DI MAN 1 SOPPENG
Skripsi
Oleh:
NIM : 20100117026
benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan
duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka
Penyusun,
iii
ii
KATA PENGANTAR
ُالس َالم
الص َال ُة َو ه
َو ه،الدين ُّ َوبه َن ْس َتع ْي ُن َع َلى ُأ ُمىر،ْال َح ْم ُد هَلِل َر ّب ْال َع َاَل َين
ّ الد ْن َيا َو
ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
ُ َأ هما َب ْعد،ص ْحبه َأ ْج َـمـع َين
َ َع َلى َأ ْش َرف ال ُـم ْر َسل َين َو َع َلى آله َو
ِ ِِ ِِ ِ ِ
Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.
Alhamdulilah puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Implementasi Kode Etik Guru
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Satu (S1) pada
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar. Allahumma Shalli a‟la
penuntun jalan kebajikan, penerang di muka bumi ini, seorang manusia pilihan dan
teladan kita, Rasullulah saw., beserta keluarga, para sahabat dan pengikut beliau
dari berbagai pihak yang telah memberikan uluran tangan dan kemurahan hati kepada
penulis terutama yang paling tersayang kedua orang tua, ayahanda Abidin dan ibunda
keduanya penulis senantiasa memanjatkan do‟a dengan penuh harapan semoga Allah
telah mengasihi penulis, dan semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap
iv
urusan keduanya, serta memberikan keduanya kehidupan yang bahagia, baik di dunia
besarnya kepada:
1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D. selaku Rektor UIN Alauddin Makassar
beserta Wakil Rektor I Prof. Dr. Mardan, M.Ag., Wakil Rektor II Dr.
Wahyuddin Naro, M.Pd., Wakil Rektor III Prof. Dr. Darusalam Syamsuddin,
M.Ag., dan Wakil Rektor IV Dr. Kamaluddin Abu Nawas, M.Ag. yang telah
menjadi lingkungan yang kondusif untuk peneliti memperoleh ilmu, baik dari
2. Dr. H. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Dekan I Dr. M. Shabir U, M.Ag., Wakil
Dekan II Dr. Muhammad Rusydi, M.Ag., dan Wakil Dekan III Dr. H. Ilyas,
M.Pd., M.Si., beserta seluruh stafnya, atas segala fasilitas yang diberikan dan
3. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam,
dan Dr. Muhammad Rusmin B, M.Pd.I. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam, serta seluruh stafnya, atas segala pelayanan, respon cepat, dan
ini.
4. Dr. H. Andi Achruh M.Pd.I. sebagai pembimbing I, dan Dr. Muhammad Yahdi,
v
penulis mulai dari awal penyusunan skripsi ini sampai selesai.
5. Segenap dosen, karyawan, dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
membantu mahasiswa.
(LEA17ERS), terkhusus kepada kelas PAI 1-2, yang tidak sempat saya
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik
dari segi bahasa, pembahasan, dan pemikiran. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang membangun dari berbagai pihak
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK ....................................................................................................... . ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus............................................. 5
C. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
D. Kajian Pustaka ................................................................................. 7
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Implementasi ................................................................. 12
B. Kode Etik Guru ................................................................................ 13
1. Pengertian ................................................................................... 15
2. Tujuan Kode Etik ........................................................................ 15
3. Kode Etik Guru Indonesia .......................................................... 17
4. Sanksi Pelanggaran Kode Etik .................................................... 18
C. Tugas dan Tanggung Jawab Guru ................................................... 19
1. Tugas Guru ................................................................................. 19
2. Tanggung Jawab Guru ................................................................ 22
D. Proses Pembelajaran ........................................................................ 23
E. Kerangka Konseptual ...................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian.............................................................. 30
B. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 31
C. Sumber Data .................................................................................... 31
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 32
E. Instrumen Penelitian ........................................................................ 34
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 34
vii
G. Pengujian Keabsahan Data .............................................................. 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 38
1. Gambaran Singkat Lokasi Penelitian ........................................ 38
2. Keadaan Pendidik dan Pegawai ................................................. 39
3. Sarana dan Prasarana ................................................................. 41
B. Pembahasan ..................................................................................... 43
1. Implementasi Kode Etik Guru dalam Proses Pembelajaran di
MAN 1 Soppeng ........................................................................ 43
2. Faktor Pendukung Implementasi Kode Etik Guru dalam Proses
Pembelajaran di MAN 1 Soppeng ............................................. 51
3. Faktor Penghambat dan Solusi Implementasi Kode Etik Guru
dalam Proses Pembelajaran di MAN 1 Soppeng ....................... 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 60
B. Implikasi .......................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62
LAMPIRAN
viii
ABSTRAK
Nama : Nurul Aynun Abidin
NIM : 20100117026
Fak/Jur : Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam
Judul : Implementasi Kode Etik Guru dalam Proses Pembelajaran di
MAN 1 Soppeng
Penelitian ini membahas tentang Implementasi Kode Etik Guru dalam Proses
Pembelajaran di MAN 1 Soppeng. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk: 1)
Mengetahui implementasi kode etik guru dalam proses pembelajaran di MAN 1
Soppeng. 2) Mengetahui faktor pendukung sehingga pendidik mampu menerapkan
kode etik guru dalam proses pembelajaran di MAN 1 Soppeng. 3) Mengetahui faktor
penghambat dan solusi dalam mengimplementasikan kode etik guru dalam proses
pembelajaran di MAN 1 Soppeng.
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif dengan
menggunakan desain penelitian deskriptif. Pendekatan penelitian ini dilakukan
dengan pendekatan fenomenologis. Sedangkan metode pengumpulan data dilakukan
dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Implementasi kode etik guru
dalam proses pembelajaran di MAN 1 Soppeng telah mampu diaplikasikan oleh
pendidik-pendidik yang ada di sekolah tersebut. Walaupun demikian, masih ada
beberapa poin dari kode etik guru yang belum dapat dilaksanakan secara maksimal,
namun secara keseluruhan peneliti memandang bahwa pendidik di MAN 1 Soppeng
sudah mampu malaksanakan kode etik tersebut. 2) Faktor yang mendukung
implementasi kode etik guru dalam proses pembelajaran di MAN 1 Soppeng yaitu: a)
Faktor pribadi pendidik itu sendiri. b) Sarana dan prasarana pendidikan. c) Dukungan
dari peserta didik. 3) Faktor penghambat dalam mengimplementasikan kode etik guru
dalam proses pembelajaran di MAN 1 Soppeng adalah penjabaran mengenai kode
etik guru belum terlalu jelas dipahami oleh para pendidik dan juga peserta didik sulit
dihadapi sebab memiliki berbagai macam karakter yang berbeda. Adapun solusinya
yaitu: a) Pendidik harus berusaha untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu
profesinya. b) Pemerintah harus memperhatikan kesejahteraan pendidik dan
mengharagai setiap usaha yang dilakukan pendidik demi mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Implikasi dari penelitian ini adalah: 1) Diharapkan kepada para pendidik di
MAN 1 Soppeng untuk senantiasa terus berusaha menambah dan memperluas ilmu,
wawasan dan keterampilannya. 2) Diharapkan kepada para pendidik di MAN 1
Soppeng untuk lebih memperhatikan kebutuhan peserta didik dan juga dapat bersifat
terbuka menerima kritik dan masukan baik dari rekan seprofesi maupun dari peserta
didik. 3) Kepada kepala sekolah MAN 1 Soppeng diharapkan agar dapat mengawasi
pendidik dalam pelaksanaan kode etik guru Indonesia dan memberi peringatan atau
ganjaran bagi pendidik yang melakukan pelanggaran.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana untuk
demikian, pendidikan suatu bangsa dan negara bergantung pada kondisi pendidikan
arti sebagai suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri dari setiap inidividu
Nasional:
1
Made Pidarta, Landasan Kependidikan (Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia)
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), h. 19.
