Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Model Model Pembelajaran Dan Bagaimana Penerapannya Dalam


Pembelajaran Fiqh: Discovery Learning, Project-Based Learning, Problem-Based
Learning, Dan Inquiry
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
Strategi Pembelajaran Fiqh

Dosen Pengampu : Prof. Ihsan Satria Azhar, MA

Sem. lV/PAI 3
Disusun Oleh : Kelompok 10

1. Rosnila Wati Pasaribu (0301181059)


2. Rahmadawani Sihombing (0301181067)
3. Salsadillah (0301183247)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATRA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah Fiqh
Perbandingan Mazhab yang berjudul “Model Model Pembelajaran Dan
Bagaimana Penerapannya Dalam Pembelajaran Fiqh: Discovery Learning, Project-
Based Learning, Problem-Based Learning, Dan Inquiry”. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Startegi Pembelajaran Fiqh.

Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
memudahkan pembaca untuk memahaminya. Adapun jika terdapat banyak
kekeliruan atau kesalahan didalam tugas ini, kami mohon kritik dan saran agar
tugas ini dapat menjadi lebih baik lagi ke depannya. Tentu saja kami tidak dapat
menyelesaikan tugas ini tanpa bantuan pihak lain. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Bapak Ihsan Satria Azhar,
MA.

Medan, Mei 2020

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................1


BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................2

1. Model Discovery Learning ...........................................................................3


2. Model Project-Based Learning .....................................................................7
3. Model Problem Based Learning ...................................................................9
4. Model Pembelajaran Inquiry .........................................................................11
BAB III PENUTUP .................................................................................................15

A. Simpulan ........................................................................................................15
B. Saran ...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa


melakukan keiatan belajar , untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang
diharapkan . dalam merancang kegiatan pembeajaran ini, seorang guru semestinya
memahami karakteristik siswa, tujuan pembelajran, yang ingin dicapai atau
kompetensi yang harus dikuasai siswa, materi ajar yang akan disajikan, dan cara
yang digunakan terus mengemas penyajian materi serta penggunaan bentuk dan
jenis penilaian yang akan dipiih untuk melakukan mengukuran terhadap
ketercapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah dimiliki siswa.

Berkaitan dengan cara atau metode apa yang akan dipilih dan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran , seorang guru harus terlebih dahulu memahami
berbagai pendakatan, strategi, dan model pembelajaran. Pemahaman tentang hal
ini akan memberikan tuntutan kepada guru untuk dapat memilah , memilih, dan
menetapkan dengan tepat metode pmbelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran.

Perlu dipahami bahwa setiap pendekatan pembelajran memiliki pandangan


yang berbeda tentang konsepsi dan makna pembelajaran, pandangan tentang guru
, dan pandangan tentang siswa, perbedaan inilah kemudian mengakibatkan strategi
dan model pembelajaran yang dikembangkan menjadi berbeda juga, sehingga
proses pembelajaran akan berbeda walaupun strategi pembelajaran sama. Dalam
makalah ini kami menekankan model pembelajaran PJBL yang membahas
tentang model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran

Sebelum membahas tentang model pembelajaran, terlebih dahulu kita


harus mengatahui apakah yang dimaksud dengan model? Secara kaffah model
dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk
mempresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuksebuah
bentuk yang lebih komprehensif. (Meyer, W.J.,1985:2).

Agar pembelajaran fiqih dapat diserap dengan baik oleh siswa, selain
diperlukan strategi pembelajaran, guru juga perlu memiliki metode dan model
pembelajaran yang dipandang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa. Istilah
model pembelajaran dibedakan dari istilah metode pembelajaran. Model
pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru didalam
kelas yang menyangkut srtrategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran
yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dikelas. Sedanglkan
metode pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum.

