Anda di halaman 1dari 29

1

PROPOSAL SKRIPSI

NAMA : ABD. ADHIM

NIM : 14.3100.035

FAKULTAS : FUAD

PRODI : KPI

JUDUL :Persepsi Mahasiswi IAIN Parepare Terhadap Perilaku

Menjaga Aurat di Media Sosial Instagram

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakaian merupakan identitas manusia, ia membedakan antara satu

individu denganindividu lainnya, bahkan antara satu masyarakat dengan

masyarakat yang lain. Salah satu fungsipakaian adalah untuk menutup aurat, Islam

memberikan perbedaan yang sangat signifikan antara aurat pria dan wanita.1

Pendapat mayoritas Ulama bahwa aurat laki-laki ialah dari pusar hinggalutut

sedangkan aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak

tangan.2

Di IAIN Parepare kampus mewajibkan kepada seluruh mahasiswi untuk

menutup aurat sebagai lambang dari kampus Islam, peraturan ini nampaknya

diterjemahkandengan bermacam cara oleh para Mahasiswi, dari pengamatan kami

ada mahasiswi yang memakai jilbab yang sangat longgar tanpa menutup wajah

mereka, ada juga mahasiswi yang memakai jilbab yang agak ketat dengan rok

yang juga ketat. Waktu pemakaiannya pun berbeda-beda, ada yangmemakainya

1
M. Quraish Shihab,Jilbab pakaian wanita Muslimah, (Jakarta: Lentera Hati, 2014), h.
34.
2
Felix Y Siaw,YukBerhijab! Hijab tanpa nanti, Taat tanpa Tapi, (Bandung: Mizan, 2013
), h. 53.
2

hanya ketika di dalam area kampus saja tetapi di luar kampus dan area kos mereka

(yang cenderung sangat dekat dengan kampus) mereka tidak memakainya.Ada

yang konsisten dalam memakai jilbab baik di kampus atau di luar kampus. Ada

juga mahasiswi baru memakai jilbab sekitar seratus meter dari lingkungan kampus

sehingga disebut Jilbab Seratus Meter. Kejadian ini sangat ironis mengingat

banyak Muslimah di negeri Iain harus berjuang keras untuk mendapat hak

berjilbab di sekolah atau kampusnya.

Fenomena di atas terjadi hampir di seluruh fakultas dan Prodi di

lingkungan IAIN Parepare tidak terkecuali Fakultas Ushuluddin Adab dan

Dakwah (FUAD), hal ini sangat menarik mengingat mahasiswi yang ada di

Fakultas ini terkesan lebih paham dan mengerti mengenai anjuran dan cara

menutup aurat, di luar daripada anjuran agama juga ada kode etik yang mengatur

dan mewajibkan untuk menutup aurat. Kode etik ini juga berlaku dalam lingkup

Civitas Akademik dan seluruh Fakultas di IAIN Parepare.Mungkin pendapat ini

sangat dini akan tetapi paling tidak kesan tersebut terbentuk karena kurikulum

yang disajikan kepada mereka sangat banyakmempelajari ilmu-ilmu ke Islaman

termasuk pelajaran mengenai, syari’at Islam.

Lebih lanjut agama Islam telah menegaskan pada umatnya bahwa perempuan

muslim merupakan perhiasan yang harus dijaga karena aurat perempuan

merupakan sumber fitnah, dari gangguan laki-laki. Dalam aturan agama islam

menjaga aurat adalah sebuah kewajiban murni perintah dari Allah SWT, bukan

sebuah pilihan.

Jilbab adalah pakaian muslimah yang menutup aurat. Aurat adalah bagian

tubuh wanita yang dilarang dipertontonkan kepada laki-laki yang bukan

mahramnya. Muslimah yang sudah dewasa semuanya wajib memakai

jilbab.Syarat jilbab merupakan syariat Islam yang mulia. Tidak satu agama pun
3

yang memuat perintah menutup aurat atau berjilbab seperti yang ada pada Islam.

Perintah jilbab adalah perintah yang secara khusus ditujukan untuk memuliakan

para muslimah. Dengannya, kehormatan seorang muslimah insyah Allah akan

terjaga dengan baik dari segala bentuk bahaya.

Dalam Al-Quran, yang menjadi dalil atas wajibnya bagi para muslimah

mengenakan jilbab yaitu dalam surah Al-Ahzab ayat 59, Allah Ta’ala berfirman :

َ‫علَ ۡي ِه َّن ِمن َج َٰلَبِيبِ ِه َّۚ َّن َٰذَلِكَ أ َ ۡدن َٰ ََٰٓى أَن يُعۡ َر ۡفن‬
َ َ‫سا َٰٓ ِء ۡٱل ُم ۡؤ ِمنِينَ يُ ۡدنِين‬ ُّ ِ‫َٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلنَّب‬
َ ِ‫ي قُل ِّل َ ۡز َٰ َو ِجكَ َوبَنَاتِكَ َون‬
‫ورا َّر ِح ٗيما‬ٗ ُ ‫غف‬ َّ َ‫فَ ََل ي ُۡؤذَ ۡي َۗنَ َو َكان‬
َ ُ‫ٱَّلل‬
Terjemahan:
“Hai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya
keseluruh tubuh mereka”, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
untuk dikenal, karna itu mereka tidak diganggu. dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Al-Ahzab : 59)3
Latar belakang turunnya ayat diatas adalah ada sejumlah riwayat yang

disampaikan para ahli tafsir mengenai latar belakang turunnya ayat. Satu

diantaranya yang disampaikan oleh Ibnu Sa’ad dalam bukunya dari Abu malik.

