Anda di halaman 1dari 11

KLONING

MENURUT
KESEHATAN DAN
PANDANGAN ISLAM
D
i
S
u
S
u
n
Oleh :
Ari juanda
Nim: B-1501002

CND

STIKeS
CUT NYAK DHIEN LANGSA
TA. 2016 / 2017

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam merupakan jalan hidup (way of life) yang harus diikuti oleh
seluruh umat Islam untuk merealisasikan seluruh kehendak Tuhan di muka
bumi. Oleh karena itu, segala aktivitas umat Islam harus didasarkan pada
prinsip syariat Islam yang asasi, yaitu dengan Al-Qur’an dan Hadist. Kedua
asas tersebut diyakini akan tetap mampu menjawab segala tantangan zaman
hingga hari kiamat.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi merupakan salah satu


bukti bahwa Al-Qur’an dan Hadist, sebagai sumber utama hukum Islam,
perlu diinterpretasi ulang agar tetap mampu memberikan respon terhadap
problematika kehidupan yang dihadapi umat Islam saat ini. Misalnya kloning
yang merupakan salah satu wacana ilmu pengetahuan mutakhir yang sulit
dirujuk secara langsung kepada Al-Qur’an dan Hadist. Konsekuensinya,
para fuqaha diharuskan mencari referensi alternatif untuk menjawab
persoalan tersebut. Dengan menggunakan berbagai referensi yang cukup
variatif, merekapun memberikan jawaban yang saling berbeda antara satu
dengan yang lainnya, bahkan tidak jarang penuh dengan nuansa spekulatif.

Terkait dengan diskursus masalah kloning, Islam tidak boleh berdiam


diri dan bersikap statis. Penerapan tekhnologi biologi ini memang pada
mulanya hanya menyentuh ranah pengetahuan ilmiah belaka karena ia
dihasilkan melalui proses (science exploration). Tetapi secara langsung
maupun tidak langsung, kloning dapat saja memporak-porandakan sendi-
sendi ajaran agama dan etika universal. Pada tataran ini kloning tidak saja
berada pada ranah ilmu pengetahuan, tetapi lebih jauh dari itu ia telah
melakukan loncatan yang cukup jauh terhadap disiplin ilmu lain seperti etika,
social, ekonomi, gender, dan juga ilmu agama.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Kloning
Secara etimologis, kloning berasal dari kata “clone” yang
diturunkan dari bahasa Yunani “klon”, artinya potongan yang digunakan
untuk memperbanyak tanaman. Kata ini digunakan dalam dua
pengertian, yaitu:
a. Klon sel yang artinya menduplikasi sejumlah sel dari sebuah sel
yang  memiliki sifat sifat genetiknya identik.
b. Klon gen atau molekular, artinya sekelompok salinan gen yang
bersifat identik yang direplikasi dari satu gen dimasukkan dalam sel
inang.

Sedangkan secara terminologis, kloning adalah proses pembuatan


sejumlah besar sel atau molekul yang seluruhnya identik dengan sel atau
molekul asalnya. Kloning dalam  bidang genetika merupakan replikasi
segmen DNA tanpa melalui proses seksual. Itulah sebabnya kloning juga
dikenal dengan istilah rekombinasi DNA. Rekombinasi DNA membuka
peluang baru dalam terobosan teknologi untuk mengubah fungsi dan
perilaku makhluk hidup sesuai dengan keinginan dan kebutuhan manusia.
Metode kloning berbeda dengan pembuahan biasa, karena sel telur
tidak lagi memerlukan sel sperma untuk pembuahannya. Secara
sederhana dapat disebutkan bahwa bayi “klon” dibuat dengan
mempersiapkan sel telur yang sudah diambil intinya kemudian
digabungkan dengan sel donor yang merupakan sel dewasa dari suatu
organ tubuh. Hasil gabungan tersebut kemudian ditanamkan ke dalam
rahim dan dibiarkan berkembang dalam rahim sampai lahir.