Arends menyatakan “The tern teaching models refers to a particular


approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and
managemeny system”.1 Yang artinya, istilah model pembelajaran mengarah pada
suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya,
lingkungan dan sistem pengelolaannya. Adapun sukamto, dkk mengemukakan
maksud dari model pembelajaran adalah: “kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, an berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.2

1
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009) h.22.
2
Ibid, h.22
Dari pembelajaran diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang
sistematis dalam menggorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentudan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Jadi istilah
model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada metode
pembelajaran.

Model pembelajaran yang baik memiliki ciri – ciri sebagai berikut:

1. Valid, yaitu model pembelajaran berhubungan dengan rasional teoritik dan


memiliki konsistensi internal.
2. Praktis, apa yang dikembangkan memang benar – benar diterapkan.
3. Efektif, yaitu model pembelajaran harus memberi hasil sesuai dengan yang
diharapkan.
Adapun beberapa model model pembelajaran modern dan penerapannya
dalam pembelajaran Fiqh diantaranya:

1. Model Discovery Learning

Model discovery learning dapat diartikan sebagai cara penyajian pelajaran


yang memberi pelajaran kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan
atau tanpa bantuan guru.3 Model discovery learning lebih dikenal dengan metode
penemuan terbimbing, para siswa diberi bimbingan singkat untuk menemukan
jawabannya. Harus diusahakan agar jawaban atau hasil akhir itu tetap ditemukan
sendiri oleh siswa.

Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang


dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan
pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu,
melalui keterlibatan siswa ssecara aktif dalam proses pembelajaran.

3
Idrus Alwi, dkk, Panduan Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. (Jakarta: Saraz Publishing,2014), h.83
Metode pembelajaran berbasis penemuan atau discovery learning adalah
metode belajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui
pemberitahuan, namun ditemukan sendiri.4

Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran


yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan
konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, menarik kesimpulam dan sebagainya untuk menemukan beberapa
konsep atau prinsip.

Metode Discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang


mementingkan pengajaran perseorangan, memanipulasi objek sebelum sampai
pada generalisasi. Contohnya dalam penggunaan praktek memandikan mayat bisa
dijadikan boneka atau sejenisnya. Makanya anak harus berperan aktif dalam
belajar. Peran aktif anak dalam belajar ini diterapkan melalui penemuan.

Sedangkan menurut Budiningsih (2005), metode discovery learning adalah


memahami konsep, arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk pada akhirnya
sampai kepada suatu kesimpulan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa
aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh
akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa.
Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba
memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam
kehidupan bermasyarakat.

Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar


mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik akan
ditentukan oleh relevasian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan.

4
Agus N,Cahyo, Panduan Aplikasi teori-teori Belajar Mengajar Teraktual dan
Terpopuler. (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h.100.
Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaaan metode
yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri dalam suatu tujuan.

Penggunaan model discovery learning guru berusaha untuk meningkatkan


aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga model discovery learning
ini memiliki tujuan sebagai berikut:5

a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk menegmbangkan,


memperbanyak kesiapan serta, penguasaan keterampilan dalam proses
kognitif/pengenalan siswa
b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual
sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut,
c) Dapat meningkatkan kegairan belajar para siswa.
1.1 Karakteristik Strategi Pembelajaran Active Learning Model Discovery
Learning

Menurut Bonwell, Pembelajaran Aktif memiliki karakteristik-


karakteristik sebagai berikut:

1. Pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa berperan lebih aktif dalam


mengembangkan cara-cara belajar mandiri. Siswa berperan serta pada
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses belajar. Pengalaman siswa
lebih diutamakan.
2. Guru membimbing dalam terjadinya pengalaman belajar. Guru bukan satu-
satunya sumber belajar. Guru merupakan salah satunya sumber belajar,
yang memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan
atau ketrampilan sendiri melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan
motivasi dari dalam dirinya, dan dapat mengembangkan pengalaman untuk
membuat suatu karya.
3. Tujuan kegiatan pembelajaran tidak hanya untuk sekedar mengejar standar
akademis. Selain pencapaian standar akademis, kegiatan ditekankan untuk
mengembangkan siswa secara utuh dan seimbang.
4. Pengelolaan kegiatan pembelajaran ditekankan pada kreativitas siswa, dan

