PROPOSAL
Oleh :
AGUNG NUGROHO
NIM. 17010101009
i
K EMEN TER I AN A GA MA R EPU BLI K IN D ON ES I A
I NS TI TU T A GA MA I S LA M NEGER I KEN DA R I
FA KU LTA S TA R BI Y A H DA N I LMU KEGU R U AN
J l. S ultan Q oimuddin N o.17 K elurahan Baruga-K ota K endari
Telp F aximili(0401)3193710 E-mail. i a i n k e n d a r i @ y a h o o . c o . i d
Wibs ite http//ia inkendar i.ac.id
NIP.196510151994032002
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam karena atas rahmat dan
inayah-Nya sehingga penyusunan proposal ini dapat selesai tepat pada
waktunya . selanjutnya, shalawat serta salam penulis haturkan kepada
Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya, dan pengikut-pengikutnya hingga
akhir zaman.
Dalam penyusunan propsal ini, banyak pihak yang telah berjasa khususnya
kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan bantuan materi, moril,
motivasi, doa dan dukungannya kepada penulis selama menempuh studi di IAIN
Kendari. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang
setinggi- tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Faizah bin Awad M.Pd. Rektor IAIN Kendari, yang telah
memberikan arahan dan pembinaan guna keberhasilan studi penulis.
2. Dr. Masdin M. Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
yang telah membina, mengarahkan semua proses pendidikan penulis
di IAIN Kendari.
3. Dra Hj St Fatimah K. MA. Ketua Program Studi PAI yang telah
membantu dalam merumuskan judul penelitian ini
4.. Dra Marlina M,Pd.I Dosen pembimbing penelitian yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing
penulisan proposal ini.
5. Tilman, MM. kepala Perpustakaan IAIN Kendari dan seluruh
stafnya yang telah berkenan memberikan pelayanan kepada peneliti
berupa buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan kebutuhan
peneliti dalam penyusunan proposal ini.
6. Suyanto, Kepala Desa wonua, yang telah bersedia memberikan izin
dan waktu kepada penulis untuk melaksanakan penelitian pada TPA
Nurul Mu’minin.
iii
7. Ibu Iis selaku pembina TPA Nurul Mu’minin yang telah memberikan
arahan dan masukan kepada penulis.
8. Kepada kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan
motivasi kepada penulis.
9. Seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis selama
menyusun proposal penelitian ini.
Hanya dengan doa semoga mereka yang disebut di atas mendapat pahala
dan keselamatan dari Allah SWT. Mudah-mudahan proposal ini bermanfaat bagi
semua pihak dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan.
Agung Nugroho
17010101009
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................................iv
DAFTAR ISI ..........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1............................................................................................................................. Latar Belakang
............................................................................................................................1
1.2.............................................................................................................................Fokus Penelitian..
4
1.3.............................................................................................................................Rumusan Masalah
4
1.4.............................................................................................................................Tujuan Penelitian
4
1.5.............................................................................................................................Manfaat Penelitian
5
v
2.2.3. Metode yang Digunakan dalam Baca Tulis al-Qur’an...............................13
2.2.4. Metode Menulis Al Qur’an.........................................................................18
2.2.5. Indikator Ynag Digunakan Dalam Baca Tulis al-Qur’an...........................19
2.2.6. Kajian Relevan............................................................................................19
vi
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
berbicara mengenai kemampuan membaca dan memahami al-Qur’an, yang akan
diperoleh adalah hasil yang bervariasi .
Terkadang orang mampu membaca dengan baik akan pandai memahami isi
kandungannya ada juga orang yang begitu bagus dalam membaca al-Qur’an tetapi
tidak pandai memahami isi kandungan al-Qur’an, ada juga orang yang kurang
begitu bagus dalam membaca al-Qur’an tetapi ia mampu memahami isi
kandungan al-Qur’an dan yang terakhir adalah orang yang seimbang, dalam arti ia
mampu membaca dan memahami al-Qur’an dengan baik dan benar.
