Anda di halaman 1dari 21

Hazairin & Hasbi Ash-

Shidqiey

Alwi Abdilla-1810305002
Febti Winandari-18103050019
Ni’matun Musyafa’ah
Sabrina
Biografi

• Prof. Dr. Tengku Muhammad Hasbi Ash- Shididdieqy


Lahir di Lhokseumawe, Aceh Utara, 10 Maret 1904. Lahir
dari keluarga ulama pejabat pejuang. Ibunya, Tengku
Amrah, puteri Tengku ‘Abdul ‘Aziz, pemangku jabatan Qadli
Chik di pemerintahan Sri Maharaja Mangkubumi, sebuah
swantara di kawasan Lhokseumawe. Ayah Hasbi, al-Hajj
Tengku Muhammad Husein ibn Muhammad Su’ud, yang
juga menduduki jabatan Qadli Chik
Dalam silsilahnya, Hasbi merupakan generasi ke-37 dari
keturunan khalifah pertama Abû Bakar al-Siddîq (573-634
M). Oleh karena itu, sebagai keturunan Abû Bakr al-Siddiq,
Hasbi kemudian melekatkan gelar ash-Shiddieqy di
belakang Namanya.
Menurut pengakuan murid-murid Hasbi, dalam proses
belajar mengajar yang dilakukannya cukup menarik, dia
menggunakan sistem dialog. Selain itu, Hasbi memiliki
kemampuan menjelaskan buah pikirannya dengan baik.
Dalam mengajar Hasbi menggunakan pendekatan tekstual
dalam masalah akidah dan ibadah, dia sangat ketat
berpegang pada dalil nash qath‘î dan mutawâtir. Sementara
dalam bidang muamalah, dia selalu menggunakan
pendekatan kontekstual. Dengan kata lain, dalam masalah
akidah dan ibadah Hasbi lebih banyak menggunakan
metode deduksi, yakni dengan menggunakan nash yang
jelas dan tegas bersumber pada al-Qu’an dan Sunnah.
Hasbi juga termasuk orang yang sangat peduli terhadap
murid-muridnya. Gambaran tentang hal ini, dikemukakan
oleh Tengku Hasan Thalhas, salah seorang muridnya.
sikap dan perilaku Hasbi tergolong orang yang sangat
disiplin, pekerja keras, demokratis, dan menghormati
pendapat orang lain, kritis dan menolak taklid. Selain itu,
Hasbi tergolong orang sangat kuat minat membacanya, dan
yang tak kalah pentingnya adalah kemampuan
mengajarnya yang sangat menarik dan sangat peduli
dengan perkembangan kreatifitas murid-muridnya
Ketika masih kecil, Hasbi mulai belajar agama Islam di
dayah (pesantren) milik ayahnya. Di sana ia mempelajari
qira`ah, tajwid, dasar-dasar fikih, dan tafsir. Pada usia
delapan tahun, ia mulai melakukan pengembaraan ilmu. Di
Aceh, Hasbi selain menjadi pengajar di kursus-kursus dan
sekolah Muhammadiyah. Ia juga memimpin SMI (Sekolah
Menengah Islam) dan bersama koleganya Hasbi mendirikan
Cabang Persis (Persatuan Islam).
Pada tahun 1960 ia diangkat menjadi Dekan Fakultas
Syari`ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pada tahun 1962
Hasbi juga ditunjuk sebagai Dekan Fakultas Syari`ah IAIN
Ar-Raniry, Darussalam. , pada tahun 1960, ia diangkat
sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Hadits pada IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta
• Hazairin
Hazairin lahir pada tanggal 28 November 1906 di Bukit
tinggi.1 Dan meninggal pada tanggal 11 Desember 1975
dijakarta. merupakan putera tunggal pasangan Zakaria
Bahari dengan Aminah. Ayah Hazairin adalah seorang guru
yang berasal dari Bengkulu, sedangkan ibunya berdarah
minang.
Dalam hal pendidikan formal Hazairin mengawali bukan
ditanah kelahirannya, melainkan di Bengkulu yang pada
waktu bernama Hollands Inlandsche School (HIS) tamat
tahun 1920,. Setelah tamat dari HIS Hazairin kemudian
melanjutkan pendidikannya ke MULO (Meer Uitgebreid
Lager Onderwijs) di Padang. Setelah tamat pada tahun
1924.
Kemudian melanjutkan pendidikannya ku AMS (Algemene
Meddelbare School) di Bandung dan berhasil lulus pada
tahun 1927. Dan Hazairin melanjutkan studi di RSH
( Rerchtkundige hoogeschool) atau sekolah Tinggi Hukum,
jurusan Hukum Adat di Jakarta. Selama delapan tahun
Hazairin bekerja keras mendalami bidang Hukum Adat,
berkat kegigihannya Hazairin berhasil meraih gelar Meester
in de Rechten (Mr) pada tahun 1935.
Keberhasilan Hazairin menapaki jenjang pendidikan
membuat pemerintah belanda mengangkatnya sebagai
pegawai yang diperbantukan pada Ketua Pengadilan Negeri
Padang Sidempuan, Sumatra Utara dan Karesidenan
Tapanuli tahun 1935-1938 . Hazairin juga pernah dipercaya
memangku jabatan Menteri dalam Negeri pada tahun 1953
dalam kabinet Ali Sastroamidjojo
Prinsip, Metode dan Sumber Fikih

