oleh
Khalifatus Shalihah
NIM 1502141771
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan
shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga
kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.
Khalifatus Shalihah
NIM. 1502141771
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Maskufa, Ilmu Falak, (Jakarta: Gaung Persada, 2009) h. 123.
4
Salah satu alat untuk menentukan arah kiblat secara praktis dengan
tingkat keakuratan yang tinggi adalah istiwaaini.Alat ini merupakan
penyederhanaan dari Theodolite yang diciptakan oleh KH. Slamet
Hambali.
Seiring perkembangan tersebut pun ditemukan fenomena bahwa,
pada umumnya arah kiblat masjid-masjid di Indonesia menghadap ke arah
Barat.Padahal berdasar penelitian dan perhitungan arah kiblat Indonesia
oleh para pakar falak ditemukan bahwa ternyata arah kiblat Indonesia
tidak benar-benar ke arah Barat, akan tetapi melenceng sedikit ke arah
Utara.
Maka sekarang yang menjadi perhatian adalah, sudah tepatkah arah
kiblat kita.Untuk itu penulis rasa sangat perlubagi kita untuk melakukan
pengecekan serta pengkajian ulang arah kiblat masjid-masjid di sekitar
kita. Terutama masjid-masjid yang memiliki nilai historis yang sangat kuat
dan erat kaitannya dengan penyebaran Islam di nusantara.Maka disini
penulis hendak fokus pada Masjid bersejarah yang ada di Pulau Lombok.
Penyebaran Islam di Pulau Lombok sangatlah erat kaitannya
dengan masjid-masjid kuno yang pertama kali dibangun di Pulau
Lombok.Salah satunya adalah Masjid Kuno Rembitan.Masjid ini terletak
di wilayah Pujut, Lombok Tengah.Masjid ini masih terjaga
ketradisionalannya.Masjid ini memiliki bentuk atap tumpan, dengan ciri
khas bagian bawah menjurai, kira-kira satu meter dari pondasi
(bataran).Hanya ada bangunan inti tanpa serambi, yang didukung empat
buah tiang utama dan beberapa tiang keliling.Atap dari alang dan ijuk,
dindingnya dari bambu.Ciri-ciri tersebut tidak hanya terdapat pada masjid
kuno Rembitan saja, tetapi terdapat juga pada Masjid Gunung Pujut di
Kecamatan Pujut, dan Masjid Bayan Beleq di Kecamatan Bayan,
Kabupaten Lombok Utara.
Berdasarkan cerita tradisi yang masih hidup di kalangan penduduk
desa Rembitan dan sekitarnya mengatakan bahwa masjid ini dibangun
pada sekitar abad ke-16.
5
Babad Lombok menyebutkan bahwa agama Islam masuk ke
Lombok dibawa oleh Sunan Prapen, Putra Sunan Ratu Giri dari
Gresik.Dibangunnya Masjid Kuno Rembitan sering dihubungkan dengan
nama seorang tokoh penyebar agama Islam di daerah Rembitan dan
sekitarnya, yaitu Wali Nyatoq, yang makamnya terdapat di Bukit Nyatoq
yang terletak di sebelah Timur Desa Rembitan.
Hingga kini, Masjid Kuno Rembitan masih lestari dan tidak pernah
sepi pengunjung.Masjid Kuno Rembitan sekarang kerap dijadikan wisata
religi oleh masyarakat lokal maupun non-lokal.
Berdasarkan pemaparan di atas, timbullah pertanyaan
bagaimanakah pandangan tokoh masyarakat Rembitan terhadap arah kiblat
Masjid Kuno Rembitan serta bagaimana tingkat akurasi arah kiblat Masjid
Kuno Rembitan jika ditinjau dari segi ilmu falak.
