Anda di halaman 1dari 7

UJIAN TENGAH SEMESTER Al-MA’ANI

NAMA : M .IQBAL SEPRIANTO

NIM : 1811010049

Soal : jelaskan tentang fashahah,balaghah dan bicaralah tentang kalam khabari


dengan rinci!

1. Fashahah (‫)الفصا حة‬

Secara bahasa fashahah ,berarti jelas dan terang. Sedangkan secara istilah
fashahah adalah ,ungkapan yang berisikan lafadz-lafadz yang jelas ,enak didengar dan
sesuai dengan kondisi yang ada, sehingga baik penutur atau lawan bicara bisa dengan
mudah mengerti maksud dari perkataan. Fashahah dibagi menjadi 3 macam yaitu,
fashahah kalimah,fashahah kalam, dan fashahah mutakallim.

a. ‫(الفصاحة الكلمة‬kata yang fasih)


adalah suatu kata yang jelas daan mudah dipahami, baik dari segi makna
ataupun lafadznya. Suatu bisa dikatakan fashahah apabila selamat dari empat hal
yaitu sebagai berikut.
 Tanāfur al-Hurūf ( ‫) تنافر الحروف‬

Yaitu kalimah yang terasa berat di lidah dan sulit untuk


diucapkan.Hal tersebut kemungkinan disebabkan hurufnya kalimah
ُّ (tempat
tersebut saling berdekatan makhrojnya, Seperti lafaz:‫الظش‬
yang kasar), Atau karena kumpulnya sifat-sifat huruf yang berlawanan,
seperti ‫( ُم ْستَ ْش ِزر‬yang di kepang rambutnya.

 Mukhālafah al-Qiyās ( ‫) مخالفة القياس‬


Yaitu kalimah yang tidak mengikuti kaidah-kaidah ilmu Sharf.
Seperti: ‫األَجْ لَل‬di mana bentuknya yang baku berdasarkan ilmu sharf
adalah ُّ‫( األَ َجل‬di idghomkan). Sebagaimana disebutkan dalam sebuah
syair:
 Al-Gharābah (‫) الغرابة‬

Yaitu kalimah yang tidak jelas maknanya. Maksudnya adalah


kata yang diucapkan adalah kata yang asing didengar oleh kebanyakan
orang yang tinggal diperkotaan, karena kata tersebut merupakan kata
dari bahasa daerah atau pedalaman yang sudah lama,atau
kuno.Sehingga, ketika lafadz yang asing tersebut diucapkan akan
menyebabkan pendengar tidak paham dengan apa yang dimaksudkan.
Seperti lafaz ‫ َت َكأ َكأ‬yang berarti berkumpul dan ‫ اِ ْف َر ْنق َع‬yang berarti
bubar.
Contohnya, perkataan seorang badui (Arab pedalaman) yang jatuh dari
kendaraannya dan dikerumuni orang banyak ( penduduk Arab kota yang
bukan pedalaman), ia berkata :

‫ي َكتَ َكأْ ُكئِ ُك ْم َعلَى ِذي ِجنَّ ٍة ا ْف َر ْنقِعُوْ ا َعنِّ ْي‬


َّ َ‫َما لَ ُك ْم تَ َكأْ َكأْتُ ْم َعل‬

Kenapa kalian (penduduk Arab yang bukan pedalaman) berkumpul


mengerumuni saya sebagaimana kalian berkumpul mengerumuni orang gila?
Pergilah (bubarlah)

 Karahatu fissam’i

Yaitu kata yang tidak enak didengar,maksudnya kata


yangdiucapkan memiliki makna yang buruk sehingga tidak enak untuk
didengar ,seperti lafadz-lafadz yang keji salah satunya seperti berikut.