Mengingat pentingnya pendidikan al-Qur’an ini, maka para guru TPA dan
orang tua selalu berupaya agar setiap peserta didiknya mampu membaca dan
menulis al-Qur’an dengan baik dan benar dan kemudian mengamalkan isi
kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan baca tulis al-Qur’an
adalah pembenahan kualitas sistem pendidikan al-Qur’an melaui Taman
Pendidikan al-Qur’an (TPA) yang diselenggarakan di masjid
TPA atau Taman Pendidikan al-Qur’an sering juga disebut TPQ (Taman
Pendidikan Qur’an) adalah suatu lembaga pendidikan formal yang terorganisir
yang secara khusus memberikan pelajaran tentang baca tulis al-Qur’an dan
ibadah-ibadah dasar bagi peserta.
Taman Pendidikan al-Qur'an (TPQ) adalah lembaga Pendidikan luar sekolah
(non formal), jenis keagamaan. Oleh karenanya, muatan pengajarannya lebih
menekankan aspek keagamaan dengan mengacu pada sumber utamanya, yaituaAl-
Qur'an dan As-sunnah. Hal itu pun diatasi dan disesuaikan dengan taraf
perkembangan anak, yaitu untuk kelompok Taman Kanak-kanak al-Qur'an (TKA)
untuk anak usia 4-6 tahun, sedangkan Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) untuk
anak usia 7-12 tahun (usia SD/MI). Dengan demikian, porsi pengajaran tertentu
yang kurang memungkinkan dapat tercapai secara tuntas melalui pendidikan
sekolah formal. Misalnya, pengajaran baca tulis al-Qur'an, pengajaran shalat,
hafalan ayat-ayat al-Qur'an, do'a-do'a harian, penanaman akidah akhlak dan
sejenisnya.( As'ad Humam, dkk, 2001:7)
2
Dalam kurikulum TPA yang disusun oleh Kementrian Agama sangat jelas
bahwa diadakannya TPA ini bertujuan kepada beberapa hal yaitu Peserta
didik/Santri dapat terbiasa mambaca al-Qur’an dengan lancar dan fasih serta
memahami hukum-hukum bacaannya berdasarkan kaidah dan ilmu tajwid, mereka
juga dapat mengagumi dan mencintai al-Qur’an sebagai bacaan istimewa dan
pedoman utama, kemudian peserta didik juga dapat mengerjakan shalat lima
waktu, menghapal surah- surah pendek dan doa harian serta dapat menulis ayat-
ayat al-Qur’an dengan baik dan benar.
Dari penjelasan di atas nampak bahwa TPA ini sangat mempreriotaskan
pembelajaran pada anak usia dini karena anak-anak dianggap sebagai pondasi
utama dalam pembinaan di lingkungan masyarakat.
TPA (Taman Pendidikan al-Qur’an) merupakan sebuah lembaga pendidikan
luar sekolah yang menitikberatkan pengajaran pada pembelajaran membaca dan
menulis al-Qur’an dengan muatan tambahan yang berorientasi pada pembentukan
akhlak dan kepribadian islamiah. Dengan program TPA ini, diharapkan bahwa
semua lulusan dari TPA tidak ada lagi peserta didik yang tidak mampu dalam
membaca dan menulis al-Qur’an maupun al-Hadits serta memahami kandungan
al-Qur’an untuk diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari, maupun
dalam rangka mengembangkan misi ke-rasulan dan tugas-tugas keummatan di
tengah-tengah masyarakat.
Baca tulis al-Qur’an merupakan salah satu bagian yang perlu dipelajari bagi
anak dengan tujuan agar dapat membaca dan menulis al-Qur’an dengan benar dan
lancar. Dalam hal membaca al-Qur’an tentunya itu bukan hal yang biasa, karena
salah satu cara agar seseorang bisa membaca al-Qur’an dengan baik adalah
dengan mengetahui dan menguasai ilmu tajwid sebagai bagian dari Ulumul
Qur’an yang perlu dipelajari. Akan tetapi, kenyataannya, ternyata masih ada
sebagian anak di desa wonua khususnya di dusun dua yang belum dapat membaca
al-Qur’an dengan baik dan benar , terkadang ada yang masih ditemukan anak
masih terbata-bata dalam membaca al-Qur’an, terutama dalam menyebutkan huruf
(makhroj huruf)nya.
3
Ini sejalan dengan yang di katakan oleh ibu Iis selaku guru TPA Nurul
Mu’minin “ada beberapa anak yang masih terbata-bata tetapi mereka bisa
membaca, untuk tajwid anak-anak belum terlalu paham dan untuk mahrajul huruf
anak-anak belum terlalu benar”. (wawancara,pembina TPA nurul mu’minin,
kamis, 01, oktober, 2020)
Bedasarkan paparan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang “Peranan TPA Nurul Mu’minin Dalam Membentuk
Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Pada Anak Dusun Dua Desa Wonua
Kecamatan Konda” .