Guna menjembatani dalam mencoba memahami bagaimana
pandangan tokoh masyarakat Rembitan terhadaparah kiblat Masjid Kuno
Rembitan serta bagaimana tingkat akurasi arah kiblat Masjid Kuno
Rembitan jika ditinjau dari segi ilmu falak, penulis tertarik untuk meneliti
dengan tema arah kiblat yang berjudul “Pandangan Tokoh Masyarakat
Rembitan terhadap Arah Kiblat Masjid Kuno Rembitan Lombok
Tengah”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
dapat dikemukakan pokok permasalahan dalam judulini adalah:
1. Bagaimana pandangan tokoh masyarakat Rembitan terhadap arah
kiblat Masjid Kuno Rembitan?
2. Bagaimana tingkat akurasi arah kiblat Masjid Kuno Rembitan Lombok
Tengah ditinjau dari segi ilmu falak?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
7
E. Telaah Pustaka
8
F. Kerangka Teori
1. Pengertian Arah Kiblat
Arah kiblat tak bisa dilepaskan dari kosakata kiblat. Ibnu Mansyur
dalam kitabnya yang terkenal Lisanul Arab menyebutkan, makna asal
kiblat samadengan arah (al-jihahatauasy-syat}rah).2Arah dalam bahasa
Arab
disebutjihahatausyat}rahdandisebutpuladenganqiblah,sebagaimanayang
dijelaskan Warson Munawir dalam kitabnya al-Munawwir.3 Menurut
Ibnu Arabidan al-Qurtubi, katasyat}rahsecaraetimologi
berartisetengahdari sesuatu, dan juga diartikan arah atau
maksud.4Sedangkan kata al-qiblah berasal dari kata qabala-yaqbulu-
qiblatan yang artinya menghadap.5Dalam adat kebiasaan orang Arab,
kiblat digunakan untuk menunjukkan suatu objek bendawi bukan
manusia yang dianggap tinggi, tidak datar, menonjol, dan terlihat
sehingga menjadi pusat perhatian.Namun, secara terminologis kiblat
memiliki makna sebagai arah menuju ke Ka’bah.6Jadi, arah kiblat
adalah arah menghadap Ka’bah sebagai pusat pandangan ketika dalam
menjalankan ibadah, khususnya shalat.
2
Muh. Ma’rufin Sudibyo, Sang Nabi pun Berputar (Arah Kiblat dan Tata Cara
Pengukurannya), (Solo : Tinta Medina. Cet. I, 2011) h. 87.
3
Warson Munawir, al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka Progresif,
1997), h. 1088 dan 770.
4
Ahmad Izzuddin, Akurasi Metode Penentuan Arah Kiblat, (Jakarta : Kementerian
Agama, 2012) h. 26.
5
Warson Munawir, ibid.
6
Muh.Ma’rufin Sudibyo, ibid.
9
QS. Al Baqarah ayat 144.
10
Artinya: “Dan dari mana pun engkau (Muhammad) keluar,
hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, sesungguhnya itu
benar-benar ketentuan dari Tuhanmu. Dan Allah tidak lengah
terhadap apa yang kamu kerjakan. Dan di mana saja kamu berada,
maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu, agar tidak ada alasan bagi
manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang dzalim di
antara mereka.Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepada-Ku, agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar
kamu mendapat petunjuk”.7
27-28.
8
AbuAbdillahMuhammadbinIsma’ilbinIbrahimbinMugirahal-Bukhari,Shahihal-Bukhari,
JuzIV,(Beirut:Daral-Kutubal-‘Ilmiyah.,2007) h.172.
9
AbuAbdal-RahmanAhmadbin Syu’aib bin‘Ali ibnSinaal-Nasa’iSunanal-Nasaibi Syarhal-
Imamainasy-Suyuthiwaasy-Sindi,JilidIIJuzIII,(Beirut:Daral-Fikr,2005) h.175.
11
kiblat, yakni Ka’bah.Jadi, semua tempat yang berada di timur Ka’bah,
maka kiblatnya mengarah ke barat.Dan tempat yang berada di barat
Ka’bah, maka kiblatnya mengarah ke timur.Begitu pun juga tempat
yang berada di utara Ka’bah, maka kiblatnya mengarah ke selatan dan
tempat yang berada di selatan Ka’bah, maka kiblatnya mengarah
keutara.
