secara istilah adalah menyembelih
hewan yang telah memenuhi syarat tertentu di dalam waktu tertentu yaitu
bulan Dzulhijjah dengan niat ibadah guna mendekatkan diri kepada Allah.
d. Shadaqah
Shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena
mengharapkan pahala di akhirat.
e. Aqiqah
Aqiqah dalam bahasa arab berarti rambut yang tumbuh di kepala anak/bayi.
Istilah aqiqah kemudian dipergunakan untuk pengertian penyembelihan
hewan sehubungan kelahiran bayi.

17
f. Dzikir dan Do’a
Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah “BB + KA” (Berbuat baik + Karena
Allah )

G. Hakikat Ibadah dan Syarat-syarat Diterimanya Ibadah

3. Hakikat Ibadah
Hakikat ibadah adalah tunduknya jiwa yang muncul dari keyakinan hati,
menikmati kehadiran Allah yang memberikan semua kekuatan, kenikmatan,
rasa, dan segalanya. Menyadari kekekalan Allah dan kenisbian manusia.
Hakikat ibadah itu sendiri sebenarnya adalah perenungan jiwa, penampakan
jasmani yang bergerak mengikuti arah-arah illahi sebagaimana dijelaskan
oleh syariat dan merupakan perwujudan keyakinan terhadap kegaiban Allah.
Sebenarnya dalam ibadah itu terdapat hakikatnya, yaitu:
‫ه‬NN‫ا اليدرك‬NN‫لط ن‬NN‫الم س‬NN‫ان للع‬NN‫ادا ب‬NN‫ه اعتق‬NN‫ وعظمت‬N‫ود‬NN‫ع الرَّوح يَ ْن َشا ع َْن ا ْستِ ْش َعا َر القلب بمحبة المعب‬
ُ ‫ُخضو‬
‫العقل حقيقته‬
“....ketundukan jiwa yang timbul dari karena hati (jiwa) merasakan cinta akan
Tuhan yang ma’bud dan merasakan kebesaran-Nya lantaran beristiqad bahwa
alam ini ada kekuasaan yang akal tak dapat mengetahui hakikatnya”

4. Syarat-Syarat Diterimanya Ibadah


Ibadah adalah perkara taufiqiyyah, yaitu tidak ada suatu ibadah yang
disyariatkan kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah.
Ibadah-ibadah itu bersangkut penerimaannya kepada dua faktor yang penting,
yang menjadi syarat bagi diterimanya suatu ibadah. Syarat-syarat diterimanya
suatu amal (ibadah) ada dua macam yaitu: 

a.Ikhlas, yakni dilaksanakan dengan mengharapkan keridhaan Allah, hanya


pamrih atas nama Allah dan karena perintah-Nya.
Allah berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 11-12 sebagai berikut:

18
“Katakanlah. ‘sesungguhnya aku diperintahkan agar menyembah Allah
dengan penuh ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. Dan aku
diperintahkan agar menjadi orang yang pertama-tama berserah diri.”

b.Ibadah dilaksanakan sesuai syariat Islam yang bersumber dari Al- Qur’an
dan As-Sunnah.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahf ayat 110 sebagai berikut:
“Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya aku ini hanyaseorang manusia
seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnyaTuhan kamu
adalah Tuhan yang Esa’. Barang siapa mengharap pertemuan dengan
Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia
mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya’.

5. Tujuan Ibadah
Ibadah dalam Islam harus dikerjakan dengan cara-cara berikut:
a.    Ikhlas, semata-mata mengharap ridha Allah swt
b.    Mahabbah dan tha’at (penuh rasa cinta dan tunduk)
c.    Istiqomah
d.    Iqtishad (dilakukan berdasarkan fitrah, sesuai dengan kapasitas dan tidak
memisahkan antara yang satu dengan yang lain)

6. Hikmah ibadah adalah:


Ibadah yang benar akan melahirkan hikmah serta hasil yang dapat
dirasakan di dunia dan juga di akhirat kelak, di antaranya sebagai beriku :
a.    Taqwa
b.    Terhindar dari perbuatan keji dan mungkar

19
c.    Diri dan harta menjadi suci
d.    Diri, fisik, dan psikis menjadi sehat
e.    Dimudahkan rezekinya dan anak keturunannya
f.   Meraih surga dan menjauhkan dari siksaan api nerakaRuang Lingkup
Syariah

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Syariah Islam memberikan tuntunan hidup khususnya pada umat Islam dan
umumnya pada seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Muamalah dalam syariah Islam bersifat fleksibel tidak kaku. Dengan demikian Syariah
Islam dapat terus menerus memberikan dasar spiritual bagi umat Islam dalam
menyongsong setiap perubahan yang terjadi di masyarakat dalam semua aspek
kehidupan.
Syariah Islam dalam muamalah senantiasa mendorong penyebaran manfaat bagi
semua pihak, menghindari saling merugikan, mencegah perselisihan dan kesewenangan
dari pihak yang kuat atas pihak-pihak yang lemah. Dengan dikembangkannya muamalah
berdasarkan syariah Islam akan lahir masyarakat marhamah, yaitu masyarakat yang
penuh rahmat.
Syariah adalah tata cara pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk
mencapai keridhaan Allah SWT.Ruang lingkup yaitu mencakup : ibadah, muamalah,
murakahat, jinayat, siyasah  akhlak, peraturan-peraturan  lainnya.

21
Daftar Pustaka

Djazuli, A. 2011. Kaidah-kaidah Fikih. Jakarta : Prenada Media Group.

Ridwan, Hasan. 2009. Fiqh Ibadah. Bandung : Pustaka Setia.

Ash Shiddieqy, Hasbi. 1991. Fiqh Ibadah. Yogyakarta : Bulan Bintang.

22

Anda mungkin juga menyukai