5
Opcit, h. 86.
memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan
mantap.
5. Penilaian dilakukan untuk mengukur dan mengamati kegiatan dan
kemajuan siswa, serta mengukur ketrampilan dan hasil belajar siswa.25
Dalam model Discovery Learning itu sendiri, siswa dibiarkan menemukan
sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan
memberikan intruksi. Dengan demikian potensi siswa dapat diberdayakan, dan
dapat belajar mandiri. Siswa tidak lagi sebagai penerima pengetahuan, dan guru
dapat berperan sebagai motivator, pengarah, dan pemberi stimulus.

1.2 Aplikasi Model Pembelajaran Discovery Learning

Dalam rangka mengaplikasikan model pembelajaran discovery learning


didalam kelas guru bidang studi harus melakukan beberapa persiapan terlebih
dahulu. Berikut ini tahapan perencanaan menurut Brunner:

1. Tahap persiapan dalam aplikasi model Discovey Learning


2. Menentukan tujuan pembelajaran.
3. Menentukan identifikasikarakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya).
4. Memilih materi pelajaran.
5. Menentukan topic-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh generalisasi).
6. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh- contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
7. Mengatur topik-topik plajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang
konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktik, ikonik sampai ke simbolik.
8. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
1.3 Prosedur Aplikasi Discovery Learning

Menurut Syah (2004), dalam mengaplikasi Model discovery learning di


dalam kelas, tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan
belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut:

1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan


2. Problem Statemen (pernyataan/identifikasi masalah)
3. Data Collection (pengumpulan data)
4. Data Processing (pengolahan data)
5. Verification (petahkikan/pembuktian)
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi
Dari paparan diatas, terbukti bahwa penerapan discovery learning pada
pembelajaran fiqh dapat meningkatkan dibagian ranah kognitif anak, seperti yang
saya baca dalam berbagai jurnal. Dimana pada model discovery learning ini
peserta didik dituntut agar selalu mencari tahu tetang sub topik yang dibahas. Dari
jurnal yang saya kutip oleh Chairil Anwar, jurnal ta’dib vol.XII no. 1, juni 2008
menegaskan bahwa sebagai berikut:
1. Model discovery learning dalam penyajian pembelajaran fiqh memberikan
pelajaran kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau
tanpa bantuan guru, sehingga peserta disini dituntut aktif. Peran aktif anak
ditandai dengan penemuan baru. Maka hasil temuan tadi akan tahan lama
dalam ingatannya dan tidak mudah dilupakan peserta didik. Dengan
belajar penemuan, anak juga bisa belajar berpikir, analisis, dan mencoba
memecahkan masalahnya sendiri.nah kebiasaan ini akan ditransfer dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Dalam pengaplikasian model discovery learning guru berusaha
meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar dan
guru hanya sebagai fasilisator. Terbukti dengan penggunaan mdel
discovery learning ini, menjadikan peserta didik menjadi lebih aktif.
2. Model Project-Based Learning

Project Based Learning dideskripsikan sebagai pembelajaran yang


menekankan pada waktu yang lama, penugasan multidisplin, dan aktivitas yang
berpusat pada siswa serta berfokus pada persoalan atau masalah kehidupan
nyata.5 Guru berperan sebagai fasilitator dan menugaskan siswa untuk
memecahkan masalah secara berkelompok. Pembelajaran ini bermaksud
membawa siswa belajar lebih dalam, menggunakan inkuiri, mengajukan
pertanyaan tentang berbagai masalah yang terkait dengan kehidupan siswa.6

Tinjauan ulang riset mengungkapkan bahwa ada tradisi longstanding di


sekolah yang melakukan proyek, hands on activity, melibatkan siswa dalam
mengembangkan tema-tema interdisipliner. Dalam hal ini, Project Based Learning
pada dasarnya berbeda dengan instruksi kelas dan discovery learning. Thomas
(2000)7menandai lima kriteria Project Based Learning, yaitu ”centrality, berfokus
pada pertanyaan autentik, penyelidikan-penyelidikan bersifat konstruktivis,
otonomi pembelajar, dan realisme”.