“Para istri Nabi saw pada suatu malam keluar rumah untuk memenuhi

keperluannya, pada saat itu kaum munafiq menggoda, mengganggu dan

melecehkan mereka”. Para istri Nabi kemudian mengadukan peristiwa itu kepada

Nabi. Sesudah nabi menegur mereka, kaum munafiq itu mengatakan : “Kami pikir

itu perempuan-perempuan budak”.


Maksud bahwa perintah menggunakan jilbab sebagaimana yang

disebutkan dalam ayat diatas dimaksud dengan cara untuk memperhatikan

identitas perempuan-perempuan merdeka dari perempuan-perempuan budak.

Karena dalam tradisi arab ketika itu, perempuan-perempuan budak dinilai tidak

berharga. Mereka mudah menjadi sasaran pelecehan kaum laki-laki.Dengan

3
Umar sidiq, Diskursus Makna Jilbab Dalam Surat Al-Ahzab Ayat 59 (Studi Komparasi
Antara Pendapat Ibnu Kathir dan M. Quraish Shihhab) (STIN : PO PRESS, 2013), h. 17.
4

begitu identifikasi dari pada kaum perempuan merdeka perlu dibuat agar tidak

terjadi perlakuan yang sama seperti terhadap budak. Cara identifikasi melalui

bentuk pemakaian jilbab bagi perempuan merdeka ini dimaksudkan agar mereka

tidak menjadi sasaran pelecehan seksual laki-laki.4

Kita bisa rasakan di era kemajuan teknologi saat ini.Media mengambil

peran yang sangat besar dalam perubahan tahapan kehidupan sosial, agama,

budaya, politik, ekonomi maupun pendidikan.Internet dan media sosial adalah

termasuk media massa yang berfungsi sebagai penyampaian pesan dan informasi.

Namun saat ini seseorang bisa mengakses jaringan internet hanya dari jari

tangannya, yang sudah kita kenal bersama dengan telephone pintar (smartphone)

atau komputer mini.Tentunya ini adalah sebuah kemajuan yang patut kita syukuri

bersama.Dalam sebuah telepon pintar, ada segudang aplikasi atas program

berbasis internet yang bisa kita gunakan.Bahkan program-program tersebut biasa

kita kategorikan menjadi beberapa kategori aplikasi.Dan yang paling populer

adalah aplikasi media sosial.

Media sosial adalah media yang berbasis internet (online) yang dengan itu

penggunaanya bias dengan mudah berpatisipasi, berbagai dan menciptakan

sebuah pesanatau informasi yang bisa dikirimkan dari satu pengguna ke pengguna

lainnya diseluruh dunia.Ada beberapa macam media sosial yang sekarang populer

di kalangan Mahasiswi FUAD IAIN Parepare.Berdasarkan observasi penulis

media sosial Instagram menjadi sarana public sebagai media bebas untuk

mengekspresikan diri yang pertanggung jawaban bahkan pengawasannya

dikendalikan oleh pengguna itu sendiri.Tentunya ini menjadi kekhawatiran jika

internet dan media sosial tidak digunakan secara bijak.Internet dan media sosial

4
Husein Muhammad, Islami Agama Ramah Perempuan, (Yogyakarta: LKIS, 2004), h.
210-212
5

mempunyai segudang manfaat positif dan kemudahan yang dibayangkan orang-

orang dahulu. Akan tetapi dampak negatifnya sangat mengerikan, jika tidak

digunakan dengan bijak dan kontrol yang baik, akan menjadi malapetaka yang

besar bagi penggunanya.

Fenomena inilah menjadi keresahan dan masalah yang menarik bagi

penulis untuk melakukan penelitian lebih dalam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah pokok penelitian ini diarahkan

pada perilaku mahasiswiIAIN Parepare terhadap menjaga aurat.

Rumusan di ataskemudian dirinci beberapa sub masalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana persepsi mahasiswi IAIN Parepare terhadap menjaga aurat?

1.2.2 Bagaimana perilaku komunikasi mahasiswi IAIN terhadap menjaga aurat

dimedia sosial Instagram?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian diantaranya:

1.3.1 Untuk mengetahui persepsi komunikasi mahasiswi IAIN Parepare

terhadap menjaga aurat?

1.3.2 Untuk menganalisa perilaku komunikasi mahasiswi IAIN

Parepareterhadap menjaga aurat dimedia sosial Instagram?

1.4 Kegunaan Penelitian

Adpun kegunaan penelitian ini diantaranya:

1.4.1 Secara teoritis,diharapkan studi ini dapat dijadikan wawasan untuk

memahami dan mengetahui bagaimana caramahasiswi IAIN Parepare menjadi

muslimah yang baik dengan mengikuti syaria’at Islam menjaga aurat.


6

1.4.2 SecaraPraktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

terhadap meningkatkan kesadaran mahasiswi Fakultas Ushuluddin Adab dan

Dakwah IAIN Parepare terhadap pentingnya kewajiban menjaga aurat.