2
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Sinar Grafika,
2008), h. 7.
1
2
menjadi tumpuan proses pendidikan itu berlangsung. Sebagai tenaga profesional yang
dan mengevaluasi para peserta didik sehingga sosok dibutuhkan dalam dunia
tentang seluk beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmunya. Oleh sebab itu
menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang berkualitas juga, begitupun sebaliknya,
seorang pendidik yang tidak berkualitas akan menjadikan bangsa ini menjadi bangsa
yang terjajah lagi. Karena sejarah membuktikan bahwa, pendidik yang tidak
menjadi kurang bermutu dan tidak diperhatikan oleh masyarakat, bahkan masyarakat
Pendidik menjadi tokoh, panutan, dan penanggung jawab bagi peserta didik
dan lingkungannya. Oleh karena itu, pendidik harus memiliki standar kualitas
tertentu, yang mencakup tanggung jawab, berwibawa, mandiri, dan disiplin. Sehingga
pemerintah menetapkan suatu aturan atau norma-norma yang harus dipatuhi oleh
seluruh pendidik di Indonesia yang dikenal dengan “kode etik guru”, dengan adanya
kode etik guru, diharapkan para pendidik dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila,
3
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 119.
3
memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan
orang tua peserta didik dan masyarakat di sekitarnya untuk membina peran serta dan
rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan, pendidik secara pribadi dan
keguruan dalam proses pembelajaran dipandang sebagai suatu hal yang sangat
penting dalam menjawab berbagai tantangan dalam dunia pendidikan sekarang ini.
Kode etik guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku
seorang pendidik.
Oleh sebab itu, kunci keberhasilan pendidik dalam meningkatkan prestasi
belajar peserta didik adalah dengan memiliki kode etik yang baik. Namun dewasa ini,
penerapan kode etik guru di Indonesia masih belum terlaksana dengan sempurna. Hal
ini dilihat dari masih banyaknya pendidik yang belum menyadari betapa pentingnya
berpedoman kepada kode etik guru yang telah ditentukan serta masih banyak
pendidik yang menganggap remeh kode etik guru yang berlaku. Kurangnya kesadaran
4
Rulam Ahmadi, Profesi Keguruan Konsep dan Strategi Mengembangkan Profesi dan Karier
Guru (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2018), h. 105.
4
pendidik tentang pentingnya penerapan kode etik secara keseluruhan juga dapat di
2020 melihat bahwa sebagian besar pendidik di MAN 1 Soppeng hanya mengetahui
poin-poin kode etik guru secara garis besar dan kurang dalam penerapannya.
yang bersifat ringan. Baik pelanggaran ringan maupun berat tetaplah sebuah
pelanggaran atas sebuah kode etik guru yang menjadi aturan dan pedoman seorang
Soppeng adalah kode etik guru Indonesia yang mengatur dalam pembelajaran seperti
sikap acuh pendidik terhadap hak individu peserta didik sehingga pendidik terkesan
kebutuhan peserta didik dalam belajar. Kode etik guru adalah aturan yang mengatur
pendidik dalam berbicara, bersikap, dan bertindak kepada peserta didik, rekan sesama
menjunjung tinggi kode etik guru (2) untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan
para anggotanya (3) untuk meningkatkan pengabdian anggota profesi (4) untuk
meningkatkan mutu profesi (5) untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. Ini
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik, apalagi salah
Kode etik merupakan dedikasi dan loyalitas sebagai seorang pendidik. Faktor
ini harus ditegakkan dalam dunia pendidikan pada setiap lembaga pendidikan
termasuk di MAN 1 Soppeng. Karena alasan inilah peneliti tertarik untuk meneliti
kode etik guru dalam proses pembelajaran dalam skripsi yang berjudul “Implementasi
sebagai pemusatan masalah agar penelitian dapat terarah sesuai dengan tujuan yang
Tabel 1.1
Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
1. Pribadi pendidik.
2 Faktor pendukung implementasi
2. Sarana dan prasarana pendidikan.
kode etik guru dalam proses
3. Peserta didik.
pembelajaran.
Faktot penghambat:
3 Faktor penghambat dan solusi
1. Penjabaran tentang kode etik guru
dalam mengimplementasikan
belum terlalu jelas dipahami oleh
kode etik guru dalam proses para pendidik.
pembelajaran. 2. Peserta didik sulit dihadapi sebab
memiliki berbagai macam karakter
yang berbeda.
Solusi:
1. Pendidik secara sendiri-sendiri atau
secara kelompok berusaha untuk
mengembangkan dan meningkatkan
mutu profesinya.
2. Pemerintah harus memperhatikan
kesejahteraan pendidik.
jelas/tepat terhadap masalah yang akan di bahas dalam penulisan skripsi ini.
C. Rumusan Masalah
1 Soppeng?
2. Apa yang menjadi faktor pendukung implementasi kode etik guru dalam
D. Kajian Pustaka
sumber atau rujukan yang mempunyai relevansi dengan rencana penelitian. Adapun
1. Skripsi yang disusun oleh Abdul Rahman dengan judul “Implementasi Kode
Etik Guru dalam Proses Pembelajaran di SMP Negeri 6 Polewali”. Dalam
penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pendidik yang ada di SMP Negeri 6
Polewali telah mampu mengaplikasikan kode etik guru, walaupun masih ada
beberapa poin dari kode etik guru tersebut belum dapat dilaksanakan secara
tentang kode etik guru dalam proses pembelajaran, dan yang membedakannya
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mifta Hul Patta dalam skripsi yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu, dapat dilihat bahwa implementasi kode etik
5
Abdul Rahman, Implementasi Kode Etik Guru dalam Proses Pembelajaran di SMP Negeri 6
Polewal, (Makassar: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, 2010).
8
maksimal, hal ini digambarkan dengan adanya beberapa indikator kode etik
adalah peneliti dan peneliti terdahulu sama-sama meneliti tentang kode etik
guru, dan yang membedakannya adalah peneliti terdahulu meneliti kode etik
guru hanya pada guru jurusan akuntansi di SMK sementara peneliti meneliti
kode etik guru pada wali kelas di berbagai jurusan di MAN 1 Soppeng.
3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lusita Yustiara dalam skripsi yang
penelitian yang dilakukan tentang implementasi kode etik guru dalam proses
mengetahui kode etik guru dan menerapkannya dengan baik. Kedua, masih
ada guru-guru yang mengetahui kode etik namun tetapi tidak menerapkannya
dengan baik.7 Adapun persamaan penelitiannya adalah peneliti dan peneliti
6
Mifta Hul Patta, Implementasi Kode Etik Guru di Sekolah Menengah Kejuruan Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabun Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu (Pekanbaru:
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, 2019).
