Anda di halaman 1dari 13

KLONING MANUSIA

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah: Fiqih Kontemporer

Dosen Pengampu: Drs. Attabik, M.Ag

Oleh :

ASNAINA NUR AFIFAH NIM 201213002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) 5 CFAKULTAS


KEAGAMAAN ISLAM (FKI)
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA GHAZALI (UNUGHA) CILACAP
2021/2022

1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu teknologi dan komunikasi semakin berkembang pesat. Sudah
tidak heran lagi dari segala aspek kehidupan manusia akan mengalami perubahan
seiring dengan tujuan untuk mencukupi kehidupan hidup. Agama Islam mendorong
perubahan dan mendukung adanya perubahan melalui perintah dalam Al-Qur’an
dengan redaksi kata untuk mengarahkan berfikir. Perubahan serta pengembangan yang
terjadi selayaknya memberikan kemanfaatan untuk kehidupan manusia sendiri. Pada
era ini banyak istilah keilmuan yang digunakan dalam pembahasan permasalahan
masyarakat secara umum, pengetahuan yang baru juga sangat mudah diterima oleh
semua orang dengan adanya teknologi dan komunikasi. Salah satu temuan dalam
bidang teknologi yaitu kloning. Kloning merupakan upaya menciptakan duplikasi
organisme melalui proses aseksual atau tanpa perkawinan.
Menurut literatur, apabila kloning dilakukan pada hewan atau tumbuhan maka
tidak akan menjadikan masalah. Namun, apabila diterapkan pada manusia, maka akan
memicu permasalahan karena agama Islam begitu menjaga nasab seorang anak adam.
Maka hanya dengan pernikahanlah jalur yang dihalalkan untuk memiliki keturunan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:
1. Bagaimana pengertian dan sejarah kloning?
2. Bagaimana macam-macam kloning?
3. Bagaimana hukum kloning dalam islam?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisannya yakni:
1. Mengetahui pengertian dan sejarah kloning
2. Mengetahui macam-macam kloning
3. Mengetahui hukum kloning dalam Islam

2
PEMBAHASAN
1. Pengertian dan Sejarah Kloning
Kloning berasal dari kata ‘Clone” yang diturunkan dari bahasa Yunani “Klon”
yang artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman. Secara definisi,
Kloning adalah suatu upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang secara genetic
sama persis (identik). Sedangkan istilah klon adalah sekelompok organisme hewan
maupun tumbuh-tumbuhan yang dihasilkan melalui reproduksi aseksual dan berasal
dari satu induk yang sama. Setiap anggota dari klon tersebut mempunyai susunan dan
jumlah gen yang sama dan kemungkinan besar fenotipnya juga sama. Cloning
didasarkan pada prinsip bahwa setiap makhluk hidup mempunyai kemampuan
totipotensi yang artinya setiap sel mempunyai kemampuan untuk menjadi individu.
(Azhar, 2016)
Pertama kali cloning dilakukan oleh Robert Brig dan Thomas king berupa
kloning pada sel cebong. Dr. Gordon dari Inggris pada tahun 1961 berhasil
memanipulasi telur-telur katak sehingga tumbuh jadi kecebong yang identik. Pada
tahun 1933 Dr. Jerry hall berhasil mengkloning embrio manusia dengan teknik
pembelahan (embryo splitting technique), Empat tahun kemudian pada tanggal 23
Pebruari, Dr. Ian Wilmut berhasil mengkloning mamalia dengan kelahiran domba yang
diberi nama dolly. Lalu dilaporkan dalam Tabloid Inggris Daily mail, pada tanggal 17
Juni 1999, tim ilmuwan Amerika Serikat ternyata telah berhasil mengkloning embrio-
embrio manusia untuk pertama kalinya. Awal April 2002 manusia kloning pertama di
dunia bernama eve, bayi perempuan itu kini berusia dua belas tahun. Sehat dan kini
mulai menginjak pendidikan, di pinggiran kota Bahama. Eve merupakan bayi yang
pertama lahir dari 10 implantasi yang dilakukan clonaid tahun 2002. Kelahiran eve
merupakan sebuah kejutan. Berita terbaru mengenai perkembangan kloning, Pada
Jum‟at 24 April 2009, Dr. Panaziotis Zavos salah satu dokter di pusat kesuburan
Amerika serikat, mengklaim telah berhasil mengkloning 14 embrio manusia dan
mentransfer 11 diantaranya ke rahim empat perempuan termasuk salah seorang gadis
berumur sepuluh tahun bernama Cady yang tewas setelah mengalami kecelakaan lalu
lintas di AS. Proses kloning ini menggunakan sel darah Cady yang telah dibekukan.

