Anda di halaman 1dari 6

Kloning Manusia dilihat dari Sudut Pandang Ontologi, Epistemiologi, dan Aksiologi

I Putu Gilang Iswara Wijaya, 1871031011


PPDS-1 Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Kemampuan untuk bertanya dan rasa ingin tahu dari setiap manusia akan membawa
kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Upaya manusia dalam
memperoleh pengetahuan didasarkan pada tiga masalah pokok yakni: Apakah yang ingin kita
ketahui? (Ontologi) Bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan? (Epistemologi) dan
apakah nilai pengetahuan tersebut bagi kita? (Aksiologi). Ontologi merupakan asas dalam
menetapkan batas atau ruang lingkup yang menjadi objek penelaahan serta penafsiran tentang
hakikat realitas dari objek penelaahan tersebut. Epistemologi merupakan asas mengenai cara
bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan.
Aksiologi merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan
disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut, yang mana ketiganya (ontologi, epistemologi, dan
aksiologi) merupakan tiang penyangga bagi tubuh pengetahuan yang disusunnya. Salah satu
hasil kemajuan yang dicapai oleh Iptek adalah Kloning.

1. Tinjauan Ontologi Terhadap Kloning Manusia


Kloning berasal dari bahasa Inggris” cloning” yang berarti suatu usaha untuk
menciptakan duplikat suatu organisme melalui proses aseksual atau dengan arti lain,
membuat fotokopi atau pengadaan dari suatu mahluk hidup dengan cara aseksual. Kata
clone yang berasal dari bahasa Yunani kuno “klonos” yang berarti cabang atau ranting.
Clon merupakan suatu populasi sel atau organisme yang terbentuk dari pembelahan yang
berulang dari satu sel atau organisme. Pada prinsipnya mengklon individu baru ialah
mengganti inti telur dengan inti sel definitif, lalu merangsang telur itu agar tumbuh, inti
telur tersebut mengandung separuh kromosom sel definitif yang disebut haploid. Sel
haploid tidak dapat tumbuh menjadi embrio dengan sendirinya sehingga inti sel telur
harus diganti dengan inti sel yang berasal dari embrio yang sudah mengalami pembuahan
yang kromosomnya lengkap. Gabungan inti telur dengan inti sperma disebut diploid.
Menurut Pratiwi Sudarsono, yang dimaksud dengan kloning adalah perbanyakan
sel atau organism secara aseksual. Hasil kloning adalah klon, yakni populasi yang berasal
dari satu sel atau organisme yang mempunyai rangkaian kromosom yang sama dan sifat
yang identik dengan induk asalnya. Klon kemudian diartikan sebagai kumpulan
organisme baik tanaman maupun hewan yang mengandung perangkat gen yang sama.
1
Anak kembar yang berasal dari satu telur akan memiliki perangkat gen yang sama
sehingga sulit dibedakan karena adanya kemiripan antara yang satu dengan yang lainnya.
Apabila dipandang dari kesamaan perangkat gennya, maka dua saudara kembar dari satu
telur dapat dianggap sebagai suatu klon yang terjadi secara alami atau kembar alami
yang merupakan teknologi Tuhan.
Penelitian kloning pertama berhasil pada tahun 1952 oleh Robert Briggs dan
Thomas King, yang berupa kloning dari sel cebong. Telur kodok A yang telah dibuahi
dikeluarkan intinya lalu diganti dengan sel telur kodok B yang berada pada fase embrio.
Hasilnya menjadi kodok baru yang mempunyai sifat seperti kodok B. Sepuluh tahun
kemudian, tepatnya pada tahun 1962, pengklonan pada kodok dilakukan lagi oleh John
Gurdon. Ia berhasil merekayasa kloning yang dibuat dari sel-sel cebong yang lebih tua
dari yang dilakukan oleh Robert Briggs dan Thomas King.
Pada tahun 1978, Baby Laouse lahir melalui pembuahan bayi tabung, yang
merupakan karya Dr Patrick Steptoe dan R. G Edwards dari Inggris. Ahli kandungan
inilah yang mempelopori teknik bayi tabung. Bayi tabung ini tidak hanya dikenal di luar
negeri saja, tetapi di Indonesia pun telah banyak diterapkan. Transfer embrio manusia
dari ibu satu ke ibu yang lain berlangsung pertama kalinya pada tahun 1983, kemudian
disusul dengan keberhasilannya lagi pada tahun 1986. Inseminasi buatan pada manusia
dilakukan oleh Mary Beth Whitehead dengan mengandung Baby M hingga lahir, Ia
berusaha membesarkan Baby walaupun gagal di tengah jalan.
Pada tahun 1993, Dr Jerry Hall berhasil mengkloning embrio manusia dengan
teknik pembelahan (embrio splitting technique) walaupun akhirnya semua klon tersebut
rusak.12 Empat tahun kemudian tepatnya tanggal 23 Februari 1997 Dr Ian Wilmuth dari
Scotlands Rouselin Institute berhasil mengkloning mamalia pertama dengan kelahiran
domba dolly yang menggunakan teknik ahli inti sel somatik atau somatic sel nuclear
transfer (SCNT), setelah melakukan percobaan 227 kali.

