PENDAHULUAN
FASHOHAH DAN BALAGHOH
A. FASHOHAH
Fashohah menurut bahasa adalah : kalimat yang
menunjukkan arti jelas.
Dikatakan : "Seorang anak telah fasih dalam perkataannya"
jika memang ucapannya sudah jelas.
Fashohah dalam istilah, itu menjadi sifat pada kalimah,
kalam, dan mutakallim.
a. Fashohatul Kalimah .
adalah : Terhidarnya suatu kalimah dari Tanafur Huruf,
Mukholafatul Qiyas, dan Ghorobah.
- Tanafur huruf adalah: Suatu sifat pada kalimah yang
menyebabkan beratnya kalimah pada lidah dan sulit
mengucapkannya.
Contoh :
ُّ الظَش: tempat yang kasar.
اهلِ ْع ِخ ُّْع: tanaman hitam, untuk penggembalaan unta
ُِّ الن َق: air tawar yang jernih
اح
امل ْستَ ْس ِزُِّر: benang yang tepintal
ُ
Penjelasan :
Tanafur terbagi mejadi 2 yaitu :
1. Tanafur yang sangat berat terbatas. Contoh :
ُّ الظَش: tempat yang kasar.
2
اهلِ ْع ِخ ُّْع: tanaman hitam, untuk penggembalaan unta
Lafadz ُّاهلِ ْع ِخ ْعini dikatakan tanafur karena kesemuanya huruf
berasal dari satu makhroj yaitu huruf halaq.
Contoh lain :
امل ْستَ ْش ِزُِّر: benang yang tepintal
ُ
Lafadz ini dikatakan tanafur karena Huruf Syin (bersifat
Hams dan Rokhwah) menengahi antara huruf ta' (bersifat
Hams dan Syadidah) dan huruf za' (bersifat Jahr).
3
Contoh : lafadz بُوقdijama’kan menjadi ُّات ٌ َ بُوقseperti dalam
Syairnya Abu toyyib Ahmad bin Husain Al-Ju’fiy al-Kandy Al-
Kufy Al-Mutanabby yang sedang memuji pemimpin tentara
Daulat Ibnu hamdan Raja Aleppo Syiria :
اُّوطُبُ ْو ُُّل
َُّ َاتُّ َهل ِ ُُّّفَِفيُّالن-ُُُّّّسْي ًفاُّلِ َد ْولٍَة
ٌ ََّاسُّبُ ْوق َ َّاس ُ فإِ ْنُّيَ ُك ْنُّبَ ْع
ِ ضُُّّالن
ْ
"Jika sebagian manusia itu seperti tentara dalam
pemerintahan ( ibnu Hamdan Raja Aleppo; Syiria ), maka
dalam manusia akan terdapat terompet dan gendang untuk
pemerintahan itu".
Karena menurut Qiyas dalam jama’ qillahnya adalah اق ٌُّ أَبْ َو
Dan juga seperti lafadz ٌ َم ْوَد َدُّةdalam ucapannya :
ٍ ُُُّّّم ِايل ُِِّفُّص ُدوِرِهم ُِّمنُّموددُّة-ُّإِ َّنُّبنِ يُّلَلِئَاَمُّزه َده
َ َ ْ َ ْ ْ ْ ُ ْ َ َ ُ َ َ ٌ َّ َ
"Sesungguhnya Anak-anakku memang orang yang hina
yang tidak perhatian, tiada dihatinya ada rasa cinta padaku
"
4
Keterangan :
Ghorobah terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Kata yang bisa diketahui maknanya dengan seringnya
meneliti pada kitab bahasa Ajam karena tidak biasa
digunakan pada bahasa murni arab. Contoh:
َُّ تَ َكأْ َكأbermakna seperti lafadz إجتمعyaitu berkumpul.
إفْ َرنْ َق َُّعbermakna seperti lafadz إنصرفyaitu bubar.
إلْطَ َخ َُّّمbermakna seperti lafadz ُّإشتد
َّ yaitu berat dan besar
b. Kata yang tidak diketahui maknanya pada kitab bahasa
karena tidak digunakan bagi orang Arab, dan tidak
berlakunya bahasa pembanding maka membutuhkan usaha
keras untuk mengartikannya yang menyebabkan sulitnya
memahami dan masih ada kesamaran.
Contoh :
ُّ ُم َسّرجbermakna pedang suraij daerah Qin dan ada yang
mengatakan bermakna : Lampu.
B. Fashohatul Kalam.
adalah : Terhidarnya beberapa kalimah dari tanafur
pada kumpulan kalimah (kalam), Dho'fu Ta'lif, Ta'kid, serta
fashohahnya beberapa kalimah itu.
5
1. Tanafur pada Kalam adalah : Suatu sifat dalam Kalam
yang menyebabkan beratnya kalam pada lisan dan sulit
mengucapkannya.
Contoh dalam ucapan Penyair :
ُع َ ُُّع ْر ِشُّالش َّْرِع ُِّمثل
ُّكُّيَ ْشَر َ ِ ِْف َُّرفْ ِع
“pada keluhuran Arasynya Syara’, Orang sepertimu bisa
mengambil”
Contoh lain:
ٍ بُّقََِْب ٍ ب ُِِّبَ َك
ٍ انُّقَ ْف ٍ ُُّّوقََْبُّحر
ُُّح ْربُّقََُّْب
َ َ سُّقُ ْر
َ ي
َْلوَ ُُّّ - ُّ ر َْ ُ َ
" kuburan musuh harus ditempat yang sunyi, dan tiada
kuburan lain dekat kuburan itu"
Penjelasan :
Tanafur ini juga terbagi mejadi 2 yaitu :
1. Tanafur Syadid / A'la; yang sangat berat pengucapannya
Contoh dalam ucapan Penyair :
ُع َ ُُّع ْر ِشُّالش َّْرِع ُِّمثل
ُّكُّيَ ْشَر َ ِ ِْف َُّرفْ ِع
6
Pada kalam tersebut dikatakan tidak fasih, karena sulit
mengucapkannya disebabkan adanya pengulangan 3 huruf
yaitu ro', a'in, dan syin".
Contoh lain:
ٍ بُّقََِْب
ُُّح ْربُّقََُّْب َ سُّقُ ْر ٍ ٍ ِ ٍ َ ُُُّّ َوقََْب
َ َ ُُّّ َولَْي-ُُّّح ْربُِّبَ َكانُّقَ ْفر
Pada syair tersebut dikatakan tidak fasih, karena sulit
mengucapkannya disebabkan adanya beberapa huruf yang
sama serta diulang-ulang.
Penjelasan :
7
Kecacatan pada syair tersebut itu dari sisi Dhomirnya lafadz
ُ بَنُ ْوهyang kembali pada lafadz ُّ ُّأَََبُّالغِْيالَ ِنyang merupakan lafadz
yang diakhirkan secara Lafadz dan tingkatan.
Penjelasan :
Pada syair tersebut, dikatakan Ta'kid lafdhy karena :
1. Memisah antara fi'il dan lafad yang berta'alluq padanya
(muta'alliq) ُّ)ُّتُِّبِِم ْ (ج َف َخ
ِ
َ dengan lafadz lain yaitu : ُُّي َف ُخ ْو َنُِّبَُّا
َْ ََو ُه ْمُّال
.
2. Mengakhirkan lafadz ُّ دالَئِ ُلdari
َ lafadz yang berta'alluq
padanya :
ِ علَىُّاحلَس.
بُّاألَ َغُِّّر َ
َ
8
3. Memisah antara Na'at dan man'utnya : ُّدالَئِ ُُّل ِ
َ شيَ ٌمdengan
lafadz :
ِ ُّ َعلَىُّاحلَس
بُّاألَ َغُِّّر َ
9
diartikan : tidak adanya air mata secara muthlaq, lalu
diartikan : tidak adanya kesusahan, lalu baru diartikan
dengan : kebahagiaan. Oleh sebab itu dikatakan sebagai
Ta’kid.
C. Fashohatul Mutakallim.
Adalah: Suatu sifat yang melekat pada seseorang (bakat)
yang bisa menyampaikan suatu maksud dengan perkataan
yang fashih pada semua tujuan yang ada (seperti memuji
atau menghina).
B. BALAGHOH
Balaghoh menurut bahasa : Sampai , Tuntas.
Menurut Istilah itu menjadi sifat pada kalam dan
Mutakallim.
Balaghotul Kalam
adalah : Kesesuaian suatu kalam pada Muqtadhol Hal
(tuntutan keadaan) serta fashohahnya kalam itu.
Hal disebut juga Maqom adalah : Perkara yang mendorong
Mutakkalim untuk mendatangkan perkataan pada bentuk
tertentu.
Al-Muqtadho disebut juga I'tibar Munasib adalah : suatu
bentuk tertentu yang didatangkan suatu ibarat untuk
menyampaikannya.
Seperti :
10
Pujian adalah Suatu keadaan yang mendorong untuk
mendatangkan ibarat dengan bentuk Ithnab
(memanjangkan kalimat).
Cerdasnya Mukhotob adalah suatu keadaan yang
mendorong untuk mendatangkan ibarat dengan bentuk Ijaz
(menyingkat kalimat).
Pujian dan Cerdasnya Mukhotob disebut Hal, sedangkan
Ithnab dan Ijaz disebut Muqtadho.
sedangkan mendatangkan kalam dalam bentuk Ithnab dan
Ijaz dinamakan menyesuaikan pada Al-Muqtadho
(tuntutan).
11
Dzauq yang salim dan memperbanyak mempelajari kalam
Arab.
ILMU MA'ANI
BAB I
12
KHOBAR DAN INSYA'
13
Pada Jumlah ُّ ُّم ِقْي ٌم ِ itu jika nisbat kalam yang dipahami
ُ عل ٌّي,
َ
(tetapnya Sifat Muqim bagi Ali) dari jumlah itu sesuai
dengan kenyataannya maka dikatakan Khobar yang Benar,
jika tidak benar maka dikatakan Khobar yang dusta.
Kalam Khobar
Khobar itu adakalanya berupa Jumlah Fi'liyyah dan
adakalanya berupa Jumlah Ismiyyah.
Jumlah Fi'liyyah adalah : Jumlah yang difungsikan untuk
memberikan faidah suatu kejadian pada zaman tertentu
serta ringkas (tidak butuk Qorinah seperti : Sekarang,
Kemarin, atau besok).
dan terkadang berfaidah Istimror tajaddudy (Berlansung
terus menerus secara bertahap) disebabkan adanya indikasi
(qorinah) dengan syarat jika berupa Fi'il Mudhori' seperti
ucapan Thorif bin Tamim Al-Anbary yang menyifati dirinya
sendiri dengan seorang pemberani.