2. Macam-macam Kloning
Kloning adalah tindakan menggandakan atau mendapatkan keturunan tanpa
fertilisasi, berasal dari induk yang sama, mempunyai susunan (jumlah dan gen) yang

3
sama dan kemungkinan besar mempunyai fenotip yang sama. Berdasarkan pengertian
diatas, terdapat beberapa macam kloning yang dikenal, antara lain :
a. Kloning Pada Tumbuhan
Pembiakan tanpa perkawinan (pembiakan vegetatif) yang terjadi pada
tanaman itu, dimaksudkan untuk mendapatkan pasokan bibit tanaman unggul di
bidang agrikultura (tebu), hortikultura (mangga), ataupun florikultura (anggrek).
Tanaman yang dihasilkan pembiakan vegetatif mengandung perangkat gen yang
sama dengan induknya, dan akan menunjukkan sifat-sifat fisik yang sama pula,
misalnya tebu yang manis, buah mangga yang besar dan enak rasanya ataupun
bunga anggrek yang indah, dan lain-lainnya.
b. Kloning Pada Hewan
Keberhasilan kloning pada hewan, dibuktikan di antaranya oleh John Gurdon
pada tahun 1962 seorang ilmuwan Amerika. Gurdon berhasil mengkloning katak
melalui teknik transplantasi inti (nuclear transplantation), yakni dengan
memasukkan inti sel epitel usus katak pada sel telur katak jenis lain yang tidak
dihilangkan intinya. Percobaan dilakukan berulang kali mulai dari tingkat
efisiensi 2% saja sampai tingkat efisiensi 40%. Melihat keberhasilan kloning pada
katak, maka para ilmuwan meramalkan keberhasilan kloning pada mamalia dan
bahkan pada manusia. Ramalan tersebut betul-betul menjadi kenyataan karena
dalam kurun waktu beberapa tahun kemudian, lahirlah si Dolly, hewan mamalia
pertama yang berhasil dikloning oleh Ian Wilmut dan Ceith Campbell, ilmuwan
Skotlandia. Sebagainama halnya Gurdon, tingkat efisiensi yang dicapai Wilmut
juga rendah. Dolly lahir setelah dilakukan 227 kali percobaan. Ini berarti 1: 227
yakni sekitar 0.4%. Setelah kelahiran Dolly ini Don Wolf dari Oregon, Amerika
Serikat juga mengumumkan kloning dari embrio kera. Kera hasil pengklonan
genetika tersebut kemudian diberi nama Tetra. Kemudian keberhasilan Yoko
Kato dan temantemannya dari Jepang yang berhasil mengklon delapan anak sapi
sekaligus merupakan prestasi yang gemilang para ilmuwan Asia. Keberhasilan
tersebut merupakan terobosan teknologi kloning yang belum dikembangkan
sebelumnya. Kelahiran Tetra dengan teknik pembelahan embrio yang masih
muda memang sangat berbeda dengan domba Dolly hasil pengklonan yang
sempat menggegerkan dunia ilmu pengetahuan, etika, dan agama. Hal ini
dikarenakan Dolly diperoleh melalui metode pengklonan transfer nuklir dengan
mengambil satu nukleus (inti) dari sebuah sel dewasa domba untuk memprogram

