Anda di halaman 1dari 21

SEJARAH KETATANEGARAAN

DALAM ISLAM
Praktik Ketatanegaraan pada Masa Nabi Muhammad
FASE MEKKAH

 Di fase mekkah, nabi melakukan dakwah


dengan cara rahasia (diam-diam) dan
dengan terang-terangan (terbuka)
 Pada periode Mekkah, pengikut nabi
jumlahnya relatif kecil sehingga belum
menjadi suatu komunitas yang mempunyai
daerah kekuasaan yang berdaulat
Alasan Kafir Quraisy Menolak Islam

1. Persaingan berebut kekuasaan

Kaum Quraisy menganggap bahwa tunduk pada agama


Muhammad SAW berarti tunduk pada kekuasaan Bani
Abdul Muthalib

2. Penyamaan hak antara kasta bangsawan dan hamba


sahaya

Agama islam memandang sama antara hamba sahaya


dengan tuannya. Padahal tradisi kaum quraisy adalah
sebaliknya.
3. Takut dibangkitkan
Islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan
dibangkitkan dari kuburnya, dan semua perbuatan manusia
akan dipertanggungjawabkan
4. Taqlid kepada nenek moyang
Kaum Quraisy merasa berat untuk meninggalkan agama
nenek moyang dan mengikuti agama baru (Islam)
5. Memperniagakan patung
Islam sangat menentang penjualan patung, padahal ini
merupakan salah satu bisnis kaum uraisy sehingga dengan
datang islam mereka takut akan kehilangan sumber ekonomi
DUA BAIAT
 Sebelum Hijrah ke Madinah, nabi mendapatkan

dukungan moral dan politik dari dua suku yaitu

suku Aus dan suku Khazraj yang kemudian diikuti

pembaiatan kepada nabi.

1. BAIAT AQABAH PERTAMA (621 M): Mereka

berikrar bahwa mereka tidak akan menyembah

selain Allah, akan meninggalkan segala

perbuatan jahat dan akan mentaati rosul dalam

segala hal yang benar


2. BAIAT AQABAH KEDUA (622 M): Mereka

berjanji akan melindungi nabi sebagaimana

mereka melindungi keluarganya dan akan

mentaati beliau sebagai pemimpin mereka. Nabi

dalam kesempatan itu juga berjanji akan berjuang

bersama mereka baik untuk perang maupun

perdamaian.
FASE MADINAH

Diliha dari segi agama, penduduk Madinah terdiri


dari tiga golongan besar:

1. Muslimin (Muhajirin dan Ansor)

2. Musyrikin (orang Arab yang masih


menyembah berhala)

3. Yahudi (dari keturunan Yahudi pendatang dan


keturunan arab yang masuk Yahudi)
PEMERINTAHAN/ NEGARA ISLAM
PERTAMA

 Eksistensi negara dan pemerintahan Islam pada


jaman nabi terjadi ketika beliau menetap di Madinah.
 Hal ini dikarenakan, adanya perkembangan
penganut Islam yang menjelma menjadi kelompok
sosial dan memiliki kekuatan politik yang riil
 Nabi bukan lagi hanya mempunyai sifat rosul, tetapi
juga mempunyai sifat kepala negara.
 Di Madinah, unsur-unsur negara seperti rakyat,
wilayah, dan pemerintahan telah terpenuhi
LANGKAH PERTAMA YANG DILAKUKAN
NABI DI MADINAH

1. Membangun Masjid di Quba,

 Masjid itu dari segi agama berfungsi sebagai tempat


beribadah, sedang fungsi sosialnya sebagai tempat
mempererat hubungan dan ikatan jamaah islam.

 Mesjid selain untuk beribadah, juga sebagai tempat


untuk mendalami ajaran islam, pusat pengembangan
sosial budaya, tempat musyawaah, markas tentara,
dsb.
2. Menata kehidupan sosial politik masyarakat yang majemuk.
Hal ini dilakukan dengan dua cara:

a. Menata intern kehidupan kaum muslimin, yaitu


mempersaudarakan antara kaum muhajirin dan ansor.
Persaudaraan ini bukan diikat oleh hubungan darah dan
kabilah, melainkan atas dasar ikatan agama (iman)

b. Nabi mempersatukan antara kaum muslimin dan kaum


yahudi bersama sekutu-sekutunya melalui perjanjian
tertulis yang terkenal dengan “Piagam Madinah”.
PIAGAM MADINAH

 Piagam madinah merupakan suatu perjanjian yang


menetapkan persamaan hak dan kewajiban semua
komunitas dalam kehidupan sosial dan politik.

