Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Balaghah Al-Qur’an
Pemakalah kelompok 6:
Wahyudi 11200340000126
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesikan makalah ini sesuai
dengan harapan dengan judul “Majaz dan Macam-Macamnya”. Sholawat serta salam juga tak
lupa tercurahkan kepada baginda nabi besar kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
para sahabatnya. Semoga kita semua selalu berada dalam syafa’at-Nya.
Amin ya robbal ‘alamin.
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas satu pada mata kuliah
Balaghah Alquran, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kami selaku penyusun menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan untuk para
pembacanya. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik
dalam teknik penulisan maupun materi oleh karena itu kami sangat membutuhkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi tercipta makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
1.1.........................................................................................................................................
Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2.........................................................................................................................................
Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
1.3.........................................................................................................................................Tuju
an Penulisan ................................................................................................................. 1
2.1........................................................................................................................................
Definisi Majaz ............................................................................................................. 2
2.2........................................................................................................................................
Macam-Macam Majaz ............................................................................................... 4
2.2.1. Majaz Lugowi ................................................................................................... 4
2.2.1.1. Majaz Mursal ...................................................................................... 4
2.2.1.2. Majaz Isti’arah .................................................................................... 11
2.2.2. Majaz Aqli ......................................................................................................... 22
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Saat Nabi Muhammad diutus, bangsa Arab begitu menyukai sastra, mereka bersya’ir,
berpuisi, dan merangkai kata-kata dengan susunan yang indah, hingga melombakannya. Yang
menang, karya sastranya akan dipajang di dinding Ka’bah. Dengan keadaan yang seperti
itulah Al-Qur’an diturunkan.
Ulama mengatakan Al-Qur’an adalah kitab sastra terbesar. Sampai detik ini tidak ada
seorangpun yang mampu menandingi keindahan bahasa, susunan kata hingga kandungan
maknanya. Artikel ini akan mencoba mengenalkan salah satu aspek keindahan bahasa Al-
Qur’an, yaitu majaz dan macam-macamnya.
Dari pemaparan di atas, kita dapat merumuskan beberapa masalah yang menjadi inti
pokok pembahasan dalam makalah ini. Berikut rumusan tersebut:
1
BAB II
PEMBAHASAN
Majaz merupakan salah satu pokok bahasan Ilmu Bayan yang merupakan salah
satu dari tiga macam ilmu susastra Arab. Upaya memahami kandungan Al-Qur’an, tidak
dapat mengabaikan bahasan ini, karena dalam Al-Qur’an terdapat banyak kata dan
susunan kata yang dapat dinilai sebagai majaz.1
المجاز هو اللفظ المستعمل في غير ما وضع له لعالقة مع قرينة مانعة من إرادة المعنى
الحقيقي
Majaz adalah yang digunakan tidak pada tempatnya, karena ada keterkaitan serta
alasan yang mencegah dari makna hakiki.” Majaz adalah kata yang dipakai bukan pada
makna yang diwado’kannya (bukan makna aslinya) karena ada ‘alaqoh (hubungan) dan
disertai tanda-tanda yang mencegah penggunaan makna asli itu.3
Syarat untuk pemakaian majaz ada dua macam, yaitu:
1. Alaqoh ()عالقة
1
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Ciputat, Tanggerang: Lentera Hati, 2015), hal. 121.
2
Robit Hasymi Yasin, Skema dan Tabel Al-Jauhar Al-Maknun, (Cirebon: Yayasan Tunas Pertiwi Kebon
Jambu, 2020), hal. 117.
3
Ahmad Al Hasyimi, Jawahirul Balaghah, (Kairo: Maktabah al- Adab, 2011), hal. 236.
