Anda di halaman 1dari 26

PANDANGAN TOKOH MASYARAKAT REMBITAN

TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID KUNO REMBITAN


LOMBOK TENGAH

oleh
Khalifatus Shalihah
NIM 1502141771

JURUSAN ILMU FALAK


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan
shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga
kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian proposal penelitian ini tidak


akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut.

1. Muhammad Harfin Zuhdi, MA. sebagai Pembimbing I dan Ma’shum Ahmad,


MH. sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan
koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya
dalam suasana keakraban menjadikan proposal penelitian ini lebih matang dan
cepat selesai;
2. Dr. Musawwar, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah;
3. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram;
4. Dr. Ahmad Fadholi yang terus menerus memberikan bimbingan dan motivasi
jarak jauh;
5. Serta semua Dosen Ilmu Falak UIN Mataram, dan pihak-pihak lain yang telah
banyak dukungan yang tidak bias saya sebutkan satu persatu.
Semoga kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang
berlipat ganda dari Allah swt.dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
semesta. Amin.

Mataram, 9 Maret 2019


Penulis,

Khalifatus Shalihah
NIM. 1502141771

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...........................................................................................1


KATA PENGANTAR ............................................................................................2
DAFTAR ISI ...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah .........................................................................4


B. Rumusan Masalah ..................................................................................6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................................7
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ...................................................7
E. Telaah Pustaka .......................................................................................8
F. Kerangka Teori.......................................................................................9
G. Metode Penelitian.................................................................................21
H. Sistematika Pembahasan ......................................................................24
I. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian ...................................................24

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Shalat merupakan salah satu rukun Islam.Para ulama sepakat
bahwa dalam ibadah shalat, menghadap kiblat merupakan syarat sah tanpa
ada pertentangan atau ikhtilaf mengenai hal tersebut.
Demikian pentingnya menghadap kiblat bagi umat Islam ketika
mendirikan shalat.Sebab persoalan menghadap kiblat merupakan urusan
kemantapan hati ketika sebelum, pada saat, dan setelah mendirikan sholat
terkait dengan sah tidaknya sholat yang kita kerjakan.Sebelum
melaksanakan sholat, berarti kita harus mengetahui terlebih dahulu dan
yakinkemana kita harus menghadap.
Umat Islam di Indonesia pada umumnya meyakini kiblat itu berada
di sebelah Barat sehingga identik dengan arah Barat tempat terbenamnya
matahari.Akibatnya, bagi mereka shalat itu harus menghadap ke Barat
dimanapun mereka berada.1
Seiring perkembangan zaman dengan ditemukannya teknologi
canggih dan rumusan-rumusan matematis dalam berbagai bidang
keilmuan, terutama ilmu falak dan astronomi, sangat bisa kita menentukan
arah kiblat yang tepat pada setiap posisi koordinat yang diinginkan.
Apalagi saat ini sudah banyak pakar falak menyebar di nusantara.
Para pakar pun memiliki kekhasan tersendiri dan mampu menciptakan
alat-alat sederhana untuk menentukan arah kiblat secara praktis dengan
tingkat keakurasian yang tinggi.

1
Maskufa, Ilmu Falak, (Jakarta: Gaung Persada, 2009) h. 123.

4
Salah satu alat untuk menentukan arah kiblat secara praktis dengan
tingkat keakuratan yang tinggi adalah istiwaaini.Alat ini merupakan
penyederhanaan dari Theodolite yang diciptakan oleh KH. Slamet
Hambali.
Seiring perkembangan tersebut pun ditemukan fenomena bahwa,
pada umumnya arah kiblat masjid-masjid di Indonesia menghadap ke arah
Barat.Padahal berdasar penelitian dan perhitungan arah kiblat Indonesia
oleh para pakar falak ditemukan bahwa ternyata arah kiblat Indonesia
tidak benar-benar ke arah Barat, akan tetapi melenceng sedikit ke arah
Utara.
Maka sekarang yang menjadi perhatian adalah, sudah tepatkah arah
kiblat kita.Untuk itu penulis rasa sangat perlubagi kita untuk melakukan
pengecekan serta pengkajian ulang arah kiblat masjid-masjid di sekitar
kita. Terutama masjid-masjid yang memiliki nilai historis yang sangat kuat
dan erat kaitannya dengan penyebaran Islam di nusantara.Maka disini
penulis hendak fokus pada Masjid bersejarah yang ada di Pulau Lombok.
Penyebaran Islam di Pulau Lombok sangatlah erat kaitannya
dengan masjid-masjid kuno yang pertama kali dibangun di Pulau
Lombok.Salah satunya adalah Masjid Kuno Rembitan.Masjid ini terletak
di wilayah Pujut, Lombok Tengah.Masjid ini masih terjaga
ketradisionalannya.Masjid ini memiliki bentuk atap tumpan, dengan ciri
khas bagian bawah menjurai, kira-kira satu meter dari pondasi
(bataran).Hanya ada bangunan inti tanpa serambi, yang didukung empat
buah tiang utama dan beberapa tiang keliling.Atap dari alang dan ijuk,
dindingnya dari bambu.Ciri-ciri tersebut tidak hanya terdapat pada masjid
kuno Rembitan saja, tetapi terdapat juga pada Masjid Gunung Pujut di
Kecamatan Pujut, dan Masjid Bayan Beleq di Kecamatan Bayan,
Kabupaten Lombok Utara.
Berdasarkan cerita tradisi yang masih hidup di kalangan penduduk
desa Rembitan dan sekitarnya mengatakan bahwa masjid ini dibangun
pada sekitar abad ke-16.