4
ulang sebuah sel telur yang belum dibuahi. Menurut Gerald Schatten, dikatakan
bahwa produkproduk bioteknologi transfer nuklir seperti Dolly belum bisa
dikatakan 100% hasil pengklonan. Sementara teknik yang digunakan untuk
menciptakan Tetra mampu menghasilkan kera identik secara genetik. Ian Wilmut,
Direktur Roslin Institute, Skotlandia, yang ''ayah'' domba Dolly, menganggap
kloning masih tak aman bila diterapkan pada manusia. Ia menilai, bayi kloning
akan meninggal setelah lahir. Kalaupun bisa bertahan hidup, bayi tadi akan
mengalami problem genetika. Sebab, ada gen yang mungkin tumbuh tidak
normal. ''Jika dibiarkan, pertumbuhan gen tadi bisa menjurus kanker,'' katanya.
Wilmut mengaku, sebelum ''menciptakan'' Dolly, pada 1997, ia melakukan 227
percobaan. Ia mengeluh: Dolly, hasil ciptaannya, juga tumbuh tak genah. Tubuh
domba buatan itu kelihatan gemuk, dan wajahnya tampak lebih tua dari usianya.
Sampai kini Wilmut dan koleganya masih mencari tahu penyebabnya. Rudolph
Jaenich, ahli biologi pada Institut Whitehead, Massachusetts Institute of
Technology, Amerika Serikat, juga menganggap teknologi kloning lebih banyak
merugikan. Angka kematian binatang hasil kloning termasuk tinggi. Dari
serangkaian percobaan, 18% tikus dan 38% domba hasil kloning mati. ''Tingkat
keberhasilannya masih sangat kecil. (Sahidi, 2015)
c. Kloning Pada Manusia
Ketika para pakar melakukan rekayasa terhadap tanaman, maka kegiatan itu tidak
banyak dipermasalahkan orang. Kloning menjadi masalah dan diperdebatkan ketika
diterapkan pada manusia. Proses kloning manusia yakni sebagai berikut:
Seperti teori yang ditetapkan pada hewan, proses kloning pada manusia tidak
jauh berbeda. Kloning manusia merupakan tekhnik membuat keturunan dengan
kode genetik yang sama dengan induknya yang berupa manusia. Hal ini dilakukan
dengan cara mengambil sel tubuh (sel somatik) dari tubuh manusia, kemudian
diambil inti selnya (nukleus) dan selanjutnya ditanamkan pada sel telur (ovum)
wanita-yang telah dihilangkan inti selnya-dengan suatu metode yang mirip
dengan proses pembuahan atau inseminasi buatan. Lalu, dengan bantuan cairan
kimiawi khusus dan kejutan arus listrik, inti sel digabungkan dengan sel telur.
Setelah proses penggabungan ini terjadi, sel telur yang telah bercampur dengan
inti sel tersebut ditransfer ke dalam rahim seorang perempuan, agar dapat
memperbanyak diri, berkembang, berdiferensiasi, dan berubah menjadi janin
sempurna. Setelah itu, keturunan yang dihasilkan dapat dilahirkan secara alami.

5
Keturunan ini akan berkode genetik sama dengan induknya, yakni orang yang
menjadi sumber inti sel tubuh yang telah ditanamkan pada sel telur perempuan.
Pembuahan atau inseminasi buatan dalam proses kloning manusia terjadi pada
sel-sel tubuh manusia (sel somatik), bukan sel-sel kelaminnya. Seperti diketahui
dalam tubuh manusia terdapat miliaran bahkan trilyunan sel. Dalam setiap sel
terdapat kromosom (materi genetik yang mengandung seluruh sifat yang
diturunkan pada manusia), kecual sel-sel kelamin yang terdapat dalam buah zakar
(testis) laki-laki dan dalam indung telur (ovarium) perempuan. Sel-sel kelamin ini
mengandung 23 kromosom, yaitu setengah dari jumlah kromosom pada sel-sel
tubuh. Pada pembuahan alami, sel sperma laki-laki yang mengandung 23
kromosom bertemu sel telur perempuan yang mengandung 23 kromosom. Pada
saat terjadi pembuahan antara sel sperma dengan sel telur, jumlah kromosom akan
menjadi 46 buah, yakni setengahnya berasal dari laki-laki dan setengahnya lagi
berasal dari perempuan. Jadi, anak yang dilahirkan akan mempunyai ciri-ciri yang
berasal dari kedua induknya baik yang laki-laki maupun perempuan.
Adapun dalam proses kloning manusia, sel yang diambil dari tubuh
seseorang telah mengandung 46 kromosom atau telah mengandung seluruh
sifatsifat yang akan diwariskan. Dengan demikian, anak yang dihasilkan dari
proses kloning ini akan mempunyai ciri-ciri hanya dari orang yang menjadi
sumber pengambilan inti sel tubuh. Anak tersebut merupakan keturunan yang
berkode genetik sama persis dengan induknya, yang dapat diumpakan dengan
hasl fotokopi selembar kertas pada mesin foto kopi kilat yang berwarna, yakni
berupa selembar gambar yang sama persis dengan gambar aslinya tanpa ada
perbedaan sedikit pun. Proses pembuahan yang alamiah tidak akan dapat
berlangsung kecuali dengan adanya laki-laki dan perempuan, dan dengan adanyal
sel-sel kelamin.
Sedangkan proses kloning manusia dapat berlangsung dengan adanya laki-
laki atau tanpa adanya laki-laki, dan terjadi pada sel-sel tubuh dan bukan sel-sel
kelamin. Proses ini dapat terlaksana dengan cara mengambil sel tubuh seorang
perempuandalam kondisi tanpa adanya laki-laki- kemudian diambil inti selnya
yang mengandung 46 kromosom atau dengan kata lain diambil inti sel yang
mengandung seluruh sifat yang akan diwariskan. Inti sel kemudian ditanamkan
dalam sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Selanjutnya, sel telur
ini dipindahkan ke dalam rahim seorang perempuan setelah terjadi proses