2
3
Yaitu menghubungkan antara makna hakiki dan makna majazi. Adapun hubungan
tersebut ada dua macam, yaitu:
a. Musyabbah
Yaitu hubungan keserupaan. Misalnya (أ ي: رأيت أسدا في السوق )عمر. Ada
hubungan kesamaan antara أسدا dan عمر, terdapat sifat yang yang serupa yaitu berani,
atau alaqoh ini dinamakan musyabbah.
b. Ghairu Musyabbah
Yaitu hubungan yang buka keserupaan, sebab dan musabbab, hali dan mahaliyah, dan
lainnya kan dijelaskan kemudian.
2. Qorinah ()قرينة
Yaitu petunjuk yang mencegah kita untuk memahami kalimat itu dipakai untuk
makna yang asli dengan kalimat lain. Apabila kalimat tersebut terdapat Qorinahnya, maka
kalimat tersebut adalah majaz atau makna yang tidak asli.
Qorinah dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu: لفظية (lafadz) & حالية
(keadaan).
Contoh:
a. لفظية (lafadz)
Kata أصابعdi atas secara makna yang sebenarnya adalah jari-jari. Kiranya mustahil
menyumbat telinganya dengan semua jari. Tetapi yang dimaksud أصابعdalam ayat tersebut
adalah sebagian dari jari-jari, bukan semuanya.
4
Abdul Azis Ali, al-Balaghoh al-Muyassaroh, (Daarul Ibn Hazm, 2011), hal. 64.
5
Majaz mursal adalah kata yang digunakan bukan untuk maknanya yang asli
karena adanya hubungan yang selain keserupaan serta ada qorinah yang
menghalangi pemahaman dengan makna yang asli.
Adapun menurut Emil Badi’ Ya’qub dalam bukunya al- Muayyin fi al balaghah
َالمجاز المرسل وهو اِ ْستِع َما ُل ْال َكلِ َم ِة في غير َم ْعنَاهَ’ا الَحقِيْقي لِ َعال قَ’ ٍة بَ ْينَهَ’’ا َوبَ ْين
مجازيْ َغي ِْر الُمشابَهَ ِة َم َع ُوجُوْ ِد قَر ْينَ ٍة تَ ْمنَ ُع ِإ َرا َد ِة ال َم ْعنَى الحقِ ْيقِي لِ ْل َكلِم ِة
ِ َالَم ْعنَى ال
Majaz mursal adalah penggunaan kata bukan untuk makna yang sebenarnya
karena adanya hubungan dengan makna majazi yang selain keserupaan serta
adanya qorinah yang menghalangi pemahaman makna kata yang sebenarnya.
Jadi, dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa majaz mursal yaitu
penggunaan kata yang bukan untuk makna sebenarnya karena adanya hubungan
antara makna hakiki dan makna majazi yang tidak serupa dan disertai adanya
qorinah yang tidak memperbolehkan memahami kata tersebut dengan makna
aslinya.
Macam-Macam Majaz Mursal
1. Sababiyah
ق اَ ْي ِد ْي ِه ْم
َ ْيَ ُد هللاِ فَو
Artinya:
Tangan Allah di atas tangan mereka
Ayat al-quran ini tidak di artikan dengan tangan layaknya tangan milik
manusia, akan tetapi arti yang lebih tepat adalah “kekuasaan allah di atas/
melebihi kekuasaan manusia”. Jadi, maksudnta adalah "tangan yang
menyebabkan terwujudnya suatu pemberian atau nikmat."
فالن ِع ْن ِدى
ٍ ْ َعظَ َم
ت ي ُد
“Sesungguhnya besar tangan si Fulan di sisiku.”
6
Pada ungkapan majaz tersebut yang disebut adalah kata” “ يد, sedangkan
yang dimaksud adalah “ ”النعمyakni nikmat yang disebabkan oleh tangan.
2. Musababiyah
ُهُ َو الَّ ِذي ي ُِري ُك ْم َآيَاتِ ِه َويُنَ ِّز ُل لَ ُك ْم ِم َن ال َّس َما ِء ِر ْزقًا َو َما يَتَ َذ َّك ُر ِإاَّل َم ْن يُنِيب
Artinya:
“Dia-lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan
menurunkan untukmu rezki dari langit. dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali
orang-orang yang kembali (kepada Allah).”
hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepada
keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh)
bersedekah….”