2. Sejarah Kloning
a. Pada tahun 1962, ahli biologi Jhon Gurdon dari universitas Oxford
berhasil mengkloning katak afrika selatan.
b. Tahun 1977 Karl Illmense dan Peter Hoope berhasil mengkloning
tikus dari 1 induk..
c. Tanggal 12 Desember 2002 Clonaid sebuah perusahaan biotek AS
berhasil mengkloning manusia pertama yang diberi nama Eve.
d. Tanggal 14 februari 2003 para ilmuan Rosalin Institute dari
Skotlandia mengumumkan berhasil mengkloning domba Dolly
dengan dana 2,1 juta U$.[2]

Tetapi, dari 277 usaha cloning yang dilakukan terhadap sel tubuh


dan sel telur, hanya 13 saja yang berhasil tumbuh. Itupun hanya Dolly
saja yang berhasil terus tumbuh dan lahir dengan selamat.
Sedangkan sumber lain menyebutkan bahwa dari 277
usaha cloning, embrio yang berhasil terbentuk adalah sebanyak 30
buah. Dari embrio-embrio tersebut yang berhasil hidup hanya satu
yaitu yang dapat hidup mencapai umur 5,5 tahun.

3. Macam-Macam Kloning
Jika ditinjau dari cara kerja dan tujuan pembuatannya, kloning
dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Kloning Embrional (Embryonal Cloning)
Kloning embrional adalah teknik yang dilakukan untuk
memperoleh kembar identik, meniru apa yang terjadi secara alamiah.
Setelah pembuahan terjadi, beberapa buah sel dipisahkan dari embrio
hasil pembuahan. Setiap sel tersebut kemudian dirangsang dalam
kondisi tertentu untuk tumbuh dan berkembang menjadi embrio
duplikat yang selanjutnya diimplementasikan dalam uterus agar
berkembang menjadi individu baru yang memiliki komposisi materi
genetik yang sama dengan klonnya.
b. Kloning DNA Dewasa (Adult DNA Cloning) atau disebut  juga
kloning reproduktif (Reproductive Cloning)
Kloning DNA dewasa atau kloning reproduktif adalah rekayasa
genetis untuk memperoleh duplikat dari seorang individu yang sudah
dewasa. Dalam teknologi ini, inti sel berisi materi genetik difusikan ke
dalam sel telur. Hasil fusi dirangsang dengan kejutan listrik agar
membelah membentuk embrio yang kemudian diimplementasikan ke
dalam uterus agar berkembang menjadi janin.

c. Kloning Terapeutik (Therapeutic Cloning).


Kloning terapeutik adalah rekayasa genetis untuk memperoleh sel,
jaringan atau organ dari satu individu tertentu untuk tujuan
pengobatan atau perbaikan kesehatan. Dari embrio hasil rekonstruksi
‘DNA-sel telur”, diambil sel-sel bakalnya yang disebut dengan
istilah stem cell. Stem cell adalah sel bakal yang dapat berkembang
menjadi berbagai macam jaringan atau organ sesuai dengan induktor
(rangsangan). Melalui kloning terapeutik ini dapat dikatakan suplai
jaringan dan organ menjadi tidak terbatas, sehingga seseorang yang
memerlukan cangkokan jaringan atau organ tidak perlu menunggu
lama tanpa kepastian.

4. Prosedur Dan Mekanisme Kloning Manusia


Secara teoretis, prosedur dan mekanisme kloning terhadap
makhluk hidup sedikitnya harus melalui empat tahap yang diurutkan
secara sistematis. Keempat tahap itu adaah isolasi fragmen DNA,
penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor, transformasi, dan seleksi
hasil kloning.
Dalam tataran aplikasi, rentetan proses kloning dapat dilakukan
dengan mengikuti beberapa langkah konkrit berikut, yaitu:
a. Mempersiapkan sel stem, yaitu suatu sel awal yang akan tumbuh
menjadi berbagai sel tubuh. Sel ini diambil dari makhluk hidup yang
hendak dikloning.
b. Sel stem diambil inti selnya yang mengandung informasi genetik
kemudian dipisahkan dari sel.
c. Mempersiapkan sel telur, yaitu sebuah sel yang diambil dari makhluk
hidup dewasa kemudian intinya dipisahkan.
d. Inti sel dari stem diimplementasikan ke sel telur.
e. Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah
membelah menjadi embrio.
f. Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai
memisahkan diri dan siap diimplementasikan ke dalam rahim.
g. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi janin dengan kode genetik
persis sama dengan sel stem donor.