ُّع ِريْ َف ُه ْمُّيَتَ َو َّس ُُّم
َ يلََّ ِظُّقَبِْي لَةٌُُُُّّّّبَ َعثُ ْواُّإ ْ أ ََوُكلَّ َماُّ َوَرَد
ُ تُّعُ َكا
"Apakah (orang Arab telah mendatangi pasar Ukadz),
bilamana suatu Qobilah dari mereka sampai dipasar Ukadz,
Maka mereka mengirimkan pemimpin mereka padaku untuk
14
meneliti satu persatu (apakah aku ikut bersama mereka atau
tidak?) ".
15
Macam-macam Khobar.
Sekiranya tujuan Mukhbir (orang yang menyampaikan
berita) itu memberi faidah pada Mukhotob, maka sebaiknya
kalam itu diringkas menurut kadar kebutuhan karena
dikhawatirkan adanya Al-Laghwu (Ucapan yang sia-sia).
Jika Mukhotob merupakan Kholi Dzihny (orang yang hatinya
sepi dari membenarkan atau mendustakan khobar/ belum
tahu sama sekali tentang khobar) dari hukum, maka khobar
disampaikan tanpa menggunakan taukid (kata
penguat).contoh :
َُّخ ْو َكُّقَ ِاد ٌم
ُ = أSaudaramu (lk) datang.
16
Dengan menisbatkan pada sepinya khobar dari taukid dan
adanya taukid pada khobar, maka Khobar terbagi menjadi
tiga macam seperti yang telah kamu ketahui.
Bentuk yang pertama (sepinya khobar dari taukid) disebut :
Ibtida'i.
Bentuk ke 2 (mendatangkan khobar dengan satu taukid)
disebut : Tholaby.
Bentuk ke 3 (kewajiban mendatangkan khobar dengan satu
taukid atau lebih) disebut : Inkary.
17
c. َّ
Lafadz ُّإَّنَاcontoh : َّإَّنَاُّخاَلِ ٌدُّقَائٌُِّم
d. Dhomir Fashol Contoh : ُّه َوُّال َقائُُِّم ُ َزيْ ٌد
Kalam Insya'
Kalam Insya' itu adakalanya Tholaby atau Ghoiru Tholaby.
Insya' tholaby adalah : Kalam yang menuntut pada sesuatu
yang dituju yang belum didapatkan saat penuntutan.
Insya' Ghoiru Tholaby adalah : Kalam yang tidak menuntut
pada sesuatu yang dituju yang belum didapatkan saat
penuntutan.
Insya' Tholaby, terdapat 5 macam : Amar(perintah), Nahy
(larangan), Istifham (bertanya), Tamanni (berharap), Nida'
(kata seru).
Amar (Perintah).
yaitu : Menuntut suatu pekerjaan dengan ucapan tertentu
secara Isti'la' (merasa tinggi derajatnya).
amar memiliki 4 macam Shigot (bentuk kalimat) yaitu :
a. Fi'il Amar, Contoh =
ُّ ٍاب ُّبُِق َّوة ِ ِ
َ َ=خذ ُّالكت
ُ Ambilah Kitab itu (Taurot) dengan sungguh-
sungguh. (Surat Maryam : 12)
b. Fi'il Mudhori yang bersamaan dengan Lam amar, Contoh
:
ُلِيُ ْن ِف ْقُّذ
Hendaklah orang yang mampu itu menafkahkan menurut
kemampuannya . (Surat Ath-Tholaq : 7)
c. Isim Fi'il Amar, Contoh :
18
ُُّّعلَىُّال َفالَ ْح َ =ح َّي
َ marilah menuju kebahagiaan.
d. Isim Masdar yang menjadi pengganti dari Fi'il Amar,
contoh :
اُِّفُّاخلَُِّْْي
ُّْ ِ ً = َس ْعيSungguh berusahalah dalam melakukan kebaikan
19
ُّئتم ِ = إِ ْعملُواKerjakanlah sesuka hati kalian ! (Maka kalian
ْ ُّما ُّش
َ َْ
akan melihat balasannya dihadapan kalian ) . (Surat Fushilat
: 40)
Nahi (Larangan)
Adalah : tuntutan meninggalkan suatu pekerjaan secara
Isti'la' (merasa tinggi derajatnya).
Nahi memiliki 1 macam Shigot (bentuk kalimat) yaitu : Fi'il
Mudhori' yang bersamaan dengan La nahi.
20
Seperti Firman Allah :
.ُّإصالَ ِح َها ِ ُّاألر
ْ ضُّبَ ْع َد ْ اُِّف
ِ
ْ ِ َوالَُّتُ ْفس ُد ْو
“Janganlah kalian berbuat kerusakan di bumi setelah
memperbaikinya” (Surat Al-A’rof : 56)
21
ُّ = الَُّتُ ِط ْعُّأ َْم ِر ْيJangan kau patuhi perintahku !, (Maka akan kau
rasakan akibatnya).
Istifham (Bertanya)
Adalah : Menuntut suatu informasi atau pengetahuan atas
terjadinya sesuatu dengan alat tertentu.
Alat untuk bertanya :
ُّّ ُّ َك ْم،ُّأَىن،ُُّّأَيْ َن،ف
ُّأي، َ ُّ َكْي،ُُّّأ َََّي َن،ُّمَت،ُّ
َ ُّم ْن،ا
َ ُّم،
َ ُّه ْل،اهلمزة
َ
Hamzah ()أ
Hamzah berfungsi untuk menuntut Tashowwur atau
Tasdhiq.
Tashowwur adalah : mengetahui mufrod (sesuatu selain
terjadinya penisbatan atau tidak)
Seperti Ucapanmu :
ُّخالِ ٌُّد ِ = أَعلِيApakah Ali itu Orang yang pergi ataukah
َ ُّم َسافٌر ُّأ َْم
ُ ٌّ َ
Kholid ?.
dengan berkeyakinan bahwa bepergian itu dilakukan oleh
salah satu dari keduanya, tetapi engkau menuntut
kejelasannya, maka dari itu dijawab dengan menentukan
salah satunya, semisal dijawab : “Ali”.
Tasdhiq yaitu mengetahui bahwa penisbatan antara dua
perkara itu terjadi sesuai dengan fakta atau tidak.
Contoh :
ُُّّعلِ ٌّي
َ َسافَ َر
َ = أApakah Ali telah pergi?.
engkau bertanya tentang terjadinya pekerjaan"bepergian"
atau tidak ? maka dijawab dengan : ya atau tidak.
22
Sesuatu yang ditanyakan dalam Tashowwur itu Lafadz yang
bersanding dengan hamzah dan adanya kata pembanding
yang disebutkan setelah Am. Kata Am disini disebut : Am
Muttasil. maka kamu akan mengucapkan ketika bertanya
tentang Musnad ilaih : "
ُّفُّ؟ ُ ُّه َذاُّأ َْمُّيُ ْو ُس
َت َ ْتُّفَ َعل َ ْأَأَن
= Apakah kamu telah mengerjakan ini ataukah Yusuf?.
dan bertanya tentang Musnad :
ُّبُّفِْي ِه ِ
ٌ ُّاألم ِرُّأ َْم َُّراغ
ْ ُّع ِن َ ت َ ْبُّأَُّن
ِ
ٌ أَ َُّراغ
= Apakah Kamu membenci perkara ini ataukah kamu
menyukainya?.
dan bertanya tentang Maf'ul bih :
ُّخالِ ًداُّ؟ ِ
َ يُّتَ ْقص ُدُّأ َْم ِ
َ أَُّإ ََّي
= Apakah aku yang engkau tuju ataukah kholid ?.
dan bertanya tentang Hal :
اُّ؟
ُّ ًاشي ِ اُّجئتُّأَمُّم ِ أَُّراكِب
َ ْ َ ً َ
=Apakah dengan berkendaraan engkau datang ataukah
dengan berjalan kaki?.
dan bertanya tentang Dhorof :
ُّ تُّأ َْمُّيَ ْوَمُّاجلُ ْم َع ِة
ُّ؟ ِ ِ أَُّي ومُّاخل ِمي
َ سُّقَد ْم ْ َ َ َْ
=Apakah pada hari kamis engkau datang ataukah pada hari
jum'at?.
dan begitu seterusnya.
23
ُّتُّ َك َذاُّ؟
َ ْتُّفَ َعل َ ْ = أَُّأَنApakah Kamu telah melakukan ini?.
ُُّّاألم ِرُّ؟ ِ
ْ ُّع ِن َ ت َ ْبُّأَنٌ = أَ َُّراغApakah Kamu benci perkara ini?.
ُّ؟
ُّ ص ُدِ أَُّإِ ََّييُّتَ ْق = Apakah aku yang engkau tuju?.
َ
ُّ؟
ُّ ئت ِ ِ
َ أَ َُّراكبًاُّج = Apakah dengan berkendaraan kau datang?.
تُّ؟ ِ ِ =أَُّي ومُّاخل ِميApakah pada hari kamis engkau datang?.
َ سُّقَد ْم ْ َ َ َْ
َُّه ْل
berfungsi untuk menuntut Tasdhiq saja.
Contoh :
كُّ؟ ِ هلُّجاء
َ ُّصديْ ُق
َ َ َ َْ = Apakah temanmu telah datang?.
jawabnya adalah ya atau tidak.
maka dari itu tidak perlu menyebutkan Lafadz pembanding.
maka tidak boleh diucapkan :
ُُّّ؟
ُّ ُّع ُُّدو َك ِ = هلُّجاءApakah temanmu telah datang
َ كُّأ َْم
َ ُّصديْ ُق
َ َ َ َْ
ataukah musuhmu?.
ُّ ه ْلitu
َ disebut Bashithoh, jika yang ditanyakan mengenai
wujudnya sesuatu pada dzatnya. contoh :
ُُّّ؟
ُّ ٌُّم ْو ُج ْوَدة
َ ُُّالعنْ َقاء
َ َه ْل = Apakah burung Anqo' itu ada?.
24
dan disebut Murokkabah, jika yang ditanyakan mengenai
wujudnya sesuatu pada sesuatu yang lain. Contoh :
ُّ ِخ ُّ؟
ُ ُّالعْن َقاءُ َُّوتُ ْفر
َ ض ُ =ه ْل ُّتَبِْي
َ Apakah burung Anqo'itu bertelur dan
menetas ?
َما
berfungsi untuk menuntut penjelasan suatu nama.
Contoh :
ُُّّ؟
ُّ اُّالع ْس َج ُد
َ =م َ Apa ‘asjad itu?. (Maka dijawab : itu adalah emas)
ُُّّ؟
ُّ ْي ُ ْ = َماُّالل َجApa Lujain itu?. (Maka dijawab : itu adalah perak)
atau berfungsi untuk menanyakan tentang hakikat suatu
nama benda. Contoh :
ُُّّ؟
ُّ = َماُّاإلنْ َسا ُنApa hakikat Manusia itu? (dengan menanyakan
hakikat perorangan pada manusia, maka dijawab : bahwa
perorangan manusia tidak bisa bertambah pada hakikatnya
kecuali adanya hal-hal yang baru) .