7
Lusita Yustiara, Implementasi Kode Etik Guru dalam Proses Pembelajaran di SDN 55
Bengkulu Selatan (Bengkulu: Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu, 2019).
9
4. Jurnal ilmiah karya Ahmad Hanif Fahruddin dan Eva Nur Tita Sari dengan
dalam pembelajaran Agama Islam saja sementara peneliti meneliti kode etik
5. Jurnal ilmiah karya Muhammad Jufni, Syifa Saputra, dan Azwir dengan judul
bahwa kode etik guru menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 ialah
memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
8
Ahmad Hanif Fahruddin dan Eva Nur Tita Sari, Implementasi Kode Etik Guru dalam
Pembelajaran Agama Islam di SMA Negeri 1 Sukodadi Lamongan, Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan
Islam vol. 13 no. 2, Agustus 2020.
10
sama meneliti tentang kode etik guru, dan yang membedakannya adalah
peneliti terdahulu meneliti tentang kode etik guru dalam menigkatkan mutu
pendidikan sementara peneliti meneliti tentang kode etik guru dalam proses
pembelajaran.
di MAN 1 Soppeng.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan atau manfaat pada
9
Muhammad Jufni, dkk, Kode Etik Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Serambi
Akademica: Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora vol. 8 no. 4, Juli 2020.
11
pendidik mengenai pentingnya implementasi kode etik guru dan dapat bermanfaat
juga sebagai informasi serta sebagai bahan literatur atau bahan informasi ilmiah.
1) Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan
bahan acuan bagi sekolah terutama para pendidik untuk meningkatkan tujuan
pendidikan.
kode etik guru serta dapat menerapkan kode etik guru tersebut.
3) Bagi penulis, untuk menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan bagi penulis
4) Bagi pembaca atau peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
selanjutnya.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Implementasi
inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa
bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem,
implementasi bukan sekedar aktivitas tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk
bermuara pada aktifitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem.
disepakati bersama.
1
Kunandar, Guru Profesional (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2014), h. 233.
2
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005), h. 93.
3
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum (Yogyakarta: Insan Media, 2002),
h. 70.
4
M. Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h.
174.
12
13
1. Pengertian
Istilah kode etik terdiri dari dua kata yakni “kode” dan “etik”. Kata etik
berasal dari bahasa Yunani, “ethos” yang berarti watak, adab, atau cara hidup. Dapat
diartikan bahwa etik menunjukkan cara berbuat yang menjadi adat karena persetujuan
dari kelompok manusia. Dan kata etik biasanya digunakan untuk pengkajian sistem
nilai-nilai yang disebut dengan “kode”, sehingga terjemahlah apa yang disebut “kode
etik”.5 Dengan demikian kode etik secara bahasa berarti ketentuan atau aturan yang
berkenaan dengan tata susila dan akhlak. Akhlak itu sendiri sebagai disebutkan oleh
Ibn Miskawaih dan Imam al-Ghazali adalah ekspresi jiwa yang tampak dalam
pertimbangan lagi.6
Adapun para ahli mendefinisikan kode etik sebagai berikut; Abin Syamsudin
Makmun mendefinisikan kode etik sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis
mendefinisikan kode etik sebagai pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman
berperilaku.8
Berdasarkan definisi kode etik menurut para ahli di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa kode etik merupakan sekumpulan etika yang telah tersusun dalam
bentuk peraturan berdasarkan prinsip moral pada umumnya yang disesuaikan dan
diterima sesuai jiwa profesi guna mendukung ketentuan hukum yang berlaku. Kode
5
Syarifah Normawati, dkk, Etika & Profwsi Guru (Cet. I; Riau: PT Indragiri Dot Com, 2019),
h. 167.
6
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: PT Grafindo Persada, 2004), h. 137.
7
Abin Syamsudin Makmun, Kode Etik Keguruan dan Penerapannya dalam Berbagai Bidang
Kehidupan Guru (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 53.
8
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan (Jakarta: Kalam Mulia, 2016), h. 432.
14
etik juga diartikan sebagai pola aturan, tata cara, dan pedoman etis dalam berperilaku.
Kode etik tersebut harus dimiliki oleh setiap pekerjaan profesional, termasuk
pendidik.
Adapun definisi kode etik guru yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya
sebagai berikut:
Menurut Sotjipto, kode etik guru merupakan landasan moral dan pedoman
yang mengandung unsur moral, etika, adat istiadat, dan kebiasaan.10 Sementara
menurut Sudarwan Danim, kode etik guru merupakan norma dan asas yang disepakati
Berdasarkan definisi di atas dipahami bahwa kode etik guru dapat diartikan
sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap pendidik dalam
Dengan kata lain dapat dipahami bahwa kode etik guru merupakan semacam rambu-
rambu atau pegangan bagi seorang pendidik agar tidak berperilaku menyimpang.
Setiap pendidik yang memegang keprofesionalannya sebagai pendidik akan selalu
berpegang pada kode etik guru. Sebab kode etik guru ini sebagai salah satu ciri yang
9
Sotjipto & Rafli Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 30.
10
Asnawir, Administrasi Pendidikan (Padang: Imam Bonjol Press, 2005), h. 152.
11
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: Kencana, 2011), h. 257.
15
Kode etik dalam suatu profesi sangat diperlukan dan merupakan norma yang
harus dipatuhi oleh setiap anggota profesi tersebut. Secara umum tujuan mengadakan
Kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan pihak luar atau masyarakat
agar mereka tidak memandang rendah terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh
karena itu, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindakan
dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa saja yang mengadakan tarif di bawah
minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan seprofesi. Dalam hal
kesejahteraan batin, kode etik umumnya memberi petunjuk kepada anggotanya untuk
melaksanakan profesinya.
c. Pedoman berperilaku
Kode etik mengandung peraturan yang membatasi tingkah laku yang tidak
pantas dan tidak jujur bagi para anggota prof'esi dalam berinteraksi dengan sesama
sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode
uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi menyusun kode
etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa kode etik merupakan dasar
pertanggung jawaban seorang anggota profesi kepada kliennya atau kepada
masyarakat umum sehingga jelas ketika anggota profesi mengalami kendala dalam
menjalankan tugasnya maka ia tahu apa yang harus diperbuat untuk menjaga reputasi
12
Muhammat Rahman dan Sofan Amri, Kode Etik Profesi Guru (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2014), h. 75.
17
Kode etik guru di Indonesia merupakan norma dan asas yang disepakati dan
Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan cabang
dan pengurus PGRI dari seluruh Indonesia dalam Kongres I di Surakarta tahun 1945
dan kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI XXI tahun 2013 di Jakarta, yang
terdiri dari Sembilan item, yaitu:
a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan.
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang hasil belajar.
e. Guru menjaga hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya.
f. Guru secara pribadi dan besama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu
dan martabat profesinya.
g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
i. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.13
Kode etik guru ini merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan sebagai
barometer dari semua sikap dan perbuatan pendidik dalam menjalankan tugas dan
lingkungan masyarakat.
13
Ramayulis, Profesi Etika Keguruan (Jakarta: Kalam Mulia, 2016), h. 434.