Centrality bahwa Project Based Learning adalah pusat atau inti kurikulum,
bukan pelengkap kurikulum. Project Based Learning berfokus pada pertanyaan
autentik yang membuat para siswa berjuang keras untuk mengatasi tugas yang
diberikan dan menghubungkan kinerja mereka pada prinsip dan konsep inti.
Menurut kriteria Project Based Learning siswa harus pandai membuat koneksi
antara aktivitas dengan pengetahuan konseptual yang mendasarinya dan
membantu untuk berkembang. Pertanyaan pengarah bisa disusun di sekitar topik
atau gabungan topik dari beberapa disiplin dan sepadan dengan aktivitas, produk,
dan kinerja yang didasarkan pada satu tujuan intelektual.7

Pelaksanaan pembelajaran model Project Based Learning menuntut siswa


mampu mengaplikasikan teori, keterampilan, dan teknik yang dipelajari untuk
memecahkan permasalahan yang dekat dengan siswa. Hal tersebut sesuai dengan
implementasi Project Based Learning yang dikemukakan oleh Audet (dalam
Sumarmi 2012)14 bahwa ” penerapan Project Based Learning menuntut siswa
untuk mengintegrasikan antara dunia nyata dan pembelajaran, belajar secara
terarah, kooperatif, dan investigasi mendalam untuk pemecahan masalah”.

6
Margareth Holm, Project Based Instruction: A review of the literature on Effectiveness
in Prekindergarten through 12th Grade Classroom. Rivier Academic Journal 2011, (Online), 7 (2),
(http://www.rivier.edu/journal/ROAJ-Fall-2011/J575-Project-BasedInstruction-Holm.pdf), diakses
tanggal 31 Mei 2020, hlm .21.
7
Thomas J.W, A Review of Research On Project Based Learning. Supported by The
Autodesk Foundation 111Mclnnis Parkway San Rafael, California, 2000. (Online),
(http://www.autodesk.com/foundation), diakses tanggal 11 Maret 2014, hlm. 8.
Pembelajaran seperti ini akan lebih bermakna, karena siswa terlibat langsung
dalam proses perolehan konsep untuk penyelesaian proyek yang berkaitan dengan
konsep fiqh

3. Model Problem Based Learning

Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang


menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada
siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan
penyelidikan.8 Problem Based Learning pada dasarnya dirancang untuk membantu
siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan menyelesaikan
masalah, mempelajari peran- peran orang dewasa dan menjadi pelajar yang
mandiri. Model pembelajaran ini menyediakan sebuah alternatif yang menarik
bagi guru yang menginginkan maju melebihi pendekatan-pendekatan yang lebih
berpusat pada guru untuk menantang siswa dengan aspek pembelajaran aktif
dalam model pembelajaran tersebut.

Problem Based Learning atau model pembelajaran berbasis masalah


adalah sebuah model pembelajaran yang memfokuskan pada pelacakan akar
masalah dan memecahkan masalah tersebut.9 Dengan memahami akar masalah
yang berkembang sesuai dengan perkembangan manusia, siswa akan dapat
berlatih untuk memberikan penyelesaian terhadap permasalahan yang terjadi
tersebut. Hal ini tentunya sesuai dengan tujuan model Problem Based Learning
yang diutamakan untuk penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan
pengembangan keterampilan pemecahan masalah.10

Problem Based Learning merupakan pengembangan kurikulum dan sistem


pengajaran yang mengembangkan secara stimulan strategi pemecahan masalah
dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta

8
Richard I Arends, Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007, h. 43.
9
Nata Abbudin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2011,
h. 243.
10
Rusman, Model-Model Pembelajaran, Bandung: Rajawali Pers, 2010, h. 238.
didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak
terstruktur dengan baik.11