7

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan peneliti terdahulu

Berdasarkan penelusuran kajian pustaka yang penulis telah lakukan,

adapun judul penelitian ini yakni “Persepsi Mahasiswi IAIN Parepare Terhadap

Perilaku Menjaga Aurat di Media Sosial Instagram”, untuk memperjelas dan

mempermudah dalam memahami judul yang dimaksudkan maka penulis

mengambil beberapa skripsi yang membahas tentang persepsi perilaku menjaga

aurat, diantaranya adalah :

2.1.1 Dikutip dari hasil penelitian Lusiana Andriani yang berjudul "Peranan

Media Terhadap Imitasi Budaya Pop Berhijab (Studi Kasus Pada

Muslimah di Kota Medan)" menyatakan bahwa penggunaan hijab dengan

kesadaran hati bukan karena ikut-ikutan dan gaya hidup meskipun media

televisi, majalah, dan media sosial berperanan dalam hal mempengaruhi

cara pandang informan. Namun di antaranya yang paling berperanan

adalah media jejaring sosial, seperti : youtube, google, instagram,

facebook, dan blok; sebab dapat dibawa kemana saja, dapat dilihat di

mana saja, kapan saja, dan biayanya murah serta praktis. Selain itu, imitasi

hijab pop di kota Medan masih mengikuti normanorma agama / syar'i dan

dapat digunakan dengan tetap fashionable, tidak kuno, serta diupayakan

untuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi (tidak dipaksakan

memakai sesuatu yang tidak serasi dan pantas). Temuan lainnya juga

mendapati bahwa teori peniruan (modelling theories) yang menekankan

pada orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi masih terlihat disini,

yang mana individu dipandang secara otomatis cenderung berempati

dengan perasaan orang-orang yang diamatinya dan meniru perilakunya.

Persamaan dari skripsi Lusiana Adriani dengan penulis yaitu membahas


8

tentang pandangan Muslimah di Kota Medan terhadap penggunaan hijab,

yang dipengaruhi oleh media dalam hal ini media sosial seperti, youtube,

google, facebook, dan instagram. Sedangkan perbedaan penelitian dari

Lusiana Adriani dengan peneliti, yaitu pada persepsi Mahasiswa IAIN

Parepare terhadap perilaku menjaga aurat di Media Sosial Instagram.

2.1.2 Penelitian yang dilakukan oleh Yasinta Fauziah Novitasari (2014) yang

berjudul "Makna Tradisi Jilbab Sebagai Gaya Hidup (Studi Fenomenologi

Tentang Alasan Perempuan Memakai Jilbab dan Aktivitas Solo Hijabers

Community)" menyatakan bahwa Solo Hijabers Community adalah suatu

perkumpulan wanita muslimah yang berada di Kota Surakarta. Solo

Hijabers Community ini dapat dikontruksikan sebagai komunitas yang

bergaya, dalam artian komunitas muslimah yang berjilbab namun

fashionable dengan mengkreasi jilbab mereka dengan tetap sesuai dengan

syar’i. Hal tersebut memang telah menjadikan jilbab sebagai gaya hidup

bagi mereka, karena mereka memiliki pendapat kenapa mereka

melakukannya seperti itu. Hasil penelitian dalam penelitian ini adalah : (1)

Alasan mereka untuk bergabung dengan komunitas ini karena mereka haus

akan ilmu agama, komunitas muslimah dengan anggota mayoritas kaum

muda dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Solo Hijabers

Community (religi, charity dan fashion). (2) Pemaknaan jilbab oleh

anggota Solo Hijabers Community, Jilbab sendiri berarti pembatas,

penutup aurat yang dapat menjadi pelindung dan suatu kewajiban atau

perintah agama guna menjaga kehormatan wanita muslimah. Banyak hal

yang melatarbelakangi para anggota Solo Hijabers Community untuk

mulai memakai hijab. Ada yang dilatarbelangi karena kesadaran sendiri,

keinginan dan lingkungan keluarga yang islami. (3) Aktivitas Solo


9

Hijabers Community antara lain : kegiatan religi, charity (amal), dan

fashion. Dari skripsi di atas membahas fokus membahas

2.2 Tinjauan teoritis

Perkembangan teknologi informasi telah membuahkan berbagai macam

alat media komunikasi massa. Mulai dari koran, radio dan televisi dan yang

terakhir adalah internet. Munculnya media massa melalui internet ini tidak saja

mampu menciptakan masyarakat dunia global, namun secara materi mampu

mengembangkan ruang gerak kehidupan baru bagi masyarakat, sehingga tanpa

disadari komunitas manusia telah hidup dalam dua dunia kehidupan, yaitu

kehidupan masyarakat nyata dan kehidupan masyarakat maya (cybercommunity).5

2.2.1 Teori Determinisme Teknologi

Teori Determinisme Teknologi dikemukakan pertama kali oleh Marshall

McLuhan pada tahun 1962 dalam tulisannya The Guttenberg Galaxy: The Making

of Typographic Man. Ide dasar teori ini adalah bahwa perubahan yang terjadi pada

berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia

itu sendiri. Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku

dalam masyarakat, dan teknologi tersebut mengarahkan manusia bergerak dari

satu abad teknologi ke teknologi yang lain.6

Menurut Smith determinasi teknologi berawal dari asumsi bahwa

teknologi adalah kekuatan kunci dalam mengatur masyarakat. Dalam paham ini

struktur sosial dianggap sebagai kondisi yang terbentuk oleh materialistik

teknologi. Lain halnya dengan analisis Feenberg yang mengemukakan dua premis

determinasi teknologi yang bermasalah. Pertama, teknologi berkembang secara

unlinear dari konfigurasi sederhana kearah yang lebih kompleks. Kedua,

5
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2008), h. 160.
6
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 184.
10

masyarakat harus tunduk pada perubahan-perubahan yang tejadi dalam dunia

teknologi itu.7

Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku

dalam masyarakat, hingga akhirnya teknologi tersebut mengarahkan manusia

untuk bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi yang lain. Misalnya,

