Anda di halaman 1dari 40

PERAN TPA NURUL MU’MININ DALAM MEMBENTUK

KEMAMPUAN BACA DAN TULIS AL QUR’AN PADA ANAK DI


DUSUN DUA DESA WONUA KECAMATAN KONDA
KONAWE SELATAN

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Seminar Proposal


Pada Program Study Pendidikan Agama Islam

Oleh :
AGUNG NUGROHO
NIM. 17010101009

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA


ISLAM NEGERI (IAIN) KENDARI
2020

i
K EMEN TER I AN A GA MA R EPU BLI K IN D ON ES I A
I NS TI TU T A GA MA I S LA M NEGER I KEN DA R I
FA KU LTA S TA R BI Y A H DA N I LMU KEGU R U AN
J l. S ultan Q oimuddin N o.17 K elurahan Baruga-K ota K endari
Telp F aximili(0401)3193710 E-mail. i a i n k e n d a r i @ y a h o o . c o . i d
Wibs ite http//ia inkendar i.ac.id

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING


Hasil penelitian yang berjudul : “PERAN TPA NURUL MU’MININ
DALAM MEMBENTUK KEMAMPUAN BACA DAN TULIS AL
QUR’AN PADA ANAK DI DUSUN DUA DESA WONUA
KECAMATAN KONDA KONAWE SELATAN” di tulis oleh saudara
Agung Nugroho, NIM. 17010101009 Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Kendari telah dikonsultasikan dan disetujui oleh pembimbing.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk Proses selanjutnya.

Kendari, Desember 2020


Dosen Pembimbing,

DRA MARLINA M.PD.I

NIP.196510151994032002

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam karena atas rahmat dan
inayah-Nya sehingga penyusunan proposal ini dapat selesai tepat pada
waktunya . selanjutnya, shalawat serta salam penulis haturkan kepada
Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya, dan pengikut-pengikutnya hingga
akhir zaman.
Dalam penyusunan propsal ini, banyak pihak yang telah berjasa khususnya
kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan bantuan materi, moril,
motivasi, doa dan dukungannya kepada penulis selama menempuh studi di IAIN
Kendari. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang
setinggi- tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Faizah bin Awad M.Pd. Rektor IAIN Kendari, yang telah
memberikan arahan dan pembinaan guna keberhasilan studi penulis.
2. Dr. Masdin M. Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
yang telah membina, mengarahkan semua proses pendidikan penulis
di IAIN Kendari.
3. Dra Hj St Fatimah K. MA. Ketua Program Studi PAI yang telah
membantu dalam merumuskan judul penelitian ini
4.. Dra Marlina M,Pd.I Dosen pembimbing penelitian yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing
penulisan proposal ini.
5. Tilman, MM. kepala Perpustakaan IAIN Kendari dan seluruh
stafnya yang telah berkenan memberikan pelayanan kepada peneliti
berupa buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan kebutuhan
peneliti dalam penyusunan proposal ini.
6. Suyanto, Kepala Desa wonua, yang telah bersedia memberikan izin
dan waktu kepada penulis untuk melaksanakan penelitian pada TPA
Nurul Mu’minin.

iii
7. Ibu Iis selaku pembina TPA Nurul Mu’minin yang telah memberikan
arahan dan masukan kepada penulis.
8. Kepada kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan
motivasi kepada penulis.
9. Seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis selama
menyusun proposal penelitian ini.
Hanya dengan doa semoga mereka yang disebut di atas mendapat pahala
dan keselamatan dari Allah SWT. Mudah-mudahan proposal ini bermanfaat bagi
semua pihak dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan.

Kendari, 20 Oktober 2020


Peneliti

Agung Nugroho
17010101009

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................................iv
DAFTAR ISI ..........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1............................................................................................................................. Latar Belakang
............................................................................................................................1
1.2.............................................................................................................................Fokus Penelitian..
4
1.3.............................................................................................................................Rumusan Masalah
4
1.4.............................................................................................................................Tujuan Penelitian
4
1.5.............................................................................................................................Manfaat Penelitian
5

BAB II KAJIAN TEORI


2.1.............................................................................................................................Konsep taman pen
6
2.1.1. Pengertian Taman Pendidikan Al Qur’an...................................................6
2.1.2. Materi pembelajaran TPQ...........................................................................6
2.1.3. Tujuan Dan Target TPQ.............................................................................8
2.1.4. Peran TPQ...................................................................................................8
2.2.............................................................................................................................Konsep Baca Tuli
9
2.2.1. Pengertian Baca Tulis Al Qur’an................................................................9
2.2.2. Pola Pembinaan Baca Tulis Al Qur’an.......................................................11

v
2.2.3. Metode yang Digunakan dalam Baca Tulis al-Qur’an...............................13
2.2.4. Metode Menulis Al Qur’an.........................................................................18
2.2.5. Indikator Ynag Digunakan Dalam Baca Tulis al-Qur’an...........................19
2.2.6. Kajian Relevan............................................................................................19

BAB III METODE PENELITIAN


3.1......................................................................................................................... Jenis Penelitian
25
3.2.........................................................................................................................Lokasi Penelitian
25
3.3.........................................................................................................................Sumber Data
25
3.4.........................................................................................................................Teknik Pengumpu
26
3.5.........................................................................................................................Teknik Analisis D
27
3.6.........................................................................................................................Pemeriksahan Kea
29
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................30
LAMPIRAN-LAMPIRAN......................................................................................32

vi
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw,


melalui malaikat jibril, sebagai mukjizat dan rahmat sebagai alam semesta.
Didalamnya mengandung petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa yang
mempercayainya serta mengamalkannya, sungguh mulia al-Qur’an sehingga
dengan membacanya saja sudah termasuk ibadah, apalagi dengan merenungkan
makna yang tersimpan di dalamnya. Bukan hanya itu, al-Qur’an juga kitab suci
terakhir yang diturunkan Allah swt, yang isinya mencakup segala pokok-pokok
syariat yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena
itu, setiap orang yang mempercayai al-Qur’an, akan bertambah cinta kepadanya,
cinta untuk membacanya, untuk memperlajarinya, dan memahaminya serta
mengamalkan dan dan mengajarkannya.
Dalam membaca al-Qu’an harus dibaca dengan baik dan benar Hal ini sesuai
dengan firman Allah (QS. Al-Muzammil/73: 04).

‫َأ ْو ِز ْد عَ لَ ْي ِه َو َر ِت ّ لِ الْ ُق ْر آ َن تَ ْر ِت ي اًل‬


Atau lebih dari seperdua itu dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan
(tartil). (QS. Al-Muzammil: 04).

Kemampuan dasar membaca al-Qur’an sangat diperlukan bagi anak dalam


rangka memberi bekal untuk dapat menjadi pembuka jalan dan sebagai pengantar
bagi ilmu-ilmu selanjutnya, disamping itu kemampuan membaca al-Qur’an pada
gilirannya akan bermuara pada peningkatan ketakwaan dan keimanan, sebab al-
Qur’an merupakan petunjuk kita yang benar, oleh karena itu anak harus
ditekankan untuk belajar membaca dan menulis al-Qur’an sejak dini, sehingga
mereka mampu membaca dan menulisnya dengan baik dan benar. Akan tetapi,