Mereka berijmak pula bahwa setiap orang yang tidak dapat melihat
Ka’bah secara langsung harus menghadap ke arahnya. Jika arahnya
tidak diketahui olehnya, ia harus mencari petunjuk dengan segala
12
sarana yang memungkinkan baginya, misalnya dari posisi matahari,
bintang, kompas, dan sebagainya.10
ُ ج و ه َ ك ُ ْم ش َطْ َر ه
ُ ث َم ا ك ُ ن ْ ت ُ ْم ف َ َو ل ُّ وا ُو
ُ ْ َو َح ي
Artinya: “dandimanasajakamuberada,makahadapkanlahwajahmuke
arah itu”
ِ ق َو ْال َم ْغ ِر
ٌب قِ ْبلَة ِ َما َبيْنَ ْال َم ْش ِر
Artinya: “apa saja antara timur dan barat adalah kiblat.”
Lahiriah hadits ini menunjukkan bahwa seluruh tempat di antara
timur dan barat adalah kiblat. Alasan lainnya, seandainya yang
wajib adalah mengenai Ka’bah itu sendiri, tentu tidak sah shalatnya
10
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, Terjemah Jilid I, (Jakarta : Gema Insani, Cet I,
2013)h. 286-287
11
Wahbahaz-Zuhaili,al-Fiqhal-IslamiwaAdillatuhu,JuzI,(Damaskus:Daral-Fikr,2008)h.
649-650
13
orang- orang yang berdiri di shaf yang panjang yang shafnya
berbentuk garis lurus (tidak melingkari Ka’bah) juga tidak sah
shalat dua orang yang
salingbejauhanyangmenghadapkekiblatyangsama,sebabtidakboleh
menghadap ke Ka’bah kalau shafnya panjang kecuali jika
panjangnya shaf itu sama dengan lebar Ka’bah itu sendiri. Pendapat
ini didukung denganperkataanIbnuAbbasr.a.:
َو ْال َح َرا ُم، َو ْال َمس ِْجدُ ِق ْبلَةٌ َِّلَ ْه ِل ا ْل َح َر ِام،ِْالبَيْتُ ِق ْبلَةٌ َِّلَ ْه ِل ْال َمس ِْجد
َار ِب َها ِم ْن أ ُ َّم ِتى (رواه ِ َار ِق َها َو َمغ ِ ض ِفى َمش ِ ِق ْبلَةٌ لشا َ ْه ِل اَّلَ ْر
)البيهقي
Artinya:“Ka’bahadalahkiblatnyaorangyang berada di Masjidil
Haram, Masjidil Haram adalah kiblatnya orangyang
beradadiluarnyadiMekah,danMekahadalahkiblatdaerah-
daerahlain.”12
12
Al-ImamAbiBakrAhmadbin al-Husainbin ‘Ali al-Baihaqyas-Sunanal-Kubra,JuzII,
(Kairo:Dar Al-Hadits) h.68-69.
14
mereka, sehingga Allah menentukan satu arah dan menyuruh kaum
Muslimin seluruhnya menghadap ke arah ini agar terwujud kesatuan
diantara mereka.
Jadi hikmahnya, kita diwajibkan menghadap ke kiblat, yaitu jihah
yang telah dipilih oleh Allah SWT dalam mempersembahkan darma
bakti hamba kepada khaliknya.Bukan hanyalahiriah yang kita
hadapkan ke jihah, tetapi batin juga kita hadapkan ke hadirat Yang
Maha Kuasa.Apalah guna kita menghadap ke jihahnya, tetapi hati kita
membelakangi-Nya.
13
Siti Tatmainul Qulub, Ilmu Falak dari Sejarah ke Teori dan Aplikasi, (Depok: PT Raja
Grafindo Persada, 2017) h. 177.