6
penggabungan inti sel tubuh dengan sel telur yang telah dibuang inti selnya. Janin
yang dihasilkan dari proses ini akan menjadi sempurna dan lahir ke dunia sebagai
seorang bayi. Bayi yang dilahirkan merupakan keturunan dengan kode genetik
yang sama persis dengan perempuan yang menjadi sumber asal pengambilan sel
tubuh. Dengan demikian proses kloning dapat berlangsung sempurna, tanpa
memerlukan adanya seorang laki-laki.
Kita tahu bahwa proses pewarisan sifat pada pembuahan alami akan terjadi
dari pihak ayah dan ibu. Oleh karena itu, anak-anak mereka tidak akan
mempunyai corak yang sama. Dan kemiripan di antara anak-anak, ayah, dan
saudara lakilakinya, ibu dan saudara-saudara perempuannya, begitu pula
kemiripan di antara sesama saudara kandung, akan tetap menunjukkan nuansa
perbedaan dalam penampilan fisik, misalnya dari segi warna kulit, tinggi, dan
lebar badan. Begitu pula mereka akan berbeda-beda dari segi potensi-potensi akal
dan kejiwaaan yang sifatnya asli (bukan hasil usaha).
Adapun pewarisan sifat yang terjadi dalam proses kloning, sifat-sifat
diturunkan hanya berasal dari orang yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh,
baik laki-laki maupun perempuan. Dan, anak yang dihasilkan akan memiliki ciri
yang sama dengan induknya dalam hal penampilan fisiknya dan juga potensi yang
bersifat asli. Dengan kata lain, anak tersebut akan mewarisi seluruh ciri-ciri yang
bersifat asli dari induknya. Sedangkan, ciri-ciri yang diperoleh melalui hasil
usaha, tidaklah dapat diwariskan. Jika misalnya sel diambil dari seorang ulama
yang faqih atau mujtahid besar, atau dokter ahli, maka tidak berarti si anak akan
mewarisi ciriciri tersebut, sebab ciri-ciri ini merupakan hasil usaha dan bukan
sifat asli.
Adapun manfaat kloning manusia yaitu:
1) Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk
mendapatkan anak.
2) Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan
sebagai organ pengganti bagi pemilik sel organ itu sendiri, sehingga dapat
meminimalisir risiko penolakan.
3) Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan-
jaringan tubuh yang rusak, misalnya urat syaraf dan jaringan otot. Ada
kemungkinan bahwa kelak manusia dapat mengganti jaringan tubuhnya
yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning, atau

7
mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh manusia
hasilkloning. Di kemudian hari akan ada kemungkinan tumbuh pasar
jual-beli embrio dan sel-sel hasil kloning.
4) Teknologi kloning memungkinkan para ilmuan medis untuk
menghidupkan dan mematikan sel-sel. Dengan demikian, teknologi ini
dapat digunakan untuk mengatasi kanker. Di samping itu, ada sebuah
optimisme bahwa kelak kita dapat menghambat proses penuaan berkat
apa yang kita pelajari dari kloning.
5) Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan
penyembuhan penyakit-penyakit keturunan. Dengan teknologi kloning,
kelak dapat membantu manusia dalam menemukan obat kanker,
menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang, lemak, jaringan
penyambung, atau tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien untuk
tujuan bedah penyembuhan dan bedah kecantikan.