18
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan
kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah
mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan
sejawat melanggar kode etik. Namun demikian, dalam praktik sehari-hari kontrol ini
tidak berjalan dengan mulus karena ras solidaritas tertanam kuat dalam anggota-
anggota profesi, seorang professional mudah merasa segan melaporkan teman sejawat
terhadap guru dan dosen yang tidak menjalankan tugas dan kewajibannya pada pasal
hak guru dan dosen, penurunan pangkat, pemberhentian dengan hormat, atau
pemberhentian tidak dengan hormat.14 Pendidik yang melanggar Kode Etik Guru
Indonesia dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku pada
pelanggaran ringan, sedang, dan berat. Tentu saja, pendidik tidak secara serta-merta
dapat disanksi karena tudingan melanggar kode etik profesinya.
14
Syamsuhadi Irsyad, Guru yang Profesional (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 98.
19
diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta
peraturan perundang-undangan.
Selain itu, siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik
organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang. Tentu saja, setiap pelanggar
dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan organisasi profesi guru
pelanggaran kode etik profesi guru ditujukan sebagai efek jera agar pendidik tidak
memerlukan suatu keahlian khusus. Oleh karena itu, pendidik memiliki peranan yang
sangat penting dan strategis dalam kegiatan pembelajaran, yang akan menentukan
mutu pendidikan dalam suatu satuan pendidikan. Dalam sistem pendidikan dan
pemahaman tentang tugas dan tanggung jawab pendidik, maka akan diuraikan
sebagai berikut:
1. Tugas Guru
Secara garis besar, tugas pendidik dapat ditinjau dari tugas-tugas yang
15
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: Kencana, 2012), h. 259.
20
pembelajaran dan tugas-tugas lain yang secara tidak langsung berhubungan dengan
orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut
dibina dan dikembangkan melalui pendidikan tertentu. Oleh sebab itu, pendidik
adalah figur seorang pemimpin. Ia adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk
jiwa dan watak peserta didik. Pendidik mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan
membangun kepribadian peserta didik menjadi seorang yang berguna bagi agama,
tugas yang banyak, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk
Dalam konteks ini tugas pendidik meliputi mendidik, mengajar, dan meletih.
siswa. Atau dengan kata lain tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan
16
Hamzah, Profesi Kependidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 20.
21
keterampilan dan menerapkan dalam kehidupan dan demi masa depan peserta didik.17
Sehingga secara makro tugas guru adalah menyiapkan manusia susila yang cakap
yang dapat diharapkan membangun dirinya dan dapat membangun bangsa dan
negara.
b. Tugas manusiawi
harus mampu menarik dan menjadi idola para peserta didiknya. Oleh karena itu,
pendidik harus mampu memahami jiwa dan watak peserta didik. Maka pelajaran
apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi peserta didik dalam
belajar. Jika seorang pendidik dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka
peserta didik. Pendidik harus menanamkan nilai kemanusiaan kepada peserta didik.
Dalam bidang ini pendidik memiliki tugas mendidik dan mengajar masyarakat
untuk menjadi warga Negara Indonesia yang bermoral pancasila. Pendidik tidak
hanya diperlukan oleh para murid diruang-ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh
dinding sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.18
jawab. Secara umum, guru berperan sebagai pendidik, pengajar, pengelola, dan
pembimbing. Peran sebagai pendidik mengarah pada tugas untuk menanamkan nilai-
17
Syaiful Bahri Djamara, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Cet. II; Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2005), h. 37.
18
Rulam Ahmadi, Profesi Keguruan Konsep dan Strategi Mengembangkan Profesi dan
Karier Guru (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2018), h. 57.
22
nilai atau norma-norma, baik norma sosial maupun norma agama. Sebagai pengajar,
Bagi guru, tugas dan kewajiban seperti yang telah disebutkan sebelumnya
merupakan amanah yang harus diterima guru atas dasar pilihannya untuk memangku
jabatan guru. Amanat tersebut wajib dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Hal
ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa/4:58 yang berbunyi:
ridha Allah. Tanggung jawab guru adalah keyakinan bahwa segala tindakannya dalam
tepat.
19
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: Marwah, 2007), h. 87.
23
dengan aturan dan bersedia menerima sanksi atas kesalahan atau penyimpangan yang
D. Proses Pembelajaran
merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan pendidik sebagai
pemegang peran utama. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan proses
belajar mengajar yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
kepentingan pengajaran.
20
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Cet. IX; Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 127.
24
pendidik dengan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi timbal balik antara
pendidik dengan peserta didik itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal
berikut:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dijadikan pegangan oleh
Dari uraian di atas, tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat
penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar agar behasil sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, proses belajar
21
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), h. 5.
25
semua unsur pengajaran dan pembelajaran yang dapat merangsang timbulnya minat
peserta didik dan kegiatan belajar peserta didik sehingga terjadi perubahan tingkah
laku, sikap, dan nilai pada peserta didik (kepribadian meliputi perubahan kognitif,
1. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik,
kecerdasan, minat, latihan, kebiasaan belajar, motivasi pribadi, dan konsep diri.22
Belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang
negatif terhadap belajar, akhirnya peserta didik gagal dalam porses belajarnya.
Misalnya faktor fisiologis, faktor fisiologis sangat menunjang aktivitas belajar.
Keadaan jasmani yang baik dan sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang
22
Ahmad Syarifuddin, Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya (Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang: Ta‟dib vol. 16 no. 01, Juni
2011), h. 128.
26
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik
yang ikut mempengaruhi belajar peserta didik, antara lain: kualitas pembelajaran,
keluarga, dan masyarakat.23 Salah satu faktor masyarakat yang turut mempengaruhi
belajar adalah teman bergaul peserta didik dalam lingkungan masyarakat tersebut.
Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri peserta didik,
begitupun sebaliknya teman bergaul yang suka begadang, pecandu rokok, minum
minuman keras, dan lain sebagainya akan menyeret peserta didik ke ambang bahaya
dan sudah pasti belajaranya akan berantakan. Seperti halnya dengan faktor internal
peserta didik, faktor eksternal juga sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar
pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik, dengan pemilihan metode belajar yang
tepat dan efektif maka hasil belajar peserta didik akan baik pula. Pendidik harus
mengatasi penggunaan waktu dan metode pengajaran, pendidik harus menguasai
segala sesuatu yang berhubungan dengan proses kegiatan belajar mengajar, mampu
menguasai kelas, serta mampu memanfaatkan media pendidikan dengan baik. Dengan
memilih cara belajar yang tepat maka akan meningkatkan prestasi belajar peserta
didik.
23
Ibrahim, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak (STKIP An-Nur Nanggroe
Aceh Darussalam: JIPA vol. 1 no. 01, Mei 2017), h. 5.
27
b. Faktor keluarga
Orang yang memegang peran yang penting dan amat berpengaruh atas
pendidikan anak-anaknya adalah orang tua. Karena orang tua merupakan pendidik
utama dan pertama bagi anak-anak mereka, dari merekalah anak mula-mula
dalam keluarga. Mendidik memang merupakan tanggung jawab orang tua, hal itu
علَ َْ َهۙ َْل نَسْـَٔلُ َك ِر ْزقًۙ ن َْم ُا ن َْر ُزقُ َك َو ْالََۙقِبَتُ ِللم َّ ْق ٰىي َ ص
َ طبِ ْر َّ َوأْ ُم ْر ا َ ْهلَ َك يِۙل
ْ ص ٰلىةِ َوا
Terjemahnya:
“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang
yang bertakwa.”24
Dalam ayat tersebut terdapat perintah agar senantiasa memperhatikan kualitas
agama anggota keluarga. Dalam ayat tersebut sholat menjadi salah satu contoh dari
syariat Islam yang perlu ditegakkan di lingkungan keluarga. Mengenalkan anak sejak
dini pada syariat Islam sangat diperlukan, sebab orang tua adalah madrasah pertama
bagi anak-anaknya. Pendidikan anak jauh lebih penting dibanding harta yang
c. Faktor masyarakat
terhadap proses belajar mengajar, karena masyarakat turut serta memikul tanggung
24
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: Marwah, 2007), h. 321.
