100%(2)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (2 suara)
1K tayangan21 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang praktik ketatanegaraan pada masa Nabi Muhammad, mulai dari fase Mekkah hingga pemerintahan pertama di Madinah. Pada masa Mekkah, dakwah dilakukan secara diam-diam atau terbuka namun jumlah pengikut masih kecil. Di Madinah, Nabi menata hubungan antar penganut agama dan membentuk negara Islam pertama berdasarkan Piagam Madinah.
Dokumen tersebut membahas tentang praktik ketatanegaraan pada masa Nabi Muhammad, mulai dari fase Mekkah hingga pemerintahan pertama di Madinah. Pada masa Mekkah, dakwah dilakukan secara diam-diam atau terbuka namun jumlah pengikut masih kecil. Di Madinah, Nabi menata hubungan antar penganut agama dan membentuk negara Islam pertama berdasarkan Piagam Madinah.
Dokumen tersebut membahas tentang praktik ketatanegaraan pada masa Nabi Muhammad, mulai dari fase Mekkah hingga pemerintahan pertama di Madinah. Pada masa Mekkah, dakwah dilakukan secara diam-diam atau terbuka namun jumlah pengikut masih kecil. Di Madinah, Nabi menata hubungan antar penganut agama dan membentuk negara Islam pertama berdasarkan Piagam Madinah.
DALAM ISLAM Praktik Ketatanegaraan pada Masa Nabi Muhammad FASE MEKKAH
Di fase mekkah, nabi melakukan dakwah
dengan cara rahasia (diam-diam) dan dengan terang-terangan (terbuka) Pada periode Mekkah, pengikut nabi jumlahnya relatif kecil sehingga belum menjadi suatu komunitas yang mempunyai daerah kekuasaan yang berdaulat Alasan Kafir Quraisy Menolak Islam
1. Persaingan berebut kekuasaan
Kaum Quraisy menganggap bahwa tunduk pada agama
Muhammad SAW berarti tunduk pada kekuasaan Bani Abdul Muthalib
2. Penyamaan hak antara kasta bangsawan dan hamba
sahaya
Agama islam memandang sama antara hamba sahaya
dengan tuannya. Padahal tradisi kaum quraisy adalah sebaliknya. 3. Takut dibangkitkan Islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan dibangkitkan dari kuburnya, dan semua perbuatan manusia akan dipertanggungjawabkan 4. Taqlid kepada nenek moyang Kaum Quraisy merasa berat untuk meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama baru (Islam) 5. Memperniagakan patung Islam sangat menentang penjualan patung, padahal ini merupakan salah satu bisnis kaum uraisy sehingga dengan datang islam mereka takut akan kehilangan sumber ekonomi DUA BAIAT Sebelum Hijrah ke Madinah, nabi mendapatkan
dukungan moral dan politik dari dua suku yaitu
suku Aus dan suku Khazraj yang kemudian diikuti
pembaiatan kepada nabi.
1. BAIAT AQABAH PERTAMA (621 M): Mereka
berikrar bahwa mereka tidak akan menyembah
selain Allah, akan meninggalkan segala
perbuatan jahat dan akan mentaati rosul dalam
segala hal yang benar
2. BAIAT AQABAH KEDUA (622 M): Mereka
berjanji akan melindungi nabi sebagaimana
mereka melindungi keluarganya dan akan
mentaati beliau sebagai pemimpin mereka. Nabi
dalam kesempatan itu juga berjanji akan berjuang
bersama mereka baik untuk perang maupun
perdamaian. FASE MADINAH
Diliha dari segi agama, penduduk Madinah terdiri
dari tiga golongan besar:
1. Muslimin (Muhajirin dan Ansor)
2. Musyrikin (orang Arab yang masih
menyembah berhala)
3. Yahudi (dari keturunan Yahudi pendatang dan
keturunan arab yang masuk Yahudi) PEMERINTAHAN/ NEGARA ISLAM PERTAMA
Eksistensi negara dan pemerintahan Islam pada
jaman nabi terjadi ketika beliau menetap di Madinah. Hal ini dikarenakan, adanya perkembangan penganut Islam yang menjelma menjadi kelompok sosial dan memiliki kekuatan politik yang riil Nabi bukan lagi hanya mempunyai sifat rosul, tetapi juga mempunyai sifat kepala negara. Di Madinah, unsur-unsur negara seperti rakyat, wilayah, dan pemerintahan telah terpenuhi LANGKAH PERTAMA YANG DILAKUKAN NABI DI MADINAH
1. Membangun Masjid di Quba,
Masjid itu dari segi agama berfungsi sebagai tempat
beribadah, sedang fungsi sosialnya sebagai tempat mempererat hubungan dan ikatan jamaah islam.
Mesjid selain untuk beribadah, juga sebagai tempat
untuk mendalami ajaran islam, pusat pengembangan sosial budaya, tempat musyawaah, markas tentara, dsb. 2. Menata kehidupan sosial politik masyarakat yang majemuk. Hal ini dilakukan dengan dua cara:
a. Menata intern kehidupan kaum muslimin, yaitu
mempersaudarakan antara kaum muhajirin dan ansor. Persaudaraan ini bukan diikat oleh hubungan darah dan kabilah, melainkan atas dasar ikatan agama (iman)
b. Nabi mempersatukan antara kaum muslimin dan kaum
yahudi bersama sekutu-sekutunya melalui perjanjian tertulis yang terkenal dengan “Piagam Madinah”. PIAGAM MADINAH
Piagam madinah merupakan suatu perjanjian yang
menetapkan persamaan hak dan kewajiban semua komunitas dalam kehidupan sosial dan politik.