5. Keuntungan Dan Kerugian Kloning.


Meskipun penuh resiko, kloning juga menjanjikan keuntungan
antara lain sebagai berikut:
Proses pembuahan yang dilakukan melalui teknologi ini dapat
menolong pasangan-pasangan tidak subur untuk memperoleh keturunan.
Manusia dapat mengkloning ginjal untuk kebutuhan pencangkokan
ginjal bagi mereka yang mengalami gagal ginjal.
Manusia juga dapat mengkloning tulang sumsum untuk anak-anak
dan dewasa untuk penyakit leukimia.
Manusia dapat mempelajari bagaimana menghidupkan dan
mematikan sel. Dengan demikian, kloning diharapkan akan mampu
mengobati penyakit kanker yang menggerogoti sel-sel tubuh manusia.
Teknologi kloning dapat digunakan untuk mengobati penyakit
yang disebabkan oleh kelainan genetis pada manusia.

Manfaat yang disebutkan di atas hanya sebagian kecil dari puluhan


manfaat yang dapat dinikmati manusia, khususnya dalam pengembangan
dunia pengobatan. Namun aplikasi kloning dalam dunia medis tidak
selamanya berjalan mulus dan memiliki banyak resiko. Ada sejumlah
kendala teknis yang dihadapi oleh para peneliti di bidang ini. Antara lain
adanya resiko sel-sel embryonik Stem Cells (ESC) tersebut yang dapat
berkembang menjadi sel-sel tumor maupun kanker.
Proses penciptaan manusia merupakan hak prerogatif Allah
semata. Dengan mengkloning manusia, berarti telah memasuki dan
mengintervensi ranah kekuasaan Allah.
Para ilmuwan yang mengadakan kloning tidak mempercayai
bahwa Allah adalah pencipta yang paling sempurna terhadap seluruh
makhluk.
Tuhan telah menciptakan manusia berdasarkan keragaman. Dengan
Kloning keragaman tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Penghargaan terhadap hasil kreasi para ilmuwan Kloning akan
merangsang para ilmuwan lainnya untuk berlomba-lomba menciptakan
kreasi-kreasi baru lainnya tanpa memperdulikan etika.
Untuk pengkloningan manusia, diperlukan sejumlah percobaan
yang belum tentu akan berhasil secara maksimal. Dan hal ini tentu akan
merugikan pihak yang akan menjadi bahan percobaan tersebut.
Kloning akan menimbulkan dampak yang cukup besar terhadap
psikologi manusia.
Kloning Tidak ada satu orangpun yang bisa  menjelaskan identitas
individual dan hubungan manusia Kloning dengan orang yang
memesannya.

6. Pandangan Islam Terhadap Kloning Manusia


Untuk menetapkan hukum Kloning, para ulama kentemporer
menggunakan ijtihad insya’I karena persoalan tersebut belum dibahas
dalam kitab-kitab fiqh klasik.
a. Ditinjau dari sisi hifzh al-din (memelihara agama), kloning manusia
tidak membawa dampak negative terhadap keberadaan agama.
b. Ditinjau dari sisi hifzh al-nafs (memelihara jiwa), kloning tidak
menghilangkan jiwa bahkan justru melahirkan jiwa yang baru.
c. Dilihat dari sisi hifzh al-‘aql (memelihara akal), memelihara manusia
kloning juga tidak mengancam eksistensi akal, bahkan keberhasilan
Kloning yang sempurna dapat membuat manusia mempunyai akal
cerdas.
d. Namun jika dilihat dari sisi hifzh al-nasl (memelihara keturunan),
kloning manusia dipertanyakan. Dalam pandangan islam, masalah
keturunan merupakan sesuatu yang sangat essensial, karena
keturunan mempunyai hubungan erat dengan hukum yang lain seperti
pernikahan, warisan, muhrim, dan sebagainya. Dan apabila ditinjau
dari sisi hifzh al-mal (memelihara harta), akan terkait dengan
mashlahat dan mafsadat yang diperoleh dai usaha pengkloningan.
Andaikata Kloning terhadap manusia hanya kan menghambur-
hamburkan harta, tanpa adanya keseimbangan dengan manfaat yang
diperoleh, maka Kloning menjadi terlarang.

Berkaitan dengan penciptaan manusia, Al-Qur’an menyatakan


bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk paling sempurna di antara
seluruh makhluk yang ada di alam semesta. Hal itu secara tegas
dinyatakan Allah dalam surat At-Tin.