28
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, dan
mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh buruk kepada peserta didik
yang berada di lingkungan tersebut. Peserta didik akan tertarik untuk melakukan hal-
hal buruk seperti yang dilakukan oleh lingkungan sekitarnya dan akibatnya proses
belajar peserta didik akan terganggu, bahkan peserta didik akan kehilangan semangat
belajar karena perhatiannya akan berpusat kepada perbuatan-perbuatan yang
adalah orang-orang yang terpelajar maka peserta didik juga akan terpengaruh ke hal-
hal yang positif dan peserta didik akan lebih giat dalam belajar.
E. Kerangka Konseptual
inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa
Kode etik guru merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku
informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan,
proses belajar mengajar, guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
25
Ahmad Syarifuddin, Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya (Palembang: IAIN Raden Fatah Palembang, 2011), h. 128.
29
masyarakat di sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab
acuan/norma yang wajib dilaksanakan. Oleh karena itu, peneliti mencoba menemukan
faktor-faktor yang menjadi penghambat bagi para pendidik dalam menerapkan kode
etik tersebut serta peneliti berupaya menemukan faktor pendukung serta solusi agar
pendidik mampu menerapkan kode etik guru dalam menjalankan tugasnya sebagai
pendidik profesional. Secara garis besar dapat digambarkan melalui bagan berikut:
Bagan 1.1
Kerangka Konseptual
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data berupa kata tertulis atau lisan dari
orang-orang, dan perilaku yang diamati. Penelitian deskriptif yaitu aktivitas yang
bertujuan untuk menggambarkan situasi atau fenomena yang dirancang untuk
menyajikan temuannya dalam bentuk deskripsi berupa ucapan atau tulisan dan prilaku
orang-orang yang diamati secara rinci, lengkap, dan mendalam mengenai persepsi
skripsi ini, maka lokasi penelitian ini dilakukan di MAN 1 Soppeng yang berlokasi di
Lokasi penelitian ini dipilih karena peneliti menganggap lokasi ini dinilai dapat
1
Rukaesih, dkk, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 72.
30
31
B. Pendekatan Penelitian
fenomenologi, yaitu data yang diperoleh tidak disentuh oleh penafsiran ataupun
berbagai penambahan dan pengurangan. Semua gejala sebagai data dilukiskan apa
adanya. Realitas yang terjadi dilapangan adalah fenomenologis, gejala yang berbicara
tentang dirinya sendiri yang sebagai pertimbangan rasionalnya, peneliti dapat makna-
makna yang logis dalam fenomena sosial secara sistematis dan bertahap, kemudian
dikuatkan dengan teori ilmiah agar pemaknaannya bertahap dan kuat dengan
berupa kalimat tertulis, atau kalimat lisan dari orang dan perilakunya yang telah
merupakan pendekatan yang dilakukan secara utuh kepada subjek penelitian dimana
terdapat sebuah peristiwa dan peneliti menjadi instrumen kunci dalam penelitian,
kemudian hasil pendekatan tersebut diuraikan dalam bentuk kata-kata yang diperoleh
dalam objek alamiah atau natural yang berarti tidak ada manipulasi di dalamnya.
C. Sumber Data
mengenai data. Sementara yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah
subjek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
2
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 91.
32
1. Data primer
Data primer ialah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
sumber data primer dalam penelitian ini adalah para pendidik di MAN 1 Soppeng.
a. Observasi. Observasi atau yang disebut juga dengan pola pengamatan, meliputi
2. Data sekunder
Data sekunder ialah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai
penunjang dari sumber data pertama. Adapun yang menjadi sumber data sekunder
1. Observasi
untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.3 Observasi ini dilakukan di MAN 1
3
Ridwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 30.
33
Soppeng. Dalam hal ini peneliti melihat dan mengamati secara langsung pendidik
2. Wawancara
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.4 Teknik ini dilakukan
dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan kepada para pendidik di MAN
3. Dokumentasi
peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, dan data yang relevan dengan
penelitian.5
Teknik ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data dari sejumlah dokumen-
dokumen yang ada di sekolah yang berkaitan dengan kebutuhan penelitian seperti
sejarah berdirinya sekolah, visi, misi, jumlah sarana prasarana, jumlah pendidik,
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2015),
h. 137.
5
Buchari Alma, Belajar Mudah Penelitian; Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula
(Cet.V; Bandung: Alfabeta 2008 ), h. 77.
34
E. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang digunakan pada saat
1. Pedoman observasi
data dengan indra manusia disertai dengan melakukan pencatatan secara sistematis.
2. Pedoman wawancara
3. Ceklis dokumentasi
Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk memperoleh data adalah
teknik analisis deskriptif kualitatif, digunakan untuk menganalisis data yang bersifat
1. Reduksi data
menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang
yang tidak perlu.6 Mereduksi data merupakan memilih hal-hal yang pokok dan
6
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 338.
35
Data yang sudah direduksi dapat memberikan gambaran yang tepat dan dapat
membantu peneliti dalam pengumpulan data. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
2. Penyajian data
penyajian data dalam penelitian kualitatif berbentuk uraian singkat.7 Penyajian data
dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan
yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.
sebaik mungkin tanpa adanya penambahan yang tidak sesuai dengan fakta yang ada,
hal tersebut bertujuan untuk dapat menyajikan data yang telah direduksi dengan tepat
3. Penarikan kesimpulan
masalah dan isinya merupakan kristalisasi data lapangan yang berharga bagi praktek
den pengembangan ilmu.8 Setelah semua data terkumpul yang berkaitan dengan
masalah, maka ditarik kesimpulan yang bersifat sempurna. Data yang diperoleh juga
pendukung yang relevan dengan penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan yang
7
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 341.
8
Djam‟an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 100.
36
validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dinyatakan
valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sebenarnya terjadi pada objek yang diteliti. Untuk menguji keabsahan data dalam
penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan uji kredibilitas yang mana uji
negatif, dan member check.9 Dalam penelitian ini, sumbernya adalah guru. Maka
untuk menguji kreadibilitas data dari hasil pengumpulan data observasi, wawancara
sesuatu yang yain di luar dari data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
dimanfaatkan sebagai pengecekan keabsahan data yang peneliti temukan dari hasil
cara mengecek data kepada sumber data yang sama dengan teknik berbeda. Dalam
9
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2015), h. 270.
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2015), h. 330.
37
A. Hasil Penelitian
sederajat yang terletak di Jl. Kayangan No. 162, Kecamatan Lalabata, Kabupaten
Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Sekolah ini telah berdiri sejak tahun
1978 M dan dibangun di atas tanah seluas 24,170 m² .
MAN 1 Soppeng sampai saat ini telah terakreditasi A dan telah membuka
empat jurusan yaitu jurusan Matematika dan Ilmu Alam (MIA), Ilmu-Ilmu Sosial
(IIS), Ilmu Keagamaan (IKA), dan yang terakhir Ilmu Bahasa dan budaya (IBB).