25
ُُّّ؟
ُّ صَر ِ
ْ = َُّم ْنُّفَتَ َحُّمSiapa Orang yang menahklukan Mesir?
(maka dijawab : Amr bin Ash pada zaman pemerintahan
Kholifah Umar bin Khotob).
َم َت
berfungsi untuk menuntut kejelasan tentang waktu yang
telah lewat atau yang akan datang (atau yang terjadi
sekarang).
Contoh :
ُّئت ِ
َ = َمَتُّجKapan Engkau datang ? (maka dijawab : Waktu
sahur)
بُّ؟ُ ذه
َ َََ َمَتُّت = Kapan kamu akan pergi?(maka dijawab :
sekarang atau besok).
ف
َ َكي
berfungsi untuk menuntut kejelasan tentang suatu keadaan.
Contoh :
ُُّّ؟
ُّ ت َ ْفُّأَن
َ َكْي = Bagaimana keadaanmu?.
26
أَي َن
berfungsi untuk menuntut kejelasan tentang suatu tempat.
Contoh :
ُُّّ؟
ُّ ب ُ أَيْ َنُّتَ ْذ َه = ke mana engkau akan pergi?.
أَن
berfungsi seperti Kaifa contoh :
ُّ َُّم ْوِِت
ُّاُّ؟ َ أىنُُّي ِيُّهذهُّهللاُُّبَ ْع َد
ُْ = Bagaimana Allah menghidupakan
negeri ini setelah matinya (Ahli Qoryah) ?. (Surat Al-
Baqoroh : 259).
َكم
berfungsi untuk menuntut kejelasan tentang suatu hitungan
yang samar.
Contoh :
ُُّّ؟
ُّ ثتمْ ِ = َك ُّْمُّلَبBerapa lama kalian berdiam diri?. (Surat Al-kahfi
:19)
27
أَي
berfungsi untuk menuntut perbedaan salah satu dari dua
perkara yang berkumpul dalam satu perkara yang mencakup
keduanya.
Contoh :
ُّاُّ؟
ُّ ُّم َق ًام
َ ٌُّخ ْْي
َ ْيِ ْ = أَيُّال َف ِريْ َقManakah Dua kelompok (Kafir dan
Mu’min) yang lebih baik tempat tinggalnya ?. (Surat
Maryam : 73)
28
Apakah pada selain Allah kalian menyembah ? (Surat Al-
An’am :40)
ٍ
ُّ؟ َ سُّهللاُُّبِ َكاف
ُّ ُُّعْب َده َ ُّأَلَْي
Bukankah Allah itu mencukupi Hamba-Nya ? (Surat Az-
Zumar :36)
29
Tamanni (Berharap)
Adalah : Menuntut sesuatu yang disukai yang tidak bisa
diharapkan terwujudnya karena merupakan hal yang
mustahil atau sulit terjadinya.
Contoh ucapan Penyair :
ب ُِّ ابُّيَعُ ْوُدُّيَ ْوًماُُُُّّّّفَاُ ْخَِبُهُ ُِِّبَاُّفَ َع َلُّامل
ُُّ شْي َ تُّالشَّب
َ َ أَالَُّلَْي
َ
Ingatlah, seandainya pada suatu hari masa muda itu
kembali, maka akan aku ceritakan padanya atas sesuatu
yang telah dilakukan oleh masa tua.
Dan seperti ucapan orang miskin :
ِ لَيت ُِّيلُّأَلْف
ُّديْنَا ٍُّر َ ْ َْ
Seandainya aku mempunyai uang seribu dinar !
30
Sedangkan yang tiga adalah Kata tidak Ashli yaitu :
2. َه ُّْل, Contoh :
31
Adalah : Menuntut menghadapnya mukhotob, dengan
menggunakan huruf yang mengganti kedudukan arti “aku
memanggil”
Adat yang digunakan ada 8 yaitu :
ُّوا،
َ ُّأَي،ُّ
َ ُّآي،ُّآ،
ْ ُّأي،اهلمزة
ْ
Hamzah ( )أdan ُّ أيuntuk
ْ panggilan jarak dekat, sedangkan
yang lainnya untuk panggilan jarak jauh. Dan terkadang
Panggilan jarak jauh diposisikan untuk panggilan jarak dekat,
maka memanggil dengan Hamzah ( )أdan ُّ أيuntuk ْ
mengisarohkan bahwa karena sangat menginginkan
kehadiran mukhotob dihati Mutakallim, maka seolah-olah
mukhotob seperti orang yang hadir bersamanya, seperti
ucapan Penyair
ُُُّّّس َّكا ُن ِ َس َّكا َنُّنَ ْعما َنُّاألَر ِاكُّتَيَ قَّنُ ْو
ِْ اُُُُُِّّّّّبَنَّ ُك ْم
ُ ُِّف َُّربْ ٍعُّقَلِْ ِْب ُأ
َ َ
Wahai Penduduk Na’man Arok (Lembah antara makkah dan
Thoif), percayalah kalian bahwa kalian itu berada pada
tempat hatiku.
BAB II
32
DZIKR (PENYEBUTAN KATA) DAN HADZFU (PEMBUANGAN
KATA)
Penjelasan :
Pada ayat diatas disebutkan Isim Isyaroh yang kedua karena
adanya tujuan tersebut dengan memberi faidah tentang
keistimewaan mereka sebagai masing-masing dari
keberuntungan diakhirot, dan mendapat petunjuk didunia,
33
Seandainya tidak disebutkan maka akan menimbulkan
persepsi bahwa keistimewaan mereka itu secara kompleks.
34
membuang Musnad Ilaih yaitu : ُّ (أ َََنsaya), karena merasa
susah.
35
Dan dikategorikan sebagai pembuangan, dengan
menyandarkan fi'il pada na'ibul fa'il,
maka dikatakan : Fa'il dibuang dengan alasan karena takut
pada Fa'il (pelaku) Contoh :
ُّ = قُتِ َلُّقَتِْي ٌلKorban itu telah dibunuh.
atau ada kekhawatiran buruk pada Fa'il (pelaku) nya, Contoh
:
ِ ِ
ُ = ُشت َمُّاألم ُّْْيPemimpin itu telah dihina.
atau karena sudah mengetahui Fa'il (pelaku) nya Contoh :
ُّضعِْي ًفا ِ
َ َو ُخل َقُّاإلنْ َسا ُن = Manusia itu dicipatakan dalam keadaan
lemah.
atau karena belum mengetahui Fa'il (pelaku) nya, Contoh :
ُّ َ = ُس ِر َقُّاملتharta itu telah dicuri.
ُاع َ
Atau untuk menjaga sajak contoh :
ِ ْ ُّْح َد ُِ تُّسُِّري رتُه
ُتُّس ْ َْيتُُّه ُ َ ْ َ ْ َمنُّطَاب
ْ = barang siapa yang baik hatinya,
maka akan dipuji perilakunya.
Atau menghormati pelaku, jika pekerjaannya itu hina,
contoh :
= تَ َكلَّ َم ُِِّبَاُّالَُّيَلِْي ُُّقIa telah berbicara dengan kata yang tidak
pantas.
Atau menghina pelaku dengan menjaga lisan dari
menyebutkannya, contoh :
قَ ْدُّقِْي َل َُّماُّقِْي َُّل = Telah diucapkan sesuatu yang telah
diucapkan.
36
BAB III
TAQDIM (MENDAHULUKAN LAFADZ) DAN
TA'KHIR (MENGAKHIRKAN LAFADZ)
37
“Suatu makhluk yang menjadikan Manusia itu bingung
(berbeda pendapat apakah ia dibangkitkan pada hari kiamat
atau tidak?) itu termasuk hewan yang diciptakan dari
sperma”
38
itu terjadi dengan mendahulukan Adat Umum (lafadz yang
menunjukkan makna Umum) dari pada Adat Nafi (lafadz
yang menunjukkan peniadaan).
Seperti Sabda Nabi SAW ketika menjawab pertanyaan Dzul
Yadain " apakah Anda mengqoshor Sholat ataukah Anda
lupa, Hai Rosulullah" lalu Beliau SaW menjawab :
ُُُّّكلُّذلكُّ ََلُّْيَ ُك ْن
Semuanya itu (Lupa dan Qoshor) itu tidak ada.
Artinya : Secara keseluruhan baik qoshor maupun Lupa
(secara bersamaan) itu tidak terjadi.
39
Keterangan : bisa dipersepsikan dengan tetapnya sebagian
dan ternafikan sebagian yang lain. atau bisa dipersepsikan
dengan meniadakan kesemua bagian .
BAB IV
QOSHOR
40
= tidak ada Seorang Penulisspun di Madinah kecuali Ali.
Jika memang faktanya Di Madinah hanyalah Ali saja yang
menjadi seorang penulis.
Qoshor Idhofy
adalah : Qoshor yang cara pengkhususannya dengan
memandang pada keterkaitan (hubungan) dengan sesuatu
yang lain . Contoh :
ُّاُّعلِ ّيُّإالُّقَائٌِم
َ = َمtidalah ali kecuali orang yang berdiri.
artinya Ali itu Orang yang berdiri bukan duduk. Serta tidak
ada tujuan meniadakan semua sifat yang dimiliki Ali selain
berdiri, seperti membaca, menulis dll. tetapi tujuannya
hanyalah meniadakan sifat duduk saja.
Dari masing-masing qoshor Hakiki maupun Idhofi dengan
memandang pada fakta dan hakikatnya maka terbagi
menjadi 2 macam yaitu : Qoshor Sifat ala Maushuf dan
Qoshor maushuf ala Sifat.
Qoshor Sifat Ala Maushuf
Qoshor Sifat ala Maushuf jika dinisbatkan pada Qoshor
hakiki adalah : menghukumi bahwa Sifat itu hanya dimiliki
oleh maushuf dan tidak menjalar pada Semua maushuf yang
lain.
Contoh :
ُُّّإالُّعلِ ّي
َ س ِ
َ = الَُّفَارTidak ada Penunggang kuda kecuali Ali.
Jika memang secara faktanya Ahli penunggang kuda hanya
dimiliki Ali saja.
41
oleh maushuf dan tidak menjalar pada maushuf lain
ditentukan baik satu orang atau lebih, walupun
kenyataannya dimiliki oleh maushuf lain yang tidak
ditentukan.
