Sem. lV/PAI 3
Disusun Oleh : Kelompok 10
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah Fiqh
Perbandingan Mazhab yang berjudul “Model Model Pembelajaran Dan
Bagaimana Penerapannya Dalam Pembelajaran Fiqh: Discovery Learning, Project-
Based Learning, Problem-Based Learning, Dan Inquiry”. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Startegi Pembelajaran Fiqh.
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
memudahkan pembaca untuk memahaminya. Adapun jika terdapat banyak
kekeliruan atau kesalahan didalam tugas ini, kami mohon kritik dan saran agar
tugas ini dapat menjadi lebih baik lagi ke depannya. Tentu saja kami tidak dapat
menyelesaikan tugas ini tanpa bantuan pihak lain. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Bapak Ihsan Satria Azhar,
MA.
Pemakalah
DAFTAR ISI
A. Simpulan ........................................................................................................15
B. Saran ...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkaitan dengan cara atau metode apa yang akan dipilih dan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran , seorang guru harus terlebih dahulu memahami
berbagai pendakatan, strategi, dan model pembelajaran. Pemahaman tentang hal
ini akan memberikan tuntutan kepada guru untuk dapat memilah , memilih, dan
menetapkan dengan tepat metode pmbelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
Agar pembelajaran fiqih dapat diserap dengan baik oleh siswa, selain
diperlukan strategi pembelajaran, guru juga perlu memiliki metode dan model
pembelajaran yang dipandang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa. Istilah
model pembelajaran dibedakan dari istilah metode pembelajaran. Model
pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru didalam
kelas yang menyangkut srtrategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran
yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dikelas. Sedanglkan
metode pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum.
1
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009) h.22.
2
Ibid, h.22
Dari pembelajaran diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang
sistematis dalam menggorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentudan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Jadi istilah
model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada metode
pembelajaran.
3
Idrus Alwi, dkk, Panduan Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. (Jakarta: Saraz Publishing,2014), h.83
Metode pembelajaran berbasis penemuan atau discovery learning adalah
metode belajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui
pemberitahuan, namun ditemukan sendiri.4
4
Agus N,Cahyo, Panduan Aplikasi teori-teori Belajar Mengajar Teraktual dan
Terpopuler. (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h.100.
Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaaan metode
yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri dalam suatu tujuan.
5
Opcit, h. 86.
memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan
mantap.
5. Penilaian dilakukan untuk mengukur dan mengamati kegiatan dan
kemajuan siswa, serta mengukur ketrampilan dan hasil belajar siswa.25
Dalam model Discovery Learning itu sendiri, siswa dibiarkan menemukan
sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan
memberikan intruksi. Dengan demikian potensi siswa dapat diberdayakan, dan
dapat belajar mandiri. Siswa tidak lagi sebagai penerima pengetahuan, dan guru
dapat berperan sebagai motivator, pengarah, dan pemberi stimulus.
Centrality bahwa Project Based Learning adalah pusat atau inti kurikulum,
bukan pelengkap kurikulum. Project Based Learning berfokus pada pertanyaan
autentik yang membuat para siswa berjuang keras untuk mengatasi tugas yang
diberikan dan menghubungkan kinerja mereka pada prinsip dan konsep inti.
Menurut kriteria Project Based Learning siswa harus pandai membuat koneksi
antara aktivitas dengan pengetahuan konseptual yang mendasarinya dan
membantu untuk berkembang. Pertanyaan pengarah bisa disusun di sekitar topik
atau gabungan topik dari beberapa disiplin dan sepadan dengan aktivitas, produk,
dan kinerja yang didasarkan pada satu tujuan intelektual.7
6
Margareth Holm, Project Based Instruction: A review of the literature on Effectiveness
in Prekindergarten through 12th Grade Classroom. Rivier Academic Journal 2011, (Online), 7 (2),
(http://www.rivier.edu/journal/ROAJ-Fall-2011/J575-Project-BasedInstruction-Holm.pdf), diakses
tanggal 31 Mei 2020, hlm .21.
7
Thomas J.W, A Review of Research On Project Based Learning. Supported by The
Autodesk Foundation 111Mclnnis Parkway San Rafael, California, 2000. (Online),
(http://www.autodesk.com/foundation), diakses tanggal 11 Maret 2014, hlm. 8.
