Anda di halaman 1dari 11

HADITS TENTANG IMAN DAN IBADAH YANG DITERIMA ALLAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok 3


Mata Kuliah: Al-Qur’an Hadits Pada Mi/Mts

Dosen Pengampu: Abd. Rahman Ali, M.Pd.I

DISUSUN OLEH:
Sem. IV/PAI-3

1. ROSNILA WATI PASARIBU (0301181059)


2. RAHMADAWANI SIHOMBING (0301181067)
3. ARIEF HIDAYATULLAH (0301183241)
4. ILHAM HABIBI TANJUNG (0301183243)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATRA UTARA
MEDAN
2020
A. PENDAHULUAN

Banyak cara yang dilakukan seseorang yang beragama dalam


rangka mendekatkan dirinya dengan Tuhannya. Namun dalam hal ini akan
membicarakan bagaimana seorang muslim dalam upayanya beribadah
secara khusyu’ kepada Allah. Setiap muslim pasti memiliki cara tersendiri
dalam upayanya menyatukan hatinya sedekat mungkin dengan Allah,
sehingga hati dan jasadnya merasakan keberadaan Allah. Namun tak
jarang pula, masih banyak orang-orang muslim dalam hal beribadah,
jasadnya memang melakukan suatu perbuatan peribadahan, akan tetapi
pikiran dan hatinya masih terpaut oleh hal-hal yang lain. Sehingga esensi
dalam ibadah yang dilakukannya sia-sia.

       Sebelumnya kita sudah mengetahui apa itu yang dimaksud ibadah. Ibadah
secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk dan taat kepada yang
diibadahi yaitu Allah SWT. Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah mengatakan bahwa ibadah
adalah gabungan antara ketaatan yang penuh  dan cinta yang sempurna. Ibadah
menurut pandangan islam adalah sikap pasrah dan tunduk total kepada semua
aturan Allah dan rasul-Nya. Dengan demikian, orang yang taat kepada Allah tapi
tidak cinta kepada-Nya belum dikatakan melaksanakan ibadah. Setiap muslim
pasti mengetahui seperti apa perbuatan yang dinamakan ibadah itu. Sebagian
besar umat muslim mengetahui bahwa melakukan shalat, menunaikan zakat,
puasa ramadhan, puasa sunnah senin kamis, sedekah, berdzikir dan masih banyak
lagi yang lainnya, merupakan suatu perbuatan ibadah. Akan tetapi adapula suatu
perbuatan atau amaliyah yang baik yang dilakukan oleh seorang muslim namun
orang tersebut ada juga yang tidak menyadari bahwa perbuatan baiknya itu
termasuk kedalam suatu perbuatan ibadah.

Memang begitu banyak suatu perbuatan atau amaliyah yang


dilakukan oleh seseorang akan tetapi tak pernah disadari bahwa
perbuatannyatersebut termasuk kategori perbuatan ibadah. Oleh karena itu
dalam hal ini kita perlu mengetahui macam-macam pembagian dari
ibadah.
Dan dalam melakukan suatu ibadah, seorang muslim tidak hanya
asal melakukan ibadah seperti hanya melakukan gerakan shalat saja, bukan
hanya jasadnya saja yang melakukan shalat, akan tetapi jiwa dan
rohaninya pun harus ikut melakukannya. Dalam hal ini, keimanan
seseorang sangatlah berperan. Keimanan merupakan salah satu hal yang
harus dimiliki oleh seseorang dalam beribadah. Dengan iman seseorang
bisa merasakan keberadaan Allah dalam hidupnya sehingga apapun yang
diperbuat bisa menjadi ibadah.Dan orang yangada imandalam dirinya pasti
beranggapan bahwa ibadah itu bukanlah sekedar kewajiban yang meski
dilaksanakan akan tetapi suatu kebutuhan yang dirasakan dalam hidupnya.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Iman