Contoh :
Seperti Mukhotob meyakini bahwa Ahli Penunggang kuda di
Tuban adalah Ali, Ahmad, Karim, dan Abdulloh. Lalu
Mutakallim mengatakan :
ُُّّإالُّعلِ ّي
َ س ِ
َ الَُّفَار = Tidak ada Ahli Penunggang kuda kecuali
Ali.
Sifat tersebut dikhususkan hanya kepada Ali, dan menafikan
Ahmad, karim dan Abdulloh. Walaupun dalam kenyataanya
Ahli Penunggang kuda juga dimiliki oleh orang lain Misalnya
Zaid.
42
Qoshor Maushuf ala Shifat jika dinisbatkan pada Qoshor
Idhofi adalah : menghukumi bahwa Maushuf hanya itu
memiliki sifat itu, dan tidak memiliki sifat lain atau beberapa
sifat yang ditentukan.
Contoh :
ُّاُُّمَ َّم ٌدُّإالُّ َر ُس ْوٌل
ُ َوَم =Tiadalah Nabi Muhammad kecuali
Seorang Rosul.
43
Contoh Maushuf Ala Sifat : ketika mukhotob menyangka
bahwa Ahmad memiliki keahlian Penulis dan Penyair, lalu
mutakalim mengucapkan :
ُُّّإالُّشاعٌِر
َ اُّزي ٌد َ = َمTiadalah Zaid kecuali Seorang Penyair.
Contoh Sifat Ala Maushuf : ketika mukhotob menyangka
bahwa yang bepergian adalah Ahmad , Amin, dan Zaid. Lalu
mutakalim mengucapkan :
ُّعلِ ُّّي ِ
َ ّاُّم َسافٌرُّإال
ُ = َمTiada Orang yang bepergian kecuali Ali.
2. Qoshor Qolab
Adalah : Qoshor yang diucapkan kepada Mukhotob yang
menyangka kebalikan dari hukum yang ditetapkan.
Contoh Maushuf ala Sifat : ketika mukhotob menyangka
bahwa Penyair itu adalah Ahmad bukan Zaid,lalu mutakalim
mengucapkan :
ُُّّإالُّشاعٌِر
َ اُّزي ٌد َ = َمTiada Zaid kecuali Seorang Penyair
Contoh Sifat ala Maushuf : ketika mukhotob menyangka
bahwa Zaid itu Bodoh bukan Orang Alim., lalu mutakalim
mengucapkan :
ُُُّّّإالُّزي ٌد ِ = مTiada Orang Alim kecuali Zaid.
َ ٌاُّعاَل َ َ
3. Qoshor Ta'yin
Adalah : Qoshor yang diucapkan kepada Mukhotob yang
menyangka salah satu perkara yang tidak ditentukan dari
dua perkara atau lebih.
Contoh Maushuf ala Sifat : ketika mukhotob merasa ragu
dan menyangka bahwa Bumi itu memiliki dua sifat yaitu
Bergerak dan diam, tanpa menentukan salah satunya. Lalu
Mutakalim mengucapkan
44
ٌُُّّساكِنَُّة
َ َُّمتَ َحِّرَكةٌُّال
ُض ُ األر
ْ = Bumi itu bergerak bukan diam.
BAB V
WASHOL DAN FASHOL
45
Washol adalah : Mengathofkan Jumlah pada jumlah yang
lain. Sedangkan Fashol adalah Tidak Mengathofkan Jumlah
pada jumlah yang lain.
Pembahasan pada bab ini hanya terbatas pada penggunaan
athof dengan wawu, karena Athof dengan selain wawu itu
tidak terjadi keserupaan.
dari masing-masing Washol dan Fashol itu memiliki
beberapa tempat.
46
Contoh Kalam Insya' :
ض َح ُك ْواُّقَلِْيالً َُّولْيَ ْب ُك ْواُّ َكثِ ًْيُّا
ْ َفَ ْلي
Maka sebaiknya Manusia itu sedikit tertawa dan banyak
menangis.
47
1. Apabila diantara dua jumlah ada sisi persamaan yang
sempurna artinya Jumlah Kedua menjadi Badal dari jumlah
pertama .
Contoh :
َُّ ْ ُِِّبَنْ َع ٍام َُّوبَن
ْي ِ أ ََم َّد ُك ْم ُِِّبَاُّتَ ْعملُ ْو َنُّأ ََم ّد ُك ْم
َ
Beliau (Allah) telah membantu kalian dengan sesuatu yang
kalian kerjakan, Beliau (Allah) telah membantu kalian
dengan Beberapa Hewan ternak dan Anak Laki-laki. (Surat
Asy-Syuaro’ : 132).
48
2. Jika diantara dua Jumlah terdapat Perbedaan yang
sempurna dalam ma'na artinya berbeda dalam hal berupa
kalam khobar maupun kalam Insya'.
Seperti Ucapan Penyair :
ِ ُّش
اه ٌد ُِّم َنُّاخلَََُِّب ِْ ُّخالَئِِق ِه
َ ُُِّّف َُّو ْج ِه ِه َ َالَُّتَ ْسأ َِلُّاملَْرا
َ ُّع ْن
Jangan kau Tanya Seseorang tentang perilakunya.
Didalam wajahnya terdapat Bukti adanya berita .
49
َُُّّبلس ْوِء َّ ئُّنَ ْف ِس ْي
ِ ٌُّإنُّالنَّ ْفسُّأل ََّمارة،ُّ
َ َ ُ َوَماُّأُبَِّر
Dan Aku tidak membebaskan Nafsuku.
Sesungguhnya Nafsu itu banyak memerintah kepada
kejelekan
( Surat Yusuf : 53) .
4. Jika ada jumlah yang didahului dua jumlah yang sah untuk
diathofkan pada salah satu dari dua jumlah itu karena
adanya kecocokan, dan tidak sah diathofkan pada jumlah
yang satunya.
Seperti Ucapan Penyair:
ُِّتِْي ُُّم
َ ُّالضالَِل ِ
ْ ِ َِّنُّأَبْ ِغُِّبَاُُُُّّّّبَ َدالًُّأ َُر َاه
َّ اُِّف ْ ِ ُّسلْ َمىُّأَن
َ َوتَظُن
Dan Salma menyangka bahwa aku mencari penggantinya.
Saya menyangka bahwa Ia sedang bingung dalam
kesesatan.
pada Jumlah ُّأ َُر َاهاsah diathofkan pada jumlah :ُّ ُّتَظُن, tetapi ini
tercegah untuk diathofkan karena khawatir menimbulkan
kesalah pahaman bahwa lafadz أ َُر َاهاdiathofkan pada jumlah
أَبْ ِغ ُِِّبَاsehingga diartikan Jumlah ketiga ُُِّّتِْي ُم
َ ُّالضالَِل ْ ِ أ َُر َاها
َّ ُِّف
merupakan isi dari Persangkaan Salma .
50
menyangkanya bahwa Ia sedang bingung dalam
kesesatan".
pada Jumlah ُّئُِّبِِ ْم ُ هللاُُّيَ ْستَ ْه ِزtidak sah diathofkan pada jumlah : ُّ
َ إِ َّن, karena akan memberikan statement bahwa lafadz ُُّهللا
ُّم َع ُك ُّْم
ئُِّبِِ ُّْم
ُ يَ ْستَ ْه ِزmerupakan isi dari ucapan mereka.
dan juga tidak sah diathofkan pada jumlah قَالُْواkarena
memberikan pemahaman bahwa Penghinaan Allah kepada
orang Munafiq hanya terbatas ketika mereka kembali pada
Pemimipin mereka saja.
Pada pembahasan ini, dikatakan bahwa antara dua jumlah
tersebut ada Tawashuth baina Kamalaini ().
BAB VI
51
IJAZ, ITHNAB, DAN MUSAWAH
2. Ijaz
Adalah : Menyampaikan tujuan yang dikehendaki dengan
suatu ungkapan yang kurang, serta ungkapan itu sudah
menepati pada tujuan.
Contoh :
ُِّ ََُّّبلنِّي
ات ِ ال ْ إََِّّنَاُّاأل
ُ َع َم
Sesungguhnya Pekerjaan itu hanya sah dengan adanya niat.
dan :
ُّب َُّوَمْن ِزِل
ٍ ىُّحبِْي ر ك ْ ِ ك ُِّمن
ُّذ ِ قِ َفاُّنَب
َ َ ْ ْ
"Sungguh Berhentilah ! kami menangis karena ingat sang
kekasih dan rumahnya"
Apabila tidak mencapai pada Tujuan, maka dikatakan
sebagai Ihlal. seperti ucapan Penyair :
52
َُّّا
ُّ اشُّ َكد ِ ِ ِ َُّظال ِ والعيشُّخْي ُِِّف
َ ُّع
َ ُُُُّّّّلُّالن ْوكُّمم َّْن ْ ٌْ َ ُ َْ َ
"Kehidupan didalam naungan kebodohan itu lebih baik dari
pada
kehidupan susah "
yang dikehendaki Penyair adalah :
ُّالع ْق ُِّل ِ ِ ِ ِ ُّظالَِلُّالن و ِكُّخْي ُِّمنُّالعي
ِ ُّالرغد ُِِّف
َ ُّالشاقُِّفُّضالَل
ْ ث َْ َ ٌْ َ ْ ْ َ ش َ ُّالعْي
َ أ ّن
"Kehidupan yang Sejahtera didalam naungan kebodohan itu
lebih baik dari pada kehidupan susah dalam naungan akal "
3. Ithnab.
Adalah : Menyampaikan tujuan yang dikehendaki dengan
suatu ungkapan yang panjang, serta adanya faidah.
Contoh :
ُّشْي بًُّا
َ س َّ ُّالعظْ ُم ُِّم ِِّْن َُّوا ْشتَ َع َل
ُ ُّْالرأ ِّ َر
َ بُّإِِّّن َُّوَه َن
Wahai Tuhanku, sesungguhnya Aku telah Lemah tulangku,
dan telah penuh ubanku.
artinya : Saya sudah tua.
Apabila dalam penambahan kalimat tersebut, tidak terdapat
faidah, serta Ziyadah itu tidak menjadi kebutuhan dalam
tujuan, maka dikatakan sebagai Tathwil.
53
Seperti ucapan Ady bin Zaid Al-Ubbady mengatakan kepada
Nu'man bin Mundir sambil mengingatkan Musibah yang
terjadi pada Judzaimah Al-Abrosy dan Zaba':
ُُُّّّوأل َفىُّقَ ْوَهلَاُّ َك ِذ ًَب َُّوَمْي نًا
َ
ِ ُّاألد ْْيُّلِر ِاهي ِش
ه ْ َ َ
ِ وقَدَّدت
ْ َ َ
Dan Dia (Zaba') telah memotong kulit pada urat nadinya
(Judzaimah), dan Dia (Judzaimah) mendapatkan Ucapannya
(zaba') itu Dusta dan Bohong
lafadz ُّ ُّ َك ِذ ًَب dan ََ َمْي نًاmemiliki arti yang sama, maka
menggunakan salahsatunya sudah cukup. dan tambahan
kata tersebut juga tidak dibutuhkan karena tujuannya sudah
sah dengan menggunakan salah satunya . maka adanya
penambahan lafadz tersebut dikatakan sebagai Tathwil yang
tanpa faidah.
