PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu langkah proses dalam rangka untuk mempengaruhi siswa atau
peserta didik agar mampu untuk menyesuaikan dirinya secara baik pada lingkungannya. Dengan
ini, akan dapat menyimpulkan perubahan dalam diri seorang siswa tersebut dan memungkinkan
berfungsi sesuai dengan kehidupan bermasyarakat.
Dalam pendidikan nasional mempunyai tujuan yakni untuk meningkatkan kualitas dari
bangsa Indonesia yakni bangsa yang dimana memiliki keimanan dan bertaqwa kepada Allah swt,
memiliki budi pekerti yang luhur, mandiri, cerdas, berkepribadian yang maju, kreatif, disiplin,
tangguh, terampil, cakap, professional, bertanggung jwab, beretos kerja yang tinggi dan
produktif serta yang tak kalah penting sehta dalam rohani dan jasmani.
Dalam tingkatan madrasah aliyah sangat penting bagi seorang guru atau pendidik untuk dapat
mengetahui beberapa karakteristik dari siswanya selain itu perlu juga diperhatikan pula
mengenai kebutuhan dari peserta didik, pemahaman terhadap peserta didik dan tugas
perkembangan anak sekolah MA dapat dijadikan suatu titik awal untuk menentukan waktu yang
sesuai dan tepat ketika memberikan pendidikan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun pengertian dari peserta didik menurut perspektif psikologis, peserta didik
adalah individu yang dimana sedang dalam suatu proses pertumbuhan dan juga
perkembangan, baik itu fisik atau psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebgai
individu yang sedang mengalami masa pertumbuhan dan berkembang, peserta didik
memerlukan suatu bimbingan dan pengarahan yang konsisten untuk menuju kearah titik
optimal kemampuan fitrahnya.
Berdasarkan beberapa perspektif dari definisi yang sudah disebutkan diatas dapat
disimpulkan bahwa peserta didik yaitu manusia yang memiliki potensi yang sedang
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik itu fisik maupun psikis menurut
fitrahnya masing-masing yang dimana membutuhkan suatu binaan, bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya pada jalur
pendidikan.
1
Demista, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014), hlm. 39
2
2.2 Pengertian Karakter
Pengertian karakteristik, Istilah karakter membuat banyak orang menyamakannya
dengan kata sifat, watak, akhlak atau tabi’at. Yang dimana kenyataanya tak selalu bisa
dimaknai seperti itu. Dimana kita perlu mempelajari pengertian dari karakter menurut
para ahli agar memahami perbedaanya. Menurut Doni kusuma, karakter adalah ciri,
karakteristik, gaya atau sifat dari dari seseorang yang dimana bersumber dari suatu
bentukan yang diterima dari lingkungannya. Berdasarkan pendapata tersebut karakter dari
peserta didik turut dibentuk dan juga dipengaruhi oleh lingkungan yang ada disekitarnya.
Adapun menurut Tadkiroatun musfiroh mengatakan bahwa suatu karakter mengacu
kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviorus), motivasi (motivations) dan
ketrampilan (skills). Dari pendapat para ahli diatas dapat kita tarik kesimpulan
bahwasannya karakter adalah ciri, sifat diri, akhlak atau budi pekerti, kepribadian dari
seseorang yang dimana dalam hal ini adalah peserta didik.
Sebagai seorang pendidik harus mendidik dan melatih bukan hanya mengajar
dikelas saja, akan tetapi mendidik dan juga untuk melatih. Dimana hal ini sangatlah tepat
apabila dikaitkan dengan pembentukan suatu karakter yang baik untuk peserta didik.
Seperti apa seorang pendidik untuk mendidik, bagaimana mengajar dan juga bagaimana
melatih para peserta didik. Semua tantangan diatas berawal dari pendidik itu sendiir,
bagaimana untuk menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan yaitu misalnya
dengan memunculkan kesan pertama pendidik yang bersikap positif saat dimana kegiatan
belajar didalam kelas. Pendidik sangat perlu untuk memahami perkembangan dari peserta
didik.
Setiap anak adalah unik. Kita dapat melihat perbedaan-perbedaan individual pada
diri seorang anak. Bahkan dengan latar belakang usia yang dimana hampir sama, akan
memperlihatkan penampilan, kemampuan, minat dan juga sikap yang berbeda.