Iman secara bahasa berarti membenarkan perkataan seseorang dengan


pasti karena percaya kepadanya. Sedangkan secara istilah iman berarti
membenarkan semua yang dikabarkan oleh Rasulullah saw dengan begitu
saja, tanpa melihat secara langsung, karena percaya dan yakin
terhadapnya.1

Iman merupakan kondisi hati dan jiwa yang timbul dari pengetahuan
tentang sesuatu dan kecondongan kepadanya. Iman itu bisa bertambah dan
bisa berkurang tergantung pada lemah atau kuatnya dua faktor, yaitu
pengetahuan dan kecondongan.2 Seseorang yang tidak mengetahui atau
menduga adanya sesuatu, ia tidak akan beriman kepadanya. Kendati
demikian pengetahuan tidaklah cukup untuk membangun keimanan
didalam diri seseorang, karena sangat mungkin apa yang diketahuinya atau
konsekuensi-konsekuensinya bertentangan dengan keinginan dan
kecondongannya, yaitu tatkala ia condong kepada apa yang bertentangan
dengan pengetahuannya. Bisa jadi ia memutuskan untuk melakukan

1 Budiman Mustofa, Lc. M.P.I dan Nur Sillaturahmah, Lc, Buku Pintar Ibadah Muslimah,
(Surakarta; Shahih, 2011), hlm 36.
2 Sidik Tono, M. Sularno, Imam Mujiono, Agus Triyanto, Ibadah dan Akhlak dalam Islam,
(Yogyakarta; UII Press, 1998), hlm 3.
tindakan yang melawan pengetahuannya sendiri. Sebagaimana hadits
dibawah ini:

1. Hadits pertama

Rasulullah saw bersabda:

) ‫ع َم ٌل بِاْاَل ْر َكا ِن (رواه ابن ماجه‬ ِ ‫ْرفَ ٍة بِاْلَ ْقل‬


َ ‫ب َو قَوْ ٌل بِلِّل َسا ِن َو‬ ِ ‫اِ ْي َمانُ َمع‬

Artinya:“iman itu dipercaya dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan


diamalkan dengan perbuatan (H.R. Ibnu Majah)”.

Hadits ini menjalaskan prinsip-prinsip dalam keimanan. Hadits


diatas menjelaskan bahwa iman terdiri atas tiga unsur, yakni diyakini
dengan hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dalam bentuk
perbuatan. Ketiga unsur tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, jika ada unsur
yang tidak dimiliki seseorang berarti ia belum menjadi orang yang
beriman. Dengan demikian, orang yang beriman hatinya selalu meyakini
sepenuh hati, lisannya mengucapkan secara benar, kemudian keyakinan
dan ucapan itu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.3

2. Hadits kedua

Rasulullah saw bersabda:

َ‫قَا َ َل اَ ْخبِرْ نِي َع ِن ْاال ْي َما ِن قَا َ َل اَ ْن نُ ْؤ ِمنَ بِا هللِ َو َماَل ئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم ْااَل َ ِخ ِر َونُ ْؤ ِمن‬
‫َر َخي ِْر ِه َو َشرِّ ِه (رواه مسل‬ ِ ‫بِ ْالقَد‬

Artinya:“Jibril berkata: kabarkanlah kepadaku tentang iman? Rasulullah


saw bersabda: iman itu adalah kamu percaya kepada Allah swt, malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan kamu percaya pada takdir yang
baik dan yang buruk (H.R. Muslim).

Hadits diatas mengajarkan tentang pengajaran malaikat jibril


kepada para sahabat melalui Rasulullah saw. Ada enam pokok keyakinan

3 Muhammad Muhyidin, Membuka Energi Ibadah, (Yogyakarta; Diva Press, 2007), hlm


42.
yang harus diyakini oleh setiap orang yang mengaku beriman. Keyakinan
ini sering disebut rukun iman, keenam keyakinan itu ialah:4

a. Iman kepada Allah swt.