ِ األم
lafadz ُّ ُّ ُ قَ ْب لَهmenunjukkan arti yang sama dengan =ُّ س ْ (
kemarin), dan tambahan itu nyata sebagai tambahan karena
tidak sah mengathofkannya pada lafadz ُّ اليَُّ ْوِم.
54
Faktor penyebab adanya Ijaz adalah :
1. Mempermudah hafalan.
2. Mempercepat pemahaman.
3. Terbatasnya tempat.
4. Menyamarkan
5. merasa bosan mengucapkan.
Faktor penyebab Ithnab adalah :
1. Memantapkan tujuan atau makna.
2. Menjelaskan perkara yang dikehendaki.
3. Menguatkan.
4. Menolak salah persepsi.
KLASIFIKASI IJAZ
Ijaz itu adakalanya dengan Ibarot yang ringkas tapi
mengandung arti yang luas, dan ini merupakan Sasaran Ahli
Sastra (Balaghoh) dan dengan inilah tingkatan kemampuan
mereka menjadi terpaut.
Ijaz ini disebut : Ijaz Qoshor.
Contoh :
ِ ص
ٌاصُّحيَاُّة ِ ِ ولَ ُكم
َ ُِّفُّالق
ْ ْ َ
"Dan bagi kalian dalam Qishos ada Kehidupan" (S. Al-
Baqoroh :179).
55
Contoh membuang satu kalimah la (َُّ)ال:
ِ ِ ِ ِ ِفَ ُقلْتََُّي
ايل َ اُُُُّّّّولَ ْوُّقَطَُّّعُ ْو َُّرأْس ْيُّلَ َديْك َُّوأ َْو
ُّْ ِ ص َ ْيُّهللاُّأَبْ َر ُحُّقَاع ًد
َْ ُ
Maka saya mengatakan : "Demi Allah, Saya akan senantiasa
duduk, walaupun mereka memotong-motong kepalaku dan
sendi-sendiku dihadapanmu"
ِ ِ ِ
ُّأيُّفتأسُّواصَب
ّ َ ُّر ُس ٌل ُِّم ْنُّقَُّْبل
ك ُت ْ ََوإِ ْنُّيُ َك ّذبُ ْو َكُّفَ َق ْدُّ ُك ّذب
Dan ketika mereka mendustakanmu, maka sungguh Para
Rosul sebelum kamu juga didustakan (Maka ta'atlah dan
sabarlah)"
KLASIFIKASI ITHNAB
Ith nab itu bisa terjadi dengan beberapa perkara yaitu :
1. Menyebutkan Lafadz khusus setelah lafadz umum.
Contoh :
56
ُّ ُّالعَربِيَّ ِة
ُّ. ِ ِ إجتَ ِه ُدواُِِّف
َ ُّد ُرْوس ُك ْم َُّواللغَة
ُْ ْ ْ
Bersungguh-sungguhlah pada pelajaran kalian dan bahasa
arab.
Faidahnya : Mengingatkan atas keutamaan lafadz khusus itu,
seolah-olah karena keutamaannya ia seperti jenis yang
berbeda pada lafadz sebelumnya.
57
Sesungguhnya seseorang yang jaminan perjanjiannya itu
tetap seperti ini, maka sesungguhnya ia orang yang mulia”
Pada bait tersebut lafadz ُّ إِ َّنdiulang diawal dan diakhir bait,
supaya kalam tidak kelihatan terputus.
5. I'tirodh (yaitu : Menyisipkan lafadz antara bagian-bagian
satu jumlah atau antara dua jumlah yang masih berkaitan
ma’na, dikarenakan adanya sebuah tujuan).
Contoh Ucapan Penyair (A’uf bin Mahlam Asy-Syaibany yang
mengadukan kelemahannya):
ُِّ َتَُّسَْعِ ْيُّإِ ََلُّتُ ْر َُج
ان ِ ِإِ َّنُّالثَّمان
ْ َح َو َج
ْ ْيُّ َوبُلّ ْغتَ َهاُّقَ ْدُُُّّّأ
َْ َ
Sesungguhnya 80 tahun usiaku, dan engkau telah berusia
segitu pendengaranku membutuhkan orang yang
menjelaskan”.
Lafadz ُّوبُلِّغُّْتَ َهاdikatakan
َ Jumlah I’tirodhiyyah.
6. Tadzyil (Mengiringi suatu jumlah dengan jumlah yang lain
yang mengandung pada ma’nanya dengan tujuan
menguatkannya.
Tadzyil itu adakalanya berlaku seperti periahasa, karena
berbedanya makna dan tidak membutuhkan pada kalam
sebelumnya.
Contoh Firman Allah :
ِ ُّإنُّالب،ُّ ِ
اط َلُّ َكا َن َُّزُه ْوقًا َ َّ ُّجاءَُّاحلَق َُّوَزَه َقُّالبَاط ُل َ قُ ْل
Katakanlah (Hai Muhammad) telah datang perkara hak
(Islam), dan telah hancur perkara bathil (kekufuran), dan
sesungguhnya kebathilan itu pasti akan binasa (S. An-Nahl :
57).
58
adakalanya tidak berlaku seperti periahasa, karena
membutuhkan pada kalam sebelumnya.
Contoh Firman Allah :
ُّْنَا ِز ْيُّإالَُّّال َك ُف ْوَُّر
ُ اُّوَه ْل
و رفَ ك
َ ُّاِبُِّكُّجزي نَاه ُّم َِذل
َ ُ ْ َ ْ َُ ْ َ َ
Itu (banjir bandang) kami balas mereka atas sesuatu yang
telah mereka kufuri. Dan kami tidak membalas (siksa)
kecuali pada kekufuran.
(Surat As-Saba’ : 17)
7. Ihtiros yaitu : mendatangkan pada kalam yang memberi
persepsi berbeda dari tujuan, dengan kalam lain yang
menolak keslah pahaman itu.
Contoh Ucapan Penyair (Torfah bin Abd) :
َ ٌُّالربِْي ِع َُّوِد َْيَة
ُِّتْ ِم ُّْي َّ ب ِ ِ ىُّدَيرَكُّ َغْي ِ
ُ اُُُّّّص ْو
َ ُّم ْفسد َه ُ َ ْ َ َ فَ َس َق
Hujan pada musim semi menyirami rumahmu tanpa
merusakkan dan Hujan terus menerus itu membanjiri.
ILMU BAYAN
Definisi
Ilmu Bayan adalah : Ilmu yang membahas tentang Tasybih
(penyerupaan), Majaz, dan kinayah (konotasi).
TASYBIH
59
Adalah : Menyerupakan suatu perkara dengan perkara
yang lain dalam satu sifat dengan menggunakan alat
penyerupaan, karena adanya suatu tujuan.
Perkara yang pertama (Kata yang diserupakan) disebut
Musyabbah, sedangkan perkara yang kedua (Kata yang
digunakan untuk menyerupakan) disebut Musyabbah bih,
Sifat disebut Wajah Syabah (Sisi Persamaan), dan Alat
penyerupaan itu berupa huruf Kaf dan lain-lain.
Contoh :
ُِّف ُّاهلِ َدايَُِّة
ْ ِ لمُّ َكالنوِر
ِ
ُ " =العIlmu itu seperti Cahaya dalam memberi
petunjuk"
ُّالعلم
ُ = Musyabbah = النوُِّرMusyabbah Bih,
= ِ ِْفُّاهلِ َدايَُِّةWajah Syabah = كافAdat Tasybih
Dalam Tasybih (Penyerupaan) itu berhubungan dengan tiga
pembahasan yaitu :
1. Rukun tasybih.
2. Pembagian tasybih.
3. Tujuan dari Tasybih.
Pembahasan pertama
RUKUN TASYBIH
Rukun Tasybih ada 4 yaitu :
1. Musyabbah (Lafadz yang diserupakan dengan perkara
lain)
60
2. Musyabbah bih (Lafadz yang digunakan untuk
menyerupakan)
keduanya disebut dua sisi tasybih,
3. Wajah syabah (Sisi Persamaan).
4. Adat Tasybih.
Keterangan :
Wajah Syabah adalah : Sifat tertentu yang digunakan untuk
menyamakan antara Musyabbah dan Musyabbah bih.
Seperti Hidayah (Memberi petunjuk) merupakan sifat yang
terdapat dalam ilmu dan cahaya.
Adat Tasybih adalah : Lafadz yang menunjukkan arti
penyerupaan seperti lafadz ( َكافSeperti), ُّ(كأ ّنSeolah-olah),
dan lafadz lain yang searti dengan keduanya.
Lafadz كافterletak menyandingi Musyabbah bih, berbeda
dengan ُّ كأ ّن, yang menyandingi musyabbah. Seperti Ucapan
Penyair :
ضا َ َاحةٌُّتَ ْش َُبُُّالد َجاُُُُّّّّلِتَ ْنظَُرُّط
َ الُّاللَّْي ُلُّأ َْمُّقَ ْدُّتَ َعَّر َ ُّالثر َاَي َُّر
َ َن َّ َكأ
Seolah-olah bintang Tsuroya (Kumpulan bintang pada buruj
Tsur) itu Angin malam yang mengira-ngirakan gelapnya
malam, supaya engkau melihat apakah malam itu masih
lama atau sudah tampak.
61
dan Berfaidah Syak (ragu-ragu) jika khobarnya berupa Lafadz
Musytaq. contoh :
ِ َ = َكأنكُّفSeolah-olah kamu itu faham.
ُّاه ٌم َ
Dan terkadang disebutkan Fi'il yang mempunyai arti Tasybih,
seperti Firman Allah pada surat Ad-Dahr : 19
اُّمْن ثُ ْوًرا ِ وإ َذاُّرأي تَ هم
َ ُّحسْب تَ ُه ْمُّلُْؤلًُؤ
َ ُْ َْ َ
dan Ketika kamu melihat mereka (Bidadari di syurga), maka
engkau akan mengira mereka Mutiara yang tersebar.
PEMBAHASAN KEDUA
PEMBAGIAN TASYBIH
62
Anggur yang berbunga, dengan wajah syabahnya : sama
dalam keadaannya yang tampak ketika berkumpulnya
benda putih yang bundar, yang kecil ukurannya).