1
berbicara mengenai kemampuan membaca dan memahami al-Qur’an, yang akan
diperoleh adalah hasil yang bervariasi .
Terkadang orang mampu membaca dengan baik akan pandai memahami isi
kandungannya ada juga orang yang begitu bagus dalam membaca al-Qur’an tetapi
tidak pandai memahami isi kandungan al-Qur’an, ada juga orang yang kurang
begitu bagus dalam membaca al-Qur’an tetapi ia mampu memahami isi
kandungan al-Qur’an dan yang terakhir adalah orang yang seimbang, dalam arti ia
mampu membaca dan memahami al-Qur’an dengan baik dan benar.
Mengingat pentingnya pendidikan al-Qur’an ini, maka para guru TPA dan
orang tua selalu berupaya agar setiap peserta didiknya mampu membaca dan
menulis al-Qur’an dengan baik dan benar dan kemudian mengamalkan isi
kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan baca tulis al-Qur’an
adalah pembenahan kualitas sistem pendidikan al-Qur’an melaui Taman
Pendidikan al-Qur’an (TPA) yang diselenggarakan di masjid
TPA atau Taman Pendidikan al-Qur’an sering juga disebut TPQ (Taman
Pendidikan Qur’an) adalah suatu lembaga pendidikan formal yang terorganisir
yang secara khusus memberikan pelajaran tentang baca tulis al-Qur’an dan
ibadah-ibadah dasar bagi peserta.
Taman Pendidikan al-Qur'an (TPQ) adalah lembaga Pendidikan luar sekolah
(non formal), jenis keagamaan. Oleh karenanya, muatan pengajarannya lebih
menekankan aspek keagamaan dengan mengacu pada sumber utamanya, yaituaAl-
Qur'an dan As-sunnah. Hal itu pun diatasi dan disesuaikan dengan taraf
perkembangan anak, yaitu untuk kelompok Taman Kanak-kanak al-Qur'an (TKA)
untuk anak usia 4-6 tahun, sedangkan Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) untuk
anak usia 7-12 tahun (usia SD/MI). Dengan demikian, porsi pengajaran tertentu
yang kurang memungkinkan dapat tercapai secara tuntas melalui pendidikan
sekolah formal. Misalnya, pengajaran baca tulis al-Qur'an, pengajaran shalat,
hafalan ayat-ayat al-Qur'an, do'a-do'a harian, penanaman akidah akhlak dan
sejenisnya.( As'ad Humam, dkk, 2001:7)

2
Dalam kurikulum TPA yang disusun oleh Kementrian Agama sangat jelas
bahwa diadakannya TPA ini bertujuan kepada beberapa hal yaitu Peserta
didik/Santri dapat terbiasa mambaca al-Qur’an dengan lancar dan fasih serta
memahami hukum-hukum bacaannya berdasarkan kaidah dan ilmu tajwid, mereka
juga dapat mengagumi dan mencintai al-Qur’an sebagai bacaan istimewa dan
pedoman utama, kemudian peserta didik juga dapat mengerjakan shalat lima
waktu, menghapal surah- surah pendek dan doa harian serta dapat menulis ayat-
ayat al-Qur’an dengan baik dan benar.
Dari penjelasan di atas nampak bahwa TPA ini sangat mempreriotaskan
pembelajaran pada anak usia dini karena anak-anak dianggap sebagai pondasi
utama dalam pembinaan di lingkungan masyarakat.
TPA (Taman Pendidikan al-Qur’an) merupakan sebuah lembaga pendidikan
luar sekolah yang menitikberatkan pengajaran pada pembelajaran membaca dan
menulis al-Qur’an dengan muatan tambahan yang berorientasi pada pembentukan
akhlak dan kepribadian islamiah. Dengan program TPA ini, diharapkan bahwa
semua lulusan dari TPA tidak ada lagi peserta didik yang tidak mampu dalam
membaca dan menulis al-Qur’an maupun al-Hadits serta memahami kandungan
al-Qur’an untuk diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari, maupun
dalam rangka mengembangkan misi ke-rasulan dan tugas-tugas keummatan di
tengah-tengah masyarakat.
Baca tulis al-Qur’an merupakan salah satu bagian yang perlu dipelajari bagi
anak dengan tujuan agar dapat membaca dan menulis al-Qur’an dengan benar dan
lancar. Dalam hal membaca al-Qur’an tentunya itu bukan hal yang biasa, karena
salah satu cara agar seseorang bisa membaca al-Qur’an dengan baik adalah
dengan mengetahui dan menguasai ilmu tajwid sebagai bagian dari Ulumul
Qur’an yang perlu dipelajari. Akan tetapi, kenyataannya, ternyata masih ada
sebagian anak di desa wonua khususnya di dusun dua yang belum dapat membaca
al-Qur’an dengan baik dan benar , terkadang ada yang masih ditemukan anak
masih terbata-bata dalam membaca al-Qur’an, terutama dalam menyebutkan huruf
(makhroj huruf)nya.

3
Ini sejalan dengan yang di katakan oleh ibu Iis selaku guru TPA Nurul
Mu’minin “ada beberapa anak yang masih terbata-bata tetapi mereka bisa
membaca, untuk tajwid anak-anak belum terlalu paham dan untuk mahrajul huruf
anak-anak belum terlalu benar”. (wawancara,pembina TPA nurul mu’minin,
kamis, 01, oktober, 2020)
Bedasarkan paparan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang “Peranan TPA Nurul Mu’minin Dalam Membentuk
Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Pada Anak Dusun Dua Desa Wonua
Kecamatan Konda” .

1.2. Fokus Penelitian


Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah :
1.2.1. Peranan TPA (Taman Pendidikan al-Qur’an) Nurul Mu’minin dalam
meningkatkan kemampuan baca tulis al-Qur’an.
1.2.2. Upaya yang dilakukan guru di TPA (Taman Pendidikan al-Qur’an)
Nurul Mu’minin dusun dua desa Wonua dalam meningkatkan
kemampuan baca tulis al-Qur’an.

1.3. Rumusan Masalah


1.3.1. Bagaimana proses pembelajaran di TPA Nurul Mu’minin dusun dua
desa Wonua?
1.3.2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat proses
pembelajaran baca tulis al-Qur’an di TPA Nurul Mu’minin desa
Wonua?
1.3.3. Bagaimana upaya guru TPA Nurul Mu’minin desa Wonua dalam
meningkatkan kemampuan baca tulis al-Qur’an dusun dua desa
wonua ?
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Untuk mengetahui Bagaimana proses pembelajaran di TPA Nurul
Mu’minin dusun dua desa Wonua,

4
1.4.2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan
menghambat proses pembelajaran baca tulis al-Qur’an di TPA Nurul
Mu’minin desa Wonua.
1.4.3. Untuk mengetahui Bagaimana upaya guru TPA Nurul Mu’minin desa
Wonua dalam meningkatkan kemampuan baca tulis al-Qur’an dusun
dua desa wonua.

1.5. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1.5.1. Secara Teoritis

a. Sebagai suatu karya tulis ilmiah diharapkan dapat menjadi kontribusi


pemikiran yang signifikan dikalangan para pemikir dan intelektual, serta
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang pengajaran
baca tulis al-Qur’an pada umumnya dan khususnya kepada pengajar untuk
meningkatkan kompetensi propesionalnya.

b. Untuk mengembangkan potensi penulisan karya tulis ilmiah, terutama bagi


pribadi penulis maupun dikalangan akademisi lain dalam memberikan
informasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengajaran baca tulis al-
Qur’an.