15
kiblatnya.Sudut yang digunakan dalam istiwaaini adalah menghitung
sudut kiblat dari bayangan matahari.14
G A
m
q
M g Q
Prinsip kerja istiwaaini yang sama dengan segitiga siku. Di mana, A (tongkat istiwa’), G
(Bayangan Matahari, Q (sudut Kiblat dari bayangan Matahari), dan GQ adalah arah
kiblat.
14
Ibid.,h. 177-178.
15
Ibid.,h. 178.
16
Ibid.,h. 178-180.
16
a. Lintang tempat, bujur tempat, tanggal dan waktu (jam)
pengukuran.
Data-data ini bisa didapatkan dari GPS.Bila tidak ada di GPS,
data lintang dan bujur bisa didapatkan melalui Google
Earth.Sedangkan waktu (jam) pengukuran yang tepat bisa
melihat jam pada website
http:/greenwichmeantime.co.uk/timezone/asia/Indonesia/.
b. Arah kiblat dan azimuth kiblat
Data ini didapatkan dari rumus arah kiblat sebagai berikut:
𝐜𝐨𝐭 𝑨𝑸 = 𝐭𝐚𝐧 𝑳𝑴 𝒙 𝐜𝐨𝐬 𝑳𝑻: 𝐬𝐢𝐧 𝑺𝑩𝑴𝑫 − 𝐬𝐢𝐧 𝑳𝑻 ∶ 𝐭𝐚𝐧 𝑺𝑩𝑴𝑫
Di mana: AQ = arah Kiblat, LM = Lintang Ka’bah, SBMD =
selisih bujur antara Ka’bah dan tempat yang diukur. Data
lintang Ka’bah dan bujur Ka’bah yang direkomendasikan oleh
penemu istiwaaini ini adalah 21° 25’ 20,99” LU dan 39° 49’
34,36 BT. Data ini diambil oleh Google Earth. Hasilnya adalah
arah Kiblat diukur dari arah Utara ke Barat.
Untuk mendapat arah Kiblat, maka rumusnya:
Azimuth Kiblat = 360° - AQ
17
Dalam arah matahari ini, terdapat ketentuan, di mana: Jika
deklinasi (+) maka arahnya Utara, jika deklinasi (-) maka
arahnya Selatan. Jika pengukuran pagi, maka arahnya
Timur.Jika sore, maka Barat.
Adapun azimuth matahari (Azo) ditentukan dengan rumus:
Jika AM Utara-Timur (+UT), Azo = AM (tetap).
Jika AM Selatan-Timur (-ST), Azo = AM + 180°.
Jika AM Selatan-Barat (-SB), Azo = Abs AM + 180°.
Jika AM Utara-Barat (+UB), Azo = 360° - AM.
d. Beda azimuth (ba) Kiblat dan azimuth matahari.
Data ini diperoleh denan mengurangkan azimuth Kiblat dengan
azimuth matahari. Jika beda azimuth (ba) negatif maka beda
azimuth harus ditambah 360°.
Rumus beda azimuth adalah:
𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑎𝑧𝑖𝑚𝑢𝑡ℎ = 𝑎𝑧𝑖𝑚𝑢𝑡ℎ 𝑘𝑖𝑏𝑙𝑎𝑡 − 𝑎𝑧𝑖𝑚𝑢𝑡ℎ 𝑚𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖
3. Setelah dihitung data-data tersebut, catat waktu pengukuran,
azimuth Kiblat, azimuth matahari, dan beda azimuth.
4. Letakkan istiwaaini pada tempat yang datar dan mendapatkan sinar
matahari.
Ketika istiwaaini telah ditempatkan di tempat yang datar, posisikan
tongkat istiwa’ yang di titik pusat lingkaran agar benar-benar
berada di titik pusat dan berada dalam posisi tegak lurus (vertikal).
Sedangkan tongkat istiwa’ yang berada di titik 0° (skala bidang
dial) harus benar-benar di titik 0 dalam posisi tegak lurus (vertikal)
juga.