B. Tasybih Mujmal
Adalah : Tasybih yang wajah syabahnya tidak disebutkan.
Seperti :
ُِّ ُِّفُّالطَّ َع ِ ِ
ام ْ ِ ُِّفُّال َكالَمُّ َكامل ْل ِح
ْ ِ النحو
ُ
63
"Ilmu Nahwu pada Kalam itu seperti Garam pada makanan"
Kata " Ilmu Nahwu pada Kalam" diserupakan dengan kata
"garam" dengan sisi persamaan : "Sama-sama merupakan
perkara yang pokok untuk menjadikan kesempurnaan".
B. Tasybih Mursal
Adalah : Tasybih yang Adat tasybihnya disebutkan. Seperti :
ُه َوُّ َكالبَ ْح ِرُّ َكَرًمُّا = Dia itu bagai Lautan dalam
kedermawanannya.
64
PEMBAHASAN KETIGA
TUJUAN TASYBIH
65
Penyair menyerupakan Mukhotob seperti Matahari, karena
menjelaskan keadaan mukhotob yang terlihat. Wajah
syabahnya adalah : Sama-sama keadaanya terlihat.
66
Penyair menyerupakan Hilangnya cinta di hati seperti
pecahnya kaca dengan tujuan mengukuhkan sebab sulitnya
rasa cinta itu kembali seperti semula.
Wajah syabahnya adalah : Sama-sama sulit kembali pada
keadaan semula.
67
حُُّ ْيَُّيُْتَ َد ِ ِ ِ
َ ْ ُُُّّّو ْجهُُّاخلَلْي َفةُّح
َ ُاحُّ َكأ ّنُّغَُّرتَه
ُ َاُّالصب
َّ َوبَ َد
Dan telah tampak waktu pagi, Seolah-olah Cahayanya
bagaikan wajah Kholifah (Al-Makmun bin Harun Ar-Rosyid)
saat Ia dipuji.
MAJAZ
68
Beberapa kalimah Fashihah" sebab diantara arti keduanya
masih ada kaitan dalam hal keindahan.
dan Perkara yang mencegah dalam mengartikan makna
aslinya adalah Qorinah Lafadziyah : ( يَتَ َكلَّ ُُّمBerbicara).
dan Lafadz أصابع ُُّ diartikan sebagai : "Beberapa ujung jari"
dalam Firman Allah SWT :
ُِّفُّآذاهنِِ ُّْم
ْ ِ ابع ُه ْم
َ ُّأص
َ َُُّْي َعلُ ْو َن = Mereka menjadikan Ujung jari
mereka pada telinga mereka.
lafadz itu digunakan pada selain arti aslinya, karena Arti
aslinya adalah Beberapa Jari tangan, lalu dirubah menjadi
arti " Beberapa Ujung jari tangan" sebab diantara arti
keduanya masih ada kaitan bahwa Ujung jari merupakan
bagian dari jari. Kemudian Kull (keseluruhan jari) digunakan
untuk arti Juz (Sebagian jari).
dan Qorinah yang mencegah dalam mengartikan makna
aslinya adalah tidak memungkinkannya memasukkan
keseluruhan jari pada telinga.
Majaz Isti'aroh
69
ِ كُّلِتخرِجُّالنَّاس ُِّمنُّالظلُم
اتُّإِ ََلُّالن ْوُِّر ِ
َ َ َ َ ْ َ ابُّأنْ َزلْنَاهُُّإلَْي
ٌ َكت
"Ini adalah Kitab yang telah Kami turunkan kepadamu
supaya engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan
(Kesesatan) menuju Cahaya (Hidayah) .( S. Ibrahim : 1)
Arti Asli Lafadz ات ُِّ ُّالظلُ َمdan ُُّّالن ْوِرadalah Gelap dan Terang.
Arti Majaz Lafadz ات ُِّ ُّالظلُ َمdan ُّ ُّ الن ْوِرadalah ُّ (الضاللKesesatan)
dan ُُّّ(اهلَُدىpetunjuk ).
Lafadz اتُِّ ُّالظلُ َمdan ُّ ُّ الن ْوِرpada ayat tersebut digunakan pada
selain arti aslinya (makna Majaz).
dan kaitan antara makna keduanya adalah adanya
keserupaan antara "Arti Kesesatan dan kegelapan" dengan
wajah syabah : "sama-sama tidak mengetahui sesuatu",
atau "Hidayah dan Cahaya" dengan wajah syabah: "sama-
sama mengetahui sesuatu".
dan Qorinah yang mencegah untuk mengartikan pada
makna aslinya adalah Lafadz : َّاس
َُّ ِجُّالن ِ كِتابُّأنْزلْنَاهُّإلَي.
َ تخر
ْ كُّل
َْ ُ َ ٌ َ
70
Asal dari majaz isti'aroh adalah : Tasybih yang dibuang salah
satu dari Musyabbah atau Musyabbah bih, wajah syabahnya,
dan adat tasybihnya.
Musyabbah disebut : Musta'ar Lah, dan Musyabbah bih
disebut : Musta'ar Minhu.
71
ujung jarinya laksana buah anggur dengan giginya laksana
Hujan es.
b. Isti'aroh Makniyyah.
Adalah : Majaz yang Musyabbah bihnya dibuang dan
ditunjukkan dengan sesuatu dari perkara Lazimnya (Perkara
yang menetapinya).
Seperti Firman Allah :
72
َّ ُّالذل ُِّم َن
ُّالر ْْحَة ِّ اح ِ و
َ َاُّجن
َ ضُّ َهلَُم
ْ اخف
ْ َ
Dan Rendahkan sayap burung pada Kedua orangtuamu
dengan kasih sayang. (Surat Al-Isro’ : 24)
Perbandingan
Contoh lain :
Seperti Ucapan Al-Hajjaj pada salah satu khutbahnya :
ت
ُّْ وساُّقَ ْدُّأَيْنَ َع
ً ىُّرُؤ ِ
ُ إّنُّأل ََر
ّْ
73
Sesungguhnya aku benar-benar melihat buah (arti asli :
kepala)
yang sudah matang.
Ijro'nya adalah :
Kata "رؤوسا: kepala " (Sebagai Musyabah) diserupakan dengan
kata "ُّمثرات: buah" (Sebagai Musyabah bih), asalnya :
ِ ِإّنُّألَرىُّرُؤوساُّكالثّمر
ُّْ اتُّقَ ْدُّأَيْنَ َع
ت ً ُ َ ّْ
kemudian menggunakan arti lafadz Musyabbah bih (yaitu
buah) untuk arti lafadz Musyabbah (وسا ِ
ً )رُؤ.
ُ lalu kata ُّ الثّمراتitu
dibuang, dan ditunjukkan dengan sesuatu yang menetap
padanya yaitu matang, dengan cara isti’aroh makniyyah.
74
Ijro'nya : Lafadz تلٌُّ َ قdiserupakan dengan ُّ ُّش ِديْ ٌد
َُّ ب
ٌ ض ْر
َ (pukulan
keras) dengan wajah syabah : sama-sama sangat
menyakitkan.
Kemudian arti Musyabbah bih (pukulan keras) digunakan
untuk Lafadz ُّ تل
ٌ َق, karena lafadz ُّ تل
ٌ َقmerupakan isim Jamid
untuk suatu pekerjaan yang menghilangkan nyawa.
2. Isti'aroh Taba'iyyah
Adalah Majaz yang Musta'arnya berupa Kalimah Fi'il, Huruf
dan Isim yang Mustaq.
75
Menurut Madzhab Al-Ishom: Lafadz ( اللزومPenetapan)
diserupakan dengan ُّ (الركوبnaik) dengan wajah syabah :
sama-sama menguasai dan memaksa.
Kemudian Lafadz Musyabbah bih (menaiki) dijadikan majaz
istiaroh dengan arti Musyabbah ( اللزومpemaksaan) lalu
diberlakukan tasybih dari kedua masdar tersebut yang
berarti peristiwa muthlaq tanpa dibatasi dengan zaman
menjadi kalimah fi’il yang dibatasi dengan zaman lampau,
lalu lafadz ُّب ِ
َ ركdigunakan
َ dengan makna لزم.
76
memiliki arti yang banyak. Kemudian Lafadz ُّ علىdari juz
Musyabbah bih digunakan untuk arti juz Musyabbah.
77
Dan Mereka adalah orang yang mengganti kesesatan
dengan petunjuk. maka perdagangan mereka tidak akan
mendapat keuntungan (surat Al-baqoroh : 16).
2. Isti'aroh Mujarodah.
Adalah : Majaz yang disebutkan lafadz yang berekaitan
dengan Musyabbah.
Contoh : فُِّ اسُّاجلُْوِعُّواخلَْوبِفَأ َذاقَهاُّهللاُّل
َ
َ ُ
"maka Allah mencicipkan mereka dengan pakaian kelaparan
dan ketakutan".(S. An-Nahl :112)
Lafadz ُّ اللباسdigunakan untuk arti sesuatu yang meliputi
manusia ketika lapar dan takut dari bahaya.
78
Ijro'nya : Kata " sesuatu yang meliputi manusia ketika
lapar dan takut dari bahaya" itu diserupakan dengan kata :
"Pakaian" dengan wajah syabah : sama-sama tercakup
dalam sesuatu. Kata pakaian terdapat pada Orang yang
memakai, sedangkan Lapar dan takut terdapat pada orang
yang merasakannya.
Menyebut Lafadz ُّ اإلذاقةdisebut Tajrid pada Istiaroh
Tasyrihiyyah. karena yang dikehendaki adalah : اإلصابة
(menimpakan).
Lafadz ُّ اإلذاقةmerupakan lafadz yang menyesuaikan dengan
Musyabbah yaitu : kelaparan dan pucat.
3. Isti'aroh Muthlaqoh.
Adalah : Majaz yang tidak disebutkan Mula'im (lafadz yang
berkaitan) pada salah satu dari musyabbah atau Musyabbah
bih.
Contoh : ُِّهللا
ُّ ُّع ْه َد
َ ض ْو َن
ُ يَْن ُق
"Mereka (orang-orang kafir) telah membatalkan janji Allah
".
(S. Ar-Ro'du:25)
Ijro'nya : Kata " (ُّ ) إبطال ُّالعهدMembatalkan Janji " itu
diserupakan dengan kata : "( ) فكُّطاقاتُّاحلبلmerusak Ikatan
tali " dengan wajah syabah : sama-sama tidak memberi
manfaat. Lalu kata yang menunjukkan Arti Musyabbah bih
(merusak Ikatan tali) yaitu: (ُّ )النقضdigunakan untuk Arti
Musyabbah yaitu : membatalkan janji.
79
Catatan : Tidak bisa dikategorikan sebagai Tarsyih dan Tajrid
kecuali setelah sempurnanya Majaz isti'aroh dengan adanya
Qorinah.