4
1.4.2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan
menghambat proses pembelajaran baca tulis al-Qur’an di TPA Nurul
Mu’minin desa Wonua.
1.4.3. Untuk mengetahui Bagaimana upaya guru TPA Nurul Mu’minin desa
Wonua dalam meningkatkan kemampuan baca tulis al-Qur’an dusun
dua desa wonua.
5
khususnya di Desa Wonua dan masyarakat di tempat lain yang
menginginkan generasi Qur’ani.
c. Diharapkan dengan penelitian ini, dapat diketahui sejauh mana peranan
TPA (Taman Pendidikan al-Qur;an) dalam meningkatkan kemampuan
baca tulis al-Qur’an khususnya di TPA Nurul Mu’minin desa Wonua
kecamatan Konda.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Konsep Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA)
2.1.1. Pengertian Taman Pendidikan Al Qur’an
Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) adalah lembaga atau kelompok
masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan non formal jenis keagamaan
islam yang bertujuan untuk memberikan pengajaran membaca al-Qur’an
sejak usia dini, serta memahami dasar-dasar dinul islam pada anak usia taman
kanak-kanak, sekolah dasar dan atau madrasah ibtidaiyah(SD/MI) atau
bahkan yang lebih tinggi. (Aliwar, 2016:24)
ada beberapa pengertian yang di kutip dari jurnal pendidikan islam oleh
usman sebagai berikut:
a. menurut Shalahuddin Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) disebutkan
sebagai lembaga pendidikan keagamaan non formal yang
mengajarkan baca dan tulis huruf al-Qur'an kepada anak sejak usia
dini, serta menanamkan akhlaqul karimah yang terkandung dalam Al-
Qur'anul Karim.
b. Menurut Hajar Dewantoro menyatakan bahwa taman pendidikan al-
Qur’an merupakan jenis pendidikan luar sekolah bagi anak-anak
muslim.
c. Menurut Mulyati menjelaskan bahwa Taman Pendidikan al-Qur’an
sebagai lembaga pendidikan non formal yang mempunyai peran
utama mengajarkan kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an,
6
juga sangat berperan bagi perkembangan jiwa anak seperti
pengetahuan tentang ibadah, akidah, dan akhlaq.(usman. 2015:66)
Pengertian tentang TPQ yang dikemukakan di atas mengandung makna
yang sama. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa Taman Pendidikan al-
Qur’an adalah lembaga pendidikan non formal suatu lembaga pendidikan
islam yang mengajarkan kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an, juga
menjadikan anak-anak cinta kepada al-Qur’an dan berperilaku sesuai dengan
ajaran al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.2. Materi pembelajaran TPQ
Materi pengajaran pada Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) secara
khusus mengembangkan materi pembelajaran pada pemberian bekal dasar
pengetahuan, sikap dan keterampilan keagamaaan, terutama untuk pengajaran
yang kurang memungkinkan dapat tercapai secara tuntas melalui pendidikan
di sekolah formal. Misalnya, baca tulis al-Qur’an, praktek sholat, hafalan
ayat-ayat al-Qur’an, doa-doa haria, penanaman Akidah Akhlak, pengetahuan
keislaman dan lain sebagainya. (Unggul Priyadi, 2013: 207-208)
9
akidah serta pengembangan iman dan takwa dan juga budi pekerti yang baik
(akhlakul karimah). (Unggul Priyadi, 2013:207-208)
Keberadaan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) pada dasarnya adalah untuk
membantu peran orang tua selaku pendidik dan pengajar dirumah, serta membantu
peran guru-guru selaku pengajar di sekolah. Selain itu, juga dimaksudkan untuk
mendukung dan membantu program atau usaha pemerintah menuju tercapainya
tujuan Pendidikan Nasional khususnya dalam sisi penanaman akidah serta
pengembangan iman dan takwa juga budi pekerti yang baik (akhlakul karimah).
