Anda di halaman 1dari 5

Pertemuan 3

Dhomir Muttashil (Bagian 2) dan Fi’il

‫الحمد لله و الصالة و السالم على رسول الله‬

‫وعلى ٰاله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين‬

:‫أما بعد‬

Kita lanjutkan kembali pelajaran kita, ُ‫مُتُصُلُبالحرف‬, dhamir yang bersambung dengan

huruf. Nah, di sini hurufnya adalah huruf jar, min ُ‫ مْنه‬darinya laki-laki sama prinsipnya
dengan yang seperti kemarin bahwasanya ghaib itu orang ketiga, mukhathab itu orang

kedua, dan mutakallim orang yang berbicara. ُ‫ مُْنه‬darinya laki-laki 1 orang, ‫ مُنهُمُا‬darinya

mereka berdua laki-laki, ‫ مُنهُم‬dari mereka laki-laki, ‫ مُنهُا‬darinya perempuan, ‫ مُنهُمُا‬darinya

berdua perempuan, ُ‫ مُنهُن‬dari mereka perempuan, ُ‫ مُنك‬darimu laki-laki, ‫ مُنكُمُا‬dari kalian

berdua laki-laki, ‫ مُنكُم‬dari kalian laki-laki, ُ‫ مُنك‬dari kamu perempuan, ‫ مُنكُمُا‬dari kamu

berdua perempuan, ُ‫ مُنكن‬dari kalian perempuan, ‫ مُنُي‬dariku, ‫ مُنُا‬dari kami. Sehingga, kita
sudah belajar berbagai macam dhamir harapannya dhamir-dhamir ini kita bisa hafal. Apa
itu dhamir rafa’, dhamir nashab muttashil bil ismi atau muttashil bil harfi. Intinya, dhamir
munfashil itu dhamir yang bisa mengawali sesuatu, dhamir muttashil tidak bisa mengawali
sesuatu. Dhamir munfashil sendiri ada rafa’, ada nashab sebagai objek sedangkan dhamir
muttashil yang bersambung ada yang bersambung dengan isim. Statusnya ialah biasanya
kalau bersambung dengan isim adalah (sebagai) mudhaf ilaih. Hu nya di situ adalah mudhaf

ilaih. “‫”هم‬ ‫بُيتُهُم‬, ‫ هُم‬-nya di situ adalah ‫ مُضُافُُإُلُيه‬kalau dalam muttashil bil harfi. Kalau di
sini, adalah huruf jar berarti dia adalah statusnya jar-majrur. Kalau dhamir nashab sebagai
objek, rafa’ sebagai mubtada’ atau fa’il di bahasan llmu nahwu.

Selanjutnya, kita memasuki halaman ke empat. Ada tamrin ada tugas ُ ُ‫ف ُهُذُه‬
ْ ‫صر‬

‫ الكُلُمُات‬. Harapannya setiap tugas dalam buku ini kita kerjakan dengan sebaik-baiknya
karena buku ini sudah dirancang dengan sangat bagus sehingga butuh sering-sering latihan
apalagi di dalam bahasan ilmu sharaf harus sering latihan baik latihan menulis maupun
mengucapkan. Harapannya, setelah lulus mudah untuk mentashrif setiap isim-isim atau

kata yang ada. ‫ف ُهُذُهُ ُالكُلُمُات‬


ْ ‫صر‬, ubahlah kata-kata ini. Saya kasih contoh daftaruhu. Apa
tashrifnya?

‫ُدُفتُُرهُم‬-ُ‫ُدُفتُُرهُ مُا‬-ُُ‫دُفُْتُُره‬

ُ‫ُدُفتُُرهُن‬-ُ‫دُفتُُرهُاُ–ُدُفتُُرهُ مُا‬

‫ُدُفتُركُم‬-ُ‫دُفتُُركُُ–ُدُفتُركُمُا‬

ُ‫ُدُفتُركُن‬-ُ‫دُفتُُركُُ–ُدُفتُركُمُا‬

‫ُدُفتُُرنُا‬-ُ‫دُفتُُري‬
Begitu dan seterusnya ُ‫ ث ْوبه‬nanti ditashrif sendiri, ‫ مُرسُمُه‬ditashrif sendiri. Daftaruhu

buku tulisnya, tsaubun adalah baju, tsaubuhu bajunya. ُ‫ مرسم‬itu alat untuk menggambar,

nanti dikerjakan. Terus ُ‫كتاب‬, ُ‫ قلم‬itu pena.

