Oleh :
Kelompok XII
Perbankan Syariah/ 4C
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaian makalah ini,
dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan dalam mata Kuliah “Qawaid Fiqhiyah
Muamalah”.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Qawa’id fiqhiyah mempunyai beberapa kaidah, diantaranya adalah seperti Kaidah
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ? اذا تعذرت الحقيقة يصار الى المجاز
2. Apa makna yang terdapat dari kaidah ? ذا تعذرت الحقيقة يصار الى المجاز
A. Makna Kaidah
Kaidah ( اذا تعذرت الحقيقة يصار الى المجاApabila Suatu Kalimat Tidak Bisa
Diartikan Secara Hakiki, Maka Dapat Diartikan Secara Majazi)
Hakikat adalah pendapat mu’tabar yang diunggulkan dan merupakan asal,
sedangkan majaz merupakan cabang dari hakikat, dan posisi majaz berada pada
urutan kedua setelah hakikat. Sebagai contoh makna hakiki pada lafad nikah
menurut Abu Hanifah adalah bersetubuh, bukan bermakna majazi yaitu akad,
berdasarkan dalil Al Quran yang berbunyi: “Janganlah kamu kawini wanita-
wanita yang telah dikawini oleh ayahmu” (QS. Al Nisa’: 22). namun jika
mengalami kesulitan untuk berpegang terhadap hakikat, maka berpegang pada
majaz merupakan alternatif kedua.
Menurut Az-Zarqah, maksud dari kaidah ini adalah manakalah memaknai
suatu kata berdasarkan makna hakikinya tidak memungkinkan , atau menemui
kesulitan, atau tidak lumrah dalam suatu adat tertentu, maka makna kata tersebut
dialihkan kepada makna majazinya.
B. Aplikasi Kaidah
kaidah ini mempunyai beberapa contoh antara lain:
Apabila seseorang menuntut warisan dan mengaku bahwa dia adalah anak
dari orang yang meninggal, kemudian setelah diteliti dari kata
kelahirannya, ternyata dia lebih tua dari orang yang meninggal yang
diakuinya sebagai ayahnya, maka perkataan orang tersebut ditinggalkan
dalam arti tidak diakui perkataannya.
C. Dalil Kaidah
Hadis yang artinya ‘ketahuilah bahwa surga itu berada dibawah bayang-
bayang padang’. Jika dimaknai secara hakiki sesuai dengan lafadnya maka
kita akan mndapatkan pemahaman bahwa surga itu ada dibawah bayang
bayang pedang padahal yang demikian itu sangat mustahil dan tidak bisa
diterima oleh akal. Oleh karena itu muhaddisin memahami hadis tersebut
secara majaz dan menyatakan bahwa yang dimaksud hadis tersebut adalah
surga itu diraih dengan kerja keras, kesungguhan serta ketulusan layaknya
perjuangan berperang melawan musuh musuh allah.
Kata “ibu-ibu” ( )امهتاَجم ىَتكتتمdalam bentuk jamak pada ayat tersebut dapat
digunakan terhadap nenek, namun penggunaan untuk “nenek” adalah dalam
bentuk majaz. Begitu pula kata “anak-anak” ( ) ابناءdapat digunakan untuk
“cucu” adalah dalam bentuk majaz, sedangkan haqiqahnya adalah untuk anak
kandung.