5
“Majas Mursal (Pengertian, Alaqah, dan Qarinahnya)” https://hahuwa.blogspot.com/2017/05/majaz-mursal-
pengertian-alaqah.html (diakses pada 10 Oktober 2021, pukul 22.43).
6
Wahyu Al azhariy, Balaghah: Ma’ani-Bayan-Badi, hal. 174.
7
Abi faith, Intisari Ilmu Balaghah, hal. 212-213.
8
Rumadani Sagala, Balaghah, hal. 74.
9
https://quran.kemenag.go.id/sura/71
8
Lafadz yang ditandai di atas yang artinya jari-jari tangan pada ayat itu
maksudnya نامل األ adalah ujung jari. Qarinahnya akrena seseorang tidak
mungkin memasukkan semua jari tangannya ke dalam telinganya, tetapi yang
dimasukkan adalah ujung jari.
Artinya:
10
https://quran.kemenag.go.id/sura/2
11
Rumadani Sagala, Balaghah, hal. 73.
12
Wahyu Al azhariy, Balaghah…, hal. 176.
9
Dan adapun orang-orang yang berwajah putih berseri, mereka berada dalam
rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya.13 (QS.Ali-Imran : 107)
suatu keadaan yang penuh rahmat, akan tetapi yang dimaksud adalah الجنة
karena syurga itu menggambarkan suatu keadaan yang penuh dengan rahmat.
6. Mahalliyah
Yang dimaksud adalah orang yang ada di tempat perkumpulan itu, karena
tempat berkumpul tidak mungkin bisa di ajak.16
ٰ ََو ْسـَٔ ِل ْالقَرْ يَةَ الَّتِ ْي ُكنَّا فِ ْيهَا َو ْال ِعي َْر الَّتِ ْٓي اَ ْقبَ ْلنَا فِ ْيهَ ۗا َواِنَّا ل
َص ِدقُوْ ن
Artinya:
Dan tanyalah (penduduk) negeri tempat kami berada, dan kafilah yang datang
bersama kami. Dan kami adalah orang yang benar.17
Disebutkan desa tapi yang dimaksud adalah penduduk desanya.18
7. I’tibar ma kana
13
https://quran.kemenag.go.id/sura/3/107
14
Rumadani Sagala, Balaghah, hal. 74.
15
https://quran.kemenag.go.id/sura/96
16
Rumadani Sagala, Balaghah, hal. 74.
17
https://quran.kemenag.go.id/sura/12/82
18
Wahyu Al azhariy, Balaghah…, hal. 176.
19
Kamus al-Ma’aany, https://www.almaany.com
10
telah terjadi, sedangkan yang dimaksudkan adalah yang akan terjadi atau yang
belum terjadi. Seperti firman Allah (QS.Al-Nisa (4) : 2).
ٓ
ۗ ’والِ ُك ْم َ ’ب ۖ َواَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم
َ ’’والَهُ ْم اِ ٰلى اَ ْم َ َو ٰاتُوا ْاليَ ٰتمٰ ٓى اَ ْم َوالَهُ ْم َواَل تَتَبَ َّدلُوا ْال َخبِي
ِ ِّْث بِالطَّي
اِنَّهٗ َكانَ حُوْ بًا َكبِ ْيرًا
Artinya:
“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah dewasa) harta mereka,
janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk, dan janganlah kamu
makan harta mereka bersama hartamu. Sungguh, (tindakan menukar dan
memakan) itu adalah dosa yang besar”.