Lingkaran yang dijadikan landasan kedua tongkat istiwa’ (bidang
dial) harus benar-benar dalam posisi datar (horizontal). Kedataran
bidang dial ini diukur dengan waterpass.
Jika belum datar, gunakan tiga drat (mur) untuk menaikkan atau
menurunkan sesuai kebutuhan sampai bidang dial benar-benar
18
datar dan kedua tongkat istiwa’nya benar-benar tegak lurus
(vertikal).
5. Apabila istiwaaini telah terpasang dengan baik, perhatikan jam
sampai jam pengukuran yang telah dihitung tiba. Jam pengukuran
ini harus sesuai dengan jam GPS agar hasilnya akurat.
6. Ketika jam pengukuran yang sudah dihitung telah tiba, putar
bidang dial sampai bayangan tongkat istiwa’ pada titik 0° (di
pinggir lingkaran) mengarah tepat ke tongkat utama yang berada di
tengah lingkaran. Dengan demikian, bayangan tongkat adalah
kebalikan dari azimuth matahari.
7. Tarik benang dari tengah lingkaran dan posisikan benang pada nilai
beda azimuth. Arah yang ditunjukkan oleh benang tersebut adalah
arah Kiblat.
Tandai arah tersebut dengan benang atau lakban sebagai arah
Kiblat.
Tarik benang dari titik pusat lingkaran dengan angka selisih kiblat.Inilah arah kiblatnya.
19
Toleransi arah kiblat adalah besaran penyerongan yang masih
dapat ditoleransi terhadap nilai asli azimuth kiblat setempat.Toleransi
arah kiblat adalah kuatitas tak terhindarkan, mengingat perhitungan
arah kiblat didasarkan pada beragam asumsi, seperti bumi dianggap
berbentuk bola sempurna, permukaan bumi dianggap mulus dan
instrument yang digunakan dalam pengukuran dianggap sangat teliti.
Sementara realitasnya bumi sendiri bukanlah bola melainkan
geoida dengan permukaan yang tidak rata, sementara instrument untuk
mengaplikaiskan pengukuran juga memiliki keterbatasan (resolusi)
teretntu.Adanya toleransi arah kiblat bisa dianalogikan dengan ihtiyath
waktu shalat, yang mana berfungsisebagai pengaman keragu-
raguan.Untuk membedakannya, maka toleransi arah kiblat dinamakan
Ihtiyath Al-Qiblat.17
Thomas Djamaluddin mempunyai pendapat bahwa simpangan arah
kiblat bukan dari simpangan terhadap Ka’bah, melainkan diukur di
titik posis kita, karena semakin jauh dari Ka’bah, maka semakin sulit
menjadikan diri kita akurat arahnya.Arah kiblat adalah arah
menghadap, jadi simpangannya yang diperbolehkan adalah simpangan
yang tidak signifikan mengubah arah secara kasat mata, termasuk pada
garis shaf masjid atau mushala.Untuk itu, menurut Thomas
Djamaluddin simpangan kurang lebih sebesar 2 derajat masih dalam
batas toleransi.18
G. Metode Penelitian
17
Muh.Ma’rufinSudibyo,“ArahKiblatDanPengukurannya”,Makalah,DisajikanpadaAcaraDiklat
AstronomiIslam-MGMP-PAI,Tanggal20Oktober,(Surakarta:PPMIAssalam,20110 )h.6.
18
Thomas Djamaluddin, Arah Kiblat Tidak Berubah,
https://tdjamluddin.wordpress.com/2010/05/25/arah-kiblat-tidak-berubah/, Diakses Tanggal 3 Maret 2019.
20
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang sangat menarik karena
dengan penelitian ini didapatkan data kualitatif yang bersumber dari
deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh.Yang memuat keterangan
proses-proses yang terjadi dari lingkungan setempat.