Iman kepada Allah artinya percaya dengan yakin, bahwa Tuhan


Allah itu ada, kuasa, tidak menyerupai sesuatu, adanya tidak didahului
sesuatu, kekal, berdiri sendiri, Esa, berpengatahuan, berkemauan dan
seterusnya sifat-sifat kesempurnaan.

b. Iman kepada malaikat-malaikat Allah

Malaikat itu tidak sama dengan manusia dalam sifat-sifat dan


perbuatannya, bukan laki-laki dan bikan perempuan, tidak makan dan
tidak minum, dan dalam keadaan biasa tidak dapat dilihat dengan mata
kepala. Mereka menjadi pesuruh Allah swt., guna mengurusi apa saja yang
diperintahkan. Mereka tidak pernah melanggar perintah ataupun merasa
bosan menjalankan perintah Allah swt.

c. Iman kepada kitab-kitab Allah

Kita percaya bahwa kitab-kitab itu bukan bikinan makhluk.


Artinya bukan karangan Rasul, tetapi benar-benar dari hadirat Allah
semata. Adapun kitab-kitab Allah yang wajib kita percayai ada empat:

1) Kitab Taurat, yang diturunkan kepada Nabi Musa


2) Kitab Zabur, yang ditunkan kepada Nabi Dawud
3) Kitab Injil, yang diturunkan kepada Nabi Isa
4) Kitab Al-Qur’an, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
5) Iman kepada Rasul-rasul Allah

Allah memilih dan menjadikan beberapa orang istimewa, sampai


sekira dapat menerima petunjuk dari Allah swt (kuat menerima wahyu-
Nya), dan dapat menyampaikan petunjuk-petunjuk itu kepada sekalian
manusia dan dapat menjadikan contoh pula.
4 Drs. M. Noor Matdawam, Bimbingan Ibadah Praktis Shalat dan Puasa, (Yogyakarta;
Sumbangsih, 1992), hlm 6.
e. Iman kepada hari akhir

Kita wajib mempercayai akan datangnya hari akhir (hari kiamat),


diterangkan bahwa jika hari akhir itu datang maka semua makhluk yang
ada di dunia akan rusak dan binasa.

f. Iman kepada qada’ dan qadar

Kita wajib percaya bahwa segala sesuatu yang telah terjadi dan
yang akan terjadi, semuanya itu menurut apa yang telah ditentukan dan
ditetapkan oleh Allah sejak sebelumnya (zaman azali). Jadi segala sesuatu
itu (nasib baik dan buruk) sudah diatur dengan rencana-rencana tertulis
atau batasan-batasan yang tertentu, tetapi kita tidak dapat mengetahuinya
sebelum terjadi.

3. Hadits ketiga

Rasulullah bersabda:

‫ضلُهَا• قَوْ ُل اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ َوأَ ْدنَاهَا إِ َماطَةُ اأْل َ َذى‬
َ ‫اإْل ِ ي َمانُ بِضْ ٌع َو َس ْبعُونَ أَوْ بِضْ ٌع َو ِستُّونَ ُش ْعبَةً فَأ َ ْف‬
ِ ‫يق َو ْال َحيَا ُء ُش ْعبَةٌ ِمنَ اإْل ِ ي َم‬
‫ان‬ •ِ ‫َع ِن الطَّ ِر‬

Artinya:“iman itu ada tujuh puluh cabang. Yang paling utama ialah
ucapan laa ilaha illallah, sedangkan yang paling rendah ialah menyingkirkan
gangguan dari tengah jalan. Adapun malu juga sebagian dari iman.(H.R.
Muslim)”.