Muatan piagaman ini menggambarkan hubungan
antara islam dan ketatanegaraan untuk menata kehidupan sosial politik masyarakat madinah. PRINSIP-PRINSIP DALAM PIAGAM MADINAH
1. Orang-orang mu’min dan 9. Pelaksanaan Hukum dan
muslim adalah umat yang Sanksi Hukum satu dan antara mereka dan 10. Kebebasan Beragama non muslim adalah juga dan Hubungan Antar umat yang satu. Pemeluk Agama 2. Prinsip Persatuan dan 11. Pertahanan dan Persaudaraan Perdamaian 3. Prinsip Persamaan 12. Amar Ma’ruf Nahi 4. Prinsip Kebebasan Mungkar 5. Tolong Menolong dan 13. Kepemimpinan Membela yang Teraniaya 14. Tanggungjawab Pribadi 6. Hidup Bertetangga dan Kelompok 7. Keadilan 15. Ketaqwaan dan Ketaatan 8. Musyawarah Di Madinah, Nabi menata hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan antara sesama manusia
Tujuan nabi mengatur hablun min al-nas masyarakat
madinah adalah untuk menetralisir kekuasaan kelompok- kelompok sosial yang ada yang sering terjerumus kepada konflik, dan untuk membimbing mereka agar hidup dalam suasana kerjasama.
Dalam perspektif ilmu politik, tindakan nabi ini dapat
dikategorikan sebagai telah melakukan kekuasaan politik. PRAKTIK PEMERINTAHAN YANG DILAKUKAN NABI SEBAGAI KEPALA NEGARA
1. Mengadakan hubungan dengan para penguasa yang ada
di jazirah arab dengan cara mengirim surat melalui utusannya, seperti kepada Kaisar Romawi, Kisra persia, penguasa Mesir, Bahrain, penguasa Basrah dll 2. Adanya pembagian tugas antara nabi dan para sahabat. 3. Berusaha mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial dengan mengelola zakat, infaq, shadaqah. 4. Membuat undang-undang dalam bentuk tertulis 5. Mempersatukan penduduk madinah yang heterogen guna mencegah timbulnya konflik 6. Mengadakan perjanjian damai dengan negara tetangga agar terjamin ketertiban eksteren 7. Menjamin kebebasan bagi semua golongan 8. Mengorganisir militer dan memimpin peperangan 9. Melaksanakan hukum bagi pelanggar hukum dan perjanjian 10. Menerima utusan-utusan dari berbagai suku di Jazirah Arab 11. Menjadi hakam (arbiter) dalam menyelesaikan perbedaan pendapat dan perselisihan 12. Melaksanakan musyawarah, dll. PRAKTIK MUSYAWARAH YANG DILAKUKAN NABI 1. Strategi Perang Badar Tahun ke-2 H/624 M
Nabi memutuskan menempatkan posisi pasukannya di
suatu tempat dekat dengan satu mata air di Badar
Hubab Al-Mundzir tidak sepakat. Dia mengusulkan
pasukan untuk maju lebih ke mata air daripada musuh dan membawa air sebanyak-banyaknya dan kemudian menimbunnya dengan pasir sehingga bisa diminum oleh kaum muslimin sedangkan musuh tidak bisa. Nabi menyetujui usul ini. 2. Masalah Tawanan Perang Badar, dalam hal ini muncul 2 pendapat:
Abu Bakar: mengusulkan untuk meminta tebusan
Umar: dibunuh saja agar kita tidak bersifat lemah
lembut terhadap orang-orang kafir
Nabi lebih memilih pendapat Abu Bakar, walaupun
akhirnya turun wahyu dari Allah yang menegur keputusan nabi itu “Tidak patut, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
“Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu
dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil. (QS.Al Anfaal: 67-68). PENDAPAT AHLI MENGENAI NEGARA MADINAH
1. Khuda Baks: nabi Muhammad tidak hanya membawa
agama baru, tetapi juga membentuk suatu pemerintahan
yang bercorak teokratis, yang puncaknya berdiri seorang
wakil Tuhan di Dunia
2. Madjid Khadduri: apabila syariat islam berperan dalam
pemerintahan islam, maka ia disebut Nomokrasi
3. Al- Maududi: sistem pemerintahan nabi disebut teo-
demokrasi sebab syariat yang diwahyukan Tuhan sebagai
pemegang kedaulatan tunggal mengenai berbagai
ketentuan hukum. Namun umat memperoleh kedudukan
utama untuk memusyawarahkan masalah-masalah yang
belum jelas hukumnya dalam syariat islam
DUA KEDAULATAN
Di madinah berlaku dua kedaulatan yaitu:
1) Kedaulatan Syariat Islam
Kedaulatan syariat islam sebagai undang-undang yang
disatu segi membatasi kekuasaan umat untuk membentuk undang-undang mengenai hukum sesuatu bila penjelasan hukumnya sudah jelas dalam nash syariat
2) Kedaulatan ummat, yaitu diberikannya kebebasan
kepada umat untuk menetapkan hukum suatu hal yang belum jelas hukumnya dengan cara musyawarah