Adapun dampak negatif kloning yaitu:


1) Menghilangkan nasab anak hasil kloning yang berakibat hilangnya
banyak hak anak dan terabaikannya-sejumlah hukum yang timbul dari
nasab;
2) Institusi perkawinan yang telah disyariatkan sebagai media berketurunan
secara sah menjadi tidak diperlukan lagi, karena proses reproduksi dapat
dilakukan tanpa melakukan hubungan seksual;
3) Lembar keluarga yang (dibangun melalui perkawinan) akan menjadi
hancur, dan pada gilirannya akan terjadi pula kehancuran moral (akhlak),
budaya, hukum, dan syariah Islam lainnya;
4) Tidak akan ada lagi rasa saling mencintai dan saling memerlukan antara
laklaki dan perempuan;
5) Hilangnya maqashid syarah dari perkawinan, baik maqashid awwaliyah
(utama) maupun tabiah (sekunder).

3. Hukum Kloning dalam Islam


Dalam rangka menjaga keturunan inilah ajaran agama Islam mensyari’atkan
nikah sebagai cara yang dipandang sah untuk menjaga dan memelihara kemurnian
nasab. Islam memandang bahwa kemurnian nasab sangat penting, karena hukum Islam

8
sangat terkait dengan struktur keluarga, baik hukum perkawinan, maupun kewarisan
yang meliputi hak perdata dalam Islam, baik menyangkut hak nasab hak perwalian, hak
memperoleh nafkah dan hak mendapatkan warisan, bahkan konsep kamahraman atau
kemuhriman dalam Islam akibat hubungan persemendaan atau perkawinan. Bersamaan
dengan perintah nikah, dalam hukum Islam juga diharamkan zina, karena zina
menyebabkan tidak terpeliharanya nasab secara sah. Allah telah memberi isyarat
penerapan kloning ini dalam proses penciptaan manusia awal (Adam), Allah
menggunakan kata ganti mufrad (wanafakhtu) ketika meniupkan ruh pada Adam. Akan
tetapi, pada proses reproduksi manusia, Allah menggunakan kata ganti
jamak’(khalaqna). Walaupun di Indonesia status dan kedudukan hak waris anak hasil
kloning belum diatur secara tegas, namun secara umum status anak diatur dalam UU
No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, pasal 42 yang berbunyi : ”anak sah adalah anak
yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah.” Hingga saat ini masih
menjadi perdebatan bagaimana pembagian hak waris dari orang tua kepada anak hasil
kloning. Sebagian besar menganggap bahwa anak “klon” merupakan anak tidak sah,
namun ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa anak hasil kloning merupakan
anak sah selama terbentuk dari wanita itu dan dari rahim wanita tersebut walaupun
tanpa bantuan dari sel sperma laki-laki. Hubungan antara orang yang dikloning dengan
hasil kloningnya apa bisa disebut ia anaknya, saudaranya atau orang lain ini juga
menjadi masalah yang membingungkan.
Dalam fatwanya Majma' al-Buhûts al-Islâmiyyah menjelaskan bahwa hukum
meng-kloning manusia tergantung pada cara kloning yang dilakukan. Paling tidak ada
empat cara yang bisa dilakukan dalam kloning manusia:
1) Cara pertama, kloning dilakukan dengan mengambil inti sel (nucleus of cells)
"wanita lain (pendonor sel telur)" yang kemudian ditanamkan ke dalam ovum
wanita kandidat yang nukleusnya telah dikosongkan.
2) Cara kedua, kloning dilakukan dengan menggunakan inti sel (nucleus)
"wanita kandidat" itu sendiri, dari sel telur milik sendiri bukan dari pendonor.
3) Cara ketiga, cloning dilakukan dengan menanamkan inti sel (nucleus) jantan
ke dalam ovum wanita yang telah dikosongkan nukleusnya. Sel jantan ini bisa
berasal dari hewan, bisa dari manusia. Terus manusia ini bisa pria lain, bisa
juga suami si wanita.
4) Cara keempat, kloning dilakukan dengan cara pembuahan (fertilization)
ovum oleh sperma (dengan tanpa hubungan seks) yang dengan proses tertentu