1.5.2. Secara Praktis


a. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan referensi
terhadap TPA (Taman Pendidikan al-Qur’an) dalam hal penguasaan dan
peningkatan kemampuan baca tulis al-Qur’an, khususnya bagi mereka
yang terlibat langsung dalam proses pengajaran baca tulis al-Qur’an
sehingga apa yang mereka laksanakan dapat memperoleh hasil yang lebih
optimal.
b. Tulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam pengembangan dan
peningkatan kualitas pengajaran baca tulis al-Qur’an di masyarakat

5
khususnya di Desa Wonua dan masyarakat di tempat lain yang
menginginkan generasi Qur’ani.
c. Diharapkan dengan penelitian ini, dapat diketahui sejauh mana peranan
TPA (Taman Pendidikan al-Qur;an) dalam meningkatkan kemampuan
baca tulis al-Qur’an khususnya di TPA Nurul Mu’minin desa Wonua
kecamatan Konda.
BAB II

KAJIAN TEORI
2.1. Konsep Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA)
2.1.1. Pengertian Taman Pendidikan Al Qur’an
Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) adalah lembaga atau kelompok
masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan non formal jenis keagamaan
islam yang bertujuan untuk memberikan pengajaran membaca al-Qur’an
sejak usia dini, serta memahami dasar-dasar dinul islam pada anak usia taman
kanak-kanak, sekolah dasar dan atau madrasah ibtidaiyah(SD/MI) atau
bahkan yang lebih tinggi. (Aliwar, 2016:24)
ada beberapa pengertian yang di kutip dari jurnal pendidikan islam oleh
usman sebagai berikut:
a. menurut Shalahuddin Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) disebutkan
sebagai lembaga pendidikan keagamaan non formal yang
mengajarkan baca dan tulis huruf al-Qur'an kepada anak sejak usia
dini, serta menanamkan akhlaqul karimah yang terkandung dalam Al-
Qur'anul Karim.
b. Menurut Hajar Dewantoro menyatakan bahwa taman pendidikan al-
Qur’an merupakan jenis pendidikan luar sekolah bagi anak-anak
muslim.
c. Menurut Mulyati menjelaskan bahwa Taman Pendidikan al-Qur’an
sebagai lembaga pendidikan non formal yang mempunyai peran
utama mengajarkan kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an,

6
juga sangat berperan bagi perkembangan jiwa anak seperti
pengetahuan tentang ibadah, akidah, dan akhlaq.(usman. 2015:66)
Pengertian tentang TPQ yang dikemukakan di atas mengandung makna
yang sama. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa Taman Pendidikan al-
Qur’an adalah lembaga pendidikan non formal suatu lembaga pendidikan
islam yang mengajarkan kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an, juga
menjadikan anak-anak cinta kepada al-Qur’an dan berperilaku sesuai dengan
ajaran al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.2. Materi pembelajaran TPQ
Materi pengajaran pada Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) secara
khusus mengembangkan materi pembelajaran pada pemberian bekal dasar
pengetahuan, sikap dan keterampilan keagamaaan, terutama untuk pengajaran
yang kurang memungkinkan dapat tercapai secara tuntas melalui pendidikan
di sekolah formal. Misalnya, baca tulis al-Qur’an, praktek sholat, hafalan
ayat-ayat al-Qur’an, doa-doa haria, penanaman Akidah Akhlak, pengetahuan
keislaman dan lain sebagainya. (Unggul Priyadi, 2013: 207-208)

Adapun materi pada pembelajaran TPQ, meliputi:


a. Kemampuan membaca al-Qur’an dengan buku Iqro’ (jilid 1-6). Adapun
buku panduan iqro’ terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat yang sederhana,
tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna. Apabila santri
telah menyelesaikan jilid 6 dengan baik maka bisa dipastikan ia dapat
membaaca al-Qur’an dengan benar sesuai kaidah ilmu tajwid.
b. Praktek wudhu dan sholat fardhu 5 waktu dengan baik dan benar.
c. Hafalan bacaan sholat 5 waktu dan prakteknya.
d. Hafalan surah-surah pendek, yaitu 12 surah pendek dalam juz ‘Amma,
yaitu surah An-Nas sampai surah Al-‘Asr.
e. Hafalan doa-doa harian dan menegrti etika (adab nya) minimal 15 doa.
Misalnya; doa makan, doa tidur, doa keluar rumah, dll.
f. Dinul Islam. Materi dinul Islam merupakan gabungan dari beberapa mata
pelajaran tentang keislaman. Adapun mata pelajaran yang masuk dalam
7
dinul Islam yaitu: fiqih, aqidah dan akhlak. Dari pelajaran tersebut dibuat
desain sedemikian rupa dengan tujuan tersampaikan pembelajaran tentang
Islam yang runtut dan terprogram untuk santri TPQ. Adapun rincian dari
materi dinul Islam di TPQ diantaranya:

a) Mengucapkan dua kalimat syahadat


b) Mengenal Allah Maha Esa
c) Menyebut rukun Islam
d) Menyebut rukun Iman
e) Mengenal 10 malaikat dan tugasnya
f) Mengenal nama-nama 25 Nabi

g) Membiasakan kalimat toyyibah


h) Mengenal asmaul husna. (Hatta Abdul Malik, 2013:396)
2.1.3. Tujuan Dan Target TPQ

Keberadaan pendidikan al-Qur’an membawa misi yang sangat mendasar terkait


dengan pentingnya memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai al-Qur’an sejak
dini. Taman Pendidikan al-Qur’an bertujuan menyiapkan anak didiknya agar
menjadi generasi muslim Qur’ani, yaitu generasi yang mencintai al-Qur’an
sebagai bacaan dan sekaligus pandangan hidupnya sehari-hari, memberikan bekal
dasar bagi anak didik (santri) agar mampu membaca al- Qur’an dengan baik dan
benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid dan juga menanamkan nilai-nilai
keislaman bagi peserta didik (santri) sekaligus membekali peserta didik dengan
ilmu keagamaan agar mampu berprilaku baik dalam kehidupan sehari-hari.
(Aliwar, 2016:25)
Adapun target Taman Pendidikan al-Qur’an untuk mencapai tujuan di atas
diantaranya:
8
a. Membaca al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid dengan baik dan benar.
b. Mengerjakan wudhu dan sholat dengan baik dan benar.
c. Menghafal bacaan sholat dan surah pendek, minimal 12 surah.
d. Menghafal doa-doa harian dan mengerti etika (adab) nya, minimal 15 doa.
e.Berakhlak mulia dalam berperilaku sehari-hari.(Hatta Abdul
Malik,2013:396)
2.1.4. Peran TPQ
Dengan disahkannya PP No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan makin memperkokoh keberadaan lembaga pendidikan al-
Qur’an, sehingga menuntut penyelenggaraannya lebih professional. Keberadaan
pendidikan al-Qur’an tersebut membawa misi yang sangat mendasar terkait
dengan pentingnya memperkenalkan dan menanamkan nilai- nilai al-Qur’an sejak
usia dini serta mendidik santri agar memiliki akhlak yang baik (akhlakul karimah)
dalam kehidupan sehari- harinya, menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman dalam
bertingkah laku.(Hatta Abdul Malik,2013:389)
Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) adalah lembaga pendidikan dan
pengajaran Islam luar sekolah (non formal) untuk anak-anak usia TK/SD (usia 4-
12 tahun), yang mendidik santri agar mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan
benar sesuai dengan ilmu tajwid sebagai target pokoknya. Pengaruh adanya
Taman Pendidikan al-Qur’an sangat dirasakan manfaatnya, sebagaimana anak
yang pada usia dini sudah mulai diperkenalkan materi keagamaan, walaupun pada
tingkatan dasar, semisal pengenalan aqidah dan akhlak, dan juga baca tulis al-
Qur’an.
Taman Pendidikan al-Qur’an mempunyai kelebihan-kelebihan diantaranya
waktu belajar lebih banyak dan berjenjang serta curahan perhatian para pengajar
langsung diberikan pada tiap-tiap anak (individu) maka akan terlihat dengan jelas
bahwa keberadaan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) lebih optimal dan efektif
dalam penyampaian materi pembelajaran agama Islam, khususnya al- Qur’an,
serta dapat memberikan kontribusi yang positif kususnya dalam sisi penanaman

9
akidah serta pengembangan iman dan takwa dan juga budi pekerti yang baik
(akhlakul karimah). (Unggul Priyadi, 2013:207-208)
Keberadaan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) pada dasarnya adalah untuk
membantu peran orang tua selaku pendidik dan pengajar dirumah, serta membantu
peran guru-guru selaku pengajar di sekolah. Selain itu, juga dimaksudkan untuk
mendukung dan membantu program atau usaha pemerintah menuju tercapainya
tujuan Pendidikan Nasional khususnya dalam sisi penanaman akidah serta
pengembangan iman dan takwa juga budi pekerti yang baik (akhlakul karimah).
(Unggul Priyadi, 2013:208)