dari masyarakat suku yang belum mengenal huruf menuju masyarakat yang

memakai peralatan komunikasi cetak, ke masyarakat yang memakai peralatan

komunikasi elektronik.8

McLuhan berpikir bahwa budaya dibentuk oleh bagaimana cara

masyarakat berkomunikasi. Paling tidak, ada beberapa tahapan yang layak

disimak. Pertama, penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan

perubahan budaya. Kedua, perubahan di dalam jenis-jenis komunikasi akhirnya

membentuk kehidupan manusia. Ketiga, sebagaimana yang dikatakan McLuhan

bahwa, “kita membentuk peralatan untuk berkomunikasi, dan akhirnya peralatan

untuk berkomunikasi yang kita gunakan itu membentuk atau mempengaruhi

kehidupan kita sendiri.”9

Teknologi komunikasi yang digunakan dalam media massa tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia atau menurut Griffin disebut nothing remains

untouched by communication technology. Dalam perspektif McLuhan, bukan isi

yang penting dari suatu media, melainkan media itu sendiri yang lebih penting

atau yang dikenal dengan istilah medium is the message.

7
Saefullah, “Konsep dan Metode Pelayanan Umum yang Baik”, Jurnal, Ilmu Sosial dan
Ilmu Poli tik, Universitas Padjadjaran, 2007.
8
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 185.
9
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 186.
11

Inti teori determinisme yaitu penemuan atau perkembangan teknologi

komunikasi merupakan faktor yang mengubah kebudayaan manusia. McLuhan

memetakan sejarah peradaban kehidupan manusia ke dalam empat periode.10

Dalam perspektif McLuhan, media itu sendiri lebih penting dari pada isi

pesan yang disampaikan oleh media tersebut. Misalnya, mungkin isi tayangan di

televisi memang penting atau menarik, akan tetapi sebenarnya kehadiran televisi

di ruang keluarga tersebut menjadi jauh lebih penting lagi. Televisi, dengan

kehadirannya saja sudah menjadi penting, bukan lagi tentang isi pesannnya.

Kehadiran media massa telah lebih banyak mengubah kehidupan manusia, lebih

dari apa isi pesan yang mereka sampaikan.

McLuhan membuat meta teoritis asumsi dari teorinya, yakni (1) asumsi

ontologism, manusia akan beradaptasi dengan media yang mereka gunakan

sehingga mereka dapat mengirim dan menerima pesan seperti orang lain; (2)

asumsi epistemologis, ada satu kebenaran dengan mengamati apa yang telah

terjadi dari waktu ke waktu. Sebagai perubahan menengah begitu pula cara

masyarakat untuk berkomunikasi. Orang-orang hanya dapat menggunakan media

yang diciptakan (telepon untuk berbicara melalui saluran atau surat elektronik

untuk berbicara melalui komputer). Jika media yang impersonal (televisi) maka

pesan juga adalah impersonal; (3) asumsi aksiologis, teori ini adalah tujuan dalam

diri setiap orang yang akan bertindak dan merasa sama tidak peduli media apa

yang mereka gunakan asalkan menggunakan media yang sama. Nilai tidak terlibat

karena bukti terlihat ketat melalui pengamatan.11

Dilihat dari penjelasan diatas teori McLuhan sangat relevan dengan latar

belakang masalah yang peneliti angkat, dimana perubahan perilaku Mahasiswi

10
Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory, 5th edition.
11
Tulisandila.com, Teori Determinisme Teknologi, diakses dari
https://tulisandila.wordpress.com/2013/02/16/teori-determinisme-teknologi. Pada Tanggal 10
November 2018, Pukul 11.02.
12

Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Parepare berubah, perubahan ini sangat

dipengaruhi oleh terpaan teknologi internet.

2.2.2 Teori Behavioristik

Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.

Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah

laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang

menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik.

Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa

tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa

ditentukan. Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu

karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu,

menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang menghentikan

suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah

atau telah mendapat hukuman. Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat

ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari.12

Pendekatan psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah laku dalam

mempelajari individu dan bukan mengamati bagian dalam tubuh atau mencermati

penilaian orang tentang penasarannya. Behaviorisme menginginkan psikologi

sebagai pengetahuan yang ilmiah, yang dapat diamati secara obyektif.

Data yang didapat dari observasi diri dan intropeksi diri dianggap tidak

obyektif. Jika ingin menelaah kejiwaan manusia, amatilah perilaku yang muncul,

maka akan memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya. 13

12
Eni Fariyatul Fahyuni, Istikomah. Psikologi Belajar & Mengajar, (Sidoarjo: Nizamia
Learning Center, 2016). h. 26-27.
13
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), h. 44-45.
13

Jadi, behaviorisme sebenarnya adalah sebuah kelompok teori yang

memiliki kesamaan dalam mencermati dan menelaah perilaku manusia yang

menyebar di berbagai wilayah, selain Amerika teori ini berkembang di daratan

Inggris, Perancis, dan Rusia. Tokoh-tokoh yang terkenal dalam teori ini meliputi

E.L.Thorndike, I.P.Pavlov, B.F.Skinner, J.B.Watson, dll.

Adapun ciri-ciri Teori Behavioristik, sebagai berikut :

Pertama, aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari

kesadarannya, melainkan mengamati perbuatan dan tingkah laku yang

berdasarkan kenyataan. Pengalaman-pengalaman batin dikesampingkan serta

gerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab itu, behaviorisme adalah ilmu

jiwa tanpa jiwa. Kedua, segala perbuatan dikembalikan kepada refleks.