Pada potongan ayat diatas terdapat kata اليتامىyang diartikan sebagai orang
yang sudah baligh (yang sudah dewasa) padahal kata tersebut bermakna anak
yatim (yang belum dewasa), karena selama masih kecil anak yatim itu tidak boleh
menguasai harta bendanya.20
8. I’tibar ma yakunu
ْ ِ ا-
Menurut bahas إعتبارberasal dari kata عتَبَر يَ ْعتَبِ ُر berarti
mempertimbangkan, menganggap, berpikir, dan memperhatikan21. ما يكون
bentuk fi’il mudhari’ yang berarti “apa yang akan terjadi”. Yaitu menyebutkan
sesuatu yang akan terjadi di masa akan datang padahal yang dimaksud adalah
keadaan sebelumnya. Seperti firman Allah (QS.Yusuf (12) : 36).
ص ُر خَ ْمرًا ۚ َوقَا َل ااْل ٰ َخ ُر اِنِّ ْٓي ِ َو َد َخ َل َم َعهُ السِّجْ نَ فَتَ ٰي ِن ۗقَا َل اَ َح ُدهُ َمٓا اِنِّ ْٓي اَ ٰرىنِ ْٓي اَ ْع
َك ِمنَ ْال ُمحْ ِسنِ ْين َ ق َرْأ ِس ْي ُخ ْب ًزا تَْأ ُك ُل الطَّ ْي ُر ِم ْنهُ ۗنَبِّْئنَا بِتَْأ ِو ْيلِ ٖه ۚاِنَّا ن َٰرى َ ْاَ ٰرىنِ ْٓي اَحْ ِم ُل فَو
Artinya:
“dan bersama dia masuk pula dua orang pemuda ke dalam penjara. Salah
satunya berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi memeras anggur,” dan yang
lainnya berkata, “Aku bermimpi, membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya
dimakan burung.” Berikanlah kepada kami takwilnya. Sesungguhnya kami
memandangmu termasuk orang yang berbuat baik”.
2.2.1.1. Majaz Isti’arah
Definisi Isti’arah
20
Hamzah Hamzah, M. Napis Djuaeni, Majaz (Konsep Dasar dan Klasifikasinya dalam Ilmu Balaghah);
Academia, hal. 56.
21
Kamus al-Ma’aany, https://www.almaany.com
11
22
Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah, (Beirut: Darul Fikri, 1988), hal. 258.
23
Robit Hasymi Yasin, Skema…, hal.119
12
Penjelasan:
* Lafadz Asadan adalah musta'ar
Artinya:
24
Mamat Zaenuddin dan Yayan Nur Bayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: Refika Aditama, 2007), hal.
34.
13
“Sesungguhnya aku melihat beberapa kepala yang telah masak dan telah
sampai waktu panennya dan saya adalah pemiliknya ”.
Dalam pidatonya, Al-Hajjaj menyerupakan kepala dengan buah-buahan.
Sebagai isyarat bagi musyabbah bih yang dibuang dan ditetapkan kata yang
ْ َأ ْينَ َع (masak).27
menunjukkan sifatnya yang khas, yaitu kataت
25
Robit Hasymi Yasin, Skema…, hal. 123.
26
Hidayat, al-Balaghah lil-Jami’, hal. 123.
27
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balaghah Al-Wadhihah, hal. 75-76.
14
Artinya:
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh,
aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat
semuanya sujud kepadaku.”(QS.Yusuf : 4)
Demikianlah dalam Isti’arah makniyyah atau personifikasi ayat-ayat di
atas, benda-benda tidak bernyawa atau suatu gagasan diberi sifat insani, pada
ayat-ayat di atas misalnya api makan kurban, sebelas bintang matahari dan
bulan bersujud. Semuanya membuat makna dibalik kalam menjadi hidup dan
sekaligus membangunkan imajinasi dan rasa keindahan.28
b. Berdasarkan bentuk lafadz-nya (musta’ar)
1. Isti’arah Ashliyyah
ِ ٰالظلُم
ت اِلَى النُّوْ ِر َ َِّك ٰتبٌ اَ ْنز َْل ٰنهُ اِلَ ْيكَ لِتُ ْخ ِر َج الن
ُّ َاس ِمن
Artinya:
(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau
mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang.