Dalam suatu kajian psikologi, masalah individu mendapat suatu perhatian yang
besar, sehingga melahirkan suatu cabang psikologi yang dimana dikenal dengan sebutan
individual psychology atau deferential psychology yang memberikan perhatian yang
besar terhadap suatu penelitian tentang perbedaan antar individu. Dimana hal ini
didasarkan atas kenyataan bahwa di dunia ini tidak ada 2 orang yang sama persis.
3
Bahakan anak kembar sekalipun masih ditemukan adanya beberapa dimensi perbedaan
antar keduanya.2
Karakteristik yang dimana berkaitan dengan suatu perkembangan faktor biologis
cenderung lebih bersifat tetap, sedangkan karakteristik yang berkaitan dengan faktor
psikologis lebih mudah untuk berubah karena dipengaruhi oleh suatu pengalaman dan
lingkungan.3
Masa remaja yakni sekitar usia 12-21 tahun merupakan masa peralihan antara
masa kehidupan anak-anak dan menuju masa kehidupan yang dewasa. Masa dewasa
sendiri sering dikenal juga dengan sebutan masa pancaran jati diri. Pada masa remaja
ditandai juga dengan sejumlah karakteristik penting yakni:
a. Mencapai suatu hubungan yang matang dengan taman yang sebaya
b. Dapat menerima dan belajar peran social sebgai pria ataupun seorang wanita dewasa
yang dijunjung tinggi oleh masyarakat
c. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan juga
kemampuan dari diri seorang masing-masing.
d. Mengembangkan sikap yang positif terhadap suatu pernikahan, hidup berkeluarga dan
untuk memiliki anak
e. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara social
a. Melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan bertahan dalam kondisi yang sulit
dan juga penuh dengan godaan
b. Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersikap aktif dan
positif
c. Menjalin hubungan dengan siswa dan bersedia untuk mendengarkan segala keluh
kesah dan problem yang sedang dihadapinya.4
2
Ibid, hlm.51
3
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 12
4
Ibid, hlm. 36-38
4
Adapun pendapat dari Sunarto (Http://e-learning.Po.Unp.Ac.Id, 1999),
menyatakan bahwa masa remaja adalah upaya menentukan jati dirinya (identitasnya) atau
aktualisasi diri. Masa remaja dan perubahan yang menyertainya merupakan fenomena
yang harus dihadapi oleh guru. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia
mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Selama di SMA, seluruh aspek perkembangan
manusia yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif mengalami perubahan yang luar biasa.
Siswa SMA mengalami masa remaja, satu periode perkembangan sebagai transisi dari
masa anak-anak menuju masa dewasa. Anak dipandang sebagai salah satu sumber untuk
menentukan apa yang akan dijadikan bahan pelajaran. Anak bukanlah hanya sekedar
versi yang lebih kecil dari orang dewasa. Anak memiliki kemampuan dan kebutuhan
yang sangat khusus. Untuk itu perlu dipelajari bagaimana anak tumbuh, berkembang dan
belajar, apa kebutuhan dan apa minatnya. Proses berkembang ini dibagi atas fase-fase
tertentu. Dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu, memberikan
informasi dan landasan dalam menentukan alternatif model latihan yang cocok agar
kemampuan anak dapat dikembangkan seoptimal mungkin.5
5
Sunarto (Http://E-learning.Po.Unp.ac. Id, 1999), diakses 1 september 2019 pukul 20:24 wib
5
Wuest dan Lombardo (Arma Abdullah dan Agusmanaji. 1994) menyatakan
perkembangan kognitif pada siswa SMA meliputi peningkatan fungsi intelektual,
kapasitas memori dan bahasa, dan pemikiran konseptual. Siswa mengalami peningkatan
kemampuan mengekspresikan diri, kemampuan memecahkan masalah dan membuat
keputusan akan meningkat.
6
Zed, Mestika. Metodologi Sejarah. (Padang: FIS UNP,1999), 27-30.
6
catatan dari masa lalu, menginterpretasikan catatan sejarah, dan membangun suatu cerita
sejarah berdasarkan pemahamannya.7
Mengacu pada pendapat Zed terdapat tiga model berpikir sejarah yaitu aductif,
historical, mindedness dan Zeitgeit yang kemudian dimengerti dengan arti yang sama
yaitu standar berpikir sejarah “aduktif” atau berorientasi kepada masalah (problem
oriented) dan thinking of time yang keduanya sebagai satu kesatuan yang bersifat
interaktif dan saling mendukung satu sama lain.