5
Babad Lombok menyebutkan bahwa agama Islam masuk ke
Lombok dibawa oleh Sunan Prapen, Putra Sunan Ratu Giri dari
Gresik.Dibangunnya Masjid Kuno Rembitan sering dihubungkan dengan
nama seorang tokoh penyebar agama Islam di daerah Rembitan dan
sekitarnya, yaitu Wali Nyatoq, yang makamnya terdapat di Bukit Nyatoq
yang terletak di sebelah Timur Desa Rembitan.
Hingga kini, Masjid Kuno Rembitan masih lestari dan tidak pernah
sepi pengunjung.Masjid Kuno Rembitan sekarang kerap dijadikan wisata
religi oleh masyarakat lokal maupun non-lokal.
Berdasarkan pemaparan di atas, timbullah pertanyaan
bagaimanakah pandangan tokoh masyarakat Rembitan terhadap arah kiblat
Masjid Kuno Rembitan serta bagaimana tingkat akurasi arah kiblat Masjid
Kuno Rembitan jika ditinjau dari segi ilmu falak.
Guna menjembatani dalam mencoba memahami bagaimana
pandangan tokoh masyarakat Rembitan terhadaparah kiblat Masjid Kuno
Rembitan serta bagaimana tingkat akurasi arah kiblat Masjid Kuno
Rembitan jika ditinjau dari segi ilmu falak, penulis tertarik untuk meneliti
dengan tema arah kiblat yang berjudul “Pandangan Tokoh Masyarakat
Rembitan terhadap Arah Kiblat Masjid Kuno Rembitan Lombok
Tengah”.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
dapat dikemukakan pokok permasalahan dalam judulini adalah:
1. Bagaimana pandangan tokoh masyarakat Rembitan terhadap arah
kiblat Masjid Kuno Rembitan?
2. Bagaimana tingkat akurasi arah kiblat Masjid Kuno Rembitan Lombok
Tengah ditinjau dari segi ilmu falak?

6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang diharapkan dapat diambil dari hasil akhir, di


antaranya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pandangan tokoh masyarakat Rembitan tentang


arah kiblat Masjid Kuno Rembitan.
2. Untuk mengetahui tingkat akurasi arah kiblat Masjid Kuno Rembitan
Lombok Tengah ditinjau dari segi ilmu falak.

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari hasil akhir,


di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat
Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat menjadi
sumbangan dan masukan kepada masyarakat tentang arah kiblat baik
masyarakat awam ataupun tokoh masyarakat.
2. Bagi akademik
Penulis berharap hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi dan menambah daftar wacana keilmuan mengenai Ilmu Falak
di UIN Mataram khususnya.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian


Penelitian ini fokus pada memahami pandangan Tokoh Masyarakat
Rembitan terhadap Arah Kiblat Masjid Kuno Rembitan dan mengetahui
tingkat keakurasian Arah Kiblat Masjid Kuno Rembitan.
Penelitian ini ber-setting di Masjid Kuno Rembitan dan dengan
melibatkan tokoh masyarakat Rembitan khususnya yang menjadi juru
kunci di Masjid Kuno Rembitan.

7
E. Telaah Pustaka

Sejauh pengamatan penulis belum pernah ada penelitian yang


spesifik dan mendetail mengenai pendapat-pendapat tokoh masyarakat
tentang arah Kiblat di Masjid Kuno Rembitan.
Namun demikian ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan
arah kiblat yang secara garis besar akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Tesis Ihwan Muttaqin (2012) Fakultas Syariah IAIN Salatiga yang
berjudul “StudiAnalisis Metode Penentuan Arah Kiblat Dengan
Menggunakan Equatorial Sundial”.
Tesis ini membahas tentang perkembangan perhitungan arahkiblat
yang spesifik yakni dengan spherical trigonometri denganditerapkan
pada alat bantu Theodolite melalui algoritma Jean Meesus.
Sedangkan dalam penelitian yang penulis lakukan adalah memahami
pandangan Tokoh Masyarakat Rembitan tentang Arah Kiblat Masjid
Kuno Rembitan dan penulis melakukan pengecekan ulang terhadap
keakurasian arah kiblat di Masjid Kuno Rembitan menggunakan
Istiwaaini yang merupakan instrument penyederhanaan dari
Theodolite.
2. Buku karya Slamet Hambali yang berjudul “Ilmu Falak 1 (Penentuan
AwalWaktu Shalat dan Arah Kiblat Seluruh Dunia)” 2011, Walisongo
Press,buku dengan ketebalan 256 halaman ini secara khusus membahas
tentang ilmu falak.
Bisa dibilang buku ini adalah buku pengenalan ilmu falak
yangdidalamnya meliputi dasar-dasar ilmu falak, segitiga datar,
segitiga bola,pengenalan scientific kalkulator, gerakan matahari,
istilah-istilah ilmu falak, fiqih waktu shalat dan hisab arah kiblat.
Dalam buku ini sudahmembahas mengenai beberapa metode
penentuan arah kiblat, akan tetapi penelitian penulis lebih spesifik pada
uji akurasi arah kiblat menggunakan metode Istiwaaini.

8
F. Kerangka Teori
1. Pengertian Arah Kiblat

Arah kiblat tak bisa dilepaskan dari kosakata kiblat. Ibnu Mansyur
dalam kitabnya yang terkenal Lisanul Arab menyebutkan, makna asal
kiblat samadengan arah (al-jihahatauasy-syat}rah).2Arah dalam bahasa
Arab
disebutjihahatausyat}rahdandisebutpuladenganqiblah,sebagaimanayang
dijelaskan Warson Munawir dalam kitabnya al-Munawwir.3 Menurut
Ibnu Arabidan al-Qurtubi, katasyat}rahsecaraetimologi
berartisetengahdari sesuatu, dan juga diartikan arah atau
maksud.4Sedangkan kata al-qiblah berasal dari kata qabala-yaqbulu-
qiblatan yang artinya menghadap.5Dalam adat kebiasaan orang Arab,
kiblat digunakan untuk menunjukkan suatu objek bendawi bukan
manusia yang dianggap tinggi, tidak datar, menonjol, dan terlihat
sehingga menjadi pusat perhatian.Namun, secara terminologis kiblat
memiliki makna sebagai arah menuju ke Ka’bah.6Jadi, arah kiblat
adalah arah menghadap Ka’bah sebagai pusat pandangan ketika dalam
menjalankan ibadah, khususnya shalat.