Hadits diatas menjelaskan bahwa banyak macam amal yang


termasuk bentuk keimanan. Kata tujuh puluh satu bukan berarti
jumlahnya, tetapi menunjukkan bahwa amal itu banyak macamnya. Amal
yang paling utama nilainya dalam keimanan adalah ucapan laa ilaha
illallah. Ucapan ini merupakan puncak keimanan karena pernyataan itu
sebagai pengakuan bahwa tidak ada sesembahan, kecuali hanya Allahswt.
Adapun perbuatan yang dianggap kecil adalah menyingkirkan gangguan
dari tengah jalan. Meskipun dianggap kecil, amal tersebut dapat membaea
manfaat bagi yang lainnya. Dengan perbuatan itu, banyak orang yang
dapat selamat dari kesengsaraan di jalan. Bahkan, dalam hadits itu
dijelaskan bahwa rasa malu pun termasuk dari iman. Malu disini ialah
malu untuk berbuat maksiat. Orang yang sudah tidak malu ketika
melakukan maksiat berarti ia telah kehilangan iman dari hatinya.5

4. Hadits keempat

Rasulullah bersabda:

‫ال هللا تعالى انا خير شريك فمن اشرك معي شريكا فهو للشريك• يايها الناس اخلصوا اعمالكم‬
‫ وال تقولوا هذا هلل وللرحم• فانها لرحمه وليس هلل‬.‫هلل فان هللا ال يقبل من االمال اال ما خلص له‬
‫ (رواه البزار عن‬.‫منها شيء وال تقولوا هلل ولوجوهكم فانها• لوجوهكم وليس هلل منها شيء‬
)‫الضحاق‬

Artinya: “Allah swt. berfirman: Aku adalah sebaik-baik sekutu. Barang


siapa mempersekutukan Aku dengan yang lain, berarti ia telah diserahkan
kepada sekutu itu. Wahai manusia! Beramallah kalian dengan ikhlas karena
Allah swt. Sesungguhnya Allah swt tidak menerima amal seseorang, kecuali yang
disadari keikhlasan kepada-Nya. Janganlah kalian mengucap, ini demi Allah dan
demi pemimpin kalian. Amalan seperti demikian itu hanyalah untuk kehormatan
pemimpin kalian, tidak sedikitpun karena Allah swt. (H.R. Al-Bazzar).

Hadits diatas menjelaskan pentingnya keikhlasan dalam beramal. Kunci


diterimanya amal seseorang, salah satunya ialah keikhlasan niatnya. Jika amal itu
tidak ikhlas karena Allah, sia-sialah amal itu meskipun amal itu baik.

2. Pengertian dan macam-macam ibadah

 Ibadah merupakan kata mashdar dari kata ‘abada-


ya’budu-‘ibaadatan yang artinya taat, tunduk, menyembah dsb. Dalam
bahasa indonesia, ibadah sering kita sebut dengan menyembah. Dalam al-
Qur’an banyak ayat-ayat yang terdapat kata ibadah dengan berbagai

5 Drs. Syahminan Zairi, Mengapa Manusia Harus Beribadah, (Surabaya; al-Ikhlas, 1981),


hlm 16.
bentuk perubahannya. Ada yang menjelaskan bahwa ibadah itu berarti taat,
ada yang tunduk, ada yang do’a dan lain sebagainya.6

            Dalam hal ini, Ibnu Taimiyyah merumuskan bahwa ibadah menurut syara’
itu ‘’tunduk dan cinta’’, artinya tunduk mutlak kepada Allah yang disertai cinta
sepenuhnya kepada-Nya. Oleh karena itu, unsur-unsur ibadah yang pertama
adalah taat dan tunduk kepada Allah. Artinya, merasa berkewajiban melaksanakan
segala perintah dan meninggalkan segala larangan Allah yang dibawakan oleh
para rasul-Nya. Oleh karena itu, belum termasuk beribadah apabila seseorang
tidak mau tunduk kepada perintah-perintah-Nya, tidak mau taat kepada aturan-
aturan-Nya, meskipun ia mengakui adanya Allah yang menciptakan langit dan
bumi serta yang memberi rezeki kepadanya. Yang kedua yaitu cinta kepada Allah.
Bahwa rasa wajib taat dan tunduk itu timbul dari hati yang cinta kepada Allah,
yakni ketundukan jiwa dari hati yang penuh kecintaan kepada Allah dan
merasakan kebesaran-Nya, karena memiliki keyakinan bahwa Allah yang
menciptakan alam semesta dan segala isinya.