28
Hidayat, al-Balaghah…, hal. 123.
15
عضّنا ال ّدهر
“Zaman telah menggigit kami dengan taringnya.”
Arti “ ّ ”عضyang mempunyai makna asal ialah “menggigit”, sedang yang
dimaksudkan adalah “menyakiti”30
ِ ْصلِّبَنَّ ُك ْم فِ ْي ُج ُذو
..…ع النَّ ْخ ۖ ِل َ ُ َّواَل.…
Artinya:
….dan sungguh, akan aku salib kamu pada pangkal pohon kurma….
(QS.Thaha : 71)
Makna dari kata “ ”فىpada potongan ayat di atas adalah “di atas”. Kata “
”فىadalah huruf31
c. Berdasarkan ada tidaknya Mula’im (sesuatu yang berhubungan dengan) kedua
unsur pokoknya
1. Isti’arah Murasysyahah
Isti’arah murasysyahah adalah suatu ungkapan majaz yang diikuti oleh
kata-kata yang cocok untuk / mengarah kepada musta’ar minhu (musyabah
bih).32
“Saya melihat orang pemberani (laksana singa) yang memiliki rambut tebal.”
lafadz “لبد " لهyang artinya memiliki rambut tebal, hal itu sesuai dengan
musta’ar minhu singa.33 Seperti firman Allah (QS.Al-Baqarah : 16)
ٰۤ ُ
ْ ول ِٕىكَ الَّ ِذ ْينَ ا ْشت ََر ُوا الض َّٰللَةَ بِ ْاله ُٰد ۖى فَ َما َربِ َح
َت تِّ َجا َرتُهُ ْم َو َما َكانُوْ ا ُم ْهتَ ِد ْين ا
Artinya: Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka
perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat
petunjuk.
رأيت اسدًا
33
Sholehuddin Shofwan, Pengantar Memahami Nadzom Jauharul Maknun, (Jombang: Darul Hikmah, 2008),
hal. 28.
17
ب اَلِي ۙ ٍْم
ٍ فَبَ ِّشرْ هُ ْم بِ َع َذا
Artinya:
Maka sampaikanlah kepada mereka (ancaman) azab yang pedih, (QS.Al-
Insyiqaq : 24)
ِّ َ فَبdipinjamkan kepada فَاَن ِذرهُم
Lafadz شرْ هُم
2. Isti’arah Wifaqiyah
Majaz isti’arah yang kedua unsurnya tidak saling bertentangan, selaras,
dan saling menyerupai. Seperti pengisti’arahan penghidupan pada pemberian
hidayah;35 Seperti firman Allah (QS.Al-An’am : 122)
َظلِ ُموْ ۙن َ ََو ٰايَةٌ لَّهُ ُم الَّ ْي ُل ۖنَ ْسلَ ُخ ِم ْنهُ النَّه
ْ ار فَا ِ َذا هُ ْم ُّم
Artinya:
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami
tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam)
kegelapan,
19
Kedua tharf, yaitu musta’ar minh, yang berupa mengupas kulit kambing,
dan musta’ar lah, yang berupa menghilangkan terangnya siang dari gelapnya
malam, adalah sesuatu yang hissi, karena keduanya dapat dilihat oleh mata.
Sedang jamî’, yang berupa perubahan keduanya, yaitu tampaknya kulit
kambing setelah dikupas kulitnya dan tampaknya gelap setelah hilang terang
siang adalah sesuatu yang ‘aqli, karena hanya dapat diketahui berdasarkan
pemikiran.
3. Dua unsur pokok (tharf-nya) hissi dan letak persamaan dari dua unsurnya
(jami’-nya) mukhtalif, baik hissi maupun ‘aqli.
Artinya:
Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang
membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?”.
Kedua tharf pada ayat itu, musta’ar minh, yang berupa tidur, dan musta’ar
lah, yang berupa mati, adalah dua hal yang ‘aqli. Demikian juga, jamî’-nya:
tidak terdapatnya perbuatan pada masing-masing atau tidak bergerak,
merupakan sesuatu yang ‘aqli.