(Unggul Priyadi, 2013:208)
10
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menulis adalah suatu kegiatan untuk
menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan
aksara. Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti
pena atau pensil.( Suharso dan Ana Retnoningsih,2011:593)
Membaca dalam hal berkenaan dengan al-Qur’an dapat diartikan melihat
tulisan yang terdapat pada al-qur’an dan melisankannya. Akan tetapi membaca
alQur’an bukan hanya melisankan huruf, tetapi mengerti apa yang diucapkan,
meresapi isinya, serta mengamalkannya. Imam Al-Ghazali mengungkapkan
sebagai berikut: “Adapun kalau menggerakan lidah saja, maka akan makin sedikit
yang diperolehnya, karena yang dinamakan membaca harus ada perpaduan antara
lidah, akal dan hati. Pekerjaan lidah adalah membenarkan bunyi huruf dengan
jalan tartil (membaca perlahan-lahan dan teratur). Pekerjaan akal mengenang
makna dan tujuannya, sedangkan pekerjaan hati adalah menerima nasehat dan
peringatan dari apa yang dipahaminya.
Membaca adalah suatu kegiatan yang melibatkan seluruh struktur mental
manusia sebagai seorang individu. Meski demikian, bukan berarti membaca al-
Qur’an dalam arti melisankan huruf-huruf yang terdapat didalamnya tidak ada
gunanya, tetapi merupakan suatu kebaikan, asal sesuai dengan kaidah-kaidah
membaca yang berlaku.
12
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik,
yang berlangsung dalam suasana edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik itu
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi
pada peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak hanya
sekedar hubungan antara guru dengan peserta didik, tetapi berupa interaksi
edukatif. Proses belajar mengajar ini bukan hanya penyampaian pesan berupa
materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri peserta didik
yang sedang belajar. Dari proses belajar mengajar tersebut guna menjamin hasil
belajar yang maksimal maka dibutuhkan pola pembinaan yang baik pula.
Pola pembinaan dalam pembelajaran BTQ harusnya tidak lepas dari stategi
mengajar. Menurut Drs. Nana Sudjana menjelaskan ada tiga tahapan pokok dalam
strategi mengajar. Pertama adalah tahapan mengajar, ada tiga tahapan dalam
strategi mengajar yakni tahap pemula (prainstruksional), tahap pengajaran
(Instruksional) dan tahap pengajaran atau tindak lanjut; kedua adalah penggunaan
model atau pendekatan mengajar, pendekatan yang digunakan dalah pendekatan
yang berorientasi pada guru (teacher centered) dan pendekatan yang berorientasi
pada siswa (student centered),dan ketiga penggunaan prinsip mengajar. (Nana
Sudjana, ,2009:147)
Dalam pola pembinaan BTQ biasanya masih bersifat teoritis dengan
menggunakan metode ceramah sebagai metode dominan. Hal ini menyebabkan
peserta didik kurang aktif serta kurang tertarik terhadap pembelajaran BTQ.
Karena peserta didik dituntut dapat mempraktekkan baca tulis al-Qur’an dengan
baik dan benar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran baca
tulis al-Qur’an harus menggunakan strategi dan metode yang bervariasi agar
peserta didik lebih aktif dan lebih tertarik dalam proses pembelajaran baca tulis al-
Qur’an.
2.2.3. Metode yang Digunakan dalam belajar baca al-Qur’an
13
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata
ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan
“hodos” yang berarti jalan atau cara. (Rasyad, 2003).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah “cara yang teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai maksud”(Depdikbud, 1989). Sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa metode adalah suatu cara yang sistematis yang
digunakan untuk mencapai tujuan.
Di Indonesia terdapat bermacam-macam metode membaca al-Qur’an
sebagaimana yang telah dikumpulkan oleh Litbang pada tahun 1994, diantaranya
adalah Metode Baghdadiyyah, Metode Hattaiyyah di Riau, Metode Al-Barqi di
Surabaya, Metode Qira’ati di Semarang, Metode Iqra’ di Yogyakarta, Metode
AlBanjari di Banjarmasin, Metode SAS di Jawa Timur, Metode Tombak Alam di
Sumatra Barat, Metode Muhafakah (metode yang digunakan untuk pengajaran al-
Qur’an dengan cara hafalan kalimat sehari-hari), Metode Muqoronah (metode
dengan padanan huruf atau persamaan huruf atau Transliterasi), Metode wasilah
(Metode urai baca dengan alat peraga), Metode saufiyah (dengan cara gestalt),
Metode tarqidiyah, Metode jam’iyah (metode campuran), Metode an-Nur, Metode
El-Fath, Metode 15 jam belajar alQur’an, dan Metode A Ba Ta Tsa. (Abdillah,
1996)
Berikut adalah beberapa macam metode yang umum digunakan dalam
pembelajaran membaca Al-Qur’an:
a. Metode Baghdadiyah
1. Pengertian metode baghdadiyah
Metode Baghdadiyah adalah metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu
suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang
atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif, ba’, ta’. (Animous, 1414)
Menurut pandangan penulis metode ini adalah metode yang paling lama
muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia.