• Hasbi Ash-Shidqiey
Fikih yang dianut Hasbi didasarkan pada prinsip maslahah
mursalah (kemaslahatan umum) yang berasaskan keadilan
dan kemaslahatan dan kemanfaatan serta syadd al-dzari’ah
(mencegah kerusakan). Menurut Hasbi, berhujjah dengan
maslahah mursalah dan membina hukum atasnya adalah
suatu keharusan. Hal ini sesuai dengan keumuman syariat,
dengan demikian hukum Islam dapat berjalan seiring
dengan perkembangan masa
• Dalam penggalian hukum Islam, Hasbi menggunakan
analogi deduksi yang memberikan kebebasan ijtihad bagi
persoalan yang belum ada ketetapan hukum berdasarkan
hasil ijtihad fukaha sebelumnya. Dalam penggalian
hukum Islam, Hasbi menggunakan analogi deduksi yang
memberikan kebebasan ijtihad bagi persoalan yang
belum ada ketetapan hukum berdasarkan hasil ijtihad
fukaha sebelumnya.
Adapun terkait sumber dalam fikih, dalam bidang akidah
dan ibadah (mahdhah) Hasbi hanya menggunakan dua
sumber, yakni Alquran dan Sunnah. Sedangkan dalam
bidang muamalat, Hasbi mendukung pendapat yang
menyatakan bahwa sumber fikih adalah Alquran, Hadis,
ijma’, qiyas, istihsan, maslahat mursalah dan ‘urf
• Hazairin
Hazairin berpegang pada tiga metode penetapan hukum,
yaitu apa yang ia sebut sebagai tafsir autentik, analogi
(qiyas) induktif dan analogi deduktif.
Tafsir autentik yang dikemukakan oleh Hazirin ini dalam
kajian ilmu Tafsir disebut dengan metode penafsiran
tematik (at-tafsir almaudhu’i), yaitu menafsirkan suatu
tema tertentu dengan cara mengumpulkan berbagai ayat
yang terkait kemudian ditafsirkan sesuai dari maksud
umum dari kumpulan ayat-ayat tersebut.
Pemikiran Hasbi As-shidqi
Hakikat Fikih dan Hubungannya
dengan Ijtihad

Fikih menurut Hasbi adalah himpunan hukum yang diperoleh dari


nash atau kaidah umum yang digali dengan menggunakan alat
ijtihad.
Syariat pada dasarnya memenuhi hajat dan kebutuhan manusia
Oleh karena itu, Ijtihad dirasa perlu sebagai respon terhadap arus
modernisasi.
Dalam mengkaji fikih harus didasrkan pada cara dan metode
muqarranah, yaitu perbandingan antar mazhab, selain itu juga antar
madzhab dengan perundang-undangan modern.
Pengembangan Fikih Corak Indonesia
Kemajuan peradaban membuat permasalahan semakin kompleks,
oleh karen itu hasbi menawarkan gagasan ijtihad kolektif.
Dalam rangka mewujudkan pembentukan fikih yang bberwawasan
keindonesiaan ada empat bentuk ijtihad yg perlu dilakukan :
- ijtihad dengan mengklasifikasikan produk masa laludg konsep
masa kini
- Ijtihad dengan menyusun dan mengklasifikasikan kitab fiqh al-
hadis yg menjadi pedoman bagi pengkaji hukum islam
- Ijtihad dengan mencari hukum terhadap masalah kontemporer
- Melakukan kajian antara fikih dan hukum positif
Pandangan Hasbi Seputar Persoalan Fikih

• Musabaqah Tilawatil Qur’an


Memperlombakan kalamullah dengan maksud keduniaan adalah
bid’ah. hasbi berpendapat bahwa MTQ banyak mudharatnya daripada
manfaatnya
• Hukum Sholat Jum’at
Pada hari jum’at tidak ada sholat dhuhur 4 Rakaat. Perintah Q.S al-
Jumuah ayat 62 berlaku untuk semua orang tanpa terkecuali
• Zakat
Menurut hasbi zakat dapat dipungut dari orang non-muslim. Hasbi
mendasarkan pendapatnya kepada : Pertama, hukum zakat berlaku
pada bsemua agama. Kedua, keputusan khalifah umar memungut
zakat bagi kaum nasrani bani taghluba.
Pemikiran hazairin
Pengembanga fikih corak
indonesia

Berbeda denga hasbi, Hazirin menginginkan membentuk


fikih indonesia dengan hanya dari pengembangan fikih
madzhab syafi’i. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
fiqh madzhab syafi’i telah lama dianut oleh masyarakat
indonesia. Eksistensi hukum adat tidak dapat
dikesampingkan dalam pembentukan hukum.
Secara garis besar fikih indonesia hazairin merupakan
pengembangan konsep fikih indonesia Hasbi Ash-Shiddiqi
Karya-karya
• Hasbi Ash-Shidqiey
o Dasar-dasar Fiqih Islam, Tokobuku Islamyah, 1953 - 122 halaman.
o Ideologi Islam dan qaedah pemerintahan, 1950 - 95 halaman
o Kriteria antara sunnah dan bid'ah, Thinker's Library, 1986 - 160 halaman
o Ke arah fiqh Indonesia: mengenang jasa Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash
Shiddieqy, Forum Studi Hukum Islam, Fakultas Syari'ah, IAIN Sunan
Kalijaga, 1994 - 158 halaman.
o Fiqih Islam mempunyai daya elastis, lengkap, bulat dan tuntas, Bulan
Bintang, 1975 - 168 halaman.
o dll
• Hazairin
o Pergolakan Penyesuaian Adat Kepada Hukum Islam
(1952)
o Demokrasi Pancasila (1981)
o Hukum Kewarisan Bilateral menurut al-Qur’an dan Hadits
(1982)
o Hukum Kekeluargaan Nasional
o dll

Anda mungkin juga menyukai