Dalam hal ini, perlu kita ketahui, bahwa ibadah terbagi menjadi
dua bagian, ada ibadah mahdzah dan ibadah ghairu mahdzah.7

1. Ibadah mahdzah.

Ibadah mahdzah merupakan ibadah yang berkaitan dengan


hubungan antara makhluk dengan sang kholiq. Dalam ibadah ini, dasar
dan tatacara pelaksanaannya harus sesuai dengan ajaran Allah dan
Rasulullah. Misalnya seperti ibadah shalat, puasa, haji, zakat dan lain
sebagainya. Muhammad al-Ghazali mengatakan bahwa segala bentuk
aktifitas yang cara atau kadarnya telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-
Nya atau bahwa kita tidak mengetahui ini kecuali melalui penjelasan Allah
SWT dalam al-qur’an atau Rasulullah dalam sunnahnya.

6 Dr. Khairunnas Rajab, M.Ag, Psikologi Ibadah Memakmurkan Kerajaan Ilahi di Hati


Manusia, (Jakarta; Amzah, 2011), hlm 3.
7 Ibid, hlm 3.
Bahkan dalam sebuah hadits juga dikatakan bahwa Rasulullah
SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Thabrani

ٍ ُ‫اس بِ ُخل‬
‫ق َح َس ٍن‬ ِ ِ‫ق هللاَ َح ْيثُ َما ُك ْنتَ َواَ ْتبض َع ال َّسيِّئَةَ ْال َح َسنَةَ تَ ْم ُحهَا َو َخال‬
َ َّ‫ق الن‬ ِ َّ‫اِت‬

Artinya : ‘’ bertaqwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu


berada, dan iringilah kejahatan itu dengan kebaikan menghapuskan ia
akan dia dan pergaulilah manusia itu dengan budi pekerti yang baik.’’
(HR. Thabrani).

Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan


oleh Bukhari, Muslim dan lainnya:

َ َ‫ك بِتَ ْق َوى هللاِ َع َّز َو َج َّل َما ا ْست‬


َ‫طعْت‬ َ ‫َعلَ ْي‬

Artinya : ‘’wajib atas engkau bertaqwa kepada Allah azza wa jalla


semaksimal kesanggupanmu.’’ (HR. Bukhari, Muslim dan lainnya).

            Dikatakan oleh para ulama bahwa ibadah mahdzah adalah ibadah yang
tercermin dalam rukun islam yang lima, yakni syahadat, shalat, zakat, puasa, dan
haji ke baitullah bagi hamba-hamba Allah yang mampu dan memenuhi syarat-
syarat tertentu

2. Ibadah Ghairu Mahdzah.

Ibadah ghairu mahdzah merupakan ibadah yang tidak termasuk


kedalam ibadah mahdzah. Dengan kata lain segala hal yang diluar ibadah
mahdzah adalah ibadah ghairu mahdzah. Juga, segala sesuatu yang tidak
menjadi bagian dari ibadah mahdzah adalah ibadah ghairu mahdzah.
Ibadah ghairu mahdzah adalah ibadah yang mencakup segala aspek
kehidupan dalam rangka mencari keridhaan Allah SWT. Allah berfirman
bahwa ibadah kepada Allah merupakan tujuan hidup seluruh umat
manusia:

َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬


‫س ِااَّل ِليَ ْعبُ ُدوْ ِ•ن‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬
Artinya : ‘’dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya beribadah kepada-Ku.’’ (adz-Dzariat : 56).