3.1 Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam


Pembelajaran Fiqh

Penerapan model Problem Based Learning pada mata pelajaran fiqh


disesuaikan dengan sintak model tersebut. Implementasi model Problem Based
Learning dilakukan guru dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Perencanaan yang dilakukan guru dilaksanakan dengan menyesuaikan materi dan
perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam memahami materi shalat jum’at
dan masalah yang berkaitan dengan shalat jum’at. Pelaksanaan model Problem
Based Learning dilaksanakan melalui 5 fase yang setiap fasenya disesuaikan
dengan langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa. Fase
pertama dilakukan dengan memberikan orientasi tentang permasalahan kepada
siswa, fase kedua dilakukan dengan mengorganisasikan siswa. Fase ketiga
dilakukan dengan membantu investigasi mandiri dan kelompok. Fase selanjutnya
dilakukan dengan mengembangkan dan menyajikan hasil dan fase yang terakhir
dilakukan dengan menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.
Fase-fase tersebut merupakan langkah-langkah yang perlu diperhatikan guru
dalam mengimplementasikan model Problem Based Learning dan setiap fase
harus dapat memberikan pemahaman yang bermakna bagi siswa dalam
memahami pembelajaran.12

Pada pelaksanaan model Problem Based Learning dapat dilihat antusiasme


siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru terkait
masalah yang diajukan oleh guru yakni permasalahan dalam pembelajaran fiqh,
yakni pada pelaksanaan shalat Jum’at ketika bepergian. Sintak pada model
pembelajaran ini tiap fasenya juga dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai
tahapan yang semestinya dalam penerapan model pembelajaran ini. Peran guru
sangat besar dalam menentukan pemahaman siswa pada tiap fase, yakni dari fase

11
Finkle and Torp dalam Aris Shoimin, Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum
2013, Yokyakarta: AR-ruz media, 2014, h. 130.
12
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005,
h. 6.
pertama hingga fase kelima. Keberhasilan implementasi model Problem Based
Learning pada mata pelajaran fiqh dapat dilihat dari pemahaman siswa terkait
permasalahan fiqh yang diberikan oleh guru. Adapun pemahaman siswa dalam
pembelajaran fiqh dapat dilihat dari hasil belajar baik secara kognitif, afektif
maupun psikomotorik. Keberhasilan pembelajaran juga dapat dilihat dari kegiatan
aktif siswa dalam implementasi model Problem Based Learning pada mata
pelajaran fiqh.13

4. Model Pembelajaran Inqury

Menurut Kourilsky menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan inquiry


adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa inquiry ke
dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui
suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok.14

Metode inquiry bisa disebut juga metode penemuan yang berarti adalah
cara penyajian pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Sedangkan menurut
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, metode adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.15

Dari tiga pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian metode inquiry


adalah suatu strategi penyajian pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan
memberi kesempatan kepada siswa untuk mencari jawaban-jawaban terhadap isi
pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural

4.1 Pendekatan Inquiry pada Pelajaran Fiqh Untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Siswa

Bagi siswa, mata pelajaran Fiqih yang identik dengan kasus-kasus yang
rumit sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami sehingga
mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Hanya ada beberapa siswa yang suka

13
Ibid. h. 7.
14
Kourilsky dalam Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara,
2001), h. 220.
15
Mulyani Sumantri dan Johan Permana, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PERS,
2004), h. 142.
terhadap fiqh karena merasa asyik dalam study case. Rata-rata yang senang
terhadap fiqih adalah mereka yang memiliki kecerdasan lebih dibanding siswa
lain.

Disinilah sangat dibutuhkan adanyaketrampilan profesional dari seorang


guru karena seorang guru dituntut untuk dapat menciptakan kondisi lingkungan
belajar yang baik di dalam kelas dengan maksud untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang optimal. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan tidak
dapat muncul dengan sendirinya tetapi guru harus menciptakan pembelajaran
yang memungkinkan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
optimal. Salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran yang lebih
bervariasi seperti metode inquiry.