2. Dasar Hukum Menghadap Kiblat


Menghadap kiblat adalah wajib, khususnya ketika melaksanakan
ibadah shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunah.Secara tekstual,
perintah menghadap kiblat telah dinyatakan dalam al-Qur’an, yakni
Surat al-Baqarah ayat 144, 149, dan 150.
Berikut ayat-ayatnya:

2
Muh. Ma’rufin Sudibyo, Sang Nabi pun Berputar (Arah Kiblat dan Tata Cara
Pengukurannya), (Solo : Tinta Medina. Cet. I, 2011) h. 87.
3
Warson Munawir, al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka Progresif,
1997), h. 1088 dan 770.
4
Ahmad Izzuddin, Akurasi Metode Penentuan Arah Kiblat, (Jakarta : Kementerian
Agama, 2012) h. 26.
5
Warson Munawir, ibid.
6
Muh.Ma’rufin Sudibyo, ibid.

9
QS. Al Baqarah ayat 144.

ۚ ‫ض ا هَا‬ َ ‫ك ق ِ بْ ل َ ة ً ت َ ْر‬َ َّ ‫ك ف ِ ي ال س َّ َم ا ِء ۖ ف َ ل َ ن ُ َو ل ِ ي َ ن‬ َ ‫ب َو ْج ِه‬ َ ُّ ‫ق َ د ْ ن ََر ٰى ت َق َ ل‬


‫ث َم ا ك ُ ن ْ ت ُ ْم ف َ َو ل ُّ وا‬ ُ ْ ‫ك ش َطْ َر ال ْ َم س ِْج ِد ال ْ َح َر ا ِم ۚ َو َح ي‬ َ ‫ف َ َو لِ َو ْج َه‬
ُ ‫ب ل َ ي َ عْ ل َ ُم و َن أ َن َّ ه‬ َ ‫ج و هَ ك ُ ْم ش َطْ َر ه ُ ۗ َو إ ِ َّن ال َّ ِذ ي َن أ ُو ت ُوا ال ْ ِك ت َا‬ ُ ‫ُو‬
‫ق ِم ْن َر ب ِ ِه ْم ۗ َو َم ا َّللاَّ ُ ب ِ غ َا ف ِ ٍل ع َ َّم ا ي َ ع ْ َم ل ُ و َن‬ ُّ ‫الْ َح‬
Artinya: “Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke
langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau
senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam.Dan
dimana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu.Dan
sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab (Taurat dan Injil) tahu,
bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan
mereka.Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.”

QS. Al Baqarah ayat 149.

ُ ‫ك ش َطْ َر الْ َم س ِْج ِد ال ْ َح َر ا ِم ۖ َو إ ِ ن َّ ه‬ َ ‫ت ف َ َو لِ َو ْج َه‬ َ ‫ث َخ َر ْج‬ ُ ْ‫َو ِم ْن َح ي‬


‫ك ۗ َو َم ا َّللاَّ ُ ب ِ غ َا ف ِ ٍل ع َ َّم ا ت َع ْ َم ل ُ و َن‬َ ِ ‫ق ِم ْن َر ب‬ ُّ ‫ل َ لْ َح‬
Artinya: “Dan dari mana pun engkau (Muhammad) keluar, hadapkanlah
wajahmu ke arah Masjidil Haram, sesungguhnya itu benar-benar
ketentuan dari Tuhanmu. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang
kamu kerjakan”.

QS. Al Baqarah ayat 150

ۚ ‫ك ش َطْ َر ال ْ َم س ِْج ِد الْ َح َر ا ِم‬ َ ‫ت ف َ َو لِ َو ْج َه‬ َ ‫ث َخ َر ْج‬ ُ ْ‫َو ِم ْن َح ي‬


ِ َّ ‫ج و ه َ ك ُ ْم ش َطْ َر ه ُ لِ ئ َ ََّّل ي َ ك ُ و َن لِ ل ن‬
‫اس‬ ُ ‫ث َم ا ك ُ ن ْ ت ُ ْم ف َ َو ل ُّ وا ُو‬ ُ ْ ‫َو َح ي‬
‫ج ة ٌ إ ِ ََّّل ال َّ ِذ ي َن ظَ ل َ ُم وا ِم ن ْ هُ ْم ف َ ََّل ت َ ْخ ش َْو ه ُ ْم َو ا ْخ ش َْو ن ِ ي‬ َّ ‫ح‬ُ ‫عَ ل َ ي ْ ك ُ ْم‬
‫َو ِِل ُت ِ مَّ ن ِ عْ َم ت ِ ي عَ ل َ ي ْ ك ُ ْم َو ل َ ع َ ل َّ ك ُ ْم ت َ ْه ت َد ُو َن‬

10
Artinya: “Dan dari mana pun engkau (Muhammad) keluar,
hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, sesungguhnya itu
benar-benar ketentuan dari Tuhanmu. Dan Allah tidak lengah
terhadap apa yang kamu kerjakan. Dan di mana saja kamu berada,
maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu, agar tidak ada alasan bagi
manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang dzalim di
antara mereka.Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepada-Ku, agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar
kamu mendapat petunjuk”.7

Namun, secara spesifik, perintah menghadap kiblat ketika shalat telah


dijelaskan NabiSAW dalam hadis|nya, yakni :

َ‫ ثُم َّم ا ْست َ ْق ِب ِل ْال ِق ْبلَة‬،‫ض ْو َء‬


ُ ‫صَّلَ ِة فَأ ْس ِبغؤ ْال ُو‬ َ ‫ِإذَا قُ ْم‬
َّ ‫ت ِإلَى ال‬
8
)‫ (رواه البخرى‬...............‫فَ َك ِب ْر‬

Artinya: “Apabila kamu bangun untuk shalat, maka sempurnakanlah


wudhu, kemudian menghadaplah ke kiblat, lalu bertakbirlah,......