‫ كا لجرش لنفس‬yang artinya seperti diri seseorang dengan nafsu


, kata jarsyu bagi orang arab adalah kata yang tidak enak didengar

b. Fashahah kalam (kalimat yang fasih)


Kalimat yang fasih adalah kalimat yang selamat dari 4 hal,yaitu sebagai
berikut.
 ‫تنافر الكلمات‬
Yaitu berkumpulnya kata-kata yang yang berat atau sulit untuk
diucapkan dalam suatu kalam. Seperti disebutkan dalam sebuah syair
yang bercerita tentang letak kuburan Harb ibn Umaiyah:
ٍ ْ‫ْس قُرْ بُ قَب ِْر َحر‬
‫ب قَ ْب ُر‬ َ ‫ َولَي‬, ‫ب بِ َم َكا ٍن قَ ْف ٍر‬
ٍ ْ‫َوقَ ْب ُر َحر‬
"Kuburan Harb (Harb ibn Umaiyah) di tempat yang
tandus,Tidak ada dekat kuburan Harb (Harb ibn Umaiyah) kuburan."
Lafadz ‫حرب‬, ‫ قبر‬dan ‫ قفر‬bukanlah kata yang sulit untuk diucapkan
akan tetapi ketiga kata itu terasa berat diucapkan ketika ketiganya
berkumpul
 ( ‫) ضعف التأ ليف‬
Yaitu adanya suatu kalam (susunan kata-kata) yang tidak
mengikuti kaidah-kaidah ilmu nahwu atau sharaf yang disepakati oleh
jumhur (mayoritas) ulama. Seperti peletakan dhamir,yang diletakan
sebelum marji’ya maka menurut mayoritas ulama’atau ahli bahasa arab
penyebutan dhomir harus jatuh setelah marji’nya. Seperti berikut.
‫َج َزى بَنُوْ هُ أَبَا ال ِغ ْيالَ ِن ع َْن ِكبَ ٍر‬
"Anak itu membalas kebaikan Abu al-Gailan di waktu tua”
Peletakan Dhamīr Hu pada lafaz ُ‫وْ ه‬zzُ‫ بَن‬menurut mayoritas
Ulama’ adalah salah karena marji’nya (‫ )أَبَا ال ِغ ْيالَ ِن‬berada di belakang,
tapi oleh sebagian Ulama’ memperbolehkannya. Nah, inilah yang
dinamakan ‫ضعف التأليف‬.
 ‫التعقيداللفظي‬
Yaitu kalam yang maknanya kurang jelas (sulit di pahami),
sebab adanya kata-kata yang tidak teratur susunannya,adanya
pendahuluan lafadz yang semestinya di akhirkan atau sebaliknya, atau
sebab dipisah dan lain-lain (tidak disusun berdasarkan rangkaian
makna yang semestinya). Contohnya sebagai berikut.

‫مَا قَ َرأَ إِالَّ َوا ِحدًا ُم َح َّم ٌد َم َع ِكتَابًا أَ ِخ ْي ِه‬


Susunan kalimat ini salah karena tidak disusun berdasarkan rangkaian
makna yang sesuai. Susunan yang benar adalah:
‫َما قَ َرأَ ُم َح َّم ٌد َم َع أَ ِخ ْي ِه إِالَّ ِكتَابًا َوا ِحدًا‬
“Muhammad tidak membaca bersama saudaranya kecuali 1 buku
saja.”

 ‫التعقيد المعنوي‬
Yaitu kalam yang sulit dipahami dari segi maknanya, karna
kalimah yang ducapkan tidak sesuai dengan makna aslinya Ini
biasanya terjadi pada susunan kata yang mempunyai uslūb al-majāz
dan al-kināyah. Contohnya:
‫ك أَ ْل ِسنَتَهُ فى المدينة‬ ُ ِ‫نَ َش َر ال َمل‬
Raja itu menyebar (mengerahkan) lidah-lidahnya.
Maksudnya adalah mengerahkan telik sandi(sama artinya
dengan mata-mata), kemudian di buatkan majaz “lidah-lidah” tapi
majaznya tidak tepat. Karena biasanya telik sandi majaznya adalah
mata-mata, bukan lidah-lidah. Majaz yang benar adalah:
)‫ك ُعيُوْ نَهُ ( َج َوا ِس ْي ِس ِه‬ُ ِ‫نَ َش َر ال َمل‬
"Raja itu mengerahkan mata-matanya."

c. Fasaha mutakallim(pembicara yang fasih)


Fashahah yang fasih adalah orang yang dapat mengungkapkan kata-kata yang
fasih,sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh lawan.

