Na’at dalam dibagi menjadi dua macam, yakni na’at haqiqi dan na’at sababi.
1. Na’at Haqiqi
Na’at haqiqi adalah kata yang menunjukkan makna sifat pada diri matbu’nya. Contoh na’at
haqiqi:
ص ْبرًا َج ِم ْياًل
َ ْفَاصْ بِر
a. Na’at mufrad
Yang dimaksud mufrad disini adalah hanya berupa satu kata saja. Na’at mufrad bisa berupa:
• Isim fa’il
Isim fa’il adalah isim yang menujukkan pelaku dari suatu perbuatan atau sesuatu yang
menyebabkan suatu peristiwa.
Wazan isim fa’il dari fi’il tsulasti mujarrad adalah ()فَا ِع ٌل.
Contoh:
Sedangkan wazan isim fa’il selain tsulatsi mujarrad adalah mengikuti wazan fi’il mudhari’ mabni
ma’lum dengan mengganti huruf mudhara’ahnya menjadi mim berharakat dhammah dan
dikasrahkan huruf kedua terakhir.
Contoh:
Sifat musyabbahah dengan isim fa’il adalah isim musytaq yang maknanya sama denga isim fa’il
dan hanya terbentuk dari fi’il tsulasti lazim.
ْ ع- َس ْل َمان:فَعْالن
َط َشان
- Wazan ()فعُل
ض ْخم
َ - َسهْل:فَعْل
ُش َجاع- فُ َرات:فُعال
َ َح- َجبَان:فَعال
صان
ص ُْلب- ح ُْلو:فُعْل
Tidak banyak isim musyabbahah yang berasal dari fi’il tsulatsi berwazan fa’ala. Shifat
musyabbahah yang termasuk fi’il ini diantaranya:
َ َطَيِّبٌ (ط
)اب
)َق ( َشاق
ٌ ِش ْي
ُ ا ْشت ََري
ْت ِكتَابًا َج ِد ْيدًا
َحتَّى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ْال َخ ْيطُ اأْل َ ْبيَضُ ِمنَ ْالخَ ي ِْط اأْل َس َْو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِر
Shighat mubalaghah adalah isim yang menunjukkan arti isim fa’il yang mengandung arti lebih
atau sangat.
ِس َّكيْر- ق
ٌ ص ِّد ْي:ٌ
ِ فِ ِّع ْيل
ُكبَّار:فُعَّال
Maka kata jika ( )عَالِ ٌمdiartikan orang yang pintar, maka kata ( ) َعالَّ ٌمdiartikan yang sangat pintar
atau orang yang banyak pengetahuannya.
Isim maf’ul adalah isim yang menunjukkan arti sesuatu yang dijatuhi atau dikenai suatu
pekerjaan atau perbuatan. Ada juga yang mendefinisikan, isim maf’ul adalah isim yang diambil
dari fi’il majhul untuk menunjukkan kepada sesuatu yang menimpa kepadanya perbuatan.
Wazan isim maf’ul dari fi’il tsulasi mujarrad adalah () َم ْفعُوْ ٌل. Contoh:
Sedangkan wazan isim maf’ul dari fi’il selain tsulatsi mujarrad adalah mengikuti wazan fi’il
mudhari’ mabni ma’lum dengan mengganti huruf mudhara’ahnya menjadi mim berharakat
dhammah dan difathahkan huruf kedua terakhir.
Contoh:
ُ أَ ْن ي ُْؤتَى
ًص ُحفًا ُمنَ َّش َرة
• Isim tafdhil
Isim tafdhil adalah isim yang dibentuk dari wazan ( )أَ ْف َع ُلyang berfungsi untuk menunjukkan
makna lebih dari yang lain.
ُ ْْال ُحقُو
ُق اإْل ِ ْن َسانِيَّة
Na’at haqiqi mufrad harus mengikuti man’utnya dalam hal i’rab (rafa’, nashab dan khafadh),
nau’ (mudzakkar dan muannats), ‘adad (mufrad, mutsanna dan jama’) dan ta’yin (nakirah dan
ma’rifah). Namun, apabila man’utnya berupa jama’ ghair aqil, maka na’atnya boleh mufrad
muannats atau jama’ muannats. Contoh:
Na’at yang berbentuk syibhul jumlah bisa berupa zharaf atau jar majrur. Para pembaca harus
teliti ketika membaca sifat dari syibhul jumlah karena takut tertukar dengan mubtada’ khabar.
Syibhul jumlah pada kedua contoh di atas merupakan sifat dari kata sebelumnya.
Apabila na’at berupa jumlah, maka man’utnya harus isim nakirah. Selain itu, dalam jumlahnya
harus ada dhamir yang kembali kepada man’utnya.
Na’at sababi adalah na’at yang menyifati isim yang ada kaitannya dengan matbu’nya. Dalam
na’at sababi, sifat yang ada tidak menunjukkan sifat pada matbu’nya melainkan kata setelah
na’atnya.
Na’at pada na’at sababi harus berupa isim mufrad dan mengikuti matbu’nya pada hal i’rab (rafa’,
nashab dan khafadh) dan ta’yinnya (nakirah dan ma’rifah) serta mengikuti kata setelahnya pada
hal nau’ (mudzakkar dan muannats).
Contoh di atas merupakan contoh na’at sababi. Kata yang berwarna merah itu merupakan sifat
bagi kata setelahnya, walaupun secara lafdziyyah ikut ke kata sebelumnya.