Adapun menghadap kiblat secara umum bagi suatu lokasi


tertentu dinyatakan dalamhadis| Nabi MuhammadSAW,berikut :

ِ ‫سلَّ َم قَا َل َما َبيْنَ ْال َم ْش ِر‬


‫ق‬ َ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ع ْن أَبِى ُه َري َْرة َ َع ِن النَّ ِب ِى‬ َ
9
)‫ (رواه النسائي‬.ٌ‫ب قِ ْبلَة‬ ِ ‫َو ْال َم ْغ ِر‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW beliau bersabda
:antara timur dan barat terdapat kiblat.” (HR. al-Nasa’i)

Hadis ini ditujukan kepada semua tempat yang berada di timur


maupun yang berada di barat.Bahwa di antara timur dan barat terdapat

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya : Penerbit Mahkota) h.


7

27-28.
8
AbuAbdillahMuhammadbinIsma’ilbinIbrahimbinMugirahal-Bukhari,Shahihal-Bukhari,
JuzIV,(Beirut:Daral-Kutubal-‘Ilmiyah.,2007) h.172.
9
AbuAbdal-RahmanAhmadbin Syu’aib bin‘Ali ibnSinaal-Nasa’iSunanal-Nasaibi Syarhal-
Imamainasy-Suyuthiwaasy-Sindi,JilidIIJuzIII,(Beirut:Daral-Fikr,2005) h.175.

11
kiblat, yakni Ka’bah.Jadi, semua tempat yang berada di timur Ka’bah,
maka kiblatnya mengarah ke barat.Dan tempat yang berada di barat
Ka’bah, maka kiblatnya mengarah ke timur.Begitu pun juga tempat
yang berada di utara Ka’bah, maka kiblatnya mengarah ke selatan dan
tempat yang berada di selatan Ka’bah, maka kiblatnya mengarah
keutara.

3. Pendapat Ulama Tentang Arah Kiblat


Kaum muslimin sepakat berdasarkan ayat ini bahwa menghadap
kiblat adalah syarat sahnya shalat kecuali dalam keadaan khauf (takut)
dan dalam shalat sunnah di atas kendaraan (hewan tunggangan, kapal,
dan pesawat terbang), di mana kiblat dalam keadaan takut adalah arah
yang aman, sementara pada saat mengendarai kendaraan kiblatnya
adalah arah yang dituju oleh kendaraan itu.
Mengenai kewajiban menghadap kiblat, para ulama membagi
pembahasannya dalam dua hal, yaitu kewajiban menghadap kiblat bagi
orang yang dapat melihat Ka’bah secara langsung, dan kewajiban
menghadap kiblat bagi orang yang tidak dapat melihat Ka’bah secara
langsung. Pembahasannya ialah sebagai berikut:

Arah Kiblat Bagi Orang yang Melihat Ka’bah Secara Langsung

Para ulama sepakat bahwa Ka’bah adalah arah kiblat di semua


penjuru, dan orang yang melihatnya secara langsung (dengan mata
kepala) wajib menghadap ke Ka’bah itu sendiri.

Jika ia tidak menghadap kepadanya padahal ia bisa melihatnya


secara langsung, shalatnya tidak sah, dan ia harus mengulangi semua
shalat yang telah ia kerjakan.

Mereka berijmak pula bahwa setiap orang yang tidak dapat melihat
Ka’bah secara langsung harus menghadap ke arahnya. Jika arahnya
tidak diketahui olehnya, ia harus mencari petunjuk dengan segala

12
sarana yang memungkinkan baginya, misalnya dari posisi matahari,
bintang, kompas, dan sebagainya.10

Arah Kiblat Bagi Orang yang tidak Melihat Ka’bah Secara


Langsung

Madzhab Syafi’i berpendapat bahwa kewajiban orang yangjauh


adalah mengenai Ka’bah itu sendiri. Alasannya, orang yang diharuskan
menghadap kiblat, maka seharusnya mengenai Ka’bah itu sendiri,
sama seperti orang Mekah. Dalilnya adalah Firman Allah SWT Surat
al- Baqarah ayat 150 :

ُ ‫ج و ه َ ك ُ ْم ش َطْ َر ه‬
ُ ‫ث َم ا ك ُ ن ْ ت ُ ْم ف َ َو ل ُّ وا ُو‬
ُ ْ ‫َو َح ي‬

Artinya: “dandimanasajakamuberada,makahadapkanlahwajahmuke
arah itu”

Maksudnya, ia wajib menghadap ke Ka’bah, maka dari itu harus


menghadap ke Ka’bah itu sendiri, sama seperti orang yang melihatnya
secara langsung.11

Sedangkan jumhur (selain madzhab Syafi’i) berpendapat bahwa


kewajiban orang yang jauh adalah mengenai arah Ka’bah, dengan dalil
sabda Nabi SAW yang diriwayatkan Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Imam
an- Nasa’i :

ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬
ٌ‫ب قِ ْبلَة‬ ِ ‫َما َبيْنَ ْال َم ْش ِر‬
Artinya: “apa saja antara timur dan barat adalah kiblat.”
Lahiriah hadits ini menunjukkan bahwa seluruh tempat di antara
timur dan barat adalah kiblat. Alasan lainnya, seandainya yang
wajib adalah mengenai Ka’bah itu sendiri, tentu tidak sah shalatnya

10
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, Terjemah Jilid I, (Jakarta : Gema Insani, Cet I,
2013)h. 286-287
11
Wahbahaz-Zuhaili,al-Fiqhal-IslamiwaAdillatuhu,JuzI,(Damaskus:Daral-Fikr,2008)h.
649-650

13
orang- orang yang berdiri di shaf yang panjang yang shafnya
berbentuk garis lurus (tidak melingkari Ka’bah) juga tidak sah
shalat dua orang yang
salingbejauhanyangmenghadapkekiblatyangsama,sebabtidakboleh
menghadap ke Ka’bah kalau shafnya panjang kecuali jika
panjangnya shaf itu sama dengan lebar Ka’bah itu sendiri. Pendapat
ini didukung denganperkataanIbnuAbbasr.a.:

‫ َو ْال َح َرا ُم‬،‫ َو ْال َمس ِْجدُ ِق ْبلَةٌ َِّلَ ْه ِل ا ْل َح َر ِام‬،ِ‫ْالبَيْتُ ِق ْبلَةٌ َِّلَ ْه ِل ْال َمس ِْجد‬
‫َار ِب َها ِم ْن أ ُ َّم ِتى (رواه‬ ِ ‫َار ِق َها َو َمغ‬ ِ ‫ض ِفى َمش‬ ِ ‫ِق ْبلَةٌ لشا َ ْه ِل اَّلَ ْر‬
)‫البيهقي‬
Artinya:“Ka’bahadalahkiblatnyaorangyang berada di Masjidil
Haram, Masjidil Haram adalah kiblatnya orangyang
beradadiluarnyadiMekah,danMekahadalahkiblatdaerah-
daerahlain.”12

4. Hikmah Menghadap Kiblat


Bahwa sesungguhnya maksud shalat adalah hadirnya hati
(kehadapan Allah Rabbul Alamin), sedang kehadiran ini tidak akan
berhasil tanpa sikap yang tenang, tidak bergerak-gerak dan menoleh ke
mana-mana dan hal ini tidak akan dapat terlaksana dengan baik kalau
tidak menghadap ke satu arah saja, maka apabila ditentukan satu arah
sebagai hadapan tentu menambah kemuliaan, dan menghadap arah
tersebut lebihutama.

Maka kalau seandainya masing-masing orang mengahdap ke arah


yang berbeda-beda, tentu hal itu akan nampak sekali perbedaan

12
Al-ImamAbiBakrAhmadbin al-Husainbin ‘Ali al-Baihaqyas-Sunanal-Kubra,JuzII,
(Kairo:Dar Al-Hadits) h.68-69.

14
mereka, sehingga Allah menentukan satu arah dan menyuruh kaum
Muslimin seluruhnya menghadap ke arah ini agar terwujud kesatuan
diantara mereka.
Jadi hikmahnya, kita diwajibkan menghadap ke kiblat, yaitu jihah
yang telah dipilih oleh Allah SWT dalam mempersembahkan darma
bakti hamba kepada khaliknya.Bukan hanyalahiriah yang kita
hadapkan ke jihah, tetapi batin juga kita hadapkan ke hadirat Yang
Maha Kuasa.Apalah guna kita menghadap ke jihahnya, tetapi hati kita
membelakangi-Nya.

5. Metode Penentuan Arah Kiblat Kiblat Metode Istiwaaini

Istiwaaini didesain dengan menggunakan sistem kerja theodolit.


Oleh karena itu, konsep trigonometri istiwaaini sama dengan konsep
trigonometri pada theodolit, yakni dengan cara membidik matahari.
Pada theodolit terdapat dua sumbu, yaiu horizontal angle
danvertical angle.Horizontal angle menunjukkan azimuth (arah)
matahari.Sedangkan vertical angle menunjukkan altitude (ketinggian)
dari matahari.
Dalam istiwaaini juga mengandalkan azimuth dan altitude matahari
untuk perhitungan arah kiblat.Konsep trigonometri dalam istiwaaini
juga tidak berbeda dengan sundial, karena yang digunakan adalah
bayangan tongkat istiwa’ (gnomon).13
Secara konsep, istiwaaini ini membidik matahari melalui bayangan
gnomon untuk megetahui posisi matahari (azimuth matahari) pada saat
pembidikan.

Dengan mengetahui posisi matahari, maka arah empat mata angin


di atas muka bumi akan diketahui. Sehingga dapat ditentukan arah

13
Siti Tatmainul Qulub, Ilmu Falak dari Sejarah ke Teori dan Aplikasi, (Depok: PT Raja
Grafindo Persada, 2017) h. 177.

15
kiblatnya.Sudut yang digunakan dalam istiwaaini adalah menghitung
sudut kiblat dari bayangan matahari.14

G A
m
q

M g Q
Prinsip kerja istiwaaini yang sama dengan segitiga siku. Di mana, A (tongkat istiwa’), G
(Bayangan Matahari, Q (sudut Kiblat dari bayangan Matahari), dan GQ adalah arah
kiblat.

Sistem kerja istiwaaini dalam penentuan arah kiblat sama dengan


theodolit, yaitu membidik matahari melalui tongkat istiwa’ yang di
titik 0°, kemudian ditarik benang dari tongkat istiwa’ yang di titik
pusat ke arah angka selisih antara azimuth kiblat dan azimuth matahari.
Benang tersebut merupakan arah kiblat.15
Adapun dalam penggunaan istiwaaini, agar hasil yang didapat
benar-benar akurat, maka ada beberapa langkah-langkah yang harus
dilakukan. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:16
1. Persiapkan alat-alat yang diperlukan, yaitu istiwaaini lengkap
dengan benang, waterpass, dan GPS (jika ada).