Kondisi belajar yang menyenangkan akan menumbuhkan kreatifitas siswa.


Salah satu kriteria profesional seorang guru yaitu guru harus mampu memecahkan
dan melaksanakan tehnik-tehnik mengajar yang baik.16 Bila guru dalam
penampilan mengajarnya tidak menarik maka kegagalan pertama adalah tidak
dapat menanamkan benih pengajarannya pada siswa. Siswa pun enggan
memperhatikan dan tidak dapat menerima pelajaran sehingga bosan menghadapi
pelajaran yang disampaikan.

Untuk dapat melaksanakan tehnik mengajar yang baik maka seorang guru
harus menguasai ketrampilan menggunakan variasi dalam pembelajaran, baik
variasi gaya mengajar, variasi media dan bahan ajar dan variasi pola interaksi dan
kegiatan siswa untuk kepentingan siswanya sehingga memungkinkan
perkembangannya secara optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran dan siswa
tidak akan cepat bosan.

Menurut E. Mulyasa, mengadakan variasi merupakan ketrampilan yang


penting dan harus dikuasai oleh guru dalam pembelajaran. Ketrampilan
menggunakan variasi bermanfaat untuk mengatasi kejenuhan dan kebosanan pada
siswa agar siswa selalu antusias, tekun dan penuh partisipasi serta untuk

16
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2002), h. 38
meningkatkan motivasi belajar siswa.17 Proses belajar dan hasil belajar para siswa
bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulum. Akan tetapi
sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing
mereka.

Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar


yang efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga
belajar siswa berada pada tingkat optimal. Seorang guru harus mampu mengelola
interaksi belajar mengajar, ia harus mampu memahami hakikat belajar, faktor
faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar, bagaimana poses belajar berlangsung
dan ciri ciri pemahaman, perasaan, minat nilai, dan ketrampilan. Dengan demikian
ia akan mampu menentukan gaya memimpin kelas yang akan dipakai. Hal ini
akan mempengaruhi corak interaksi guru dan siswa dalam kegiatan proses belajar

Mengajar.

Pekerjaan mendidik atau mengajar adalah pekerjaan yang membutuhkan


kemampuan tertentu. Kemampuan ini dapat dilihat pada kemampuannya di dalam
melakukan perannya sebagai pendidik atau pengajar, pembimbing dan
sebagainya. Oleh karena itu pembelajaran yang menarik dan baik sangat
diharapkan guna mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. salah satu cara agar
pembelajaran menarik adalah dengan menggunakan variasi agar siswa tidak bosan
dan siswa memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru sehingga mereka
paham dan mengerti, dengan demikian tujuan pendidikan dapat ditanamkan pada
siswa. Selain itu mengajar juga sebagai usaha untuk menciptakan system
lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar dalam arti ini adalah
usaha menciptakan suasana belajar bagi siswa secara optimal. Yang menjadi pusat
perhatian dalam proses belajar mengajar ialah siswa. Pendekatan atau strategi ini
disebut student centre strategis yakni strategi belajar mengajar yang berpusat pada
siswa.18

Begitu juga pada pembelajaran fiqih yang berisi tentang hukum Islam baik
ibadah maupun muamalat, tentunya pembelajaran perlu diarahkan kepada
17
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Bumi Aksara, 2002), h. 78
18
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997),h. 4-6.
pengetahuan dan pemahaman siswa langsung dalam proses pembelajran itu,
inquiry menjadi salah satu alternatif dalam pembelajaran Karena metode inquiry
merupakan metode mengajar yang melibatkan siswa secara langsung yang menuju
pada penemuan sendiri. Dalam hal ini guru hanya mengarahkan atau menuntun
siswa agar dapat menentukan sendiri, guru dan siswa bekerja kooperatif.
Pendekatan metode inquiry sebagai salah satu pilihan pendekatan pembelajaran
karena pendekatan pembelajaran ini mengarah siswa pada kegiatan yang dapat
mengembangkan sikap ilmiah dimana siswa dibimbing untuk mencari dan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri tentang suatu konsep sains sehingga
pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta melainkan hasil dari mereka sendiri. Dengan
menentukan sendiri siswa dapat menguasai suatu konsep dengan betul-betul dan
bersifat tahan lama atau tidak mudah dilupakan.