Behaviorisme mencari unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan

perbuatan bukan kesadaran yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi yang

tidak disadari terhadap suatu pengarang. Manusia dianggap sesuatu yang

kompleks refleks atau suatu mesin. Ketiga, behaviorisme berpendapat bahwa pada

waktu dilahirkan semua orang adalah sama. Menurut behaviorisme pendidikan

adalah maha kuasa, manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-

kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek keinginan hati.14

Dapat peneliti simpulkan bahwa penggunaan teori diatas dengan masalah

yang peneliti teliti di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Parepare,

sudah relevan karna terkait dengan perubahan sifat, perilaku seseorang akibat

terpaan teknologi internet.

2.3 Tinjauan Konseptual

2.3.1 Perilaku

2.3.1.1 Pengertian Perilaku

14
Novi Irwan Nahar. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran,
(Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol.1 Desember 2016), h. 4-5.
14

Perilaku merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai

frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.

Perilaku adalah kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.15

2.3.2 Menjaga Aurat

Diantara sebab mulianya seorang wanita adalah dengan menjaga auratnya

dari pandangan lelaki yang bukan mahramnya. Oleh kerena itu agama Islam

memberikan rambu-rambu batasan aurat wanita yang harus di tutup dan tidak

boleh ditampakkan. Para Ulama sepakat bahwa seluruh anggota tubuh wanita

adalah aurat yang harus di tutup, kecuali wajah dan telapak tangan yang masih

diperselisihkanoleh para Ulama tentang kewajiban menutupnya. Dalil tentang

wajibnya seorang wanita menutup auratnya di hadapan para lelaki yang bukan

mahramnya adalah firman Allâh Azza wa Jalla :

‫علَي ِْهنَّ ِم ْن َج ََلبِيبِ ِهنَّ ۚ َٰذَ ِلكَ أ َ ْدنَ َٰى أ َ ْن‬


َ َ‫اء ا ْل ُم ْؤ ِمنِينَ يُ ْدنِين‬ِ ‫س‬َ ِ‫اجكَ َوبَنَاتِكَ َون‬ِ ‫يَا أَيُّ َها النَّبِ ُّي قُ ْل ِِل َ ْز َو‬
ً ُ ‫غف‬
‫ورا َر ِحي ًما‬ َّ َ‫يُ ْع َر ْفنَ فَ ََل يُ ْؤذَ ْينَ ۗ َوكَان‬
َ ُ‫َّللا‬
Terjemahan :
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu
dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [al-Ahzâb/33:59]
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan bahwa seluruh
anggota tubuh wanita adalah aurat yang harus di tutup. Beliau Shallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda :

ْ ‫ َوإِنَّ َها إِذَا َخ َر َجتْ ِم ْن بَ ْيتِـ َها ا‬،ٌ‫ا ْل َم ْرأَةُ ع َْو َرة‬
َّ ‫ستَشْـ َر فَ َها ال‬
ُ‫شيْـ َطان‬
Terjemahan :
“Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka syaithan akan
menghiasinya”.16

15
Wawan, Teori dan pengukran pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia (Yogyakarta:
Nuha Medika, 2017), h. 11.
15

2.3.2.1 Aurat Wanita Di depan Mahramnya

Mahram adalah seseorang yang haram di nikahi kerena adanya hubungan

nasab, kekerabatan dan persusuan. Pendapat yang paling kuat tentang aurat wanita

di depan mahramnya yaitu seorang mahram di perbolehkan melihat anggota tubuh

wanita yang biasa nampak ketika dia berada di rumahnya seperti kepala, muka,

leher, lengan, kaki, betis atau dengan kata lain boleh melihat anggota tubuh yang

terkena air wudhu. Hal ini berdasarkan keumuman ayat dalam surah an-Nûr, ayat

ke-31, insyaAllâh akan datang penjelasannya pada batasan aurat wanita dengan

wanita lainnya. Dan hadist Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, beliau Radhiyallahu

anhuma berkata :

‫سلَّ َم َج ِم ْيعًا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ِ‫س ْو ِل هللا‬ ِ ‫ضئ ُْونَ فِ ْي َز َم‬
ُ ‫ان َر‬ َّ ‫سا ُء يَت َ َو‬ ِ َ‫كَان‬
َ ِ‫الر َجا ُل والن‬
Terjemahan :
Dahulu kaum lelaki dan wanita pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam melakukan wudhu’ secara bersamaan [HR. Al-Bukhâri, no.193 dan
yang lainnya]
Aurat Wanita Di Depan Wanita Lainnya terjadi perbedaan pendapat di

kalangan para Ulama tentang aurat wanita yang wajib di tutup ketika berada di

depan wanita lain. Ada dua pendapat yang masyhûr dalam masalah ini :
1. Sebagian ahli ilmu berpendapat bahwa aurat wanita di depan wanita lainnya

seperti aurat lelaki dengan lelaki yaitu dari bawah pusar sampai lutut, dengan

syarat aman dari fitnah dan tidak menimbulkan syahwat bagi orang yang

memandangnya.