2. Persiapkan data yang dibutuhkan, sebagai berikut:

14
Ibid.,h. 177-178.
15
Ibid.,h. 178.
16
Ibid.,h. 178-180.

16
a. Lintang tempat, bujur tempat, tanggal dan waktu (jam)
pengukuran.
Data-data ini bisa didapatkan dari GPS.Bila tidak ada di GPS,
data lintang dan bujur bisa didapatkan melalui Google
Earth.Sedangkan waktu (jam) pengukuran yang tepat bisa
melihat jam pada website
http:/greenwichmeantime.co.uk/timezone/asia/Indonesia/.
b. Arah kiblat dan azimuth kiblat
Data ini didapatkan dari rumus arah kiblat sebagai berikut:
𝐜𝐨𝐭 𝑨𝑸 = 𝐭𝐚𝐧 𝑳𝑴 𝒙 𝐜𝐨𝐬 𝑳𝑻: 𝐬𝐢𝐧 𝑺𝑩𝑴𝑫 − 𝐬𝐢𝐧 𝑳𝑻 ∶ 𝐭𝐚𝐧 𝑺𝑩𝑴𝑫
Di mana: AQ = arah Kiblat, LM = Lintang Ka’bah, SBMD =
selisih bujur antara Ka’bah dan tempat yang diukur. Data
lintang Ka’bah dan bujur Ka’bah yang direkomendasikan oleh
penemu istiwaaini ini adalah 21° 25’ 20,99” LU dan 39° 49’
34,36 BT. Data ini diambil oleh Google Earth. Hasilnya adalah
arah Kiblat diukur dari arah Utara ke Barat.
Untuk mendapat arah Kiblat, maka rumusnya:
Azimuth Kiblat = 360° - AQ

c. Arah matahari dan azimuth matahari


Data-data ini didapatkan dengan mengambil data-data
astronomis meliputi deklinasi dan equation of time sesuai tabel
almanak nautika atau ephemeris.
Rumus arah matahari:
𝑪𝒐𝒕𝒂𝒏 𝑨𝑴 = 𝐭𝐚𝐧 𝒅𝒆𝒌 𝒙 𝐜𝐨𝐬 𝑳𝑻 ∶ 𝐬𝐢𝐧 𝒕 − 𝐬𝐢𝐧 𝑳𝑻 ∶ 𝐭𝐚𝐧 𝒕
Di mana: AM = arah matahari, dek = deklinasi, LT = lintang
tempat, t = sudut waktu matahari.
t didapatkan dari rumus:
𝑡 = (𝑊𝐷 + 𝑒 − [𝐵𝐷 − 𝐵𝑇]: 15) − 15atau rumus lainnya.
Di mana: WD = waktu daerah (waktu pengukuran), e =
equation of time, BD = bujur daerah, BT = bujur tempat.

17
Dalam arah matahari ini, terdapat ketentuan, di mana: Jika
deklinasi (+) maka arahnya Utara, jika deklinasi (-) maka
arahnya Selatan. Jika pengukuran pagi, maka arahnya
Timur.Jika sore, maka Barat.
Adapun azimuth matahari (Azo) ditentukan dengan rumus:
Jika AM Utara-Timur (+UT), Azo = AM (tetap).
Jika AM Selatan-Timur (-ST), Azo = AM + 180°.
Jika AM Selatan-Barat (-SB), Azo = Abs AM + 180°.
Jika AM Utara-Barat (+UB), Azo = 360° - AM.
d. Beda azimuth (ba) Kiblat dan azimuth matahari.
Data ini diperoleh denan mengurangkan azimuth Kiblat dengan
azimuth matahari. Jika beda azimuth (ba) negatif maka beda
azimuth harus ditambah 360°.
Rumus beda azimuth adalah:
𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑎𝑧𝑖𝑚𝑢𝑡ℎ = 𝑎𝑧𝑖𝑚𝑢𝑡ℎ 𝑘𝑖𝑏𝑙𝑎𝑡 − 𝑎𝑧𝑖𝑚𝑢𝑡ℎ 𝑚𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖
3. Setelah dihitung data-data tersebut, catat waktu pengukuran,
azimuth Kiblat, azimuth matahari, dan beda azimuth.
4. Letakkan istiwaaini pada tempat yang datar dan mendapatkan sinar
matahari.
Ketika istiwaaini telah ditempatkan di tempat yang datar, posisikan
tongkat istiwa’ yang di titik pusat lingkaran agar benar-benar
berada di titik pusat dan berada dalam posisi tegak lurus (vertikal).
Sedangkan tongkat istiwa’ yang berada di titik 0° (skala bidang
dial) harus benar-benar di titik 0 dalam posisi tegak lurus (vertikal)
juga.
Lingkaran yang dijadikan landasan kedua tongkat istiwa’ (bidang
dial) harus benar-benar dalam posisi datar (horizontal). Kedataran
bidang dial ini diukur dengan waterpass.
Jika belum datar, gunakan tiga drat (mur) untuk menaikkan atau
menurunkan sesuai kebutuhan sampai bidang dial benar-benar

18
datar dan kedua tongkat istiwa’nya benar-benar tegak lurus
(vertikal).
5. Apabila istiwaaini telah terpasang dengan baik, perhatikan jam
sampai jam pengukuran yang telah dihitung tiba. Jam pengukuran
ini harus sesuai dengan jam GPS agar hasilnya akurat.
6. Ketika jam pengukuran yang sudah dihitung telah tiba, putar
bidang dial sampai bayangan tongkat istiwa’ pada titik 0° (di
pinggir lingkaran) mengarah tepat ke tongkat utama yang berada di
tengah lingkaran. Dengan demikian, bayangan tongkat adalah
kebalikan dari azimuth matahari.
7. Tarik benang dari tengah lingkaran dan posisikan benang pada nilai
beda azimuth. Arah yang ditunjukkan oleh benang tersebut adalah
arah Kiblat.
Tandai arah tersebut dengan benang atau lakban sebagai arah
Kiblat.
Tarik benang dari titik pusat lingkaran dengan angka selisih kiblat.Inilah arah kiblatnya.