Waktu belajar di MA Negeri 1 Soppeng dimulai sejak pagi sampai siang hari dan
setiap peserta didik diwajibkan memilih satu dari delapan ekstrakurikuler yang
tersedia sesuai dengan minat peserta didik sendiri. Adapun ekstrakurikuler yang ada
Tabel 2.1
Daftar Ekstrakurikuler di MA Negeri 1 Soppeng
Pramuka Aktif
PMR Aktif
Volley Aktiif
Sangggar Seni Budaya Triple M Sendra tari dan Kesenian Daerah Aktif
Futsal Aktif
38
39
pegawai. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
Keadaan Pendidik dan Pegawai di MA Negeri 1 Soppeng
No. Nama L/P Keterangan
1. Musmuliadi, S.Ag.MA L Kepala Madrasah
2. Drs. Muslimin L Wakamad Kurikulum dan
SDM
3. Salama, S.HI, S.Pd.I, M.Pd.I L Wakamad Kesiswaan dan
Keasramaan
4. Dra. Hj. Syiamah, M.Pd.I P Wakamad Humas dan
Kewirausahaan
5. Karyadi, S.Pd L Wakamad SAPRAS dan IT
6. Syarif Mansur, S.Pd., M.Pd L Koordinator PKB dan PKG
7. Drs. Umar Karim, M.Pd.I L Pendidik
8. Dra. Jumiati Asyur P Pendidik
9. Herawati Ismail, S.Pd P Pendidik
10. Hj. Rapida, S.Ag. P Pendidik
11. Dra. Hj. Idaini, M.Pd.I P Pendidik
12. Drs. Syahruddin L Pendidik
13. Dra. Suarni Kadir P Pendidik
14. Kariati, S.Pd. P Pendidik
40
dengan sarana dan prasarana untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar.
Adapun sarana dan prasarana tersebut dapat dilihat pada table di bawah ini:
Tabel 4.1
Sarana dan Prasarana Sekolah
5. Perpustakaan 1 Baik
8. Ruang BK 1 Baik
B. Pembahasan
Kode etik guru secara umum memuat hubungan pendidik dengan peserta
didik, hubungan pendidik dengan sesama rekan pendidik, hubungan pendidik dengan
masyarakat, dan hubungan pendidik dengan pemerintah. Kode etik guru adalah
pedoman dalam bersikap, dan bertingkah laku dalam melaksanakan tugasnya dan
pembelajaran:
Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami oleh seorang
berjiwa pancasila yakni peserta didik yang mampu menerapkan kandungan dari
1
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, iSistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Sinar Grafika,
2008), h. 7.
44
mengintensifkan pendidikan moral pancasila bagi peserta didik. Terkait dengan hal
tersebut, peneliti telah mengadakan wawancara dengan seorang pendidik yang ada di
peserta didik bukan sekedar memberikan suatu pengarahan kapada peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari untuk dijadikan contoh agar peserta didik memahami
sebenarnya.
dan panas bukanlah penghalang bagi pendidik untuk selalu hadir di tengah-tengah
jiwa, maka dalam suatu pembelajaran pendidik tidak hanya mencerdaskan jasmani
peserta didik, namun lebih dari itu pendidik harus mampu mencerdaskan rohani
peserta didik. Tidak terkecuali para pendidik yang ada di MAN 1 Soppeng, mereka
harus mampu memadukan antara pendidikan jasmani dan pendidikan rohani peserta
2
Herpina, Guru Bahasa Arab MA Negeri 1 Soppeng, Wawancara, 14 Juni 2021.
45
didik. Terkait dengan hal itu peneliti telah mengadakan wawancara langsung dengan
salah seorang pendidik sekaligus merupakan wali kelas X MIA 1 di MAN 1 Soppeng
mengatakan bahwa:
kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani, tidak hanya berilmu tinggi
tetapi juga bermoral tinggi pula. Pendidik dalam mendidik seharusnya tidak hanya
sosial maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakekat pendidikan. Ini dimaksudkan
agar peserta didik pada akhirnya dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi
Peranan dan tanggung jawab guru akan meningkat lebih baik bila pendidik
didik.
peserta didik.
3
Azhar Hidayah, Guru Akidah Akhlak, Wawancara, 18 Juni 2021.
46
peserta didik.
bahwa memang benar peserta didik memiliki perbedaan dan karakter masing-masing
namun hal tersebut bukan berarti pendidik harus menghakimi masing-masing dari
karakter peserta didik tersebut justru sebagai pendidik kita harus berusaha memahami
yang satu dengan yang lainnya karena itu dapat merusak moral peserta didik terlebih
Pendidik yang baik harus bisa memahami peserta didiknya dan berusaha
harus berpikiran positif bahwa setiap peserta didik dapat berhasil dalam mencapai
4
Nur Hasanah, Guru Kimia MA Negeri 1 Soppeng, Wawancara, 15 Juni 2021.
47
yang berbeda.
didik sudah dapat terlaksana dengan berbagai macam metode atau cara yang
dilakukan oleh pendidik yang ada di MAN 1 Soppeng, salah satu diantaranya adalah
dengan mengelompokkan peserta didik menjadi dua bagian, kelompok pertama terdiri
dari peserta didik yang sudah paham tentang materi pembelajaran dan kelompok yang
kedua terdiri dari peserta didik yang belum paham mengenai materi pelajaran
tersebut, kemudian kolompok yang belum paham itulah yang dibina secara khusus
agar dapat memahami materi yang diberikan. Hal ini juga bisa menjadi salah satu
cara untuk dapat membantu melatih dan membina daya kreasi peserta didik.
Proses belajar mengajar bukan hanya tarjadi di dalam kelas tetapi juga terjadi
di luar kelas, untuk itulah pendidik hendaknya mampu menciptakan suasana kelas
5
Masdar Mansyur Addury, Guru Al-Qur‟an dan Hadis MA Negeri 1 Soppeng, Wawancara, 19
Juni 2021.
48
yang baik agar peserta didik tidak bosan ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Dalam hal ini peneliti telah mengadakan wawancara dengan salah seorang pendidik
“Untuk menciptakan suasana ada yang dinamakan ice breaking jadi setelah
proses menjelaskan peserta didik bisa rilaks dengan cara meminta peserta
didik untuk berdiri melemaskan badannya agar tidak kaku atau memberikan
games agar peserta didik tidak mengantuk.”6
Berdasrkan penuturan dari informan di atas bahwa dengan memberikan
sedikit ice breaking maka dapat membantu peserta didik untuk tidak mengantuk dan
dapat kembali fokus terhadap pembelajaran yang berlangsung. Hal ini adalah salah
satu cara yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk dapat mencipatakan suasana
belajar yang efisien kepada peserta didik. Hal lain yang juga dapat dilakukan oleh
pendidik adalah dengan mangajak peserta didik belajar di luar kelas agar tidak jenuh,
misalnya mengajak peserta didik untuk belajar di taman. Dengan mendapat suasana
belajar yang baru maka peserta didik akan lebih bersemangat ketika belajar dan
melakukan bimbingan
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam memperoleh
peserta didik atau jika perlu pendidik berkomunikasi langsung dengan orang tua atau
wali dari peserta didik. Hal ini semata-mata dilakukan untuk menunjang pendidik
6
Ummy Azvitah Arif, Guru Sejarah Nasional MA negeri 1 Soppeng, Wawancara, 16 Juni 2021.