2. Cara mengajarkan Metode Baghdadiyah
14
a) Mula-mula diajarkan nama-nama huruf hijaiyah menurut tertib kaidah
Baghdadiyah, yaitu dimulai dari huruf alif, ba’, ta’, dan sampai ya’.
16
tadarrus AMM kota Gede yang tiap jilidnya rata-rata terdiri atas 32
halaman, kecuali jilid 1 sebanyak 36 halaman dengan warna sampul
masing-masing jilid berbeda. (Khaeruddin, 2000: 160)
Pembelajaran membaca al-Qur’an dengan motode Iqra’ ini pernah
dijadikan proyek oleh Departemen Agama RI sebagai upaya untuk
mengembangkan minat baca terhadap kitab suci al-Qur’an. Meski
demikian, harus diakui bahwa setiap metode memiliki kelebihan dan juga
kelemahanya sendiri. Oleh karena itu perlu ada upaya konvergensi dengan
memodivikasi beberapa metode guna mendapatkan metode pembelajaran
yang menarik, menyenangkan, dan efektif (Roqib, 2009).
Buku tersebut disusun sedemikian rupa yang memungkinkan
dijadikan panduan pengajaran membaca al-Qur’an bagi semua tingkatan
umur, yaitu mulai TK/TPA hingga lanjut usia. Bagi mereka yang telah
memiliki dasar kemampuan membaca al-Qur’an namun belum fasih. Maka
tidak perlu mempelajari buku iqra’ dari halaman ke halaman, cukup dari
topik ke topik berikutnya sesuai dengan ramburambu atau petunjuk yang
ada pada jilid masing-masing.
Bagi anak yang telah menyelesaikan jilid 6, bila mengerjakannya
sesuai dengan petunjuk dapat dipastikan bahwa ia mampu membaca al-
Qur’an dengan baik dan benar.
Metode ini paling banyak yang dipergunakan dalam masyarakat
indonesia. Dalam proses pengajaran, metode iq’ra sangat sistematis dan
para guru/ustadz lebih mudah menerapkan bahan pelajaran kepada siswa,
karena hampir sejalan dengan metode tradisional yang selama ini
diterapkan dalam masyarakat.
Metode iqra’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang
bermacammacam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf al-
Qur’an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya tidak
diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar santri aktif
(CBSA) dan lebih bersifat individual.
17
2. Kelebihan dan kekurangan metode iqro’
a. Kelebihan
1) Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan
santri yang dituntut aktif.
2) Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara
bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi
jilidnya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah).
3) Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan
benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan
penghargaan.
4) Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh dengan
sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedangkan
yang lainnya menyimak.
5) Bukunya mudah di dapat di toko-toko.
b. Kekurangan
1) Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini.
2) Tak ada media belajar
3) Tak dianjurkan menggunakan irama murottal (Khaeruddin,2000:190)
d. Metode Al-Jabari
Metode al-Jabari adalah satu metode baca tulis al-Qur’an di samping metode
terdahulu, yang telah berkembang di masyarakat. Metode al-Jabari dituangkan
dalam dua jilid buku. Nama bukunya Bimbingan Praktis Baca Tulis al-Qur’an.
(Khaeruddin,2000:191)
Pada jilid I digunakan pengenalan kata-kata dasar yang mudah, namun
mendekati keaslian bahasa Arab yang mengandung makna. Dibuat demikian agar
santri sudah terbiasa dengan kata-kata bahasa al-Qur’an. pengenalan huruf
menggunakan nazm itu seluruh hija’iyyah sudah selesai diperkenalkan. setelah
santri hafal betul, semua huruf melalui nazm, diteruskan dengan olah kata secara
berangsur, kata-kata dengan bunyi a, i, u, dan seterusnya sampai semua tanda baca
selesai pada jilid I.