5. Letak persamaan dari dua unsurnya (Jamî’) dan musta’ar lah berupa
sesuatu yang ‘aqli dan musta’ar minh-nya berupa sesuatu yang hissi.
Seperti firman Allah, (QS.Al-Hijr : 94)
Artinya:
20
اريَ ۙ ِة ۤ
ِ اِنَّا لَ َّما طَغَا ْال َما ُء َح َم ْل ٰن ُك ْم فِى ْال َج
Artinya:
Sesungguhnya ketika air naik (sampai ke gunung), Kami membawa (nenek
moyang) kamu ke dalam kapal,
Musta’ar minh-nya, yaitu lafazh thagha “sombong” adalah sesuatu yang
‘aqli, sedang Musta’ar lah-nya, yaitu air adalah sesuatu yang hissi. Sementara
jamî’-nya, yaitu merasa tinggi yang melewati batas adalah sesuatu yang ‘aqli.
2.2.2. Majaz Aqli
Pengertian Majaz Aqli
Jika kiasan pada مجاز مرسل terletak pada kata-kata, maka kiasan pada
مج’’از عقلي terletak pada Isnad (hubungan) dengan kata lain majaz aqly
menghubungkan suatu perbuatan, tidak dengan pelaku sebenarnya, melainkan
dengan penyebab terjadinya perbuatan tersebut atau dengan tempatnya, waktunya
dan sebagainya.36
Di dalam buku ilmu balaghah antara al-bayan dan al-badi oleh H. Mardjoko
Idris, M.A. mengatakan bahwa:
36
Prof.Dr. D.Hidayat, al-Balaghotul Badi’ Was Syawahidu Min Kalamil Badi, (Jakarta: PT. Karya Toha Putra
2002), hlm. 134
21
المجاز العقلي هواسناد الفعل اومافى معناه إلى غير فاعله الحقيقي
Majaz aqli adalah penyandaran fi'il pada fail yang tidak sebenarnya37
المجاز العقلي هواسناد الفعل أوفى معناه إلى غير ما هو له لعالقة مع قرينة ما نعة
من ارادةاالسناد إلى الحقيقي38
Majaz aqly adalah menyandarkan fi'il pada sesuatu yang lain untuk suatu
hubungan pada hakikatnya.
Arti majāz ‘aqlī, ialah meng-isnād-kan fi‘il atau yang menyerupainya kepada
mulābas-nya yang bukan sebenarnya, yaitu fi‘il mabnī fā‘il. Seperti: ( ر
َ َص
َ )ن
bukan kepada mulābas yang seharusnya, ialah fā‘il, melainkan kepada maf‘ūl-
nya dan fi‘il mabnī maf‘ūl bukan kepada nā’ib-ul-fā‘il-nya, seperti: ( ٌبِس )ثَوْ بٌ اَل
asal artinya: pakaian yang memakainya. Padahal maksudnya: pakaian yang
37
H. Mardjoko Idris, Ilmu Balaghah antara al-Bayan dan al-Badi, (Yogyakarta: Penerbit teras 2007), hlm. 34
38
Aliyul Jazim dan Mustofa Amin, al-Balaghah al-Wadihah, (Kairo: Daarul Ma’arif 111 M), hlm. 117
22
Contohnya:
فَ َك ۡيفَ تَتَّقُ ۡونَ اِ ۡن َكفَ ۡرتُمۡ يَ ۡو ًما ي َّۡج َع ُل ۡال ِو ۡلدَانَ ِش ۡيبَا
Artinya:
" Lalu bagaimanakah kamu akan dapat menjaga dirimu jika kamu tetap kafir
kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban". (QS.Al-Muzzammil : 17)
Pada hakikatnya yang menjadikan beruban itu adalah Allah SWT tapi
disini disebutkan hari menjadikan anak-anak beruban ini merupakan qinayah
tentang hari kiamat saking takutnya sehingga anak saja bisa jadi beruban, hari
itu tidak bisa menjadikan anak-anak langsung menjadi tua karena hakikat
yang melakukan nya Allah SWT tetapi disini disebutkan hanya az-
zamaniyyah waktunya saja bukan kehakikatnya.