49
dalam memahami dan mengetahui karasteristik peserta didik. Mengenai hal ini
tetap mengadakan komunikasi yang baik dengan cara menjaga perasaan peserta didik
dengan berusaha tidak menyinggung peserta didik dan saling memahami sehingga
terciptalah komunikasi yang berlandaskan dengan rasa kasih sayang antara pendidik
Berkaitan dengan hal ini, salah seorang pendidik di MAN 1 Soppeng juga
menuturkan bahwa:
7
Azhar Hidayah, Guru Akidah Akhlak MA Negeri 1 Soppeng, Wawancara, 18 Juni 2021.
50
biasanya melalui orang-orang terdekat dari peserta didik misalnya dari teman
kelas dan sahabat peserta didik.”8
Berdasarkan wawancara dengan informan dapat peneliti simpulkan bahwa
sahabat dan kerabat peserta didik. Namun harus diingat bahwa berkomunikasi dan
mengetahui informasi pribadi peserta didik hanya diadakan semata-mata untuk
aman, nayaman, dan membuat peserta didik betah dalam belajar. Hal ini harus
Oleh sebab itu, pendidik harus aktif mengusahakan suasana sekolah yang baik
itu dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan metode yang sesuai, menyiapkan
alat belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun
pendekatan lainnya yang dibutuhkan. Terkait dengan hal itu salah seorang pendidik di
8
Herpina, Guru Bahasa Arab MA negeri 1 Soppeng, Wawancara, 14 Juni 2021.
51
mengambil perhatian peserta didik agar dalam proses pembelajaran tidak terjadi suatu
kejenuhan dan materi yang diberikan mampu diserap oleh peserta didik. Hal inilah
mengapa pemilihan metode dan media yang tepat dapat menunjang proses
pembelajaran serta peserta didik juga dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Untuk menciptakan suasana sekolah yang baik, pendidik dan pihak sekolah
lainnya tentunya harus sering melakukan interaksi dengan masyarakat sekitar dan
dengan para orang tua murid serta dapat menerima setiap kritik membangun yang
disampaikan orang tua peserta didik dan masyarakat terhadap kehidupan sekolahnya
di MAN 1 Soppeng
Pelaksanaan kode etik guru dalam proses pembelajaran yang berlangsung di
MAN 1 Soppeng secara umum telah berjalan dengan baik. Bagi pendidik, kode etik
tanggung jawab dan memenuhi kewajibannya dengan baik serta dapat memperoleh
9
Ummy Azvitah Arif, Guru Sejarah Nasional MA Negeri 1 Soppeng, Wawancara, 16 Juni
2021.
52
terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan data yang peneliti
Soppeng, yaitu:
Faktor dari dalam diri pribadi pendidik berarti seorang pendidik harus
menyadari posisinya sebagai tenaga pendidik yang berkewajiban untuk mencerdaskan
peserta didik baik dari intelegensi maupun moral peserta didik. Dalam hal ini
pendidik harus terus berusaha untuk menambah ilmunya, memperluas wawasan, dan
mengatakan bahwa:
“Di MAN 1 Soppeng sekarang sudah banyak tenanga pendidik yang muda-
muda, nah ibu biasanya bertanya ke mereka karena pengalaman mereka saat
kuliah pasti berbeda saat ibu kuliah dulu. Sekarang juga sudah banyak
literatur-literatur yang mewadahi pendidik untuk terus belajar, misalnya
karena kemarin zamannya online jadi pelatihan-pelatihan diklat juga
online.”10
Berdasrkan hasil wawancara di atas, dapat dipahami bahwa niat dan
komitmen saja tidaklah cukup untuk menjadi seorang pendidik profesional. Hal
pendidik. Seperti yang dijelaskan oleh informan di atas bahwa, banyak sekali cara
yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk terus meningkatkan keterampilan serta
mengasah skill yang dimilikinya dengan cara saling bertukar pikiran dengan pendidik
10
Nur Hasanah, Guru Kimia MA Negeri 1 Soppeng, Wawancara, 15 Juni 2021.
53
dianggap sebagai tokoh utama dalam mencapai fungsi dan tujuan pendidikan nasional
yang merupakan cerminan mutu pendidikan. Untuk itu seorang pendidik dituntut
informasi dan komunikasi serta memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di
sekolah. Hal ini bertujuan agar peserta didik mendapat kesempatan untuk memproleh
atau menerima pelajaran dengan cara yang lebih bervariasi. Adapun salah seorang
pembelajaran karena dengan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada peserta
pembelajaran. Hal senada diungkapkan oleh wali kelas XI IIS 2, beliau mengatakan
bahwa:
meskipun sarana dan prasaran sudah memadai namun kembali lagi ke pendidik itu
kelas yang nyaman akan memudahkan peserta didik ketika proses belajar mengajar
yang tersedia.
c. Peserta didik
Peserta didik juga menjadi salah satu faktor pendukung agar pendidik dapat
mengiplementasika kode etik. Peserta didik merupakan individu yang unik, karena
antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya memiliki laju pertumbuhan dan
perkembangan yang tidak atau kurang normal harus diberlakukan secara khusus
karena keterbatasannya. Inilah mengapa peserta didik termasuk kedalam faktor yang
mempengaruhi implementasi kode etik guru.
“Ya, sikap dan perlakuan peserta didik juga dapat mempengaruhi kita terlebih
zamannya mereka berbeda dengan zamannya kita dulu. Jadi sebisa mungkin
kita harus bergaul dengan mereka namun dengan menerapkan batas-batas
antar seorang pendidik dengan peserta didik, dengan begitu mereka peserta
55
didik tetap menjaga etikanya ketika berbicara dengan kita dan peserta didik
tetap sopan ketika cerita-cerita santai.”13
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dalam penerapan kode etik guru di
MAN 1 Soppeng para pendidik juga membutuhkan dukungan dari peserta didik. Hal
ini dapat dilihat dari penuturan dari informan di atas bahwa pendidik sudah berusaha
untuk bergaul dengan kepada peserta didik meskipun memiliki sifat bergaul yang
berbeda. Salah satu cara yang dapat dilakukan peserta didik agar dapat menunjang
pendidik dalam mengimplementasikan kode etik dalam proses pembelajaran adalah
disampaikan oleh pendidik dan jika terdapat materi yang kurang dipahami maka
peserta didik boleh bertanya dengan cara yang santun. Dengan demikian, pendidik
dapat menerapkan kode etik guru dan peserta didik dapat dengan nyaman bebicara
Dalam upaya mencari suatu fakta tentang implementasi kode etik guru dalam
ada 2 faktor yang menghambat implemnetasi kode etik guru di MAN 1 Soppeng
yaitu:
13
Masdar Mansyur Addury, Guru Al-Qur‟an dan Hadis MA Negeri 1 Soppeng, Wawancara, 19
Juni 2021.