2.2. Konsep Baca Tulis al-Qur’an


2.2.1. Pengertian Baca Tulis al-Qur’an
Secara etimologi kata “baca” adalah bentuk kata benda dari kata kerja
“membaca” dan “tulis” adalah bentuk kata benda dari kata kerja “menulis”.
menurut kamus umum bahasa Indonesia, membaca diartikan melihat tulisan dan
mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis itu.( Suharso dan Ana
Retnoningsih, 2011: 64)
Menurut Henry N.Siahaan, membaca adalah seni atau ilmu untuk
mengartikan dan menafsirkan kata-kata yang dicetak atau yang telah ditulis.(
Henry N.Siahaan,1991:81)
M. Sasrtapradja mengemukakan bahwa membaca adalah menguraikan lafal
bahasa tulisan ke bahasa lisan menurut peraturan tertentu. Dengan demikian
membaca merupakn aktifitas lafal dalam bacaan tulisan ke bahasa lisan dalam
rangka mendapatkan makna atau maksud dari bahasa itu.( M. Sastrapradja, 1978:
54)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, membaca adalah melihat tulisan
dan memberi arti atau dapat melisankan apa yang tertulis itu.
Dengan demikian membaca adalah usaha untuk mengerti apa yang tertulis.
Seorang yang gemar membaca akan mendapat informasi yang luas dan ilmu
pengetahuan yang mendalam.

10
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menulis adalah suatu kegiatan untuk
menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan
aksara. Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti
pena atau pensil.( Suharso dan Ana Retnoningsih,2011:593)
Membaca dalam hal berkenaan dengan al-Qur’an dapat diartikan melihat
tulisan yang terdapat pada al-qur’an dan melisankannya. Akan tetapi membaca
alQur’an bukan hanya melisankan huruf, tetapi mengerti apa yang diucapkan,
meresapi isinya, serta mengamalkannya. Imam Al-Ghazali mengungkapkan
sebagai berikut: “Adapun kalau menggerakan lidah saja, maka akan makin sedikit
yang diperolehnya, karena yang dinamakan membaca harus ada perpaduan antara
lidah, akal dan hati. Pekerjaan lidah adalah membenarkan bunyi huruf dengan
jalan tartil (membaca perlahan-lahan dan teratur). Pekerjaan akal mengenang
makna dan tujuannya, sedangkan pekerjaan hati adalah menerima nasehat dan
peringatan dari apa yang dipahaminya.
Membaca adalah suatu kegiatan yang melibatkan seluruh struktur mental
manusia sebagai seorang individu. Meski demikian, bukan berarti membaca al-
Qur’an dalam arti melisankan huruf-huruf yang terdapat didalamnya tidak ada
gunanya, tetapi merupakan suatu kebaikan, asal sesuai dengan kaidah-kaidah
membaca yang berlaku.

Menulis bukan hanya aktivitas melukiskan lambang-lambang grafik melainkan


proses berpikir. Tulisan dapat menolong manusia dalam melatih dan berpikir
kritis. Untuk menumbuhkan budaya menulis siswa pada al-Qur’an dapat
dilakukan dengan mengajarkan kepada siswa bagaimana bentuk-bentuk tulisan
yang benar.
Jadi, baca tulis al-Qur’an merupakan kegiatan seseorang dalam melisankan
serta melambangkan huruf-huruf al-Qur’an. Sementara kompetensi baca tulis
alQuran merupakan kesanggupan seseorang dalam melisankan dan atau
membunyikan serta melambangkan huruf-huruf al-Qur’an. Dari pengertian diatas
dapat dipahami bahwa pendidikan al-Qur’an merupakan salah satu materi atau
bahan pelajaran dalam pendidikan islam untuk mengarahkan siswa kepada
11
kemampuan membaca, menulis, memahami dan menghayati al-Qur’an untuk
menjadikannya sebagai pedoman hidupnya.
Dari uraian di atas peneliti dapat merumuskan pengertian baca tulis al-Qur’an
adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membaca dan menuliskan ayat-
ayat suci al-Qur’an. Berangkat dari pengertian tersebut, maka terdapatlah
gambaran dari pengertian baca tulis al-Qur’an tersebut, yaitu diharapkan adanya
kemampuan ganda yaitu membaca dan menulis bagi obyek yang diteliti.
2.2.2. Pola Pembinaan Baca Tulis Al Qur’an
Pola adalah model yang dipakai untuk melakukan sesuatu. Sedangkan
pembinaan berasal dari kata bina (bangun atau membangun), dengan tambahan
awalan “pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti cara untuk melakukan
pembangunan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pola pembinaan adalah sebuah
model atau bentuk yang digunakan sebagai cara untuk melakukan pembinaan.
Dalam penelitian ini pola pembinaan ditekankan pada interaksi Pembina
(ustadz) kepada peserta didik secara langsung dengan beberapa metode yang ada.
Sedangkan Baca Tulis al-Qur’an (BTQ) adalah kegiatan ekstra kurikulier tentang
bagaimana cara membaca dan menulis al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu
tajwid. Dari pengertian di atas sudah jelas bahwa pola pembinaan baca tulis al-
Qur’an adalah gambaran dalam membangun peserta didik dalam mencapai tujuan
mempelajari baca tulis al-Qur’an.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar


serta pembinaan secara rutin merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik serta
tingkat pembinaan yang dilakukan guru terhadap hasil dari pembelajaran itu
sendiri. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.(Slameto,
1995:2)

12
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik,
yang berlangsung dalam suasana edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik itu
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi
pada peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak hanya
sekedar hubungan antara guru dengan peserta didik, tetapi berupa interaksi
edukatif. Proses belajar mengajar ini bukan hanya penyampaian pesan berupa
materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri peserta didik
yang sedang belajar. Dari proses belajar mengajar tersebut guna menjamin hasil
belajar yang maksimal maka dibutuhkan pola pembinaan yang baik pula.
Pola pembinaan dalam pembelajaran BTQ harusnya tidak lepas dari stategi
mengajar. Menurut Drs. Nana Sudjana menjelaskan ada tiga tahapan pokok dalam
strategi mengajar. Pertama adalah tahapan mengajar, ada tiga tahapan dalam
strategi mengajar yakni tahap pemula (prainstruksional), tahap pengajaran
(Instruksional) dan tahap pengajaran atau tindak lanjut; kedua adalah penggunaan
model atau pendekatan mengajar, pendekatan yang digunakan dalah pendekatan
yang berorientasi pada guru (teacher centered) dan pendekatan yang berorientasi
pada siswa (student centered),dan ketiga penggunaan prinsip mengajar. (Nana
Sudjana, ,2009:147)
Dalam pola pembinaan BTQ biasanya masih bersifat teoritis dengan
menggunakan metode ceramah sebagai metode dominan. Hal ini menyebabkan
peserta didik kurang aktif serta kurang tertarik terhadap pembelajaran BTQ.
Karena peserta didik dituntut dapat mempraktekkan baca tulis al-Qur’an dengan
baik dan benar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran baca
tulis al-Qur’an harus menggunakan strategi dan metode yang bervariasi agar
peserta didik lebih aktif dan lebih tertarik dalam proses pembelajaran baca tulis al-
Qur’an.
2.2.3. Metode yang Digunakan dalam belajar baca al-Qur’an