Menurut Sjamsuddin ada tiga keterampilan intelektual yang sesuai untuk pembelajaran
sejarah yaitu:9
1) Perhatian kepada waktu (lampau). Kemampuan untuk menggunakannya dalam
mengidentifikan pemahaman waktu (time sense), sejarah harus berupa penguasaan akan
7
Isjoni. Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. (Bandung: Alpbeta, 2007). 82
8
Zed, Mestika. Metodologi Sejarah. (Padang: FIS UNP,1999), 27-30.
9
Sjamsuddin, Helius. Penulisan Buku Teks dan Sejarah Lokal dalam Buku Sejarah Lokal Penulisan dan Pembelajaran
di Sekolah . (Bandung :Salamian Perss, 2007),202-203.
7
konsepkonsep dasar waktu dan penerapannya dalam argumentasi sejarah dan belajar
menggunakanya.
2) Kemampuan imagenasi gambar (piktorial) dan empati. Kemampauan penggunaan yang
terkendali dari imagenasi yang berupa aktivitas mental yang esensial bagi pemahaman
objektif sejarawan akan masa lalu. Mahasiswa harus dapat berpikir piktorial
(pictorically), mengimajinasikan rician (detail) yang ditampilkan dalam cetakan yang
abstrak dan mengimajenasikan dengan rincian yang otentiks tentang realitas sejarah.
3) Kemampuan berpikir empatetik. Kemampauan menempatkan diri sendiri secara
imajenatif dalam suatu situasi, seorang tokoh atau peristiwa sejarah. Untuk itu
mahasiswa harus melihat masa lalu secara keseluruhan, meskipun yang dipelajari hanya
bagian-bagian saja.
a. guru harus mengajak siswa berpikir tentang materi aktual yang ada disekitar mereka.
b. guru tidak lagi terpaku pada buku teks tetapi guru harus mengarahkan dan memberikan
pertanyaan-pertanyaan dari materi sejarah dengan menstimulasi siswa untuk berpikir dan
mengajak siswa untuk melakukan penemuan.
c. jika pembelajaran harus menggunakan buku teks maka yang dilakukan adalah mengajak
siswa melakukan penelitian sistematis dan melakukan koreksi terhadap buku teks
sehingga siswa terstimulasi untuk belajar. Isi buku teks digunakan untuk menemukan
permasalahan dan menarik hipotesis.
d. kurikulum sejarah haruslah sistematis sehingga siswa dapat melakukan penemuan dalam
proses pembelajarannya.
BAB III
PENUTUP
10
Harada, Tomohito. Consistency Of History Curriculum In Primary and Secondary School. Dalam Jurnal Studi Sosial
Vol 1. (Yogyakarta: Hispisi, 2005), 27.
8
3.1 Kesimpulan
Peserta didik merupakan manusia yang dimana memiliki sutau potensi yang sedang
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik itu fisik maupun psikis menurut fitrahnya
masing-masing yang dimana membutuhkan binaan, suatu pengarahan dan bimbingan yang
kosisten menuju keraha titik optimal kemampuan fitrahnya pada jenjang pendidikan.
Setiap peserta didik merupakan individu yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya, baik dalam perbedaan dari aspek fisik maupun psikologis. Namun perbedaan-perbedaan
yang terdapat dalam diri setiap seorang peserta didik, mengharuskan seorang guru dapat
mengetahui setiap segala sesuatu karakteristik yang ada pada setaip diri peserta didik sehingga
guru tersebut dapat menentukan bagaimana cara mengajar yang bersifat efektif dan efisien.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui bagaimana karakteristik peserta didik
MA dan Historycal Thinking skills. Dalam pembuatan makalah ini kami sangat menyadari
bahwa masih banyak terdapat kesalahan terutama dalam pengumpulan literasi. Maka penulis
mengharap kritik dan saran yang dimana dapat membangun dari semua pihak untuk dapat
menulis karya tulis ilmiah yang lebih baik lagi untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
9
Demista,. 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosda Karya
Enung Fatimah. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Sunarto (Http://E-learning.Po.Unp.ac. Id, 1999), diakses 1 september 2019 pukul 20:24 wib
Helius, Sjamsuddin. 2007. Penulisan Buku Teks dan Sejarah Lokal dalam Buku Sejarah Lokal
Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah . Bandung :Salamian Perss.
Tomohito, Harada. 2005. Consistency Of History Curriculum In Primary and Secondary School.
Dalam Jurnal Studi Sosial Vol 1. Yogyakarta: Hispisi.
10