2. Tinjauan Epistemologi Terhadap Kloning Manusia


Dalam tulisan ini dasar pengembangan teknologi kloning yang merupakan
metode utama untuk menghasilkan individu atau jaringan/ organ tertentu sebagai tinjauan
epistemologi. Jika ditinjau dari cara kerja dan tujuan pembuatannya, kloning dapat
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

2
a. Kloning Embrional (Embryonal Cloning)
Kloning embrional adalah teknik yang dilakukan untuk memperoleh kembar identik,
meniru apa yang terjadi secara alamiah. Setelah pembuahan terjadi, beberapa buah sel
dipisahkan dari embrio hasil pembuahan. Setiap sel tersebut kemudian dirangsang
dalam kondisi tertentu untuk tumbuh dan berkembang menjadi embrio duplikat yang
selanjutnya diimplementasikan dalam uterus agar berkembang menjadi individu baru
yang memiliki komposisi materi genetik yang sama dengan klonnya.

b. Kloning DNA Dewasa (Adult DNA Cloning or Reproductive Cloning)


Kloning DNA dewasa atau kloning reproduktif adalah rekayasa genetis untuk
memperoleh duplikat dari seorang individu yang sudah dewasa. Dalam teknologi ini,
inti sel berisi materi genetik difusikan ke dalam sel telur. Hasil fusi dirangsang dengan
kejutan listrik agar membelah membentuk embrio yang kemudian diimplementasikan
ke dalam uterus agar berkembang menjadi janin (Wilmut, et.al. 1997).

c. Kloning Terapeutik (Therapeutic Cloning).


Kloning terapeutik adalah rekayasa genetis untuk memperoleh sel, jaringan atau organ
dari satu individu tertentu untuk tujuan pengobatan atau perbaikan kesehatan. Dari
embrio hasil rekonstruksi ‘DNA-sel telur”, diambil sel-sel bakalnya yang disebut
dengan istilah stem cell. Stem cell adalah sel bakal yang dapat berkembang menjadi
berbagai macam jaringan atau organ sesuai dengan induktor atau rangsangan. Melalui
kloning terapeutik ini dapat dikatakan suplai jaringan dan organ menjadi tidak
terbatas, sehingga seseorang yang memerlukan cangkokan jaringan atau organ tidak
perlu menunggu lama tanpa kepastian.

3. Tinjauan Aksiologi Terhadap Kloning Pada Manusia


Manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh penerapan teknologi reproduksi
pada manusia yaitu:
3.1 Manfaat Kloning
a. Untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Manfaat kloning terutama dalam rangka pengembangan biologi, khususnya
reproduksi-embriologi dan diferensiasi.