13
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata
ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan
“hodos” yang berarti jalan atau cara. (Rasyad, 2003).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah “cara yang teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai maksud”(Depdikbud, 1989). Sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa metode adalah suatu cara yang sistematis yang
digunakan untuk mencapai tujuan.
Di Indonesia terdapat bermacam-macam metode membaca al-Qur’an
sebagaimana yang telah dikumpulkan oleh Litbang pada tahun 1994, diantaranya
adalah Metode Baghdadiyyah, Metode Hattaiyyah di Riau, Metode Al-Barqi di
Surabaya, Metode Qira’ati di Semarang, Metode Iqra’ di Yogyakarta, Metode
AlBanjari di Banjarmasin, Metode SAS di Jawa Timur, Metode Tombak Alam di
Sumatra Barat, Metode Muhafakah (metode yang digunakan untuk pengajaran al-
Qur’an dengan cara hafalan kalimat sehari-hari), Metode Muqoronah (metode
dengan padanan huruf atau persamaan huruf atau Transliterasi), Metode wasilah
(Metode urai baca dengan alat peraga), Metode saufiyah (dengan cara gestalt),
Metode tarqidiyah, Metode jam’iyah (metode campuran), Metode an-Nur, Metode
El-Fath, Metode 15 jam belajar alQur’an, dan Metode A Ba Ta Tsa. (Abdillah,
1996)
Berikut adalah beberapa macam metode yang umum digunakan dalam
pembelajaran membaca Al-Qur’an:

a. Metode Baghdadiyah
1. Pengertian metode baghdadiyah
Metode Baghdadiyah adalah metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu
suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang
atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif, ba’, ta’. (Animous, 1414)
Menurut pandangan penulis metode ini adalah metode yang paling lama
muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia.
2. Cara mengajarkan Metode Baghdadiyah

14
a) Mula-mula diajarkan nama-nama huruf hijaiyah menurut tertib kaidah
Baghdadiyah, yaitu dimulai dari huruf alif, ba’, ta’, dan sampai ya’.

b) Kemudian diajarkan tanda-tanda baca (harakat) sekaligus bunyi bacaanya.


Dalam hal ini anak dituntun bacanya secara pelanpelan dan diurai/ dieja,
seperti alif fathah a, alif kasrah i, alif dhammah u, dan seterusnya.

c) Setelah anak-anak mempelajari huruf hijaiyah dengan cara-caranya itu,


barulah diajarkan kepada mereka al-Qur’an juz’amma (Juz yang ke-30 dari
urutan juz dalam al-Qur‟an ) itu. (Budiyanto, 1995).
3. kelebihan dan Kelemahan metode Baghdadiyah
a) kelebihan
Siswa akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi
sudah hafal huruf-huruf hijaiyah, siswa yang lancar akan cepat
melanjutkan pada materi selanjutnya karena tidak menunggu orang lain,
siswa diperkenalkan nama huruf hijaiyah sejak awal pelajaran.
(Animous, 1414)
b) Kekurangan
Adapun kekuranganya metode ini menurut penulis, membutuhkan
waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah dahulu dan
harus dieja sehingga siswa merasa jenuh dan banyak yang tidak
menyelesaikan sampai bisa membaca al-Qur’an.
b. Metode Qiro’ati

1. Pengertian metode Qiro’ati


Metode Qiro’ati adalah pengajaran membaca al-Qur‟an dengan langsung
mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qa'idah ilmu tajwid , mengajar jilid 1
dan 2 sebaiknya secara perorangan sedangkan mengajar jilid 3 sampai 6 sebaiknya
secara klasikal, namun setiap siswa diberi kesempatan membaca(Zarkasi, 1990).
Pada jilid pertama huruf dibaca langsung tanpa mengeja dengan cepat dan
tidak memanjangkan suara, pada jilid dua diperkenalkan nama harakat, angka
arab, dan bacaan mad thabi’i. Jilid tiga adalah pendalaman jilid satu dan dua, jilid
15
empat dikenalkan nun sukun, tanwin, mad wajib dan mad jaiz, nun dan mim
bertasydid, wawu yang tidak dibaca. Jilid lima diajarkan cara waqof, mafatih al
suwar dan pendalaman jilid sebelumnya. Pada jilid enam diajarkan cara membaca
izhar halqi dan membaca al-Qur‟an juz satu(Zarkasi, 1990).

2. Prinsip yang harus di pegang dipegang santri / anak didik:

a) CBSA : Cara belajar santri aktif


b) LCTB : Lancar cepat tepat dan benar.
3. Strategi mengajar dalam Qira’ati
a) Individu atau privat yaitu santri bergiliran membaca satu persatu.
b) Klasikal individu yaitu sebagian waktu digunakan guru/ustadz untuk
menerangkan pokok pelajaran secara klasikal.
c) Klasikal baca simak yaitu strategi ini digunakan untuk mengajarkan
membaca dan menyimak bacaan al-Qur'an orang lain.
4. kelebihan dan Kelemahan metode Qira’ati
a. Kelebihan
1) Santri walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa membaca al-
Qur’an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu
kifayah sedangkan membaca al-Qur’an dengan tajwidnya itu fardu ain.
2) Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan santri.
3) Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib.
4) Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest bacaannya
kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah jika lulus tes.
b. Kekurangan
Bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode ini
lulusnya tidak ditentukan oleh bulan/tahun. (Khaeruddin, 2000: 194)
c. Metode Iqro’
1. Pengertian metode Iqro’
Metode Iqra’ adalah bimbingan membaca al-Qur’an dengan mengacu
pada buku iqra yang disusun oleh K.H. As’ad Human, pengasuh tim

16
tadarrus AMM kota Gede yang tiap jilidnya rata-rata terdiri atas 32
halaman, kecuali jilid 1 sebanyak 36 halaman dengan warna sampul
masing-masing jilid berbeda. (Khaeruddin, 2000: 160)
Pembelajaran membaca al-Qur’an dengan motode Iqra’ ini pernah
dijadikan proyek oleh Departemen Agama RI sebagai upaya untuk
mengembangkan minat baca terhadap kitab suci al-Qur’an. Meski
demikian, harus diakui bahwa setiap metode memiliki kelebihan dan juga
kelemahanya sendiri. Oleh karena itu perlu ada upaya konvergensi dengan
memodivikasi beberapa metode guna mendapatkan metode pembelajaran
yang menarik, menyenangkan, dan efektif (Roqib, 2009).
Buku tersebut disusun sedemikian rupa yang memungkinkan
dijadikan panduan pengajaran membaca al-Qur’an bagi semua tingkatan
umur, yaitu mulai TK/TPA hingga lanjut usia. Bagi mereka yang telah
memiliki dasar kemampuan membaca al-Qur’an namun belum fasih. Maka
tidak perlu mempelajari buku iqra’ dari halaman ke halaman, cukup dari
topik ke topik berikutnya sesuai dengan ramburambu atau petunjuk yang
ada pada jilid masing-masing.
Bagi anak yang telah menyelesaikan jilid 6, bila mengerjakannya
sesuai dengan petunjuk dapat dipastikan bahwa ia mampu membaca al-
Qur’an dengan baik dan benar.
Metode ini paling banyak yang dipergunakan dalam masyarakat
indonesia. Dalam proses pengajaran, metode iq’ra sangat sistematis dan
para guru/ustadz lebih mudah menerapkan bahan pelajaran kepada siswa,
karena hampir sejalan dengan metode tradisional yang selama ini
diterapkan dalam masyarakat.
Metode iqra’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang
bermacammacam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf al-
Qur’an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya tidak
diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar santri aktif
(CBSA) dan lebih bersifat individual.