Sekarang ‫عنه‬, ini adalah contoh muttashil bil harfi

‫عُنهُُ–ُعُنهُمُاُ–ُعُنهُم‬

ُ‫عُنهُاُ–ُعُنهُمُاُ–ُعُنهُن‬

‫عُنكُُ–ُعُنكُمُاُ–ُعُنكُم‬

ُ‫عُنكُُ–ُعُنكُمُاُ–ُعُنكُن‬

‫ُعُنُا‬-ُ‫عُنُي‬

Untuk yang bersambung dengan huruf jar, ُ‫ عُنه‬darinya dan seterusnya. Coba dikerjakan

lalu diucapkan agar lebih nempel dan mudah diingat-ingat, dihafalkan. Selanjutnya, adalah
bagian fi’il. Kita masuk ke bagian materi fiil setelah kita kemarin belajar tentang dhamir,

Sekarang tentang fi’il. Fi’il yang kita pelajari patut kita perhatikan. Fi’il dalam bahasa
Arab ada namanya fi’il. Itu gampangnya kata kerja. Walaupun ada definisi tertentu namun
kita cukupkan dengan fi’il itu adalah kata kerja yang dia berhubungan dengan waktunya.
Bedanya dengan isim itu, isim tidak berhubungan dengan waktu. Nah, fi’il atau kata kerja
sendiri itu terbagi menajdi 2 di sini, ada yang tsulatsi. Tsulatsi itu apa? adalah fi’il terdiri
dari 3 huruf saja. Kalau yang ruba’i itu adalah fi’il yang terdiri dari 4 huruf. Nah, di sini
(terdiri dari) huruf asli yang benar-benar dia belum ada tambahan sama sekali ada yang
hanya 3, ada yang 4 (juga).

Nah, fi’il itu ُ‫هُوُُُكُلُمُةُ ُدُلُتُعُلُىُمُعنى‬. Dia adalah kata yang menunjukkan atas makna,

ُ‫ت ُبُُزمُن‬
ُْ ُ‫ُواقتُُرن‬, yang berhubungan, masih berkaitan dengan waktu, contoh kataba telah

menulis pasti ada hubungannya dengan waktu. Nanti ada yang sedang menulis. ُ‫ فُتُح‬telah

membuka, ُ‫ذُهُب‬ telah pergi. Nah, selanjutnya yang 4 huruf itu ada namanya ُ‫دُ ْحُرج‬

contohnya, menggulingkan, ُ‫زلْزل‬ yang menggoncangkan, ُ‫سوس‬


ُ ‫ُو‬ itu adalah waswas,

membuat waswas. Nah, di dalam fi’il ini yang tadinya pokoknya ada 3, ada 4 (huruf asli).
Selanjutnya, itu di dalam fi’il yang 3 pun ada pembagiannya. Ada 2 (hal) patut diperhatikan
di sini, ada tsulatsi mujarrad apa itu tsulatsi mujarrad? Dia adalah fi’il yang dia itu huruf
aslinya 3. Mujarradun yang benar-benar murni, masih murni belum ada tambahan sama
sekali, masih murni, masih huruf asli. Ada juga tambahan, yaitu maziidun fiihi yaitu tsulatsi

yang mengandung tambahan huruf dari aslinya misalnya ُ‫خرج‬


ُ ُ‫ أ‬dari ُ‫ خُُرج‬keluar, akhraja

mengeluarkan. ُ‫ قُطُع‬itu memotong kalau ُ‫ اُنقُطُع‬ada tambahan (terpotong). Kalau akhraja


tambahannya hamzah di depan, kalau inqatha’a itu artinya terpotong, tambahannya adalah
alif (hamzah washal) dan nun, dilingkari bisa alif dan nun. Kalau akhraja itu hamzahnya

(dilingkari). ُ‫غُفُر‬ itu mengampuni, ُ‫اُستُ ُْغفُر‬ tambahannya adalah ada di depan, ada alif

(hamzah washal), ada sin, (dan) ada ta. Istaghfara artinya (meminta) ampunan. Ini
berbeda-beda artinya. Inilah uniknya bahasa Arab. Kharaja jadi akhraja artinya sudah
berbeda, qatha’a jadi inqatha’a sudah beda, ghafara dan istaghfara sudah beda. Makanya
kita istaghfara istighfar meminta ampun. Bukan artinya cuma ampun tapi ada kata-kata
meminta ampun. Nah ini gunanya mentashrif seperti kita sudah sebutkan sebelumnya. Nah,
istaghfara ini ada tambahan 3 huruf, inqatha’a ada tambahan 2 huruf, dan akhraja
tambahan 1 huruf sehingga ada tambahan 1, 2, dan 3 huruf. Selanjutnya, ruba’i ini ada yang
mujarrad yang murni seperti di atasnya. Zalzala (men)goncang(kan), dahraja

menggulingkan, waswasa itu (membuat) wasawas. Nah, kalau ditambah dengan ta jadi ُ‫لزل‬
ُ‫تُُز‬

berarti tergoncang, tadahraja itu terguling. Kalau dahraja menggulingkan, kalau ُ‫حرج‬
ُ ُ‫تُد‬

terguling. ُ‫سوس‬
ُ ‫ تُ ُو‬, waswasa itu membuat waswas atau waswas biasa kalau tawaswasa

terkena waswas. Nah, itulah pentingnya ilmu tashrif. Insya Allah akan kita lanjutkan pada
pertemuan yang selanjutnya.

‫وُصلىُاللهُعلىُنبيناُمحمدُوُعلىُاٰلهُوُصحبهُوُباركُوُسلم‬

‫وُالسالمُعليكمُوُرحمةُاللهُوُبركاته‬

Anda mungkin juga menyukai