Dan jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian
empiris dengan pendekatan ilmu falak. Nantinya akan penulis cermati
pendapat tokoh masyarakat Rembitan mengenai arah kiblat Masjid
Kuno Rembitan serta akan penulis amati fakta pengukuran arah kiblat
Masjid Kuno Rembitan ditinjau dari segi Ilmu Falak. Tujuannya
adalah untuk mengetahui tingkat akurasi dari arah kiblat Masjid Kuno
Rembitan yang menjadi tempat wisata religius bagi umat Muslim yang
sarat dengan nilai historis bagi perkembangan Islam di Pulau Lombok.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam hal ini sangatlah penting dan
utama.Dalam penelitian ini penulis berperan sebagai pengamat
partisipan. Peneliti akan mengamati dan mencermati setiap pandangan
yang dikemukakan oleh tokoh masyarakat Rembitan mengenai arah
kiblat Masjid Kuno Rembitan dan peneliti juga berpartisipasi dengan
mengajak tokoh masyarakat Rembitan untuk melakukan uji akurasi
arah kiblat Masjid Kuno Rembitan.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini bertempat di Masjid Kuno Rembitan,
Kabupaten Lombok Tengah.
4. Sumber Data
21
Data diperoleh secara langsung dari sumber yang diteliti dengan
melakukan pencatatan secara sistematis terhadap masalah yang
dihadapi. Dengan data ini dalam penelitian ini peneliti mendapatkan
gambaran umum tentang bagaiamana pandangan tokoh masyarakat
Rembitan mengenai arah kiblat Masjid Kuno Rembitan serta
bagaimana tingkat akurasi arah kiblat Masjid Kuno Rembitan ditinjau
dari segi Ilmu Falak menggunakan metode Istiwaaini.
22
Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau
peristiwa pada waktu yang lalu.21Dokumentasi adalah
mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data-
data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan
masalah yang diteliti.Dari penelitian ini dokumentasi yang akan
diambil berupa buku pedoman yang mendampingi peneliti dalam
menyelesaikan laporan penelitiannya seperti dokumen yang
bersangkutan dengan sejarah masjid kuno di Pulau Lombok yang
akan menjadi bahan analisa bagi peniliti.
21
W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Grasindo,2002) h. 123.
23
H. Sistematika Pembahasan
BAB II : Paparan Data dan Temuan. Dalam bab ini terdapat dua
sub pembahasan yaitu pandangan tokoh masyarakat Rembitan terhadap
arah kiblat Masjid Kuno Rembitan dan akurasi arah kiblat Masjid Kuno
Rembitan ditinjau dari Ilmu Falak.
24
DAFTAR PUSTAKA
AbuAbdillahMuhammadbinIsma’ilbinIbrahimbinMugirahal-Bukhari.Shahihal-
Bukhari.JuzIV.Beirut:Daral-Kutubal-‘Ilmiyah.2007.
Ahmad Izzuddin. Akurasi Metode Penentuan Arah Kiblat. Jakarta : Kementerian
Agama. 2012.
Azhari, Susiknan. Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern.
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, cet. II. 2007.
Muh.Ma’rufinSudibyo.“ArahKiblatDanPengukurannya”.Makalah.DisajikanpadaAcaraDikl
at AstronomiIslam-MGMP-PAI,Tanggal20Oktober.Surakarta:PPMIAssalam.2010.
Muh.Ma’rufin Sudibyo.Sang Nabi pun Berputar (Arah Kiblat dan Tata Cara
Pengukurannya). Solo: Tinta Medina. Cet. I. 2011.
Siti Tatmainul Qulub. Ilmu Falak dari Sejarah ke Teori dan Aplikasi.Depok: PT
Raja Grafindo Persada. 2017.
25
Wahbahaz-Zuhaili.al-Fiqhal-IslamiwaAdillatuhu.JuzI. Damaskus: Dar al-
Fikr,2008.
Wahbah Az-Zuhaili. Tafsir al-Munir. Terjemah Jilid I. Jakarta: Gema Insani. Cet
I. 2013.
26