2. Batasan aurat wanita dengan wanita lain, adalah sama dengan batasan sama

mahramnya, yaitu boleh memperlihatkan bagian tubuh yang menjadi tempat

perhiasan, seperti rambut, leher, dada bagian atas, lengan tangan, kaki dan

HR. Tirmidzi,no. 1173; Ibnu Khuzaimah, no. 1686; ath-Thabrani dalam Mu’jamul
16

Kabîr, no. 10115 dan yang lainnya


16

betis. Dalilnya adalah keumuman ayat dalam surah an-Nûr, ayat ke-31. Allâh

Azza wa Jalla berfirman :

ِ َ‫اء بُعُولَتِ ِهنَّ أ َ ْو أ َ ْبنَائِ ِهنَّ أ َ ْو أ َ ْبن‬


َّ‫اء بُعُولَتِ ِهن‬ ِ َ‫َو ََل يُ ْب ِدينَ ِزينَت َ ُهنَّ إِ ََّل ِلبُعُولَتِ ِهنَّ أ َ ْو آبَائِ ِهنَّ أ َ ْو آب‬
َ ِ‫أ َ ْو إِ ْخ َوانِ ِهنَّ أ َ ْو بَنِي إِ ْخ َوانِ ِهنَّ أ َ ْو بَنِي أ َ َخ َواتِ ِهنَّ أ َ ْو ن‬
َّ‫سائِ ِهن‬
Terjemahan :
Dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera–putera mereka, atau
putera–putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, [an-Nûr/24:31]
Perhiasan yang dimaksud dalam ayat di atas adalah anggota tubuh yang

biasanya di pakaikan perhiasan.Imam al- Jasshâs rahimahullah berkata, “Yang

dimaksud dengan ayat di atas adalah bolehnya seseorang menampakkan

perhiasannya kepada suaminya dan orang-orang yang disebutkan bersamanya

S1(yaitu mahram) seperti ayah dan yang lainnya. Yang terpahami, yang

dimaksudkan dengan perhiasan disini adalah anggota tubuh yang biasanya di

pakaikan perhiasan sepert wajah, tangan, lengan yang biasanya di pakaikan

gelang, leher, dada bagian atas yang biasanya di kenakan kalung, dan betis

biasanya tempat gelang kaki. Ini menunjukkan bahwa bagian tersebut boleh

dilihat oleh orang-orang yang disebutkan dalam ayat di atas (yaitu mahram).Hal

senada juga di ungkapkan oleh imam az-Zaila’i rahimahullah.


Syaikh al-Albâni rahimahullah menukil kesepakatan ahlu tafsir bahwa

yang di maksud pada ayat di atas adalah bagian tubuh yang biasanya di pakaikan

perhiasan seperti anting, gelang tangan, kalung, dan gelang kaki.17

2.3.2.2 Tabarruj (menampakkan sesuatu yang berlebihan)

Ustadz Haikal Basyarahil, “ Kewajiban Menutup Aurat Dan Batasannya” (Yayasan


17

Lajnah Istiqomah: Surakarta, 2014) Situs Web : https://almanhaj.or.id/4114-kewajiban-menutup-


aurat-dan-batasannya.html Diakses pada tanggal 15 Oktober 2018
17

Abu Ubaidah mengemukakan Tabarruj adalah Wanita menampakkan

kecantikannya (di depan laki-laki yang bukan mahram).

Keterangan Az Zajjal tentang Tabarruj yaitu Menampakkan bagian yang

indah (aurat) dan segala yang mengundang syahwat lelaki (bukan

mahram).Memakai pakaian ketat, pakaian transparan atau obral make up ketika

keluar rumah, semuanya termasuk bentuk Tabarruj yang dilarang dalam syariat.

Kecantikan wanita bukan untuk diumbar, sehingga dinikmati banyak mata lelaki

jelalatan, namun kecantikan menjadi hak suami, sang imam bagi istrinya.

2.3.2.3 Muru’ah (menjaga kehormatan diri)

Sifat yang dimiliki oleh manusia. Sifat ini yang membedakan hewan dan

makhluk lain pada umumnya.

Istilah ini dipakai agam Islam dalam pengertian mengaplikasikan akhlak

yang trpuji dalam segala aspek kehidupan serta menjauhkan akhlak yang tercela

sehingga sesoeang senantiasa hidup sebagai orang terhormat yang penuh

kewibawaan.Menurut Imam Mawardi, took mazhab Syafi’i

“Menjaga kepribadian atau akhlak yang paling utama sehingga tidak kelihatan

pada diri sesorang sesuatu yang buruk/hina”.

2.3.3 Media Sosial

Fuchs mengawali dengan perkembangan kata Web 2.0 yang dipopulerkan

oleh O’Reilly. Web 2.0 merujuk dari media internet yang tidak lagi sekedar

penghubung antara individu dengan perangkat (teknologi dan jaringan) komputer

yang selama ini ada dan terjadi dalam Web 1.0, tetapi telah melibatkan individu

untuk mempublikasikan secara bersama, saling mengolah dan melengkapi data,

web sebagai program yang bisa dikembangkan, sampai pada pengguna sampai

dengan jaringan dan alur yang sangat panjang. Menurut Shirky, media sosial dan

perangkat lunak sosial merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan pengguna


18

untuk berbagi (to share), bekerja sama (to-co-operate) di antara pengguna dan

melakukan tindakan secara kolektif yang semuanya berada di luar kerangka

institusional maupun organisasi. Jadi, disimpulkan media sosial adalah medium di

internet yang memungkinkan pengguna mempresentasikan dirinya maupun

berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan

membentuk ikatan sosial secara virtual.18

2.3.4 Instagram

Instagram adalah sebuah aplikasi untuk berbagi foto yang dapat dilihat

followers dari pengunggah foto tersebut dan dapat saling memberikan komentar

antara sesamanya. Nama Instagram sendiri berasal dari insta dan gram. Insta yang

berasal dari kata insta dan gram yang berasal dari telegram, dapat disimpulkan

dari namanya yang berarti menginformasikan atau membagikan foto kepada orang

lain dengan cepat. Fungsi dan kegunaan Instagram tidak hanya untuk berbagi foto

saja, melainkan juga untuk menyunting foto-foto yang memiliki 16 efek yang

dapat digunakan untuk menyunting foto.19

Instagram merupakan salah satu bentuk dari media sharing. Yaitu jenis

media sosial yang memfasilitasi penggunanya untuk berbagi. Instagram selain

untuk berbagi foto, bisa juga untuk berbagi video pendekyang berdurasi satu

menit. Saat mengunggah foto pun pengguna bisa menulis caption dibawahnya,

bisa sebagai keterangan mengenai foto atau video yang diunggah tersebut. Jadi,

audience bisa mengetahui produk yang diiklankan tersebut.