9
bisa menghasilkan embrio-embrio kembar yang banyak.
Pada dua cara pertama, pendapat yang dikemukakan adalah haram, dilarang
melakukan kloning yang semacam itu dengan dasar analogi (qiyas) kepada haramnya
lesbian dan saadduzarai' (tindakan pencegahan, precaution) atas timbulnya kerancuan
pada nasab atau sistem keturunan, padahal melindungi keturunan ini termasuk salah
satu kewajiban agama. Di lain pihak juga akan menghancurkan sistem keluarga yang
merupakan salah ajaran agama Islam. Pada cara ketiga dan keempat, kloning haram
dilakukan jika sel atau sperma yang dipakai milik lelaki lain (bukan suami) atau milik
hewan. Jika sel atau sperma yang dipakai milik suami sendiri maka hukumnya belum
bisa ditentukan (tawaquf), melihat dulu maslahah dan bahayanya dalam kehidupan
sosial.Untuk menentukan hukum pastinya harus didiskusikan dahulu dengan
melibatkan banyak pakar dari berbagai disiplin ilmu, yang meliputi ilmuwan
kedokteran, ilmuwan biologi (geneticist, biophysicist, dll), sosiolog, psikolog, ilmuwan
hukum, dan agamawan (pakar fiqh). Jika hasilnya bisa membuat kacau tatanan
masyarakat (karena banyak orang kembar, sehingga jika ada tindak kriminal atau kasus
hukum lainnya susah diidentifikasi, dan mungkin efek-efek lain) maka hukumnya
haram. Cara mengatasinya dengan melihat maslahah dan madharatnya.
KH. Ali Yafie dan Dr. Armahaedi Mahzar (Indonesia), Abdul Aziz Sachedina
dan Imam Mohamad Mardani (AS) mengharamkan kloning, dengan alasan
mengandung ancaman bagi kemanusiaan, meruntuhkan institusi perkawinan atau
mengakibatkan hancurnya lembaga keluarga, merosotnya nilai manusia, menantang
Tuhan, dengan bermain tuhan-tuhanan, kehancuran moral, budaya dan hukum.
Kloning yang dilakukan pada laki-laki atau perempuan, baik yang bertujuan
untuk memperbaiki kualitas keturunan dengan menghasilkan keturunan yang lebih
cerdas, lebih kuat, lebih sehat, dan lebih rupawan, maupun yang bertujuan untuk
memperbanyak keturunan guna meningkatkan jumlah penduduk suatu bangsa agar
bangsa atau negara itu lebih kuat-seandainya benar-benar terwujud, maka sungguh akan
menjadi bencana dan biang kerusakan bagi dunia. Kloning ini haram menurut hukum
Islam dan tidak boleh dilakukan.
Dalil-dalil keharamannya adalah sebagai berikut:
1) Anak-anak produk proses kloning tersebut dihasilkan melalui cara yang tidak alami.
Padahal, justru cara alami itulah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk manusia
dan dijadikan-Nya sebagai sunnatullah untuk menghasilkan anakanak dan
keturunan. Seperti dalam firman QS An Najm ayat 45 – 46 :

10
‫ى‬ َ ۡ َ َ ۡ ُّ ‫ى‬ َ ۡ َ َ َ َّ ۡ َ ۡ َّ َ َ َ َّ َ َ
ُ ُ٤٦ُ‫ُمننُنطف ٍةُإنذاُتمَن‬٤٥ُ‫نث‬
ُ ‫يُٱذلك ُرُ ُوٱۡل‬
ُ‫وأنهُۥُخلقُٱلزوج ن‬

45. dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita
46. dari air mani, apabila dipancarkan
Kemudian dalam QS Al-Qiyamah ayat 37 – 38 :