3. Hubungan iman dan ibadah

Jika seorang muslim menunaikan atau melakukan suatu  ibadah


dengan sungguh-sungguh, niscaya hal itu akan berdampak pada
meningkatnya keimanan yang ada didalam dirinya. Sebelumnya dikatakan
bahwa ibadah adalah manifestasi atau pernyataan pengabdian seorang
muslim pada tuhan-Nya, sedangkan iman adalah bentuk batin atau rasa
agama islam. Kehidupan batin religi dari muslim diisi oleh iman. Para
ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah sepakat bahwa iman mengalami turun
naik, kuat dan lemah, pasang dan surut. Ia akan menguat dengan amal
shaleh atau ketaatan dan menurun dengan maksiat.8

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah : 21

             َ‫يَا اَيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُ ُدوْ ا َربَّ ُك ُم الَّ ِذيْ َخلَقَ ُك ْم َو الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَ ُك ْم تَتَّقُوْ ن‬

Artinya : ‘’hai manusia, beribadahlah kamu kepada tuhanmu yang


telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, supaya
menjadikan kamu bertaqwa kepada-Nya.’’ (QS. Al-Baqarah : 21)

Dalam ayat yang lainnya, Allah SWT juga berfirman :

َ‫ت َعلَ ْي ِه ْم َءايتُهُ زَ ا َد ْتهُ ْم ِء ْي َمانًا َو َعلَى َربِّ ِه ْم يَتَ َو َّكلُوْ ن‬ ْ َ‫اِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُوْ نَ الَّ ِذ ْينَ اِ َذا ُذ ِك َر هللاُ َو ِجل‬
ْ َ‫ت قُلُوْ بُهُ ْم َو اِ َذا تُلِي‬

Artinya : ‘’sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka


yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya), dan
hanya kepada tuhanlah mereka bertawakkal.’’ (QS. Al-Anfaal : 2)

            Oleh karena itu, ibadah yang kita lakukan haruslah berbasis pada
keimanan dan keikhlasan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

‫ضانَ اِ ْي َمانًا َواحْ تِ َسابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه‬
َ ‫َم ْن قَا َم َر َم‬

8 Drs. H. Zahri Hamid, Bertaqwa Menurut Syariat Islam, (Yogyakarta; Dua Dimensi,


1985), hlm 39.
Artinya : ‘’barang siapa yang puasa dibulan ramadhan karena
iman dan ikhlas, maka diampuni dosa yang telah lalu.’’ (HR. Bukhari)

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ‫فَ َم ْن َع ِم َل ِم ْنهُ ْم َع َم َل اآْل ِخ َر ِة لِل ُّد ْنيَا لَ ْم يَ ُك ْن لَهُ فِي اآْل ِخ َر ِة ن‬


ٌ‫َصيب‬

Artinya : Barangsiapa di antara mereka (umat ini) beramal dengan


amalan akhirat untuk dunia, maka dia tidak mendapatkan bagian di akhirat.

C. DAFTAR PUSTAKA

Budiman Mustofa dan Nur Sillaturahmah. (2011). Buku Pintar Ibadah


Muslimah, Surakarta: Shahih.

Hamid, Zahir. (1985). Bertaqwa Menurut Syariat Islam, Yogyakarta: Dua


Dimensi.

Matdawam, M. Noor. (1992). Bimbingan Ibadah Praktis Shalat dan


Puasa, Yogyakarta: Sumbangsih

Muhyidin, Muhammad. (2007). Membuka Energi Ibadah, Yogyakarta:


Diva Press,

Rajab, Khairunnas. (2011) Psikologi Ibadah Memakmurkan Kerajaan


Ilahi di Hati Manusia, Jakarta:Amzah.

Tono, Sidik dkk. (1998). Ibadah dan Akhlak dalam Islam, Yogyakarta: UII
Press.

Zairi, Syahminan. (1981). Mengapa Manusia Harus Beribadah, Surabaya:


al-Ikhlas.

Anda mungkin juga menyukai