18
Pada jilid II semua kata-kata dan kalimat diharuskan menggunakan ayat-ayat
al-Qur’an. Teori Tajwid ditulis pada lampiran diakhir buku itu. sedangkan pada
bab yang berhubungan dengan penjelasan istilah tajwid dibuat catatan kaki.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran baca tulis al-
Qur’an mempunyai metode yang beragam untuk digunakan pada saat
mengajarkan santri di TPQ dan dalam menggunakan metode tersebut harus sesuai,
supaya anak-anak/santri lebih mudah dalam mempelajari dan memahami al-
Qur’an. Dalam hal ini ada empat metode yang sering digunakan dalam
pebelajaran baca tulis Al Qur’an yaitu metode Al-Baghdadiyah, metode Qira’ati,
metode Iqra’, metode Al- Jabary. Metode-metode tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing.
2.2.4. Metode belajar Menulis Al Qur’an
Salah satu metode menulis al-Qur’an adalah dengan cara imla’ Menurut
Mahmud Ma’ruf (1985:157) Imlak adalah menuliskan huruf-huruf sesuai posisi
nya dengan benar dalam kata-kata untuk menjaga terjadinya kesalahan makna.
Imlak (Imla’i) adalah katergori menulis yang menekankan pada rupa/postur huruf
dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Secara umum, ada tiga kecakapan dasar
yang dikembangkan dalam keterampilan Imlak, yaitu Kecakapan mengamati,
Kecakapan mendengar, dan kelenturan tangan dalam menulis (Abdullah, 2015).
Mengutip dari(Pakcosma, 2015) bahwa Ada 4 (empat) macam jenis imlak yang
bisa diterapkan pada seseorang sesuai dengan tahap kognitifnya, yaitu:
1) Imla’ manqul: siswa menyalin teks bacaan atau kalimat yang ada di kitab
atau tulisan guru di papan ke dalam buku tulis. Imla’ jenis ini untuk tingkat
pemula, dimana mereka lebih ditekankan untuk cermat dan teliti saat membaca
tulisan dan menyalinnya.
2) Imla’mandhur: siswa melihat dan mempelajari teks bacaan atau kalimat
yang ada di kitab atau di papan tulis, lalu menutup kitab atau yang ada di papan
tulis. Selanjutnya guru mendiktekan tek bacaan atau kalimat yang sama. Imla’
mandhur tidak hanya menuntut siswa lebih cermat dan teliti saat membaca, tapi
juga harus mengingat bentuk tulisannya dan berkonsentrasi dengan guru. Mata,
19
telinga dan kekuatan daya ingat harus saling mendukung. Imla’ mandhur
diterapkan dikelas menengah.
3) Imla’ ghairu al-mandhur (masmu’): siswa menulis teks bacaan atau kalimat
yang dibacakan guru tanpa melihatnya terlebih dahulu (seperti pada metode ke
dua). Metode ini untuk tahapan lebih tinggi, di mana siswa telah menguasai
dengan baik teori-teori imla’ yang telah diajarkan. Ketika siswa mendengarkan
bacaan guru, siswa mendeskripsikan (dalam benak) bentuk tulisannya sesuai
dengan teori-teori yang ada di memori otaknya, lalu menuliskannya dengan cepat.
4) Imla’ ikhtibari: Adalah bentuk imla’ yang diberikan kepada siswa yang telah
menguasai dan memahami dengan baik teori-teori imla’ ikhtibari lebih banyak
muatan praktik dari pada muatan teori.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode menulis Al qur’an terdapat
4 macam yang dapat digunakan oleh guru TPA untuk mengajar menulis
anak/santri yang sesuai dengan kemampuan peserta didik/santri yaitu Imla’
manqul, Imla’mandhur, Imla’ ghairu al-mandhur, Imla’ ikhtibari.
2.2.5. Indikator yang digunakan dalam Baca Tulis al-Qur’an
Ada bebrapa hal yang menjadi indikator yang digunakan dalam baca tulis al-
Qur’an diantaranya yaitu:
a. Tartil membaca al-Qur’an
Tartil membaca al-Qur’an adalah membaca al-Qur’an dengan tenang dan
tadabbur, dengan tingkat kecepatan standar, sehingga pembaca bisa maksimal
memenuhi setiap hukum bacaan dan sifat-sifat huruf yang digariskan.