‫ى‬ َّ َ َ َ َ َ َ ٗ َ َ َ َ َ َّ َ ۡ ‫ي‬ َّ ‫ي‬ َٗ ۡ َ ۡ ََ


‫ى‬
ُ ُ٣٨ُ‫ُث ُمَُكنُعلقةُفخلقُفسوى‬٣٧ُ‫َنُيمَن‬ ّٖ ‫ُألمُيكُنطفةُمننُم ن‬
37. Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)
38. kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya
2) Anak-anak produk kloning dari perempuan saja (tanpa adanya lakilaki), tidak akan
mempunyai ayah. Anak produk kloning tersebut jika dihasilkan dari proses
pemindahan sel telur yang telah digabungkan dengan inti sel tubuh ke dalam rahim
perempuan yang bukan pemilik sel telur, tidak pula akan mempunyai ibu. Sebab
rahim perempuan yang menjadi tempat pemindahan sel telur tersebut hanya
menjadi penampung, tidak lebih. Ini merupakan tindakan menyia-nyiakan manusia,
sebab dalam kondisi ini tidak terdapat ibu dan ayah. Hal ini bertentangan dengan
QS Al-Hujurat ayat 13
ٗ ‫ُو َج َع ۡل َنىك ۡمُشع‬ َ َ َ َ ‫ي‬ ۡ َ َ َّ ََ
َ ‫اُو َق َبآئ َلُِلن َ َع‬
ُٓ‫ارف ْۚوا‬ َ ‫وب‬ َ ‫نث‬
‫ى‬ َ َ ُّ
ُ‫يَٰٓأيهاُٱنلاسُُإنناُخلقنك ن‬
‫مُمنُذك ّٖرُوأ‬ ‫ى‬ َّ
‫ن‬

ٞ َ ٌ َ َ َّ َّ ۡ ‫َّ َ ۡ َ َ ۡ َ َّ َ ۡ َ ى‬
ُ١٣ُ‫ّللُعلنيمُخبنري‬
ُ ‫ّللنُأتقىك ْۚمُإننُٱ‬
ُ ‫إننُأكرمكمُعنندُٱ‬

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-


laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
3) Kloning manusia akan menghilangkan nasab (garis keturunan). Padahal, Islam telah
mewajibkan pemeliharaan nasab.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Ra., yang mengatakan bahwa Rasulullah saw
telah bersabda: “Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan
ayahnya, atau (seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia

11
akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.” (HR. Ibnu
Majah)
Kloning yang bertujuan memproduksi manusia-manusia yang ungguldalam hal
kecerdasan, kekuatan fisik, kesehatan, kerupawanan, jelas mengharuskan seleksi
terhadap para laki-laki dan perempuan yang mempunyai sifat-sifat unggul tersebut,
tanpa mempertimbangkan apakah mereka suami-istri atau bukan, sudah menikah
atau belum. Dengan demikian, sel-sel tubuh akan diambil dari laki-laki dan
perempuan yang mempunyai sifat-sifat yang diinginkan, dan sel-sel telur juga akan
diambil dari perempuan-perempuan terpilih, serta diletakkan pada rahim
perempuan terpilih pula, yang mempunyai sifat-sifat keunggulan. Semua ini akan
mengakibatkan hilangnya nasab dan bercampurnya nasab.
4) Memproduksi anak melalui proses kloning akan mencegah pelaksanaan banyak
hukum-hukum syarak, seperti hukum tentang perkawinan, nasab, nafkah, hak dan
kewajiban antara bapak dan anak, waris, perawatan anak, hubungan kemahraman,
hubungan ‘ashabah, dan lain-lain.

Berdasarkan dalil-dalil itulah proses kloning manusia “diharamkan” menurun


hukum Islam dan tidak boleh dilaksanakan. Ada banyak sekali hal-hal negatif jika
kloning manusia diperbolehkan. Di dalam kaidah fiqhiyah disebutkan:

“Menghindarkan kerusakan (hal-hal negatif) diutamakan dari pada


mendatangkan kemaslahatan.”

12
PENUTUP
Bentuk dari perkembangan dan kemajuan teknologi pasti akan muncul seiring dengan
tujuan memenuhi kebutuhan manusia. Tetapi apapun yang diperoleh dari suatu riset dengan
segala potensi yang ada pada manusia, penerapannya tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai
keadilan dan moral Al-Quran dan Sunnah Nabi. Adanya beberapa macam kloning yaitu:
1. Kloning pada tumbuhan
2. Kloning pada hewan
3. Kloning pada manusia
Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dan mulia, diharapkan selalu memiliki derajat
lebih ketimbang makhluk lain, sehingga jangan sampai mengalami degradasi akibat tangan
manusia sendiri. Memang sebagian bisa memberi manfaat kepada mereka yang menghendaki,
tetapi tampaknya mudlaratnya lebih besar ketimbang manfaatnya. Kendatipun diantaranya ada
yang membolehkan, tetapi kebanyakan memandang bahwa kloning pada manusia membawa
mudlarat yang lebih besar ketimbang manfaatnya.

13

Anda mungkin juga menyukai