17
2. Kelebihan dan kekurangan metode iqro’
a. Kelebihan
1) Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan
santri yang dituntut aktif.
2) Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara
bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi
jilidnya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah).
3) Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan
benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan
penghargaan.
4) Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh dengan
sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedangkan
yang lainnya menyimak.
5) Bukunya mudah di dapat di toko-toko.

b. Kekurangan
1) Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini.
2) Tak ada media belajar
3) Tak dianjurkan menggunakan irama murottal (Khaeruddin,2000:190)
d. Metode Al-Jabari
Metode al-Jabari adalah satu metode baca tulis al-Qur’an di samping metode
terdahulu, yang telah berkembang di masyarakat. Metode al-Jabari dituangkan
dalam dua jilid buku. Nama bukunya Bimbingan Praktis Baca Tulis al-Qur’an.
(Khaeruddin,2000:191)
Pada jilid I digunakan pengenalan kata-kata dasar yang mudah, namun
mendekati keaslian bahasa Arab yang mengandung makna. Dibuat demikian agar
santri sudah terbiasa dengan kata-kata bahasa al-Qur’an. pengenalan huruf
menggunakan nazm itu seluruh hija’iyyah sudah selesai diperkenalkan. setelah
santri hafal betul, semua huruf melalui nazm, diteruskan dengan olah kata secara
berangsur, kata-kata dengan bunyi a, i, u, dan seterusnya sampai semua tanda baca
selesai pada jilid I.
18
Pada jilid II semua kata-kata dan kalimat diharuskan menggunakan ayat-ayat
al-Qur’an. Teori Tajwid ditulis pada lampiran diakhir buku itu. sedangkan pada
bab yang berhubungan dengan penjelasan istilah tajwid dibuat catatan kaki.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran baca tulis al-
Qur’an mempunyai metode yang beragam untuk digunakan pada saat
mengajarkan santri di TPQ dan dalam menggunakan metode tersebut harus sesuai,
supaya anak-anak/santri lebih mudah dalam mempelajari dan memahami al-
Qur’an. Dalam hal ini ada empat metode yang sering digunakan dalam
pebelajaran baca tulis Al Qur’an yaitu metode Al-Baghdadiyah, metode Qira’ati,
metode Iqra’, metode Al- Jabary. Metode-metode tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing.
2.2.4. Metode belajar Menulis Al Qur’an
Salah satu metode menulis al-Qur’an adalah dengan cara imla’ Menurut
Mahmud Ma’ruf (1985:157) Imlak adalah menuliskan huruf-huruf sesuai posisi
nya dengan benar dalam kata-kata untuk menjaga terjadinya kesalahan makna.
Imlak (Imla’i) adalah katergori menulis yang menekankan pada rupa/postur huruf
dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Secara umum, ada tiga kecakapan dasar
yang dikembangkan dalam keterampilan Imlak, yaitu Kecakapan mengamati,
Kecakapan mendengar, dan kelenturan tangan dalam menulis (Abdullah, 2015).
Mengutip dari(Pakcosma, 2015) bahwa Ada 4 (empat) macam jenis imlak yang
bisa diterapkan pada seseorang sesuai dengan tahap kognitifnya, yaitu:
1) Imla’ manqul: siswa menyalin teks bacaan atau kalimat yang ada di kitab
atau tulisan guru di papan ke dalam buku tulis. Imla’ jenis ini untuk tingkat
pemula, dimana mereka lebih ditekankan untuk cermat dan teliti saat membaca
tulisan dan menyalinnya.
2) Imla’mandhur: siswa melihat dan mempelajari teks bacaan atau kalimat
yang ada di kitab atau di papan tulis, lalu menutup kitab atau yang ada di papan
tulis. Selanjutnya guru mendiktekan tek bacaan atau kalimat yang sama. Imla’
mandhur tidak hanya menuntut siswa lebih cermat dan teliti saat membaca, tapi
juga harus mengingat bentuk tulisannya dan berkonsentrasi dengan guru. Mata,

19
telinga dan kekuatan daya ingat harus saling mendukung. Imla’ mandhur
diterapkan dikelas menengah.
3) Imla’ ghairu al-mandhur (masmu’): siswa menulis teks bacaan atau kalimat
yang dibacakan guru tanpa melihatnya terlebih dahulu (seperti pada metode ke
dua). Metode ini untuk tahapan lebih tinggi, di mana siswa telah menguasai
dengan baik teori-teori imla’ yang telah diajarkan. Ketika siswa mendengarkan
bacaan guru, siswa mendeskripsikan (dalam benak) bentuk tulisannya sesuai
dengan teori-teori yang ada di memori otaknya, lalu menuliskannya dengan cepat.
4) Imla’ ikhtibari: Adalah bentuk imla’ yang diberikan kepada siswa yang telah
menguasai dan memahami dengan baik teori-teori imla’ ikhtibari lebih banyak
muatan praktik dari pada muatan teori.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode menulis Al qur’an terdapat
4 macam yang dapat digunakan oleh guru TPA untuk mengajar menulis
anak/santri yang sesuai dengan kemampuan peserta didik/santri yaitu Imla’
manqul, Imla’mandhur, Imla’ ghairu al-mandhur, Imla’ ikhtibari.
2.2.5. Indikator yang digunakan dalam Baca Tulis al-Qur’an

Ada bebrapa hal yang menjadi indikator yang digunakan dalam baca tulis al-
Qur’an diantaranya yaitu:
a. Tartil membaca al-Qur’an
Tartil membaca al-Qur’an adalah membaca al-Qur’an dengan tenang dan
tadabbur, dengan tingkat kecepatan standar, sehingga pembaca bisa maksimal
memenuhi setiap hukum bacaan dan sifat-sifat huruf yang digariskan.
(AhmadShams Madyan,2008:109)
Hal ini sesuai dengan QS. Muzammil ayat 4 :
‫َأ ْو ِز ْد عَ لَ ْي ِه َو َر ِت ّ لِ الْ ُق ْر آ َن تَ ْر ِت ي اًل‬
Terjemahnya : Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah al-Qur’an itu
dengan perlahan-lahan.
Tartil yang dimaksud pada ayat diatas adalah menghadirkan hati ketika
membaca, tidak hanya sekedar mengeluarkan huruf-huruf dari tenggorokan

20
dengan mengerutkan muka, mulut dan irama nyanyian, sebagaimana
dilakukan oleh para qori. Sehingga hikmah tartil adalah memungkinkan
perenungan hakekat-hakekat ayat dan detail-detailnya. Dengan demikian,
ketartilan dapat menjadi salah satu indikator bahwa seseorang tersebut
mempunyaii kemampuan membaca al-Qur’an.
b. Ketetapan pada tajwid
Tajwid adalah ilmu yang memberikan kepada huruf akan hak-hak nya dan
tertibnya, mengembalikan huruf pada makhraj dan asalnya, serta
mengahaluskan pengucapannya dengan cara yang sempurna tanpa berlebihan,
kasar, tergesa-gesa, dan dipaksa-paksakan.( Manna Khalil Al
Qattan,2001:265)
Dengan demikian orang yang mempunyai kemampuan membaca al-Qur’an
dapat diukur dengan betul salahnya pelafalan huruf-huruf al-Qur’an, yang
berkaitan dengan tempat berhenti, panjang pendeknya bacaan huruf dan lain
sebagainya.
c. Kefasihan dalam membaca al-Qur’an
Dalam membaca al-Qur’an harus dengan bacaan yang pelan-pelan, hati-
hati dan penuh dengan pengertian itulah yang lebih utama walaupun
jumlahnya sedikit. Standar kefasihan bacaan disesuaikan dengan bagaimana
orang Arab mengucapkan huruf hijaiyah atau sering disebut dengan langgam
Arab(Irfan Supandi, 1991: 94)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan memiliki
kemampuan baca tulis al-Qur’an apabila telah menguasai ke tiga indikator
diatas.