3
b. Untuk Mengembangkan dan Memperbanyak Bibit Unggul
Seperti telah kita ketahui, pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Dalam hal
ini jika nukleus sel donornya diambil dari bibit unggul, maka anggota klonnya
pun akan mempunyai sifat-sifat unggul tersebut.
c. Untuk Tujuan Diagnostik dan Terapi
Dahulu pasangan tersebut dianjurkan untuk tidak mempunyai anak. Sekarang
mereka dapat dianjurkan menjalani terapi gen dengan terlebih dahulu dibuat
klon pada tingkat blastomer. Jika ternyata salah satu klon blastomer tersebut
mengandung kelainan gen yang menjurus ke thalasemia mayor, maka
dianjurkan untuk melakukan terapi gen pada blastomer yang lain, sebelum
dikembangkan menjadi blastosit
d. Menolong atau Menyembuhkan Pasangan Infertil Mempunyai Turunan
Manfaat yang tidak kalah penting adalah bahwa kloning manusia dapat
membantu/menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan. IVF tidak
dapat menolong semua pasangan infertil. Misalnya bagi seorang ibu yang
tidak dapat memproduksi sel telur atau seorang pria yang tidak dapat
menghasilkan sperma, IVF tidak akan membantu. Dalam hubungan ini, maka
teknik kloning merupakan hal yang revolusioner sebagai pengobatan
infertilitas, karena penderita tidak perlu menghasilkan sperma atau telur.
Mereka hanya memerlukan sejumlah sel somatik dari manapun diambil, sudah
memungkinkan mereka punya turunan yang mengandung gen dari suami atau
istrinya.
e. Melestarikan Spesies Langka
Meskipun upaya terbaik dari konservasionis di seluruh dunia, beberapa spesies
yang hampir punah. Kloning Dolly sukses merupakan langkah pertama dalam
melindungi satwa langka.
f. Meningkatkan Pasokan Makanan
Kloning dapat menyediakan sarana budidaya tanaman yang lebih kuat dan
lebih tahan terhadap penyakit, sambil menghasilkan produk lebih.
3.1 Kerugian Kloning
a. Kloning membatasi variasi genetik, keragaman populasi akan hilang,
akibatnya setiap orang memiliki respon yang sama.
b. Kloning pada hewan dan manusia masih dipertentangkan karena akibat yang
ditimbulkan resiko kesehatan terhadap individu hasil cloning
c. Terjadi kekecauan kekerabatan dan identitas diri dari klon maupun induknya.
d. Teknik yang dipakai dalam kloning manusia dianggap tidak aman dan efektif
e. Ketidakadilan Sosial. Biaya yang dibutuhkan dalam kloning tentu akan sangat
besar, dan hanya orang-orang kayalah yang mampu membuat kloning.

4
f. Melanggar hak untuk dikandung secara natural. Setiap individu memiliki hak
untuk dikandung secara natural oleh ibunya.
g. Pelanggaran terhadap martabat prokreasi. Prokreasi terjadi dengan adanya
persatuan seksualitas manusia antara laki-laki perempuan secara natural (ada
hubungan seksual).
h. Pada Kloning terapeutik. Jumlahnya sel somatik sedikit, sangat jarang
ditemukan pada jaringan matur sehingga sulit mendapatkan sel somatik dalam
jumlah banyak.
i. Penggunaan SCNT dalam kloning terapeutik demi memperoleh embryonic
stem cell yang juga merusak embrio hasil SCNT tidak dapat dibenarkan secara
moral (Saputra, 2006),

Proses kloning pada manusia secara teori bisa dilakukan, namun persoalannya adalah
apakah teknologi sudah cukup matang untuk dilakukan ?. Bila kita mencermati kegagalan
yang dilakukan pada Dolly mencapai 277 kali maka hal ini dimungkin dilakukan, di sisi lain
juga hasil kloning Dolly memiliki banyak kelemahan dari segi imunitas (kekebalan) dan
umur yang pendek. Selain itu dari aspek moral dan etika tidak dibenarkan menjadikan
manusia sebagai subyek percobaan, dan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Sehingga penerapan teknologi kloning pada manusia sebaiknya tidak perlu dilakukan dilihat
dari segi biaya proses kloning memerluka dana yang cukup besar dan dari segi manfaat,
kloning manusia tidak memiliki nilai manfaat apa-apa, karena kloning itu sendiri hanya untuk
menciptakan individu baru yang sama persis dengan induknya, memperbanyak individu yang
persis dengan induknyapun memberikan resiko yang tinggi.
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut maka dapat disarankan agar masyarakat bisa
memahami keberadaan kloning dengan pemahaman menyangkut pendekatannya melalui
bidang biologis, etika moral, religius dan juga efeknya bagi hidup masyarakat manusia pada
umumnya.

5
ESSAY

Kloning Manusia dilihat dari Sudut Pandang


Ontologi, Epistemiologi, dan Aksiologi

Oleh :
dr. I Putu Gilang Iswara Wijaya, S.Ked
NIM: 1871031011
PPDS-1 Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1 (PPDS-1)


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018

Anda mungkin juga menyukai