BIOTEKNOLOGI
DISUSUN OLEH :
NADYATUS SHOLIHAH
NPM : 1820600008
Metode kloning berbeda dengan pembuahan biasa karena sel telur tidak
lagi membutuhkan sel sperma untuk pembuahan. Sederhananya, bayi "klon"
dibuat dengan memisahkan sel telur yang telah dibuahi dan kemudian
menggunakan sel donor, yaitu sel dewasa dari organ. Hasil campuran tersebut
kemudian ditempatkan di dalam rahim dan dibiarkan berkembang di dalam
rahim hingga lahir.
C. Macam-Macam Kloning
Menurut Daulay dan Siregar (2005), kloning dapat dibedakan menjadi 3
jenis tergantung dari cara kerjanya dan tujuan pembuahannya:
2. Kloning DNA Dewasa (Adult DNA Cloning) atau disebut juga kloning
reproduktif (Reproductive Cloning)
Menurut Daulay dan Siregar, (2005) mekanisme kloning sel pada manusiadapat
digambarkan seperti ditunjukkan dan dijelaskan secara sederhana sebagai
berikut :
1. Mempersiapkan sel stem: suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai
sel tubuh. Sel ini diambil dari manusia yang hendak dikloning.
2. Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetik
kemudiandipisahkan dari sel.
3. Mempersiapkan sel telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan
perempuan kemudian intinya dipisahkan.
4. Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur.
5. Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan.
Setelahmembelah (hari kedua) menjadi sel embrio.
6. Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkandiri
(hari ke lima) dan siap diimplantasikan ke dalam rahim.
7. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persissama
dengan sel stem donor. Dari pengertian kloning dan prosesnya di atasyang
menghasilkan individu baru dan mempunyai sifat genetik yang “identik”
(sama).
Step 3 Step 4
Step 5 Step 6
Gambar. Tahapan dari proses kloning teknik Roslin
3. Teknik Honolulu
Pada Juli 1998, suatu tim ilmuwan dari Universitas Hawai
mengumumkan bahwa mereka telah menghasilkan tiga generasi tikus
kloning yang secara genetikidentik. Tehnik ini diakreditasi atas nama
Teruhiko Wakayama dan RyuzoYanagimachi dari Universitas Hawai.
Tikus telah sejak lama diketahui merupakanmamalia yang tersulit untuk
dikloning, ini merujuk pada bahwa segera setelahsuatu sel telur tikus
mengalami fertilisasi ia akan segera membelah. Dombadigunakan pada
tehnik Roslin karena sel telurnya membutuhkan beberapa jamsebelum
membelah, memungkinkan adanya waktu bagi sel telur
untukmemprogram ulang nukleus barunya. Meskipun tidak
mendapatkan keuntungantersebut ternyata Wakayama dan Yanagimachi
mampu melakukan kloning denganangka keberhasilan yang jauh lebih
tinggi (3 kloning dari sekitar seratus yangdilakukan) dibandingkan Ian
Wilmut (satu dari 277). Wakayama melakukan pendekatan terhadap
masalah sinkronisasi siklus sel yang berbeda dibandingkanWilmut.
Wilmut menggunakan sel dari kelenjar mammae yang harus
dipaksauntuk memasuki ke stadia GO. Wakayama awalnya
menggunakan tiga tipe selyakni, sel Sertoli, sel otak dan sel kumulus.
Sel Sertoli dan sel otak keduanyatinggal dalam stadia GO secara
alamiah dan sel kumulus hampir selalu hadir padastadia G0 ataupun G1
(Rusda, 2004).
Sel telur tikus yang tidak dibuahi digunakan sebagai resipien dari
inti donor. Setelah dienokulasi, sel telur memiliki inti donor yang
dimasukkan kedalamnya. Nukleus donor diambil dari sel-sel dalam
hitungan menit dari setiapekstrak sel dari tikus tersebut. Tidak seperti
pada proses yang digunakan untuk melahirkan Dolly, tanpa in vitro atau
di luar dari tubuh hewan, kultur dilakukan justru pada sel-sel tersebut.
Setelah satu jam sel-sel telah menerima nucleus-nukleus yang baru.
Setelah penambahan waktu selama 5 jam sel telur kemudianditempatkan
pada suatu kultur kimia untuk memberi kesempatan sel-sel
tersebuttumbuh, sebagaimana layaknya fertilisasi secara alamiah. Pada
suatu kulturdengan suatu substansi (cytochalasin B) yang menghentikan
pembentukan suatu polar body, sel kedua yang secara alami terbentuk
sebelum fertilisasi. Polar body akan menjadi setengah dari sel gen,
mempersiapkan sel lainnya untuk menerimagen-gen dari sperma.
Setelah penyatuan, sel-sel berkembang menjadi embrio-embrio. Embrio-
embrio ini kemudian ditransplantasikan kepada induk betinadonor
(surrogate mother) dan akan tetap berada di sana sampai siap untuk
dilahirkan. Sel yang paling berhasil dari proses ini adalah sel kumulus,
maka penelitian dikonsentrasikan pada sel-sel dari tipe tersebut (sel
kumulus) (Rusda,2004).
Setelah terbukti bahwa tekniknya dapat menghasilkan cloning yang
hidup,Wakayama juga membuat cloning dari cloning, dan membiarkan
mahluk klonyang asli untuk melahirkan secara alamiah untuk
membuktikan bahwa merekamemiliki kemampuan reproduksi secara
sempurna. Pada saat dia mengumumkankeberhasilannya, Wakayama
telah menciptakan lima puluh kloning. Teknik baruini memungkinkan
untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang bagaimanatepatnya
sebuah telur memprogram ulang sebuah nukleus. Tikus
bereproduksidalam kurun bulanan, jauh lebih cepat dibanding dengan
domba. Hal inimenguntungkan dalam hasil penelitian jangka panjang
(Rusda, 2004).
E. Manfaat Kloning
Manfaat Kloning Hewan Menurut Rusda (2004), secara garis besar manfaat
kloning adalah sebagai berikut :
a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan Manfaat kloning terutama
dalam rangka pengembangan biologi, khususnya reproduksi-embriologi
dan diferensiasi.
b. Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul Seperti telah
kita ketahui, pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Hal yang serupa
tentu saja dapat juga dilakukan pada hewan ternak lain, seperti pada
domba, kambing dan lain-lain.
c. Untuk tujuan diagnostik dan terapi Sebagai contoh jika sepasang suami
isteri diduga akan menurunkan penyakit genetika thalasemia mayor.
Dahulu pasangan tersebut dianjurkan untuk tidak mempunyai anak.
Contoh lain adalah mengkultur sel pokok (stem cells) in vitro,
membentuk organ atau jaringan untuk menggantikan organ atau jaringan
yang rusak.
d. Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan
Manfaat yang tidak kalah penting adalah bahwa kloning manusia dapat
membantu/menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan.
Secara medis infertilitas dapat digolongkan sebagai penyakit, sedangkan
secara psikologis ia merupakan kondisi yang menghancurkan atau
membuat frustasi.
Daulay, Saleh Partaonan dan Maratua Siregar. 2005. Kloning dalam Perspektif Islam.