Penjelasan Allah dalam A-Qur’an tentang kesempurnaan


penciptaan manusia di antara segala makhluk ciptaan-Nya yang lain,
tentu tidak dapat dibantah oleh orang-orang beriman. Dengan
menggunakan logika sederhana dapat digeneralisasi bahwa sesuatu yang
sudah sempurna, kemudian disempuranakan lagi, tentu saja dapat
menghilangkan sifat kesempurnaannya, bahkan bisa berakibat rusak
sama sekali.

Majma’ Buhuts Islamiyyah Al-Azhar di kairo mengeluarkan fatwa


yang menyatakan bahwa Kloning manusia itu haram dan harus di perangi
serta di halang-halangi dengan berbagai cara. Naskah fatwa itu juga
menguatkan bahwa Kloning manusia telah menjadikan manusia yang di
muliakan Allah SWT menjadi objek penelitian dalam percobaan, serta
melahirkan berbagai masalah pelik lainnya. Fatwa tersebut juga
mensinyalir bahwa Islam tidak menentang ilmu pengetahuan yang
bermanfaat, bahkan sebaliknya, Islam justru mendukung bahkan
memuliakan para ilmuwan. Namun, bila ilmu pengetahuan itu
membahayakan serta tidak mengandung manfaat, maka Islam
mengharamkan dengan melindungi dari bahaya tersebut.

Hubungan perkawinan. Kloning mampu memproduksi manusia


tanpa melalui hubungan seksual. Dan proses tersebut bertentangan
dengan Al-Qur’an dan Hadist yang menetapkan bahwa untuk
memperoleh keturunan diharuskan melalui hubungan seksual yang di
legislasi oleh sebuah lembaga perkawinan yang sah.

Warisan dan garis keturunan. Kloning dapat berakibat munculnya


kesamaran dalam hal penentuan garis keturunan yang akan
mempengaruhi oleh hukum pembagian warisan.

Pemeliharaan anak. Kloning juga dapat menimbulkan kesamaran


dalam masalah kewajiban untuk memelihara dan mendidik anak hasil
produksi Kloning. Islam sangat memperhatikan hubungan psikologis
yang terjalin antara anak dan orang tua. Bila seorang anak lahir dari hasil
kloning, maka akan timbul kesulitan untuk memastikan siapakah sosok
ayah atau sosok ibu yang akan dijadikan tempat perlindungan
psikologisnya.
KESIMPULAN

Berdasarkan isi makalah, dapat disimpulkan bahwa:


1. Kloning adalah salah satu metode rekayasa genetika dengan cara
mengambil materi genetik dari sel donor yang sifatnya diinginkan dan
mengkulturkannya di dalam sel telur untuk menghasilkan embrio baru
yang sifatnya sama dengan materi genetik sel donor.
2. Kloning secara garis besar dibagi menjadi 3 jenis, yaitu  Kloning
Embrional (Embryonal Cloning), Kloning DNA Dewasa (Adult DNA
Cloning), Kloning Terapeutik (Therapeutic Cloning).
3. Kloning ditinjau dari segi etika, maupun Islam diperbolehkan selama
kloning tersebut tidak menimbulkan kerugian yang lebih banyak daripada
kebaikannya bagi manusia serta tidak merusak aqidah Islam.
4. Kloning manusia adalah haram, karena bertentangan dengan fitrah
kejadian manusia sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah Swt. dan
hal ini juga dapat membuat manusia ragu akan keesaan Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA

Daulay, Saleh Partaonan dkk. Kloning Dalam Perspektif Islam. Bandung: Teraju.


2005.

Ligninger, A.L. Dasar-dasar Biokimia Jilid 3. Jakarta: Erlangga. 1994.

Ulwan, Taufiq.  Ketika Allah Swt. Memperlihatkan Kuasa-Nya.  Jakarta Timur:


Penerbit Almahira. 2009.

http://rudyct.tripod.com/sem1_021/ardi_kapahang.Htm. diakses pada tanggal 11


Desember 2011.

http://www.syariahonline.com/artikel/data/0000000f.htm diakses pada tanggal 11


Desember 2011.

http://rouf-artikel.blogspot.co.id/2010/02/lanjut-baca-kloning-
manusia.html#sthash.Q8zYRSIW.dpuf

Anda mungkin juga menyukai