6. Toleransi Arah Kiblat

19
Toleransi arah kiblat adalah besaran penyerongan yang masih
dapat ditoleransi terhadap nilai asli azimuth kiblat setempat.Toleransi
arah kiblat adalah kuatitas tak terhindarkan, mengingat perhitungan
arah kiblat didasarkan pada beragam asumsi, seperti bumi dianggap
berbentuk bola sempurna, permukaan bumi dianggap mulus dan
instrument yang digunakan dalam pengukuran dianggap sangat teliti.
Sementara realitasnya bumi sendiri bukanlah bola melainkan
geoida dengan permukaan yang tidak rata, sementara instrument untuk
mengaplikaiskan pengukuran juga memiliki keterbatasan (resolusi)
teretntu.Adanya toleransi arah kiblat bisa dianalogikan dengan ihtiyath
waktu shalat, yang mana berfungsisebagai pengaman keragu-
raguan.Untuk membedakannya, maka toleransi arah kiblat dinamakan
Ihtiyath Al-Qiblat.17
Thomas Djamaluddin mempunyai pendapat bahwa simpangan arah
kiblat bukan dari simpangan terhadap Ka’bah, melainkan diukur di
titik posis kita, karena semakin jauh dari Ka’bah, maka semakin sulit
menjadikan diri kita akurat arahnya.Arah kiblat adalah arah
menghadap, jadi simpangannya yang diperbolehkan adalah simpangan
yang tidak signifikan mengubah arah secara kasat mata, termasuk pada
garis shaf masjid atau mushala.Untuk itu, menurut Thomas
Djamaluddin simpangan kurang lebih sebesar 2 derajat masih dalam
batas toleransi.18

G. Metode Penelitian

17
Muh.Ma’rufinSudibyo,“ArahKiblatDanPengukurannya”,Makalah,DisajikanpadaAcaraDiklat
AstronomiIslam-MGMP-PAI,Tanggal20Oktober,(Surakarta:PPMIAssalam,20110 )h.6.
18
Thomas Djamaluddin, Arah Kiblat Tidak Berubah,
https://tdjamluddin.wordpress.com/2010/05/25/arah-kiblat-tidak-berubah/, Diakses Tanggal 3 Maret 2019.

20
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang sangat menarik karena
dengan penelitian ini didapatkan data kualitatif yang bersumber dari
deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh.Yang memuat keterangan
proses-proses yang terjadi dari lingkungan setempat.
Dan jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian
empiris dengan pendekatan ilmu falak. Nantinya akan penulis cermati
pendapat tokoh masyarakat Rembitan mengenai arah kiblat Masjid
Kuno Rembitan serta akan penulis amati fakta pengukuran arah kiblat
Masjid Kuno Rembitan ditinjau dari segi Ilmu Falak. Tujuannya
adalah untuk mengetahui tingkat akurasi dari arah kiblat Masjid Kuno
Rembitan yang menjadi tempat wisata religius bagi umat Muslim yang
sarat dengan nilai historis bagi perkembangan Islam di Pulau Lombok.

2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam hal ini sangatlah penting dan
utama.Dalam penelitian ini penulis berperan sebagai pengamat
partisipan. Peneliti akan mengamati dan mencermati setiap pandangan
yang dikemukakan oleh tokoh masyarakat Rembitan mengenai arah
kiblat Masjid Kuno Rembitan dan peneliti juga berpartisipasi dengan
mengajak tokoh masyarakat Rembitan untuk melakukan uji akurasi
arah kiblat Masjid Kuno Rembitan.

3. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini bertempat di Masjid Kuno Rembitan,
Kabupaten Lombok Tengah.

4. Sumber Data

21
Data diperoleh secara langsung dari sumber yang diteliti dengan
melakukan pencatatan secara sistematis terhadap masalah yang
dihadapi. Dengan data ini dalam penelitian ini peneliti mendapatkan
gambaran umum tentang bagaiamana pandangan tokoh masyarakat
Rembitan mengenai arah kiblat Masjid Kuno Rembitan serta
bagaimana tingkat akurasi arah kiblat Masjid Kuno Rembitan ditinjau
dari segi Ilmu Falak menggunakan metode Istiwaaini.

5. Prosedur Pengumpulan Data


Dalam mengumpulkan data, penelitian ini dilakukan dengan cara:
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa
pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar
informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat
dibangun makna dalam suatu topik tertentu.19
Dalam penelitian ini, wawancara akan ditujukan kepada tokoh
masyarakat Rembitan khususnya ialah juru kunci Masjid Kuno
Rembitan.
b. Observasi
Observasi adalah merupakan teknik yang menuntut adanya
pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap objek penelitian.Instrumen yang dapat
digunakan yaitu lembar pengamatan, panduan
pengamatan.20Observasi ini merupakan teknik yang harus
dilakukan oleh peneliti untuk terjun langsung ke lapangan untuk
meneliti objek yang akan ditelitinya.
Peneliti akan melakukan observasi uji akurasi arah kiblat Masjid
Kuno Rembitan dengan menggunakan metode Istiwaaini.
c. Dokumentasi
19
Andi Prastowo. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif RancanganPenelitian.
(Jogjakarta: AR-Ruzz Media. 2011) h. 212.
20
Juliansyah Noor. Metode Penelitian. (Jakarta: Kencana. 2012) h. 140.