2.3. Kajian Relevan


Berdasarkan pengamatan penulis, ada beberapa penelitian yang membahas
tentang Peran TPQ diantaranya :

1. Skripsi Mujriah yang berjudul “Peranan Tpa (Taman Pendidikan al-


Qur’an) Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis al-Qur’an Pada

21
Peserta Didik Sdn 130 Rante Limbong Kecamatan Curio Kabupaten
Enrekang” Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif melaui Langkah persiapan dan Penerapan data sesuai dengan
pendekatan penelitian. Proses analisis data dilakukan secara terus menerus
didalam proses pengumpulan data selama penelitian berlangsung.
Walaupun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang terbatas pada usaha
mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya. Hasil
dari skripsi Mujriah ini Adalah peran tpa dalam meningkatkan
kemampuan baca tulis Al Qur’an terlihat dari keberadaan TPA mempunyai
peranan yang sangat besar terhadap masyarakat terutama para orang tua
dalam membentuk anak-anaknya menjadi generasi yang sejak dini telah
mengenal agamanya melalui al-Qur’an dengan cara belajar membaca dan
menulis al-Qur’an. Adapun faktor pendukung dalam penelitian ini adalah
Adanya motivasi dari orang tua siswa untuk lebih memperhatikan
kemajuan anaknya dalam Baca Tulis al-Qur’an. Dan hambatan –hanbatan
yang terdapat pada pelaksanaan penelitian ini adalah Sebagian siswa
menganggap mata pelajaran baca tulis al-Qur’an sebagai momok yang
paling menakutkan untuk dipelajari atau untuk menerimanya. (mujriah,
2019: 42)

2. Skripsi Sri Musi Artini yang berjudul “Peran Taman Pendidikan al-Qur’an
(TPQ) Dalam Pembentukan Akhlak Anak Di Desa Segarakaton Kabupaten
Karangasem Bali” Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam
Negeri Mataram, Dalam penelitian ini peneliti tersebut menggunakan
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat
deskripsi mengenai situasi- situasi atau kejadian-kejadian. Tujuan
penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai faktafakta dan sifat-sifat populasi atau daerah

22
tertentu. Hasil skripsi dari Sri Musi Artini adalah peran taman pendidikan
Al Qur’an dalam pembentukan akhlaq anak, terlihat dari Pendidikan
akhlak bagi anak bertujuan untuk menjadikan anak memiliki akhlak yang
baik dan menjauhi akhlak yang buruk merupakan salah satu tujuan dari
didirikannya TPQ An-Nawa yang berada di desa Segarakaton Kabupaten
Karangasem Bali. Selain itu, agar anak-anak tidak mudah terpengaruh oleh
pergaulan bebas serta memiliki rasa bertoleransi terhadap agama lainnya,
karena Bali merupakan penduduk yang mayoritas agama Hindu. Maka dari
itu pembentukan akhlak bagi anak sangat diutamakan dengan memberikan
bimbingan keagamaan secara intensif terhadap anak. Adapun faktor
pendukung dalam penelitian ini adalah dalam hal kerjasama ustaz/ustazah
dengan orang tua/wali santri. Selain para santri mendapatkan bimbingan di
TPQ, orang tua juga ikut dalam membimbing anaknya ketika berada diluar
TPQ, seperti berada dalam rumah. Maka dari itu pendidikan di TPQ An-
Nawa juga tidak terlepas dari kerjasama antara ustazah dengan wali santri
sehingga pendidikan di TPQ berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa
yang diharapkan.sedangkan faktor penghambat dalam penelitian ini adalah
Adapun tenaga pengajar yang terdapat di TPQ sebanyak enam orang,
sedangkan santrinya mencapai 107 orang, hal ini berarti kurang ideal.
Sehingga apabila ada ustaz atau ustazah yang berhalangan hadir kelas
menjadi kosong tanpa seorang pengajar, sehingga mengakibatkan kurang
efektifnya kegiatan belajar mengajar. (Sri Musi Artini, 2019: 42)

3. Skripsi Juwi Jayanti Yang Berjudul “Peran Tpq Dalam Meningkatan


Kualitas Kemampuan Baca Al-Quran Pada Anak Di Tpq Ar-Rahman
Kelurahan Pagar Dewa Kota Bengkulu” Prodi Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negeri (Iain) Bengkulu. Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
dimaksud untuk memahami suatu fenomena tentang apa yang dialami oleh
subyek penelitian, yang diperoleh dalam bentuk datadata baik secara
tertulis, ucapan lisan, ataupun tindakan yang diamati melalui observasi,

23
wawancara dan observasi. Hasil skripsi dari Juwi Jayanti adalah Peran
TPQ dalam meningkatkan kualitas kemampuan baca Al-Quran pada anak
di TPQ Ar-Rahman Kota Bengkulu sangat penting karena dengan
tergeraknya manajemen TPQ dalam mengatur dan mengarahkan kegiatan
pembelajaran Al-Quran yang efektif dan efisien, selain itu dengan adanya
tujuan, visi dan misi yang jelas dan metode yang bervariasi, guna
meningkatkan kualitas kemampuan baca Al-Quran pada anak. (Juwi
Jayanti, 2018: 35)

4. Skirpsi Suhartati yang berudul “Peranan Taman Pendidikan Al-Qur’an


Dalam Pemberantasan Buta Baca Tulis Al-Qur’an Di Taman Pendidikan
Al-Qur’an Al-Ula Pesantren Uswatun Hasanah Cendana Hijau Kec. Wotu
Kab. Luwu Timur” Prodi Pendidikan Agama Islam IAIN PALOPO.
Penelitian ini mengunakan Pendekatan psikologisan pedagogis. Penelitian
ini tergolong penelitian deskriptif kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang
dimaksudkan untuk mengkaji dan memahami lebih dalam subjek atau
objek penelitian berdasarkan masalah yang telah di rumuskan.
Berdasarkan pendekatannya (cara menyoroti dan menganalisis
permasalahan), penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Disebut
kualitatif karena pada informasi yang dipakai selain angka-angka
deskriptif, juga konsep-konsep pernyataan yang bersifat teori baru yang
didapat di lapangan. Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian
tindakan. Hasil skripsi dari Suhartati adalah Dalam hal ini berpatokan pada
hasil yang ada bahwa Taman Pendidikan alQur’an Al-Ula Pesantren
Uswatun Hasanah sangat berperan dalam memberantas buta aksara al-
Qur’an. Salah satu kunci kesuksesan dalam Taman Pendidikan al-Qur’an
Al-Ula Pesantren karna diterapkan metode yang sudah dikenal di
masyarakat dan yang paling banyak digunakan serta mudah didapat,
karena tersedia di toko-toko buku. Metode tersebut adalah metode
“IQRO”. Hal ini berdasarkan pada pengalaman pada tahun 2008,
sebagaimana laporan Bidang Pendidikan dalam program penuntasan buta

24
baca tulis latin dan al-Qur’an yang telah sukses melaksanakan program
penuntasan buta baca tulis al-Qur’an tersebut dengan menggunakan
metode iqro, terbukti lebih efektif dan lebih cepat dicerna oleh otak.
Adapun kendala yang dihadapi guru santri di Taman Pendidikan alQur’an
Al-Ula Pesantren Uswatun Hasanah, adalah Kedisiplinan ustadz dan
ustadzah yang kurang, sehingga jam masuk pelajaran Taman Pendidikan
al-Qur’an Al-Ula Psantren Uswatun Hasanah menjadi molor. Dan
kurangnya kesadaran bagi orang tua santriwan dan santriwati dalam
masalah infaq. (Sahartati, 2015: 33)

Setelah peneliti membaca dan menganalisis hasil penelitian yang relevan


dengan yang diteliti oleh peneliti. Penelitian-penelitian di atas dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti sama-sama menjadikan TPA/TPQ sebagai
objek kajian penelitian.
Adapun letak perbedaan dari penelitian sebelumnya yang telah dipaparkan di
atas dengan yang akan dilakukan peneliti adalah pada penelitian ini peneliti
mengangkat tema “Peran TPA Nurul Mu’minin dalam membentuk kemampuan
Baca Tulis Al Qur’an pada anak di dusun 2 kecamatan Konda “. Tema ini
berdasarkan permasalahan yang terjadi di TPA tersebut. Penelitian ini terfokus
pada kemampuan yang dimiliki oleh santri/santriwati dalam menulis/alkitabah Al
Qur’anul karim

25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan


metode deskriptif kualitatif. Yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan untuk
memperoleh informasi secara langsung dengan mendatangi responden. Penelitian
deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama yaitu menggambarkan
secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara
tepat. Peneliti melakukan penelitian lapangan bertujuan untuk memperoleh data
atau informasi secara alami.
Dalam hal ini peneliti langsung ke lapangan dan tidak diwakilkan untuk
memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian tentang Peranan TPA
Nurul Mu’minin Dalam Membentuk Kemampuan Baca Tulis al-Qur’an Pada
Anak Dusun Dua Desa Wonua Kecamatan Konda.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Penelitian kualitatif lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori substantif
berdasarkan dari konsep-konsep yang timbul dari data empiri.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) Nurul
Mu’minin dusun dua desa Wonua kecamatan Konda kabupaten konawe selatan.
Penelitian ini dilakukan setelah seminar proposal samapai selesai.