56
a. Penjabaran tentang kode etik guru belum terlalu jelas dipahami oleh pendidik
kode etik guru yang telah ditetapkan dalam hasil Kongres PGRI XXI tahun 2013 di
Jakarta, ini sesuai dengan pernyataan dari salah seorang pendidik di MAN 1 Soppeng,
mengatakan bahwa:
“Kalau masalah poin-poin dari kode etik, saya tidak mampu untuk
menyebutkan semua satu per satu, namun setiap pembelajaran seperti
membuat RPP harus dilampirkan kebiasaan pendidik bagaimana, juga saya
mengetahui bahwa sebagai pendidik saya harus mengikuti tata tertib yang
berlaku di sekolah ini serta melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai
seorang pendidik.”14
Berdasarkan hasil wawancara di atas ternyata wali kelas XI IIS 1 ini tidak
mampu untuk menyebutkan semua kode etik guru yang telah ditetapkan, namun
Terkait tentang pengetahuan kode etik guru tersebut salah seorang pendidik
mengatakan bahwa:
“Terkait dengan kode etik, etika adalah suatu pola perilaku yang harus
dilaksanakan sebagai seorang pendidk dan menjadi pedoman bagi peserta
didik. Sebenarnya ibu sudah mengetahui kode etik tersebut, baik itu melalui
jenjang pendidikan waktu ibu kuliah dulu maupun melalui penataran, namun
karena sudah lama ibu tidak membacanya sehingga ibu tidak dapat untuk
menyebutkan satu persatu kode etik guru tersebut. Namun untuk ibu pribadi
yang paling penting adalah kita harus jujur dan disiplin terlebih dahulu.”15
Dari hasil wawancara di atas menerangkan bahwa pendidik sebenarnya sudah
mengetahui tentang kode etik guru tersebut, namun karena pengaruh dari faktor
14
Ummy Azvitah Arif, Guru Sejarah Nasional MA Negeri 1 Soppeng, Wawancara, 16 Juni
2021.
15
Nur Hasanah, Guru Kimia MA Negeri 1 Soppeng, Wawancara, 15 Juni 2021.
57
Namun setelah peneliti memaparkan beberapa kode etik guru yang berlaku
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap peserta didik memiliki kepribadian dan
karakter yang berbeda dan tidak mudah untuk dipahami. Dalam kasus seperti inilah
pendidik dipaksa untuk bisa mengenyampingkan egonya dan harus mencari cara
untuk menghadapi berbagai macam karakter peserta didik. Untuk tetap menerapkan
kode etik kepada peserta didik, salah satu pendidik di MAN 1 Soppeng mengatakan
bahwa:
menghadapi berbagai macam karakter dari peserta didik terlebih dahulu pendidik
harus mengetahui watak dan kepribadian peserta didik agar pendidik mendapat cara
atau langkah apa yang ditempuh untuk menghadapi sikap peserta didik. Dengan
pendidik dalam memilih metode atau media yang tepat sebelum melaksanakan proses
bahwa:
16
Herpina, Guru Bahasa Arab MA Negeri 1 Soppeng, Wawancara, 14 Juni 2021.
58
lebih mengedapankan pribadi yang jujur dan disiplin masalah intelegensi peserta
didik tidak terlalu berpengaruh untuk pendidik melaksanakan kode etik. Pendidik
harus tetap memandang positif peserta didik meskipun peserta didik tersebut kurang
dalam kognitifnya.
Pandangan tersebut bukan hanya ditujukan kepada peserta didik yang berprestasi dan
berperilaku sesuai dengan harapan pendidik saja, tetapi juga kepada peserta didik
Solusi yang dapat peneliti berikan agar pendidik di MAN 1 Soppeng tetap
menerapkan kode etik kepada peserta didik sekalipun peserta didik tersebut memilki
17
Azhar Hidayah, Guru Akidah Akhlak MA Negeri 1 Soppeng, Wawancara, 18 Juni 2021.
59
diketahui beberapa implikasi dari penerapan kode etik guru terhadap peserta didik di
1. Peserta didik menjadi lebih percaya diri dan berani karena mendapat perlakuan
berbagai macam alat pendidikan seperti menggunakan lcd, globe, peta, dan lain-
lain. Peserta didik juga menjadi lebih semangat ketika pendidik menerapkan
suasana belajar yang lebih bervariatif misalnya pendidik mengajak peserta didik
didik karena peserta didik akan berperilaku baik bukan dari instruksi atau
perintah dari pendidik melainkan dari perilaku baik yang ditampilkan oleh
5. Peserta didik mampu menerima materi pembelajaran dan nasehat dari pendidik
dengan baik karena terciptanya komunikasi yang baik dan harmonis antara
antara pendidik dan peserta didik dapat memudahkan peserta didik dalam
PENUTUP
A. Kesimpulan
melaksanakannya.
2. Adapaun faktor yang mendukung implementasi kode etik guru dalam proses
pembelajaran di MAN 1 Soppeng yaitu pribadi pendidik itu sendiri, sarana dan
kode etik guru belum terlalu jelas dipahami oleh para pendidik dan juga peserta
didik sulit dihadapi sebab memiliki berbagai macam karakter yang berbeda.
Adapun solusi yang peneliti berikan terkait dengan hal tersebut adalah:
bangsa.
60
61
B. Implikasi
saran-saran semoga dapat membantu tercapainya hasil secara optimal. Adapun saran-
peserta didik dengan pengelolaan kelas yang tepat, dan juga pendidik dapat
bersifat terbuka menerima kritik dan masukan baik dari rekan seprofesi maupun
pendidik dalam pelaksanaan kode etik guru Indonesia dan memberi peringatan
62
63
A. Persuratan
B. Instrumen Penelitian
C. Transkip Penelitian
D. Dokumentasi
PERSURATAN
INSTRUMEN PENELITIAN
Pedoman Observasi
Implementasi Kode Etik Guru dalam Proses Pembelajaran di
MA Negeri 1 Soppeng
Hari dan Tanggal :
Informan :
Kelas :
Petunjuk : Berikan tanda ceklis () pada kolom yang sesuai
alternatif jawaban yang tersedia
NO. ASPEK YANG DIAMATI YA TIDAK
Pembelajaran
1. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk menambah ilmu, memperluas wawasan,
serta mengasah keterampilan seiring dengan perkembangan zaman?
2. Menurut Bapak/Ibu, apakah sarana dan prasarana sekolah dapat
mempengaruhi Bapak/Ibu dalam mengimplementasikan kode etik?
3. Apakah sikap dan perlakuan peserta didik juga dapat mempengaruhi
Bapak/Ibu dalam mengimplementasikan kode etik?
C. Faktor Penghambat Implementasi Kode Etik Guru dalam Proses
Pembelajaran
1. Apakah selama ini Bapak/Ibu sudah mengetahui poin-poin serta mengetahui
dengan pasti penjabaran tentang kode etik guru yang berlaku di Indonesia?
2. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk tetap menerapkan kode etik kepada peserta
didik padahal kita mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki masing-
masing karakter yang berbeda?
TRANSKIP PENELITIAN
TRANSKIP WAWANCARA
No. Materi Wawancara
Lalabata, Kab. Soppeng dan selesai pada tahun 2006. Penulis kemudian menempuh
tahun 2011. Kemudian pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di MTs.N
Kayangan dan selesai pada tahun 2014. Penulis selanjutnya melanjutkan pendidikan
menengah atas di MAN 1 Soppeng pada tahun 2014 dan tamat di tahun 2017. Pada
organisasi diantaranya adalah HMJ Pendidikan Agama Islam, LDF Al-Uswah, dan