MAJAZ MURSAL
3. Juz'iyyah (Sebagian)
80
ِ ِ ِ
Contoh : ُّالع ُد ُِّّو
َ ىُّأح َوال َ تُّالعُيُ ْو َنُّلتَطَّل َع
ْ َُّعل ُ ْأر َس ْل
"Saya mengutus Intel, supaya mengawasi gerak-gerik
musuh"
Mengucapkan kata ( العُيُ ْو َُّنbeberapa mata) dengan arti Intel
(mata-mata) dikatakan sebagai Majaz Mursal dari
Mengucapkan sebagian dengan menghendaki arti
keseluruhan}ادةُّالكل ّ {إطالقُّاجلزءُّعلىُّأر
Karena Mata merupakan bagian dari Seseorang.
4. Kulliyah (Keseluruhan)
Contoh : ُِّفُّآذاهنِِ ُّْم ِ َ وَُْي َعلُو َنُّأ
ْ ِ َصاب َع ُه ْم ْ َ
"Mereka menjadikan jari-jari mereka (ujung jari) pada
telinganya "
Mengucapkan kata ُّ ( األصابعJari tangan) dengan arti ُّاألَنمل
(Ujung jari) dikatakan sebagai Majaz Mursal dari
Mengucapkan keseluruhan dengan menghendaki
artisebgian }{إطالقُّالكلُّعلىُّأرادةُّاجلزء
Karena Ujung jari merupakan bagian dari Jari.
81
Mengucapkan kata ُّ ( اليتامىAnak-anak yatim) dengan arti
ُّ ( البالغْيOrang Baligh) dikatakan sebagai Majaz Mursal dari
Mengucapkan Sifat sebelumnya dengan menghendaki arti
Sifat yang sedang terjadi }{إطالقُّإطالقُّماُّكانُّعلىُّأرادةُّماُّيكون
6. Memandang sesuatu yang akan terjadi.
Contoh : اّنُّأعصرُّمخراُّأيُّعِنبًا ِ ِّ
ْ إّنُّأر ْ
"Saya meyakini bahwa saya sedang memeras arak
(anggur)."
Mengucapkan kata ُّ ( مخرarak) dengan arti ُّ (عنبAnggur)
dikatakan sebagai Majaz Mursal dari Mengucapkan bentuk
yang akan terjadi dengan menghendaki arti bentuk
sebelumnya
}{إطالقُّماُّيكونُّعلىُّأرادةُّماُّكان
7. Mahalliyah (tempat)
Contoh : ُُّذالكُّأيُّأهلُُّه س ِ
ْ ُ قَ َّرَرُّاملَ ْجل
"Majlis (Ahli Majlis) itu telah menetapkan keputusan"
Mengucapkan kata ُّ( اجمللسMajlis) dengan arti ُّ( اهلُّاجمللسAhli
Majlis) dikatakan sebagai Majaz Mursal dari Mengucapkan
tempat dengan menghendaki arti Orang yang menempati
}ُّفيه
ُّ ادةُّاحلال
ّ {إطالقُّاملكانُّعلىُّأر
8. Perkara yang menempati / Keadaan (Halliyah).
Contoh : اُّخالِ ُد ْونُّأيُّجنته ِ ِفَ ِفيُّر ْْح ِةُّهللا
َ ُّه ْمُّفْي َه
ُ ََ
"Dan dalam Rohmat Allah (Syurga-Nya), mereka kekal
didalamnya"
Mengucapkan kata ُّ ِ( َر ْْحَ ِة ُّهللاRohmat Allah) dengan arti جنته
(Surga Allah) dikatakan sebagai Majaz Mursal dari
82
Mengucapkan Perkara yang menempati dengan
menghendaki arti Tempat.
}ادةُّاحملل
ّ {إطالقُّاحلالُّعلىُّأر
ّ
MAJAZ MUROKKAB
Majaz Murokkab
adalah Lafadz yang tersusun, yang digunakan bukan pada
arti aslinya, dengan disebabkan adanya hubungan makna
dengan tidak adanya penyerupaan.
Seperti Jumlah Khobariyyah digunakan sebagai jumlah Insya'
dalam ucapan Penyair :
ِ ِ بُّالي ُّمانِْيُّمصعِ ُدُُُُّّّّجنِيبُّوجثْم
ُ َاّنُِّبَ َّكة
Contoh : ُّم ْوثَ ُُّق ْ َ َُ ٌ َْ ْ ُ َ ْ َ َ ِ ُّالرْك
َّ ُّم َع
َ َه َو َاَي
"Kekasihku beserta Rombongan Orang yaman itu menjauh.
Dan Ragaku di Makkah itu terikat ".
83
Begitu juga Jumlah Isya’ yang digunakan untuk makna
jumlah khobar, Contoh Sabda Nabi SAW :
ُّعلَ َّيُّفَلْيَ تَ بَ َّوُّأُّْ َم ْع َع َدهُ ُِّم َنُّالنَّا ُِّر
َ ب َ َم ْنُّ َك َّذ
“Barang siapa yang mendustakan aku, maka hendaklah ia
menempati tempatnya dari neraka”.
Karena ُّْ فَ ْليَ تَ بَ َّوأyang dkehendaki adalah lafadz ُيَتَ بَ َّوُّأ
MAJAZ AQLI
Majaz Aqli
84
Adalah : Mengisnadkan Lafadz Fi'il atau yang bermakna fi'il
pada selain Lafadz yang menjadi Ma'mulnya menurut
keinginan Mutakalim secara Dhohir karena adanya
hubungan makna.
Seperti ucapan penyair :
ُّالع ِش ُِّّي ِ ِ َّ َشاب
َ ُّالصغ ْ َْي َُّوأَفْ ََنُّال َكبِْي ُُُُّّّّ َرُّ َكرُّالغَ َداة َُّوَمر َ َأ
"Berjalannya siang dan malam telah membuat Anak kecil
menjadi tua, dan Orang tua menjadi mati".
85
kata "ُّ"م ْف َع ٌم
ُ yang merupakan Lafadz mabni Majhul, di isnadkan
pada Dhomir yang kembali pada lafadz " " َُّسْي ٌُّلdikatakan
Majaz Aqli karena Asalnya : ُّ ي ِ ( سيل ُّم ْفعِمBanjir yang
َ ُّالواد
َ ٌ ُ ٌ َْ
memenuhi lembah).
86
َُّاألم ْْيُُّامل ِديْنَُّة
ِ " = بَنGubernur itu membangun Kota".
ََ
َ
kata "ُّ " ُّبَ ََنdiisnadkan pada Sebab,dikatakan Majaz Aqli
karena Asalnya: َُّأمرُّاألم ِْْيُّامل ِديْنَُّة
ِ ِ مالُّبس
بب َ ُ ُبَ ََنُّالع
َ
(Para pegawai membangun kota sebab perintah Gubernur.)
KINAYAH
Kinayah
adalah : Lafadz yang dikehendaki kelaziman makna aslinya,
serta bisa diartikan dengan makna yang lain.
Contoh :
ُِّ َّج
اد َ " = طَ ِويْ ُلُّالنPanjang Sarung pedangnya"
maksudnya adalah Dia itu Panjang postur tubuhnya.
Yang dikehendaki dari lafadz ُّ َّج ِاد َ طَ ِويْ ُل ُّالنadalah bisa diartikan
dengan Makna hakiki (Panjang Sarung pedangnya) dan
Makna Lain (Panjang postur tubuhnya), karena tidak adanya
Qorinah yang mencegah untuk mengartikan pada makna
Hakiki, berbeda dengan Majaz. karena pada Majaz itu tidak
boleh diartikan dengan Makna asli beserta Makna majaz,
karena tujuan yang diharapkan adalah makna Majaz saja
dengan adanya Qorinah yang mencegah mengartikan pada
makna Asli.
87
Dan inilah perbedaan antara Kinayah dan Majaz.
88
2. Kinayah yang Makni alaihnya berupa Nisbat.
Contoh :
تُّ ِرَدائُِِّه َْ ْيُّثَ ْوبَْي ِهُّوال َكَرُم
َ َُّت َُّ َْامل ْج ُدُّب
َ
"Kemulyaan itu diantara Dua bajunya, Kedermawanan itu
dibawah selendangnya"
Pada contoh tersebut, Tetapnya kemulyaan dan
kederwanan seseorang itu dijadikan kinayah dengan kata-
kata diatas karena Wujudnya dua sifat tersebut tidak telepas
dari Orang yang disifati, dan tidak ada Orang yang disifati
kecuali Orang yang memiliki dua pakaian dan selendang itu.
Maka dari itu Contoh diatas memberikan faidah Nisbat
tetapnya sifat kemulyaan dan kedermawanan pada Orang
yang disifati sebagaimana Tetapnya Dua pakaian dan
selendang pada Pemiliknya.
89
Kata " Hati" itu bukan merupakan sifat dan Nisbat, tetapi
Kata yang disifati.
90
"Apakah Engkau tidak melihat kemulyaan yang menempati
rumahnya pada keluarga Tholhah, lalu kemulyaan itu tidak
berpindah (dari mereka)"
Penjelasan :
Pada bait tersebut dibuat kinayah tentang keberadaan
mereka itu mulia, dengan satu penghubung serta jelas.
Karena bertempatnya kemuliaan ditumahnya serta tidak
berpindah itu merupakan makna majazi, dengan
menyerupakan “kemuliaan” dengan “seorang laki-laki yang
mulia yang memiliki tempat yang ia khususkan bagi
seseorang yang ia kehendaki” dengan wajah syabah sama –
sama adanya rasa senang bertemu.
Lalu Lafadz musyabbah bih digunakan untuk musyabbah,
lalu musyabbah bih dibuah dan ditunjukkan sesuatu
kelazimannya yaitu menempati rumah, dengan menjadikan
majaz Tahyiliyah.
Penghubung makna kinayahnya adalah : Kemulyaan yang
diserupakan dengan seseorang yang memiliki rumah
merupakan sifat yang sudah pasti adanya orang yang disifati
dan tempat, dan perantara inilah dikatakan jelas.
Contoh yang tidak adanya Penghubungnya tapi jelas :
ُ ْ" = َع ِريLebar tengkuknya (Jithok : Jawa)"
ضُّال َق َفُّا
Kinayah untuk arti Bodoh, karena lebar tengkuknya sudah
jelas menunjukkan arti bodoh menurut adat.
91
Disini ada jenis dari kinayah yang dituju pemahamannya
pada runtutan kalam (siyaqul Kalam), yang disebut : Ta'ridh,
yaitu : mengarahkan kalam pada satu sisi makna.
Seperti Ucapanmu terhadap Orang membuat dhoror pada
Manusia.