3. Al-Makaniyyah ()المكانية
ت تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِهَا اَأْل ْنهَا ُر خَالِ ِدينَ فِيهَا ِ َو َع َد هَّللا ُ ْال ُمْؤ ِمنِينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا
ٍ ت َجنَّا
)٧٢( ك هُ َو ْالفَوْ ُز ْال َع ِظي ُم
َ ِان ِمنَ هَّللا َأ ْكبَ ُر َذل ِ َو َم َسا ِكنَ طَيِّبَةً فِي َجنَّا
’ٌ ت َع ْد ٍن َو ِرضْ َو
Artinya:
“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan,
(akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal
mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga
'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan
yang besar.”
ات َع ْد ٍن تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِهَا اَأْل ْنهَا ُر خَ الِ ِدينَ ِفيهَا َأبَدًا
ُ ََّجزَاُؤ هُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ْم َجن
Artinya:
“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga adn yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya.” (QS.Al-Bayyinah : 8).
ٌ ّت لَهُمۡ َج ٰن
ت ت َۡج ِر ۡى ِم ۡن ت َۡحتِهَا ااۡل َ ۡن ٰه ُر ّ ٰ ؕ اِ َّن الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا َو َع ِملُوا ال
ِ صلِ ٰح
ُؕك ۡالفَ ۡو ُز ۡال َكبِ ۡير َ ِٰذل
Artinya:
"Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka
akan mendapat surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, itulah
kemenangan yang agung". (QS. Al-Buruj: 11)
Pada ayat ini disebutkan bahwa perbuatan (aktivitas) mengalir
disandarkan kepada sungai-sungai padahal sungai-sungai itu bukan pelaku
sebenarnya, tetapi yang mengalir itu adalah air-air yang bertempat di sungai-
sungai.
4. Al-Mashdariyyah ()المصدرية
َوفِي اللَّ ْيلَ ِة الظَّ ْل َما ِء يُ ْفتَقَ ُد البَ ْد ُر# َسيَ ْذ ُك ُرنِي قَوْ ِم ْي ِإ َذا َج َّد ِج ُّدهُ ْم
“Kaumku akan teringat kepadaku apabila mereka menghadapi kesulitan. Pada
malam yang gelap bulan purnama baru dirindukan (dicari-cari)”
Pada syair ini disebutkan bahwa aktivitas menghadapi kesusahan
َاشتَ َر ُوا الض َّٰللَةَ بِ ۡاله ُٰدى فَ َما َربِ َح ۡت تِّ َجا َرتُهُمۡ َو َما َكانُ ۡوا ُم ۡهتَ ِد ۡين َ ولٓ ِٕٮ
ۡ َك الَّ ِذ ۡين ٰ ُا
Artinya:
"Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka perdagangan
mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk".
Tidaklah beruntung perniagaan mereka. Yang merasakan untung dan rugi
itu adalah pelakunya bukan yang dilakukannya ini di sebutkan nya kan
perniagaan tidak beruntung atau rugi yang rugi itu bukan perniagaan tetapi
orang yang melakukan niaga/pedagang nya, dalam hal ini yang dimaksud
adalah orang-orang munafik jadi seharusnya maka tidaklah untung orang-
orang munafik itu yang melakukan perdagangan itu seharusnya tetapi disini
disebutkan nya hanya masdarnya saja padahal seharusnya yang disebutkan
adalah failnya.