(AhmadShams Madyan,2008:109)
Hal ini sesuai dengan QS. Muzammil ayat 4 :
َأ ْو ِز ْد عَ لَ ْي ِه َو َر ِت ّ لِ الْ ُق ْر آ َن تَ ْر ِت ي اًل
Terjemahnya : Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah al-Qur’an itu
dengan perlahan-lahan.
Tartil yang dimaksud pada ayat diatas adalah menghadirkan hati ketika
membaca, tidak hanya sekedar mengeluarkan huruf-huruf dari tenggorokan
20
dengan mengerutkan muka, mulut dan irama nyanyian, sebagaimana
dilakukan oleh para qori. Sehingga hikmah tartil adalah memungkinkan
perenungan hakekat-hakekat ayat dan detail-detailnya. Dengan demikian,
ketartilan dapat menjadi salah satu indikator bahwa seseorang tersebut
mempunyaii kemampuan membaca al-Qur’an.
b. Ketetapan pada tajwid
Tajwid adalah ilmu yang memberikan kepada huruf akan hak-hak nya dan
tertibnya, mengembalikan huruf pada makhraj dan asalnya, serta
mengahaluskan pengucapannya dengan cara yang sempurna tanpa berlebihan,
kasar, tergesa-gesa, dan dipaksa-paksakan.( Manna Khalil Al
Qattan,2001:265)
Dengan demikian orang yang mempunyai kemampuan membaca al-Qur’an
dapat diukur dengan betul salahnya pelafalan huruf-huruf al-Qur’an, yang
berkaitan dengan tempat berhenti, panjang pendeknya bacaan huruf dan lain
sebagainya.
c. Kefasihan dalam membaca al-Qur’an
Dalam membaca al-Qur’an harus dengan bacaan yang pelan-pelan, hati-
hati dan penuh dengan pengertian itulah yang lebih utama walaupun
jumlahnya sedikit. Standar kefasihan bacaan disesuaikan dengan bagaimana
orang Arab mengucapkan huruf hijaiyah atau sering disebut dengan langgam
Arab(Irfan Supandi, 1991: 94)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan memiliki
kemampuan baca tulis al-Qur’an apabila telah menguasai ke tiga indikator
diatas.
21
Peserta Didik Sdn 130 Rante Limbong Kecamatan Curio Kabupaten
Enrekang” Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif melaui Langkah persiapan dan Penerapan data sesuai dengan
pendekatan penelitian. Proses analisis data dilakukan secara terus menerus
didalam proses pengumpulan data selama penelitian berlangsung.
Walaupun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang terbatas pada usaha
mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya. Hasil
dari skripsi Mujriah ini Adalah peran tpa dalam meningkatkan
kemampuan baca tulis Al Qur’an terlihat dari keberadaan TPA mempunyai
peranan yang sangat besar terhadap masyarakat terutama para orang tua
dalam membentuk anak-anaknya menjadi generasi yang sejak dini telah
mengenal agamanya melalui al-Qur’an dengan cara belajar membaca dan
menulis al-Qur’an. Adapun faktor pendukung dalam penelitian ini adalah
Adanya motivasi dari orang tua siswa untuk lebih memperhatikan
kemajuan anaknya dalam Baca Tulis al-Qur’an. Dan hambatan –hanbatan
yang terdapat pada pelaksanaan penelitian ini adalah Sebagian siswa
menganggap mata pelajaran baca tulis al-Qur’an sebagai momok yang
paling menakutkan untuk dipelajari atau untuk menerimanya. (mujriah,
2019: 42)
2. Skripsi Sri Musi Artini yang berjudul “Peran Taman Pendidikan al-Qur’an
(TPQ) Dalam Pembentukan Akhlak Anak Di Desa Segarakaton Kabupaten
Karangasem Bali” Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam
Negeri Mataram, Dalam penelitian ini peneliti tersebut menggunakan
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat
deskripsi mengenai situasi- situasi atau kejadian-kejadian. Tujuan
penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai faktafakta dan sifat-sifat populasi atau daerah
22
tertentu. Hasil skripsi dari Sri Musi Artini adalah peran taman pendidikan
Al Qur’an dalam pembentukan akhlaq anak, terlihat dari Pendidikan
akhlak bagi anak bertujuan untuk menjadikan anak memiliki akhlak yang
baik dan menjauhi akhlak yang buruk merupakan salah satu tujuan dari
didirikannya TPQ An-Nawa yang berada di desa Segarakaton Kabupaten
Karangasem Bali. Selain itu, agar anak-anak tidak mudah terpengaruh oleh
pergaulan bebas serta memiliki rasa bertoleransi terhadap agama lainnya,
karena Bali merupakan penduduk yang mayoritas agama Hindu. Maka dari
itu pembentukan akhlak bagi anak sangat diutamakan dengan memberikan
bimbingan keagamaan secara intensif terhadap anak. Adapun faktor
pendukung dalam penelitian ini adalah dalam hal kerjasama ustaz/ustazah
dengan orang tua/wali santri. Selain para santri mendapatkan bimbingan di
TPQ, orang tua juga ikut dalam membimbing anaknya ketika berada diluar
TPQ, seperti berada dalam rumah. Maka dari itu pendidikan di TPQ An-
Nawa juga tidak terlepas dari kerjasama antara ustazah dengan wali santri
sehingga pendidikan di TPQ berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa
yang diharapkan.sedangkan faktor penghambat dalam penelitian ini adalah
Adapun tenaga pengajar yang terdapat di TPQ sebanyak enam orang,
sedangkan santrinya mencapai 107 orang, hal ini berarti kurang ideal.