2.Balaghah
Secara bahasa balaghah berarti sampai atau berkesudahan. Secara istilah
balaghah adalah sampainya maksud dari orang yang berbicara kepada lawan bicara.
Balaghah mempunyai 4 unsur, yaitu ungkapan atau lafadz,pengertian atau makna,
susunan kata-kata dan Sesuai dengan kondisi yang ada.
Balaghah terbagi menjadi 2, yaitu balaghah kalam dan balaghah mutakallim.
a. Balaghah kalam
Balaghah kalam adalah kalam yang sesuai dengan tuntutan
situasi dan kondisi serta fasih lafadznya,baik mufrod atau murakkab.
Contoh : orang yang melihat kebakaran atau maling cukup mengatakan
“maling” , “kebakaran” . kata maling dan kebakaran merupakan kalam
yang baligh,karna kata yang digunakan sudah sesuai dengan kondisi karna
tuntutan situasi dan kondisi yang membutuhkan respon cepat. Namun
dalam situasi dan kondisi lain,pembicara bisa mengungkapkan maksud
dengan kalam lengkap unsur-unsurnya.

b. Fashahah mutakallim
Fashahah mutakallim adalah kemampuan yang
dimilikiseseorang untuk menyempaikan maksud dengan kalam yang
baligh yang sesuai dengan kontekstual
3.Kalam khabari
ُ‫ق َو ْال ِك ْذب‬
ُ ‫َمااحْ تَ َم َل الصِّ ْد‬

Kalam khabari adalah pernyataan yang mengandung kebenaran dan


kebohongan. Contohnya ketika ada seseorang yang mengatakan bahwa ada saudara
kamu yang sakit, maka kalam tersebut bisa saja benar jika memang terbukti
benar,dan bisa saja salah jika terbukti salah atau kamu menolaknya. Kalam khabari
ini adalah kalam yang dapat diteliti kebenarannya. Kalam Khabari ini disebut pula
“Jumlah Mufidah“ dan setiap jumlah mempunyai 2 rukun, yaitu:
1. Mahkum alaih, yaitu yang dikenai hukum.
2. Mahkum fih, yang dipakai hukum. Dan juga terdapat unsur lainnya yaitu
qayyid
Dalam ilmu ma’ani mahkum alaih disebut musnad ilaih dan mahkum fih
disebut Musnad.
Contoh pada kalimat ‫اخوك مريض فى المستشفىى‬, yang menjadi musnad adalah
‫اخوك‬, dan yang menjadi musnad ilaih adalah‫ مريض‬,dan ‫ فى المستشفى‬sebagai qoyyid.

Kalam khabar ada kalanya berjumlah fi‟liyah dan berjumlah ismiyah. Yang
pertama yakni berjumlah fi‟liyyah yaitu khabar yang disusun untuk menyatakan
kejadian/perbuatan berlangsung pada waktu tertentu dan terbatas. Kadang-kadang
mengandung makna terus berlangsung (selalu terjadi), dengan qarinah (tanda-tanda)
mata menyatakan tetapnya musnad(khabar) bagi musnad ilaih(mubtada).

Tujuan asal dari kalam khabari ada dua, yaitu:

1. Faidatul khabar
Yaitu menyampaikan suatu hukum yang terkandung dalam suatu kalimat kepada
mukhathab. Contoh:
‫ض َر َرئِيْسُ ْال ُج ْمهُوْ ِريَ ِة‬
َ ‫َح‬
Artinya: Pak Presiden telah datang.
2. Lazimul khabar
Yaitu memberiatahukan mukhathab bahwa mutakallim megetahui suatu hukum.
Contoh:
ٌ‫أَ ْنتَ َم ِريْض‬
Artinya: Kamu sakit.
Selain kedua tujuan di atas, ada beberapa tujuan kalam khabari sesuai dengan subjek
mutakallim dalam menyampaikan suatu pernyataan. Diantaranya:
 Al-Fakhr (‫)الفخر‬
Yaitu menyampaikan berita untuk menunjukkan kebanggaan (prestise). Contohnya
adalh perkataan firaun
‫ان ربكم العلى‬
Aku adalah tuhan kalian
 Izhhar al-Dha‘f (‫)إظهار الضعف‬
Yaitu menyampaikan berita untuk menampakkan kelemahan. Contohnya:
‫ظ ُم ِمنِّي َوا ْشتَ َع َل الر َّْأسُ َش ْيبًا‬ ْ ‫قَا َل َربِّ إِنِّي َوهَنَ ْال َع‬
Artinya: “Ia (Nabi Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah
lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban….” (Q.S.Maryam :4).
 Al-Tahassur (‫)التحسر‬
Yaitu menyampaikan berita untuk menunjukkan penyesalan.
Contohnya sebagaiman disebutkan dalam al-Qur’an yang mengisahkan tentang isteri
Imran yang melahirkan anak perempuan bernama Maryam: Contohnya:
‫ض ْعتُهَا أُ ْنثَى‬ َ ‫ت َربِّ إِنِّي َو‬ ْ َ‫ض َع ْتهَا قَال‬َ ‫فَلَ َّما َو‬
Artinya: “Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata, “Ya
Tuhanku, Sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan….” (QS. ‘Ali
‘Imran : 36).
 Al-Istirham (‫)االسترحام‬
Yaitu menyampaikan berita untuk memohon kasih sayang dan belas kasihan.
Contohnya:
‫إِنِّ ْي فَقِ ْي ٌر ِإلَى َع ْف ِو هللاِ َو ُغ ْف َرانِ ِه‬
Artinya: Saya sangat mengharapkan ampunan dan magfirah dari Allah.
Masih banyak lagi tujuan dari penyampaian kalam khabari tergantung maksud dan
niat pembicara.