3.3. Sumber Data


Penelitian ini menggunakan 2 jenis sumber data yaitu:
26
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh peneliti
langsung dari informan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti,
adapun informan yang dimaksud adalah guru dan santri TPA Nurul Nu'minin.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen. Data ini merupakan dokumentasi penting menyangkut tentang profil
TPA nurul mu’minin, buku pegangan guru yang digunakan dalam
pembelajaran TPA dan proses pembelajaran di TPA.
3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam


penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu objek dengan


sistematika fenomena yang diselidiki. Djam’an Satori dan Aan Komariah
mengemukakan bahwa observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek
yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung.
Jadi, observasi merupakan cara untuk memperoleh suatu data-data
secara langsung yaitu dengan langsung turun ke lapangan untuk mencari
dan memperoleh informasi maupun data yang jelas tentang Peranan TPA
Nurul Mu’minin Dalam Membentuk Kemampuan Baca Tulis al-Qur’an
Pada Anak Dusun Dua Desa Wonua Kecamatan Konda.

2. Wawancara
27
Dalam penelitian ini, wawancara digunakan oleh peneliti adalah
wawancara semiterstruktur. Dimana peneliti melakukan secara lebih
terbuka, yakni dengan tidak mengacu kepada pedoman wawancara yang
telah dibuat. Serta informan memberikan informasi/ menjawab setiap
pertanyaan yang diajukan dengan lebih terbuka.
Dalam melakukan wawancara, peneliti mendengarkan dan
menyimak secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan informan.
Metode ini digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi
bagaimana Peranan TPA Nurul Mu’minin Dalam Membentuk
Kemampuan Baca Tulis al-Qur’an Pada Anak Dusun Dua Desa Wonua
Kecamatan Konda

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang berbentuk


tulisan atau gambar, atau yang lainnya. Teknik dokumentasi ini peneliti
gunakan untuk memperoleh data tentang sejarah TPA nurul mu’minin,
gedung, dan proses pembelajaran di TPA Nurul Mu’minin

3.5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif


kualitatif. Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari, dan menentukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data merupakan kegiatan
yang dilakukan setelah data dari responden atau sumber data lain terkumpul,
tahap ini merupakan tahap pengelolaan data dengan menggunakan analisis
kualitatif.
Adapun pengertian dari analisis kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya
28
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan orang lain.
Menurut Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sugiyono mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), dan Penarikan kesimpulan dan Verifikasi
(conclusion drawing and verification). Dalam menganalisis data penulis
menggunakan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.
Dalam analisis data penelitian ini, peneliti menggunakan analisis
model Miles dan Hubberman. Adapun analisis data tersebut adalah:
1. Reduksi Data, yaitu proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan
monfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap data-data yang telah
terkumpul yang diperoleh di lapangan. Karena data yang diperoleh
jumlahnya banyak, maka peoses reduksi data ini sangat dibutuhkan untuk
menentukan data mana yang akan diambil, dan mana yang akan dibuang.
2. Penyajian data (data display), Setelah data direduksi, maka langkah
selanjutnya adalah amendisplaykan data. Penyajian data dapat dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart
dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Ini
dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.

Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (conclusion drawing and


verification), Metode terakhir ini peneliti gunakan untuk mengambil
kesimpulan terhadap penelitian yang telah peneliti lakukan dan untuk
menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu
mengenai Peranan TPA Nurul Mu’minin Dalam Membentuk Kemampuan
Baca Tulis al-Qur’an Pada Anak Dusun Dua Desa Wonua Kecamatan Konda
29
3.4. Pemeriksahan Keabsahan Data

Dalam pengecekan keabsahan data, dapat digunakan dengan triangulasi


sebagai berikut:
1. Triangulasi Sumber, yaitu mendapatkan data dari sumber yang berbeda-
beda dengan teknik yang sama.
2. Triangulasi Waktu yaitu mendapatkan data dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau
situasi yang berbeda.
3. Triangulasi Teknik adalah pengujian data yang dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda-beda.

30
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Qarim.(1971), Departemen Agama RI. Jakarta: Yayasan


Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an.
Aliwar. (2016). Penguatan Model Pembelajaran Baca Tulis Qur’an Dan
Manajemen Pengelolaan Organisasi (TPA). Vol. 9, Nomor 1.
Abdul Malik, Hatta. (2013). Pemberdayaan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
Alhusna Pasadena Semarang. Vol. 13, Nomor 2.

Departemen Agama RI. (2005) Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: CV.


Kathoda.

Juwi Jayanti. (2018). Peran Tpq Dalam Meningkatan Kualitas Kemampuan Baca
Al-Quran Pada Anak Di Tpq Ar-Rahman Kelurahan Pagar Dewa Kota
Bengkulu. Skripsi tidak dipublikasikan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Bengkulu.

Khalil Al Qattan Manna. (2001). Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, terj. Mudzakir AS,
Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa,
Khaeruddin, (2000), Metode Baca Tulis al-Qur’an. Makassar:Yayasan al-Ahkam.

Ma’mun, Muhammad Aman,(2018). Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an.


Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 4, nomor 1.
Mujriah. (2016 ). Peranan Tpa (Taman Pendidikan Al-Qur’an) Dalam
Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Pada Peserta Didik Sdn
130 Rante Limbong Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang. Skripsi tidak
di publikasikan, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Alauddin Makassar,
Makassar.

31
Madyan, Ahmad Shams. (2008) Peta Pembelajaran Al-Qur’an. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Priyadi, Unggul. (2013). Peningkatan Mutu Pembelajaran Taman Pendidikan Al-


Qur’an Dengan Pembuatan Kurikulum TPA. Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan, Vol. 2, Nomor 3.

Suharso & Retnoningsih, Ana. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Semarang: Widya Karya.
Sujana, Nana. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sugiyono, Anas. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif . Bandung:
Alfabeta.
Supandi, Irfan. (1991). Bacalah Al-Qur’an agar Keluarga Selalu Dilindungi
Allah, Bandung Angkasa.
Sri Musi Artini. (2019). Peran Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Dalam
Pembentukan Akhlak Anak Di Desa Segarakaton Kabupaten Karangasem
Bali Tahun 2018/2019. Skripsi tidak dipublikasikan, Universitas Islam
Negeri Mataram, Mataram.
Suhartati. (2015). Peranan Taman Pendidikan Al-Qur’an Dalam Pemberantasan
Buta Baca Tulis Al-Qur’an Di Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Ula
Pesantren Uswatun Hasanah Cendana Hijau Kec. Wotu Kab. Luwu Timur.
Skripsi tidak dipublikasikan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) PALOPO,
Palopo.

Usman. (2015). Implementasi Kebijakan Kementrian Agama Terhadap


Penyelenggara Taman Pendidikan Al-Qur’an Di Kabupaten Pasuruan.
Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1, Nomor 1.

32
33

Anda mungkin juga menyukai