5. Al-Fa’iliyyah ()الفاعلية
ِ َْمر
hakikatnya adalah maf'ulnya atau katanya menjadi ( ضي َّ ٍة )فِي ِعي َش ٍةdalam
kehidupan yang diridhai karena memang kehidupan tidak bisa berbuat yang
meridhai dan diridhai adalah orangnya.
6. Al-Maf’uliyyah ()المفعولية
َوِإ َذا قَ َرْأتَ ْالقُرْ آنَ َج َع ْلنَا بَ ْينَكَ َوبَ ْينَ الَّ ِذ ْينَ الَ يُْؤ ِمنُوْ نَ بِاآْل ِخ َر ِة ِح َجابًا َم ْستُوْ رًا
Artinya:
25
“Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya Kami adakan antara kamu
dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu
dinding yang tertutup.”
Karena (جابًا
َ ) ِحtersebut fungsinya menutupi bukan yang di tutupi ini
berbentuk maf'ul (ستُوْ رًا
ْ ) َمmakna hakikatnya () َساتِرًا
َ َي
Lafaz: (شا ُء ) َو ل ِك َّن هللاَ يَ ْف َع ُل َما, qarīnah lafazhiyyah.
2. Qarīnah ma‘nawiyyah : indikasi yang tersirat/tersembunyi
ُ ْال
(ج ْن َد = )هَ َز َم اَأْل ِم ْي ُرtelah menewaskan komandan itu kepada pasukan
musuh.
Qarīnah-nya: mustahil menurut adat, seorang diri komandan mampu
menewaskan musuh. Melainkan oleh pasukannya.
o Qarinah akal, seperti :
َ ِإلَ ْي
(ك ْ = ) َم َحبَّتُكَ َجا َءkecintaan padamu telah mendatangkan aku
ت بِ ْي
padamu.
Qarīnah-nya: mustahil mendatangi kekasih oleh kecintaan melainkan
oleh kakinya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Definisi majaz: majaz merupakan perpindahan makna dasar kepada makna lainnya,
atau pelebaran medan makna dari makna aslinya disebabkan indikator tertentu.
Macam-Macam Majaz
Majaz Lughowi (suatu kebolehan menggunakan suatu kata-sebagai bahasa-bukan
pada tempatnya)
o Majaz mursal (kata yang digunakan bukan untuk maknanya yang asli
karena adanya hubungan yang selain keserupaan serta ada qorinah
yang menghalangi pemahaman dengan makna yang asli): Sababiyah,
Musababiyah, Juziyyah, Kulliyah, Haaliyah, Mahalliyah, I’tibar ma
kaana, dan I’tibar maa yakuunu
o Majaz Isti’arah (adalah menggunakan lafaz tidak sesuai dengan
penggunaan asalnya karena adanya ‘alaqah musyabahah (hubungan
keserupaan) antara makna yang dinukil dengan makna yang digunakan
didalamnya, disertai adanya indikator yang menghalangi dari
penggunaan makna asalnya (pertama) tersebut), dilihat dari enam segi:
28
29
Akhdhori Imam, Jauharul Maknun, terjemahan: Abdul Qadir Hamid, Surabaya: Al- Hidayah.
Hidayat, Al-Balaghotul Badi' Was Syawahidu Min Kalamil Badi', Jakarta: PT. Karya Toha
putra. 2002.
Idris, H. Mardjoko, Ilmu balaghah antara Al-Bayan dan Al-Badi, Yogyakarta: Penerbit
Teras. 2007.
Yasin, Robit Hasymi. Skema dan Tabel Al-Jauhar Al-Maknun, Cirebon: Yayasan Tunas
Pertiwi Kebon Jambu, 2020.
Zaenuddin Mamat dan Yayan Nur Bayan. Pengantar Ilmu Balaghah. Bandung: Refika
Aditama. 2007.
https://hahuwa.blogspot.com/2017/05/majaz-mursal-pengertian-alaqah.html
30
30
http://sanstri.blogspot.com/2009/05/kaidah-fiqh-kedelapan_27.html
https://www.almaany.com
https://quran.kemenag.go.id/sura/71