dilihat dari keadaan mukhathab atau orang yang menjadi lawan bicara, kalam khabari
terbagi tiga macam:

1. Khabar Ibtida’i
Khabar ibtidai adalah apabila mukhatab tidak mengetahui tentang berita tersebut dan
berita yang disampaikan tidak perlu menggunakan taukid. Contoh:
ٌ‫أَبُوْ كَ َم ِريْض‬
Artinya: Ayahmu sakit.

2. Khabar Thalabi
Khabar thalabi adalah apabila mukhathab ragu-ragu atau bingung mengenai
kebenaran suatu berita dan diharapkan mukhathab menjadi yakin akan kebenaran
berita tersebut. Berita yang disampaikan lebih baik menggunakan taukid. Contoh:
َ ‫إِ َّن أَبَا‬
ٌ‫ك َم ِريْض‬
Artinya: sesungguhnya ayahmu sakit.

3. Khabar Inkari
Khabar inkari adalah apabila mukhathab mengingkari kebenaran suatu pernyataan
yang disampaikan. Dalam khabar inkari harus menggunakan taukid lebih dari satu
terganting tingkat keingkaran mukhathab. Contoh:
ٌ‫ك لَ َم ِريْض‬َ ‫َوهللاِ إِ َّن أَبَا‬
Artinya: sesungguhnya ayahmu sakit | Demi Allah, sesungguhnya ayahmu sakit.Huruf
taukid berguna untuk menguatkan atau menegaskan dari pernyataan yang terdapat
pada suatu kalimat. Ada beberapa huruf yang bisa digunakan untuk taukid,
diantaranya:
- (‫ )إِ َّن‬atau (‫)أَ َّن‬.
Taukid ini masuk ke mubtada’ khabar dan menashabkan mubtada’. Contoh:
ٌ‫ك َم ِريْض‬ َ ‫إِ َّن أَبَا‬
َ َ َ
َ ‫أ ْعلَ ُم أ َّن أبَا‬
ٌ‫ك َم ِريْض‬
- Huruf sumpah
Yaitu (‫)و‬, (‫)ب‬, dan (‫)ت‬, dan memajrurkan kata setelahnya. Contoh:
z‫َوهللاِ أَنَا فِ ْي بَ ْن ُدوْ نج‬
- Lam ibtida’
Yaitu lam sebelum isim atau fi’il. Bedanya dengan lam huruf jar adalah lam ibtida’
tidak beramal sehingga i’rab kata setelahnya tetap sesuai kedudukan dalam kalimat.
Contoh:
‫لَ َكانَ أَبُوْ كَ َم ِر ْيضًا‬ 
- Nun taukid khafifah
Yaitu nun sukun diakhir fi’il. Contoh:
ِ ‫لَنَ ُكوْ ن َْن ِمنَ ْالخ‬
َ‫َاس ِر ْين‬
Artinya: Sungguh kami akan termasuk orang-orang yang rugi.
- Nun taukid tsaqilah
Yaitu nun bertasydid di akhir fi’il. Contoh:
ِ ‫لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْالخ‬
َ‫َاس ِر ْين‬
Artinya: Sungguh kami akan termasuk orang-orang yang rugi.
- Huruf tanbih
Huruf tanbih digunakan untuk menarik perhatian mukhathab. Contoh:
ٌ‫أَاَل إِ َّن نَصْ َر هللاِ قَ ِريْب‬
Artinya: Ingatlah! Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.
- Huruf (‫)قَ ْد‬
Huruf (‫ )قَ ْد‬untuk taukid fi’il.
‫ك َم ِر ْيضًا‬ َ ْ‫قَ ْد َكانَ أَبُو‬