Berdasarkan lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan


pembelajaran inquiry maka berikut ini disusun langkah-langkah penerapan
pendekatan metode inquiry pada pembelajaran fiqih: 19

a. Guru memberikan informasi awal tentang jalannya proses


pelaksanaan
b. pendekatan Inquiry pada pembelajaran fiqih materi pokok
Makanan dan Minuman Halal dan Haram
c. Guru menerangkan materi pokok Makanan dan Minuman Halal
dan Haram
d. Guru memberikan masalah kepada siswa
e. Guru menyuruh siswa untuk mengeksplorasi materi dalam
kerjakelompok.
f. Guru memberikan tugas tentang materi pokok yang sedang
dipelajari.

19
Muhammad Nurhan, Fikih Untuk MI Kelas V, (Semarang: CV Aneka Ilmu, 2009), h. 7
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Model-model pembelajaran merupakan kerangka konseptual sedangkan


strategi lebih menekankan pada penerapannya di kelas sehingga model-model
pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan
yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk
siswa mengerti . Pendekatan pembelajaran memiliki banyak sekali definisi namun
masing-masing masih memiliki hubungan. Dalam pendekatan pembelajaran
filsafat ada 3 yaitu : idealism, realiasme, pragmatisme, kontruktivisme,
eksistensialisme, dan pendidikan nasional pancasila. Pada model – model
pembelajaran yang kita bahas ada 4 yaitu : Discovery Learning, Project Based
Learning, Problem based learning, dan Inquiry.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam


pembahasan masih terdapat kekurangan baik dari substansi materi maupun contoh
dari setiap materi yang dibahas. Penulis menyarankan kepada guru maupun calon
guru untuk menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, dan sesuai dengan kadaan siswa.

Dalam penulisan makalah ini juga masih terdapat kekurangan lain, oleh
karena itu saran dan kritik sangat penulis butuhkan dalam memperbaiki makalah
berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan
umumnya untuk pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif, Jakarta:


Kencana Prenada Media Group, 2009.
Alwi Idrus, dkk, Panduan Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Pendidik
dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Saraz Publishing, 2014.

Cahyo, Agus N, Panduan Aplikasi teori-teori Belajar Mengajar Teraktual


dan Terpopuler. Jogjakarta: Diva Press, 2013.
Arends Richard I, Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Abbudin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta:
Kencana, 2011.
Rusman, Model-Model Pembelajaran, Bandung: Rajawali Pers, 2010.
Torp andFinkle dalam Aris Shoimin, Model Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum 2013, Yokyakarta: AR-ruz media, 2014.
Moleong Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005.
Kourilsky dalam Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bandung:
Bumi Aksara, 2001.
Sumantri Mulyani dan Johan Permana, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
PERS 2004.
Hamalik Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,
Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
Mulyasa E. , Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bansung: Bumi Aksara,
2002.
Gulo W., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1997.
Nurhan Muhammad , Fikih Untuk MI Kelas V, Semarang: CV Aneka Ilmu, 2009.
Holm, Margareth. 2011. Project Based Instruction: A review of the
literature on Effectiveness in Prekindergarten through 12th Grade Classroom.
Rivier Academic Journal, (Online), 7 (2), (http://www.rivier.edu/journal/ROAJ-
Fall-2011/J575-ProjectBased-Instruction-Holm.pdf), diakses tanggal 31 Mei
2020.
Thomas, J. W. 2000. A Review of Research On Project Based Learning.
Supported by The Autodesk Foundation 111Mclnnis Parkway San Rafael,
California. (Online), (http://www.autodesk.com/foundation), diakses tanggal 31
Mei 2020.

Anda mungkin juga menyukai