18
Rulli Nasrullah, Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015) hlm. 8-11.
Lina
19
Indri, “Makalah Sosial Media Instagram” dalam
https://linaindri.blogspot.com/2015/01makalah-sosial-media-instagram.html?m=1
19

2.4 Kerangka Pikir

Perilaku Mahasiswi IAIN


Parepare dalam Memamerkan
Aurat di Media Sosial
Instagram

 Konsep Menjaga Aurat RealitasPenggunaan Media


dalam Islam Sosial Instagram dikalangan
 TeoriPerilaku Komunikasi Mahasiswi

Analisa Persepsi Komunikasi


Mahasiswi IAIN Parepare
Terhadap Menjaga Aurat di
Media Sosial Instagram
20

III METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Berdasarkan pada judul yang diangkat oleh peneliti, maka penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yakni suatu penelitian yang bertujuan

untuk menerangkan fenomena sosial atau peristiwa.Sehingga peneliti ini

termaksud dalam kategori penelitian lapangan (field research), yakni meneliti

peristiwa-peristiwa yang ada di lapangan sebagaimana adanya.Hal ini sesuai

dengan defenisi penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku

yang diamati20.

20
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2004), h. 3
21

Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk mengkaji hipotesis tertentu,

tetapi hanya untuk menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau

keadaan21.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat proses penelitian berlangsung agar

mampu memberikan kejelasan terhadap penelitian yang dilakukan oleh peneliti

serta ruang lingkup pada penelitian ini memiliki batasan wilayah yang jelas.

Objek penelitian ini dilakukan di kampus IAIN Parepare Jl. Amal Bakti No. 8,

Kelurahan Bukit Harapan, Kecamatan Soreang, Kota Parepare, Sulawesi Selatan

91131.

3.2.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian dilaksanakan setelah seminar proposal skripsi

dan mendapat surat izin meneliti yang akan dilaksanakan dalam kurang lebih dua

bulan lamanya.

3.3 Fokus Penelitian

Penelitian difokuskan pada keadaan mahasiswi IAIN Parepare Fakultas

Ushuluddin, Adab dan Dakwah yang memamerkan aurat, khususnya di media

sosial Instagram.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland, sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata

dan tindakan selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya22.

21
Suharsimi Arikunto, Msanajemen Penelitian, (Cet. 4, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000),
h. 310

22
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Cet. I, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2008),h. 169.
22

Maka dari itu dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan data

sekunder.

3.4.1 Data Primer

Data yang diperoleh dari pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini,

dimana data tersebut diperoleh dari instansi/lembaga yang berkaitan langsung

dengan penelitian.Hal ini merupakan data mahasiswi IAIN Parepare Fakultas

Ushuluddin, Adab dan Dakwah yang mewakili.

3.4.2 Data Sekunder

Data pendukung dalam penelitian ini data yang diperoleh dengan

wawancara dan quisioner yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada hakikatnya merupakan cara-cara yang

dapat dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data,23 untuk mendapatkan

data dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data melalui cara yaitu:

3.5.1 Observasi (Pengamatan)

Observasi (pengamatan) adalah metode pengumpulan data secara

pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman,

pendengaran, perabahan, atau kalau perlu dengan pengecapan yang digunakan

untuk menghitung data penelitian24.

23
Triantono, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi & Tenaga
Kependidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010), h. 262

24
Triantono, Pengantar penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi & Tenaga
Kependidikan, h. 267.
23

3.5.2 Interview (Wawancara)

Interview atau wawancara merupakan proses memperoleh keterangan

dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara seseorang yang berusaha

menggali informasi dengan orang yang diwawancarai untuk mendapat informasi

yang kongkrik terkait dengan permasalahan yang diteliti25.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi yakni penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

pencatatan beberapa dokumen penting tentang objek yang diteliti, sehingga

diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data digunakan setiap kali pengambilan data dalam sebuah

penelitian.Penelitian dapat menganalisis setiap data-data yang terkumpul di

lapangan melalui teknik ini serta mengelolah data dan menarik kesimpulan

berdasarkan dari data-data yang telah didapatkan serta memberi gambaran yang

ada di lokasi penelitian.

Pada dasarnya analisis data adalah sebuah proses mengatur urutan data dan

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan urutan dasar

sehingga dapat ditemukan tema dan rumusan kerja seperti yang disarankan oleh

data. Pekerjaan analisis data dalam hal mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberi kode dan mengkategorikan data yang terkumpul, baik

dari catatan lapangan, gambar, foto atau dokumen berupa laporan.Penelitian ini

25
Bungin, B, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu
Social Lainnya, (Cet. IV, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010), h. 108.
24

adalah penelitian kualitatif, maka analisis data yang diterapkan adalah kualitatif.

Analisis tersebut menggunakan analisis data model Miles dan Hubermen.