Kalam khabari yang menyalahi lahiriyanya karna beberapa pertimbangan yang


diperhatikan oleh pembicara diantaranya sebagai berikut.
1. Memposisika orang yang mengetahui kepada posisi dia tidak tahu . contoh ada
orang yang mengetahui bahwa shalat itu wajib tapi dia tidak
melaksanakannya.maka disampaikanlah kepada orang tersebut bahwa shalat itu
wajib. ‫الصالة واجب‬
2. Memposisikan orang yang tidak mengetahui keposisi yang meragukan bagi
sipenutur. Contoh
‫وما ابرسو نفسى ان النفس ألمارة بالسوء‬
“dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan ,karena sesungguhnya nafsu
itu selalu menyuruh kepada kejahatan (yusuf : 53)
Lafadz yang dimasuki inna adalah pengukuhan kandungan maksud
terdahulu,sebab maksud lafadz yang terdahulu memberikan isyarat keragu-
raguan terhadap maksud yang terkandung dalam lafadz yang dimasuki inna.

3. Menempatkan mukhotob yang kosong hatinya seperti mukhotob yang ingkar


apabila tampak padanya sesuatu tanda dari beberapa tanda ingkar contoh.
‫ثم انكم بعد ذلك لميتون‬
Kemudian, sesudah itu sesungguhnya kamu benar-benar akan mati”. [Q. S. Al-
Mu‟minun : 15]
Pada ayat diatas, maka akan didapatkan mukhatabnya tidaklah mengingkari
hukum yang terkandung dalam firman Allah: “Kemudian, sesudah itu
sesungguhnya kamu benar-benar akan mati”. Namun, apa sebabnya firman itu
disampaikan kepada mereka dengan menggunakan taukid? Sebabnya adalah
tampaknya tanda-tanda keingkaran pada mereka karena kelalaian mereka dari
kematian dan ketidaksiapsiagaan mereka dengan amal saleh untuk menghadapi
kematian itu, mereka ditempatkan sebagai orang-orang yang inkar, dan khabar itu
disampaikan kepada mereka diperkuat dengan dua taukid

4. Memposisikan orang yang ragu ragu kepada posisi orang yang tau.
Contoh. Ucapan kepada orang yang ragu-ragu terhadap datangnya musaffir
padahal telah kabar itu telah tersiar atau masyhur.
‫قدم األمير‬
“seorang raja telah datang”

Mukhatab yang inkar dianggap sebagai orang yang tidak ingkar bila di
hadapannya terdapat beberapa dalil dan bukti, yang seandainya diperhatikan,
niscaya musnahlah keingkaran itu. yakni mukhatab adalah seorang yang benar-
benar ingkar akan tetapi tidak dianggap sebagai orang yang ingkar oleh
penyampai khabar itu sendiri, melainkan dianggap sebagai orang yang kosong
hatinya atau khaaliyudz-dzihni. Contoh ‫والهكم اله واحد‬:
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa”. [Q. S. Al-Baqarah : 163]Pada contoh
diatas, maka akan didapati bahwa Allah menyeruh orang-orang yang
mengingkarinya dan menentang ke-esaan-Nya. Akan tetapi, Allah menyampaikan
khabar kepada mereka tanpa disertai dengan huruf taukid seperti yang
disampaikan dengan mukhatab yang khaaliyudz-dzihni (kosong hatinya).
Mengapa demikian? Sebabnya adalah bahwa sesungguhnya di hadapan mereka
terdapat bukti-bukti yang jelas dan hujjah-hujjah yang pasti, yang seandainya
mereka mau memperhatikannya, niscaya mereka akan menemukan hal-hal yang
sangat memuaskan dan menundukkan. Oleh karena itu, Allah tidak menegakkan
pertimbangan bagi keingkaran yang demikian, dan tidak menganggap perlu
mengarahkan khitab secara khusus kepada mereka

Anda mungkin juga menyukai