Pembelajaran seperti ini akan lebih bermakna, karena siswa terlibat langsung
dalam proses perolehan konsep untuk penyelesaian proyek yang berkaitan dengan
konsep fiqh
8
Richard I Arends, Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007, h. 43.
9
Nata Abbudin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2011,
h. 243.
10
Rusman, Model-Model Pembelajaran, Bandung: Rajawali Pers, 2010, h. 238.
didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak
terstruktur dengan baik.11
11
Finkle and Torp dalam Aris Shoimin, Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum
2013, Yokyakarta: AR-ruz media, 2014, h. 130.
12
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005,
h. 6.
pertama hingga fase kelima. Keberhasilan implementasi model Problem Based
Learning pada mata pelajaran fiqh dapat dilihat dari pemahaman siswa terkait
permasalahan fiqh yang diberikan oleh guru. Adapun pemahaman siswa dalam
pembelajaran fiqh dapat dilihat dari hasil belajar baik secara kognitif, afektif
maupun psikomotorik. Keberhasilan pembelajaran juga dapat dilihat dari kegiatan
aktif siswa dalam implementasi model Problem Based Learning pada mata
pelajaran fiqh.13
Metode inquiry bisa disebut juga metode penemuan yang berarti adalah
cara penyajian pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Sedangkan menurut
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, metode adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.15
Bagi siswa, mata pelajaran Fiqih yang identik dengan kasus-kasus yang
rumit sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami sehingga
mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Hanya ada beberapa siswa yang suka
13
Ibid. h. 7.
14
Kourilsky dalam Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara,
2001), h. 220.
15
Mulyani Sumantri dan Johan Permana, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PERS,
2004), h. 142.
terhadap fiqh karena merasa asyik dalam study case. Rata-rata yang senang
terhadap fiqih adalah mereka yang memiliki kecerdasan lebih dibanding siswa
lain.
Untuk dapat melaksanakan tehnik mengajar yang baik maka seorang guru
harus menguasai ketrampilan menggunakan variasi dalam pembelajaran, baik
variasi gaya mengajar, variasi media dan bahan ajar dan variasi pola interaksi dan
kegiatan siswa untuk kepentingan siswanya sehingga memungkinkan
perkembangannya secara optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran dan siswa
tidak akan cepat bosan.
16
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2002), h. 38
meningkatkan motivasi belajar siswa.17 Proses belajar dan hasil belajar para siswa
bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulum. Akan tetapi
sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing
mereka.
Mengajar.
Begitu juga pada pembelajaran fiqih yang berisi tentang hukum Islam baik
ibadah maupun muamalat, tentunya pembelajaran perlu diarahkan kepada
17
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Bumi Aksara, 2002), h. 78
18
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997),h. 4-6.
pengetahuan dan pemahaman siswa langsung dalam proses pembelajran itu,
inquiry menjadi salah satu alternatif dalam pembelajaran Karena metode inquiry
merupakan metode mengajar yang melibatkan siswa secara langsung yang menuju
pada penemuan sendiri. Dalam hal ini guru hanya mengarahkan atau menuntun
siswa agar dapat menentukan sendiri, guru dan siswa bekerja kooperatif.
Pendekatan metode inquiry sebagai salah satu pilihan pendekatan pembelajaran
karena pendekatan pembelajaran ini mengarah siswa pada kegiatan yang dapat
mengembangkan sikap ilmiah dimana siswa dibimbing untuk mencari dan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri tentang suatu konsep sains sehingga
pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta melainkan hasil dari mereka sendiri. Dengan
menentukan sendiri siswa dapat menguasai suatu konsep dengan betul-betul dan
bersifat tahan lama atau tidak mudah dilupakan.
19
Muhammad Nurhan, Fikih Untuk MI Kelas V, (Semarang: CV Aneka Ilmu, 2009), h. 7
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini juga masih terdapat kekurangan lain, oleh
karena itu saran dan kritik sangat penulis butuhkan dalam memperbaiki makalah
berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan
umumnya untuk pembaca.
DAFTAR PUSTAKA