MAKALAH
Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Bahasa Arab Syariah Pada Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama
(STISNU) Nusantara Tangerang
Dosen Pengampu :
Ibnu Hajar, S.S.I, M.Ag
Oleh:
Hamami Subki : 18.02.01.31
STISNU NUSANTARA
TANGERANG, 2019
Abstrack
Makalah ini menjelaskan tentang 1) Pengertian Laa nafi jinsi 2) amal laa
nafi jinsi 3) pengertian isim laa serupa dengan mudhaf 4) amal laa yang lebih dari
satu dalam satu kalimat 5) hukum isim yang di athafkan kepada isim laa 6) hukum
na’at isim laa 7) hukum khabar laa 8) hukum laa yang tidak beramal. La nafi jenis
termasuk bagian dari huruf-huruf nawasikh yg masuk pada mubtada’-khobar dan
merusak I’robnya, beramal seperti Inna (menashabkan isimnya dan merofa’kan
khobarnya). Baik diucapkan dengan satu kali ()مفرد. Secara khusus berfungsi
A. Latar belakang
Perlu kita ketahui bahwa dalam Al Qur’an yang digunakan adalah bahasa
arab. Dan setiap orang yang beragama wajibnya orang islam pasti perlu
mempelajari Al Qur’an yang berbasis arab. Dan tak ada yang mampu memungkiri
bahwa membaca Al Qur’an dan hadits-hadits itu perlu dengan tata cara
membacanya.
Oleh karena itu para ulama’ berhujjah tentang pengertian ilmu nahwu.
Karena bagi mereka mempelajari Al Qur’an dan hukum-hukumnya itu fardlu ‘ain.
Maka dari itu dalam kesempatan kali ini penulis akan menerangkan sedikit tentang
berbagai pembahasan ilmu nahwu yang diantaranya adalah tentang ال لنفى
B. Pembahasan
1. Pengertian Laa nafi jinsi
واماالالتي لنفي الجنس فهي التي تراد بها نفي جميع الجنس علئ سبيل التنقيص
Adapun laa nafi jinsi yang di maksud di sini adalah meniadakan semua
jenis, contoh:
= ال رجل في الدارtidak ada seorang laki-laki pun di dalam rumah.
Laa nafi jinsi itu bisa beramal seperti amal inna yaitu menashabkan mubtada’
menjadi isimnya dan merafa’kan khabar menjadi khabarnya dengan syarat: 1
a. Isim dan khabarnya terdiri dari isim nakirah
b. Isimnya sambung langsung dengannya
Apabila isim laa berupa kata yang mudhaf atau serupa dengan mudhaf, maka
hukum isim laa itu mu’rob dan di baca nashab. Contoh:
= ال صاحب علم ممقوتtidak seorang pun yang berilmu terkutuk
=ال طالعا جبال حاضراTidak ada seorang pendaki pun yang di gunung
1
Nadwi, M. Maftuhin Soleh. Terjemah Al-Fiyah Ibnu Malik, Surayabaya : Putra Jaya.
1986.
Pengertian serupa mudhaf ialah isim yang berhubungan dengan isim lain
yang meyempurnakan maknanya. Apabila isim laa mufrad, maka di mabnikan
menurut alamat nasabnya ketika mu’rob.
Pengertian mu’rob dalam bab ini sama dengan pengertian mufrad dalam
bab munada, yaitu kata yang tidak mudhaf atau tidak serupa dengan mudhaf,
meskipun berupa tatsniyah atau jamak.
Apabila isim laa berupa isim mufrad atau jamak taksir, maka haus di
mabnikan fathah. Contoh:
=ال رجل حاضرtidak ada seorang laki-lakipun yang datang
=ال رجال حاضرونtidak ada orang-orang laki-laki pun yang datang
Apabila isim laa berupa jamak tatsniyah atau jamak mudzakkar salim,
maka di mabnikan pada huruf ya. Contoh:
=ال رجلين في الدارtidak ada dua laki-lakipun yang datang
=ال قائمين في السوقtidak ada orang-orang laki-laki pun yang berdiri di pasar
Apabila isim laa berupa jamak mu’annats salim, maka di mabnikan kasrah. Contoh:
=ال مسلمات حاضراتtidak ada orang-orang perempuan islam yang datang.
2
Bahruddin, A. dan Wafi, Moh. Khazanah Andalus, Yogyakarta : Titian Ilahi Press.
2003.
Apabila antara sifat dan isim yang di sifati terdapat pemisah atau isim yang
menyifati itu ghairu mufrad, makai sim yang menyifati isim laa ini boleh di baca
rafa’ dan nashab. Contoh sifat dan yang di sifati terpisah:
a. ظريف
ٌ جالس
ٌ ال رجل
b. ً جالس ظريفا
ٌ ال رجل
Kata رجلdalam contoh di atas berkedudukan menjadi isim laa. Kata ً طالعا
جبال/ طال ُع جبلadalah sifat ghairu mufrad dari isim laa, sedangkan kata حاضرadalah
khabar laa.
Apabila khabar laa itu telah di ketahui, maka biasanya di buang. Contoh:
3
Bahruddin, A. dan Wafi, Moh. Khazanah Andalus, Yogyakarta : Titian Ilahi Press.
2003.
Kata فوتadalah isim laa. Khabarnya di buang, karena telah di ketahui,
kata رجل. Karena, itu laa tidak beramal. Adapun kata sesudahnya في الد ّارdi irobkan
C. Kesimpulan
Bahruddin, A. dan Wafi, Moh. Khazanah Andalus, Yogyakarta : Titian Ilahi Press.
2003.
Nadwi, M. Maftuhin Soleh. Terjemah Al-Fiyah Ibnu Malik, Surayabaya : Putra
Jaya. 1986.