ُّم ْنُّيَْن َفعُ ُه ُّْم ِ َخ ْْيُُّالن
َ َّاس
"Sebaik-baiknya manusia adalah Orang yang memberikan
kemanfaatan Terhadap Mereka."
ILMU BADI'
Ilmu Badi'
adalah : ilmu untuk mengetahui metode memperindah
kalam yang sesuai dengan tuntutan keadaan.
Aspek ini, jika terarah pada membuat indahnya makna
disebut dengan : Muhassinat Al-Ma'nawiyyah.
Jika terarah pada membuat indahnya Lafadz disebut dengan
: Muhassinat Al-Lafdziyah.
Muhassinat Al-Ma'nawiyyah.
92
1. Tauriyyah; yaitu menyebutkan lafadz yang mempunyai
arti dua yaitu Makna Dekat yang langsung dipaham dari
kalam (karena seringnya digunakan) dan Ma'na Jauh,
sebagai Arti yang diharapkan, dengan adanya faidah sebab
ada Qorinah yang masih samar.
93
Husain itu menetapkan bahwa Yazid sebagai Nama, tetapi
Makna ini tidak dikehendaki.
Arti Ba'id yang dikehendaki Penyair dari lafadz ُّ يَِزيْ ُدadalah :
Fi'il Mudhori' dari lafadz " ُّ "ز َاد
َ yang bermakna :
“bertambah”
94
Tetapi kebanyakan manusia itu tidak mengetahui (sesuatu
yang disediakan bagi mereka diakhirot), mereka mengetahui
perkara yang jelas dari kehidupan dunia.(Surat Ar-Rum : 6-7)
95
hujan gerimis pada cabang pepohonan itu bagai Mutiara
yang basah yang ditiup oleh semilirnya angin lalu jatuh ke
tanah.
Burung sedang membaca (berkicau), dan Genangan air itu
bagai kertas, dan angin sedang menulis , dan Mendung
membuat titik.
96
Lafadz ُّالشهرmemiliki dua arti yaitu arti hakiki (Bulan) dan arti
Majaz (hilal). Pada ayat tersebut Lafadz ُّ الشهرdiartikan
dengan makna majazi (hilal), lalu dhomir pada ُّ ُص ْمه
ُ َفَ ْلُّيitu di
kembalikan pada Lafadz ُّ الشهرyang diartikan dengan makna
hakiki (bulan).
Contoh kedua :
ُّضلُ ْوعِ ْي ِِ ُُُّّّشب وهُّبْيُّجو ُ الساكِنِْي ِه َُّوإِ ْن
ُ اَن ْي َُّوَ َ َ َْ ُ ْ َ ُُّهُْو َّ اُّو
َ ض َ َفَ َس َقىُّالغ
Maka Allah menyirami Pohon Godho dan orang-orang yang
menempatinya (Tempat yang ditumbuhi pohon Godho),
walaupun mereka menyalakannya (Api) diantara tulang
dadaku (hati) dan tulang punggungku.
97
Penyair mengumpulkan sifat-sifat tersebut dalam satu
hukum.
8. Taqsim; (mengklasifikasikan)
Pada Taqsim itu adakalanya Menyempurnakan klasifikasi
suatu perkara
Seperti ucapan Zuhair bin Abi Salma yang ia ucapkan pada
Perdamaian yang terjadi antara Qois dan Dzibyan :
ُّع ِم ُّْي ٍ ِ سُّقَب لَهُُُُّّّّولَكِن َِِّنُّعنُّعِلْ ِمُّم ِ ِ
َ اُِّفُّغَد
ْ َ ْ َ ْ َ ُ ْ ِ األم ْ َوأ َْعلَ ُمُّعلْ َمُّاليَ ْوم َُّو
“Dan Saya mengetahui pengetahuan hari ini dan kemarin,
sebelum hari ini, dan Tetapi saya tidak tahu akan
pengetahuan dihari besok"
98
dan adakalanya menyebutkan dua perkara atau lebih dan
kembali pada masing-masing perkara itu dengan
menjelaskan.
Seperti ucapan Al-Multamis Jarir bin Abdul Masih :
الوتَ ُُّد
ُّو ي
ِ ُّاحل ْي ُّع نِ َّىُّضي ٍمُّي ر ُادُّبِِهُُُّّّإِالَُّّاألَ َذالل
َ ُّع مي ِ والَُّي
ق
َ َ َّ ُ ْ َ َُ ْ َ َ ْ
ُ ُ َ
َُّح ُد ِ ِ ِ ِ ٌ فُّمرب و ِ
َ ُُُّّّو َذاُّيُ َشجُُّّفَالَُّيَ ْرث ْيُّلَهُُّأ
َ طُّب ُرَّمته ْ ُ ْ َ اُّعلَىُّاخلَ ْس
َ َه َذ
Tidak akan bermukim pada kedholiman yang diarah
padanya kecuali Dua Makhluk yang Hina yaitu Keledai
perumahan dan pasak.
Ini (keledai perumahan) diikat dengan talinya serta hina, dan
yang ini (pasak) ditancapkan, lalu tiada satu orangpun yang
menyayanginya.
99
(dihadapan Musuh) ketika berperang, yang cepat tanggap
ketika diajak, yang banyak ketika menyerang, yang sedikit
ketika dihitung.
100
10. Bagusnya alasan; yaitu : Menggunakan suatu alasan yang
bukan sebenarnya, yang terdapat perkara yang langka untuk
sifat.
Seperti Ucapan Al-Khotib Al-Qozuwaini :
ُّمْن تَطَ ُِّق د
َ ق
ْ ِ لَوُّ ََلُّتَ ُكنُّنِيَّةُُّاجلوَز ِاء
ُِّخ ْذمتَهُُُّّّلَماُّرأيتُّعلَي هاُّع
ُ َ ْ َ َ ْ َ َ ُ َ َْ ْ ْ ْ
“Seandainya tidak ada keinginan bintang Jauza' itu
melayaninya, maka engkau tidak akan melihat padanya
ikatan yang melingkar”.
101
ِ
ٌ ىُّع ِِّْنُّال َكَرىُّطَْي
ْفُّأَََُّل َ ُُُّّّونَ َف
َ ََن َْ ََلُّْيَطُ ْلُّلَْيل ْي َُّولَكِ ْنُّ ََلُّْأ
Malamku tiada panjang, tetapi aku belum tidur, telah hilang
rasa ngantukku, bayangan kekasih telah datang.
102
Hajjaj menghendaki dengan kata "adham" sebagai terali
besi, dan kata "Hadid" sebagai Tempat yang khusus.
sedangkan Qoba'tsaro menggambarkan pemahaman
keduanya sebagai "Kuda hitam yang tidak bodoh"
Tujuan hal ini adalah menyalahkan Hajjaj, bahwa yang lebih
layak itu janji membawanya dengan kuda hitam yang tidak
bodoh, bukan ancaman untuk membawanya ke terali besi.
Muhassinat Al-Lafdhiyyah.
103
1. Jinas; yaitu keserupaan dua lafadz dalam ucapan bukan
pada makna.
Jinas itu ada yang Tamm (sempurna) dan Ghoiru Tamm
(tidak sempurna).
Jinas Tamm; yaitu : Lafadz yang hurufnya sama dalam
keadaannya (ha’iat), jenis, hitungan dan urutannya.
Contoh :
ً َّه ِرُّإِنْ َس
.اَن ِ ْ تُّلِ َع
ْ ْيُّالد
ِ
َ اَنُّيُالذُُّبِهُُُُُّّّّّفَالُّبَِر ْح
ً ََلُّْنَلْ َقُّ َغ ْ َْي َكُّإنْ َس
Kami belum pernah bertemu manusia yang bisa dibuat
perlindungan selain engkau, maka engkau senantiasa pada
masa ini sebagai biji mata.
Contoh lain :
ِ ض ِهمُّماُّدمت ُِِّف
.ُّأرض ِه ْم ِ ِ فَ َدا ِرِهمُّماُّدمت ُِِّف
َ ُّدا ِره ْم
ْ َ ْ ُ َ ْ ُُُُّّّّو ْأر َ ْ َ ُْ َ ْ
Maka kelilingilah mereka, selama engkau tetap dirumahnya.
dan senangkanlah mereka selama engkau tetap berada di
tanahnya.
104
2. Saja'; yaitu : adanya kesamaan pada huruf terakhir antara
dua kalimat Natsar yang terpisah.
Contoh :
.اإلنْ َسا ُنُّآبدابِِهُّالَُّبِِزيِِّه َُّوثِيَابِِه
Manusia mulya itu dengan perilakunya, bukan perhiasannya
dan pakiannya.
Contoh :
.اعُّبَِزَو ِاج ِر َُّو ْع ِظ ِه ْ ُاع ُِِّبَ َو ِاه ِرُّلَ ْف ِظ ِه َُّويَ ْقَرع
َ َُّاألَس َ ُّاألس َج
ْ يَطْبَ ُع
Orang menghiasi Beberapa sajak dengan keindahan
lafadznya, dan mempengaruhi pendengaran dengan
Larangan-larangan nasehatnya.
105
Syair tersebut diambil dari Ayat Al-qur’an Surat Al-Mu’min :
18 :
ُّ َُّش ِفْي ٍعُّيُط
ُاع
َِ ماُّلِلظَالِ ِمْي ُِّمن
َ َُّْحْي ٍم َُّوال ْ َْ َ
106
PENUTUP
107
Engkau tetap sepanjang masa, wahai Gua tempat
berlindung penghuninya, Ini adalah do’a yang menyeluruh
untuk manusia.
وصلىُّهللاُّوسلمُّعلىُّسيدَنُُّممدُّوعلىُّالهُّوصحبهُّأَجعْيُّواحلمدُّهللُّربُّالعاملْي
ُّ
108
DAFTAR ISI
109
Tempat-Tempat yang harus Mungukuhkan pujian dengan
dipisah (Fashol) : 35 sesuatu yang menyerupai
IJAZ, ITHNAB, DAN MUSAWAH : penghinaan.74
38 Bagusnya alasan; 75
Faktor penyebab adanya Ijaz: 40 Kesesuaian ladadz serta
Faktor penyebab Ithnab : 41 ma'na 75
KLASIFIKASI IJAZ: 41 Uslubul Hakim; 75
KLASIFIKASI ITHNAB : 42 Muhassinat Al-Lafdhiyyah. 77
Ilmu Bayan , TASYBIH : 44 Jinas; 77
RUKUN TASYBIH : 45 Saja'; dan Iqtibas; 78
PEMBAGIAN TASYBIH : 46 PENUTUP 79
TUJUAN TASYBIH : 48 Indahnya permulaan kalam;
Majaz : 50 79
Indahnya penutup kalam; 80
110