22
Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau
peristiwa pada waktu yang lalu.21Dokumentasi adalah
mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data-
data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan
masalah yang diteliti.Dari penelitian ini dokumentasi yang akan
diambil berupa buku pedoman yang mendampingi peneliti dalam
menyelesaikan laporan penelitiannya seperti dokumen yang
bersangkutan dengan sejarah masjid kuno di Pulau Lombok yang
akan menjadi bahan analisa bagi peniliti.

6. Teknik Analisis Data


Sebelum menganalisis data, peneliti akan mengolah data terlebih
dahulu melalui tahapan memeriksa kembali data yang telah diteliti
oleh penulis.
Kemudian dalam menganalisis data, peneliti merencanakan untuk
menggunakan analisis kualitatif, yaitu dengan membahas terhadap
konsep penelitian dengan mengacu pada landasan teori serta literatur-
literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Istiwaaini
untuk menganalisis data yang akan digunakan dalam penelitian untuk
penentuan arah kiblat masjid yang menjadi objek penelitian.

7. Pengecekan Keabsahan Data


Untuk memperoleh keabsahan data, maka peneliti melakukan
verifikasi atau pengecekan kembali data yang sudah
dikumpulkan.Langkah ini dilakukan denan melakukan penghitungan
arah kiblat Masjid Kuno Rembitan dengan menggunakan metode
Istiwaaini.

21
W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Grasindo,2002) h. 123.

23
H. Sistematika Pembahasan

Guna untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan mempermudah


serta agar tidak keluar dari pembahasan secara global. Sistematika
penulisan skripsi ini sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan. Pada bab awal ini akan dimuat latar


belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Paparan Data dan Temuan. Dalam bab ini terdapat dua
sub pembahasan yaitu pandangan tokoh masyarakat Rembitan terhadap
arah kiblat Masjid Kuno Rembitan dan akurasi arah kiblat Masjid Kuno
Rembitan ditinjau dari Ilmu Falak.

BAB III : Pembahasan. Bab ini berisi analisis penulis terhadap


hasil paparan data dan temuan.

BAB IV : Penutup. Dalam bab yang terakhir ini penulis


memberikan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan
serta saran- saran yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi
salah satu rujukan literatur dikemudian hari tentang pandangan tokoh
masyarakat Rembitan mengenai arah kiblat Masjid Kuno Rembitan dan
tingkat keakurasian Masjid Kuno Rembitan.

I. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian


1. Penyusunan proposal : Awal Maret 2019
2. Seminar proposal : Pertengahan Maret 2019
3. Memasuki lapangan : Akhir Maret 2019
4. Tahap seleksi dan analisis : Awal April 2019
5. Membuat draf laporan : Pertengahan April 2019
6. Diskusi draf laporan : Akhir April 2019
7. Penyempurnaan laporan : Awal Mei 2019

24
DAFTAR PUSTAKA

AbuAbdal-RahmanAhmadbin Syu’aib bin‘Ali ibnSinaal-Nasa’iSunanal-Nasaibi


Syarhal-Imamainasy-Suyuthiwaasy-Sindi,JilidIIJuzIII,(Beirut:Daral-
Fikr,2005.

AbuAbdillahMuhammadbinIsma’ilbinIbrahimbinMugirahal-Bukhari.Shahihal-
Bukhari.JuzIV.Beirut:Daral-Kutubal-‘Ilmiyah.2007.
Ahmad Izzuddin. Akurasi Metode Penentuan Arah Kiblat. Jakarta : Kementerian
Agama. 2012.

Al-ImamAbiBakrAhmadbin al-Husainbin ‘Ali al-Baihaqyas-Sunanal-Kubra,JuzII.


(Kairo:Dar Al-Hadits.
Andi Prastowo. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif
RancanganPenelitian. Jogjakarta: AR-Ruzz Media. 2011.

Azhari, Susiknan. Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern.
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, cet. II. 2007.

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: Penerbit


Mahkota.

Juliansyah Noor. Metode Penelitian. Jakarta: Kencana. 2012.

Khazin, Muhyiddin. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik.Yogyakarta: Buana


Pustaka. 2008.

Maskufa, Ilmu Falak. Jakarta: Gaung Persada. 2009.

Muh.Ma’rufinSudibyo.“ArahKiblatDanPengukurannya”.Makalah.DisajikanpadaAcaraDikl
at AstronomiIslam-MGMP-PAI,Tanggal20Oktober.Surakarta:PPMIAssalam.2010.

Muh.Ma’rufin Sudibyo.Sang Nabi pun Berputar (Arah Kiblat dan Tata Cara
Pengukurannya). Solo: Tinta Medina. Cet. I. 2011.

Siti Tatmainul Qulub. Ilmu Falak dari Sejarah ke Teori dan Aplikasi.Depok: PT
Raja Grafindo Persada. 2017.

Thomas Djamaluddin. Arah Kiblat Tidak Berubah.


https://tdjamluddin.wordpress.com/2010/05/25/arah-kiblat-tidak-berubah/. Diakses Tanggal 3
Maret 2019.

W. Gulo. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo. 2002.

25
Wahbahaz-Zuhaili.al-Fiqhal-IslamiwaAdillatuhu.JuzI. Damaskus: Dar al-
Fikr,2008.
Wahbah Az-Zuhaili. Tafsir al-Munir. Terjemah Jilid I. Jakarta: Gema Insani. Cet
I. 2013.

Warson Munawir. al-Munawir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya : Pustaka


Progresif. 1997.

26

Anda mungkin juga menyukai