Sehingga apabila ada ustaz atau ustazah yang berhalangan hadir kelas
menjadi kosong tanpa seorang pengajar, sehingga mengakibatkan kurang
efektifnya kegiatan belajar mengajar. (Sri Musi Artini, 2019: 42)
23
wawancara dan observasi. Hasil skripsi dari Juwi Jayanti adalah Peran
TPQ dalam meningkatkan kualitas kemampuan baca Al-Quran pada anak
di TPQ Ar-Rahman Kota Bengkulu sangat penting karena dengan
tergeraknya manajemen TPQ dalam mengatur dan mengarahkan kegiatan
pembelajaran Al-Quran yang efektif dan efisien, selain itu dengan adanya
tujuan, visi dan misi yang jelas dan metode yang bervariasi, guna
meningkatkan kualitas kemampuan baca Al-Quran pada anak. (Juwi
Jayanti, 2018: 35)
24
baca tulis latin dan al-Qur’an yang telah sukses melaksanakan program
penuntasan buta baca tulis al-Qur’an tersebut dengan menggunakan
metode iqro, terbukti lebih efektif dan lebih cepat dicerna oleh otak.
Adapun kendala yang dihadapi guru santri di Taman Pendidikan alQur’an
Al-Ula Pesantren Uswatun Hasanah, adalah Kedisiplinan ustadz dan
ustadzah yang kurang, sehingga jam masuk pelajaran Taman Pendidikan
al-Qur’an Al-Ula Psantren Uswatun Hasanah menjadi molor. Dan
kurangnya kesadaran bagi orang tua santriwan dan santriwati dalam
masalah infaq. (Sahartati, 2015: 33)
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
1. Observasi
2. Wawancara
27
Dalam penelitian ini, wawancara digunakan oleh peneliti adalah
wawancara semiterstruktur. Dimana peneliti melakukan secara lebih
terbuka, yakni dengan tidak mengacu kepada pedoman wawancara yang
telah dibuat. Serta informan memberikan informasi/ menjawab setiap
pertanyaan yang diajukan dengan lebih terbuka.
Dalam melakukan wawancara, peneliti mendengarkan dan
menyimak secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan informan.
Metode ini digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi
bagaimana Peranan TPA Nurul Mu’minin Dalam Membentuk
Kemampuan Baca Tulis al-Qur’an Pada Anak Dusun Dua Desa Wonua
Kecamatan Konda
3. Dokumentasi
30
DAFTAR PUSTAKA
Juwi Jayanti. (2018). Peran Tpq Dalam Meningkatan Kualitas Kemampuan Baca
Al-Quran Pada Anak Di Tpq Ar-Rahman Kelurahan Pagar Dewa Kota
Bengkulu. Skripsi tidak dipublikasikan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Bengkulu.
Khalil Al Qattan Manna. (2001). Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, terj. Mudzakir AS,
Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa,
Khaeruddin, (2000), Metode Baca Tulis al-Qur’an. Makassar:Yayasan al-Ahkam.
31
Madyan, Ahmad Shams. (2008) Peta Pembelajaran Al-Qur’an. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
32
33