Pengumpulan data adalah kegiatan menguraikan atau menghimpun seluruh

data yang telah didapatkan dari lapangan baik berupa hasil observasi, wawancara

serta data-data yang berbentuk dokumen tertentu tanpa terkecuali.Penyajian data,

upaya menyajikan data untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu

dari penelitian ini. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabsrtakan, dan transformasi data yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan. Kesimpulan dan verifikasi, yaitu upaya untuk

mencari makna terhadap data yang dikumpulkan, dengan, mencari pola,

hubungan, persamaan dari hal-hal yang sering timbul. Untuk lebih jelasnya uraian

dalam proses analisis data kualitatif ini, maka perlu ditekankan beberapa tahapan

dan langkah-langkah sebagai berikut :

3.6.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam penelitian.Data yang

dikumpulkan adalah data yang terkait dengan penelitian untuk menjawab

permasalahan-permasalahan yang diajukan dalam rumusan masalah.

3.6.2 Reduksi Data

Miles dan Hubermen dalam Sugiyono mengatakan bahwa reduksi data

diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstarakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan. Mereduksi data bisa berarti merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Adapun tahapan-tahapan dalam reduksi data meliputi: membuat ringkasan,

mengkode, menelususri tema dan menyusun laporan secara lengkap dan terinci.
25

Tahapan reduksi dilakukan untuk menelaah secara keseluruhan data yang

dihimpun dari lapangan, yaitu mengenai proses interaksi komunikasi antar

MahasiswiFakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Parepare maupun

kelompok kecil yang mewakili mengenai Persepsi Mahasiswa IAIN Parepare

Terhadap Persepsi Menjaga Aurat di Media Sosial Instagram, sehingga dapat

ditemukan hal-hal dari obyek yang diteliti tersebut.

3.6.3 Penyajian Data

Miles dan Huberman dalam Suprayogo dan Tobroni mengatakan bahwa

yang dimaksud penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang

tersusun dan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan26.Penyajian data dalam hal ini adalah penyampaian informasi

berdasarkan data yang diperoleh.

3.6.4 Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Miles dan Huberman dalam Rasyid mengungkapkan bahwa verifikasi data

dan penarikan kesimpulan adalah upaya untuk mengartikan data yang ditampilkan

dengan melibatkan pemahaman peneliti.27

Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang

telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi

adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola,

penjelasan, alur sebab akibat atau proporsi.

26
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama, h. 194.
27
Harun Rasyid, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Ilmu Sosial Agama, h. 71.
26

KERANGKA ISI

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Masalah

1.4 Kegunaan Penelitian

II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Terdahulu

2.2 Tinjauan Teoritis

2.2.1 Teori Determinisme Teknologi

2.2.2 Teori Behavioristik

2.3 Tinjauan Konseptual


27

2.3.1 Perilaku

2.3.2 Menjaga Aurat

2.3.3Media Sosial

2.3.4 Instagram

2.5 Kerangka Pikir

III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3 Fokus Penelitian

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.6 Teknik Analisis Data

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi. 2000.Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Bungin, B. 2010.Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,


Dan Ilmu Social Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Darsiningsih. 2016. Persepsi Mahasiswa Terhadap Penggunaan Jilbab Syar’i

Dan Implikasinya Terhadap Periaku Di Kampus(studi kasus Prodi PAI


28

Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo). Skripsi,


STAIN Ponorogo.. (diakses tanggal 11 Desember 2017)

Imam Suprayogo dan Tobroni.Metode Penelitian Sosial Agama.

Indri,Lina. 2015. Makalah Sosial Media Instagram. Situs

:https://linaindri.blogspot.com/2015/01/makalah-sosial-
mediainstagram.html?m=1, diakses pada tanggal 22 Januari 2018.

Kompasiana. 2014. Pentingnya Komunikasi Dalam Kehidupan Manusia. Situs :

http://www.kompasiana.com/2014/pentingnya komunikasi dalam


kehidupan manusia.html, diakses pada tanggal 11 Januari 2018.

Moefad. 2007.Perilaku individu dalam masyarakat kajian komunikasi sosial.


Jombang: elDeHA Press Fakultas Dakwah IKAHA.

Moleong,Lexy J. 2004.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda


Karya.

Morissan. 2010. Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Muhammad,Arni. 1995.Komunikasi Organisasi. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Muhammad, Husain. 2004. Islami Agama Ramah Perempuan.Yogjakarta: LKIS

Nasrullah,Rulli. 2015.Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan


Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Ndraha,Taliziduhu. 1997. Budaya Organisasi .Jakarta : Rineka Cipta.


29

Puspanegara,Vanni Adriani. 2016.Perilaku Komunikasi Perempuan Muslim

Bercadar Di Kota Makassar (Studi Fenomenologi). Skripsi: Universitas


Hasanuddin Makassar. (diakses tanggal 11 Desember 2017

Rahmat, Jalaludin. 1997. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remadja


Rosdakarya.

Shihab,Muhammad Quraish. 2004.Jilbab-Pakaian Wanita Muslim-Pandangan


Ulama Masa Lalu & Cendekiawan Kontemporer. Jakarta: Lentera Hati

Sidiq, Umar. 2013. Diskursus Makna Jilbab Dalam Surat Al-Ahzab Ayat 59 (Studi

Komparasi Antara Pendapat Ibnu Kathir dan M. Quraish Shihhab) . STIN:


PO PRESS.

Syam, Nina w. 2011.Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung:


Simbiosa Rekatama Media.

Triantono.2010. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi &


Tenaga Kependidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Rasyid, Harun.Metode Penelitian Kualitatif Bidang Ilmu Sosial Agama.

Anda mungkin juga menyukai