 Muatan piagaman ini menggambarkan hubungan


antara islam dan ketatanegaraan untuk menata
kehidupan sosial politik masyarakat madinah.
PRINSIP-PRINSIP DALAM PIAGAM MADINAH

1. Orang-orang mu’min dan 9. Pelaksanaan Hukum dan


muslim adalah umat yang Sanksi Hukum
satu dan antara mereka dan 10. Kebebasan Beragama
non muslim adalah juga dan Hubungan Antar
umat yang satu. Pemeluk Agama
2. Prinsip Persatuan dan
11. Pertahanan dan
Persaudaraan
Perdamaian
3. Prinsip Persamaan 12. Amar Ma’ruf Nahi
4. Prinsip Kebebasan Mungkar
5. Tolong Menolong dan 13. Kepemimpinan
Membela yang Teraniaya
14. Tanggungjawab Pribadi
6. Hidup Bertetangga dan Kelompok
7. Keadilan 15. Ketaqwaan dan Ketaatan
8. Musyawarah
 Di Madinah, Nabi menata hubungan manusia dengan Tuhan,
dan hubungan antara sesama manusia

 Tujuan nabi mengatur hablun min al-nas masyarakat


madinah adalah untuk menetralisir kekuasaan kelompok-
kelompok sosial yang ada yang sering terjerumus kepada
konflik, dan untuk membimbing mereka agar hidup dalam
suasana kerjasama.

 Dalam perspektif ilmu politik, tindakan nabi ini dapat


dikategorikan sebagai telah melakukan kekuasaan politik.
PRAKTIK PEMERINTAHAN YANG DILAKUKAN
NABI SEBAGAI KEPALA NEGARA

1. Mengadakan hubungan dengan para penguasa yang ada


di jazirah arab dengan cara mengirim surat melalui
utusannya, seperti kepada Kaisar Romawi, Kisra persia,
penguasa Mesir, Bahrain, penguasa Basrah dll
2. Adanya pembagian tugas antara nabi dan para sahabat.
3. Berusaha mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
sosial dengan mengelola zakat, infaq, shadaqah.
4. Membuat undang-undang dalam bentuk tertulis
5. Mempersatukan penduduk madinah yang heterogen
guna mencegah timbulnya konflik
6. Mengadakan perjanjian damai dengan negara tetangga
agar terjamin ketertiban eksteren
7. Menjamin kebebasan bagi semua golongan
8. Mengorganisir militer dan memimpin peperangan
9. Melaksanakan hukum bagi pelanggar hukum dan
perjanjian
10. Menerima utusan-utusan dari berbagai suku di Jazirah
Arab
11. Menjadi hakam (arbiter) dalam menyelesaikan perbedaan
pendapat dan perselisihan
12. Melaksanakan musyawarah, dll.
PRAKTIK MUSYAWARAH YANG DILAKUKAN
NABI
1. Strategi Perang Badar Tahun ke-2 H/624 M

 Nabi memutuskan menempatkan posisi pasukannya di


suatu tempat dekat dengan satu mata air di Badar

 Hubab Al-Mundzir tidak sepakat. Dia mengusulkan


pasukan untuk maju lebih ke mata air daripada musuh
dan membawa air sebanyak-banyaknya dan kemudian
menimbunnya dengan pasir sehingga bisa diminum
oleh kaum muslimin sedangkan musuh tidak bisa. Nabi
menyetujui usul ini.
2. Masalah Tawanan Perang Badar, dalam hal ini
muncul 2 pendapat:

 Abu Bakar: mengusulkan untuk meminta tebusan

 Umar: dibunuh saja agar kita tidak bersifat lemah


lembut terhadap orang-orang kafir

 Nabi lebih memilih pendapat Abu Bakar, walaupun


akhirnya turun wahyu dari Allah yang menegur
keputusan nabi itu
“Tidak patut, bagi seorang nabi mempunyai tawanan
sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi.
Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan
Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

“Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu


dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena
tebusan yang kamu ambil. (QS.Al Anfaal: 67-68).
PENDAPAT AHLI MENGENAI NEGARA
MADINAH

1. Khuda Baks: nabi Muhammad tidak hanya membawa

agama baru, tetapi juga membentuk suatu pemerintahan

yang bercorak teokratis, yang puncaknya berdiri seorang

wakil Tuhan di Dunia

2. Madjid Khadduri: apabila syariat islam berperan dalam

pemerintahan islam, maka ia disebut Nomokrasi


3. Al- Maududi: sistem pemerintahan nabi disebut teo-

demokrasi sebab syariat yang diwahyukan Tuhan sebagai

pemegang kedaulatan tunggal mengenai berbagai

ketentuan hukum. Namun umat memperoleh kedudukan

utama untuk memusyawarahkan masalah-masalah yang

belum jelas hukumnya dalam syariat islam


DUA KEDAULATAN

Di madinah berlaku dua kedaulatan yaitu:

1) Kedaulatan Syariat Islam

Kedaulatan syariat islam sebagai undang-undang yang


disatu segi membatasi kekuasaan umat untuk
membentuk undang-undang mengenai hukum sesuatu
bila penjelasan hukumnya sudah jelas dalam nash syariat

2) Kedaulatan ummat, yaitu diberikannya kebebasan


kepada umat untuk menetapkan hukum suatu hal yang
belum jelas hukumnya dengan cara musyawarah

Anda mungkin juga menyukai