Anda di halaman 1dari 4

Materi Pertemuan ke-3

FASHOHAH DAN BALAGHAH


A. FASHOHAH
Fashohah menurut bahasa adalah : kalimat yang menunjukkan arti jelas.
Dikatakan : “Seorang anak telah fasih dalam perkataannya” jika memang ucapannya sudah jelas.
Fashohah dalam istilah, itu menjadi sifat pada kalimah, kalam, dan mutakallim.
a. Fashohatul Kalimah .
adalah : Terhidarnya suatu kalimah dari Tanafur Huruf, Mukholafatul Qiyas, dan Ghorobah.
- Tanafur huruf adalah: Suatu sifat pada kalimah yang menyebabkan beratnya kalimah pada lidah dan sulit
mengucapkannya.
Contoh :
: ‫اﻟﻈَﺶﱡ‬tempat yang kasar.
: ْ‫اﻟﮭِﻌْﺨِﻊ‬tanaman hitam, untuk penggembalaan unta
: ِ‫اﻟﻨﱡﻘَﺎح‬air tawar yang jernih
: ِ‫اﻟﻤُﺴْﺘَﺴْﺰِر‬benang yang tepintal

Penjelasan :
Tanafur terbagi mejadi 2 yaitu :
1. Tanafur yang sangat berat terbatas. Contoh :
: ‫اﻟﻈَﺶﱡ‬tempat yang kasar.
: ْ‫اﻟﮭِﻌْﺨِﻊ‬tanaman hitam, untuk penggembalaan unta
Lafadz ْ‫اﻟﮭِﻌْﺨِﻊ‬ini dikatakan tanafur karena kesemuanya huruf berasal dari satu makhroj yaitu huruf halaq.

2. Tanafur yang berat tak terbatas. Contoh :


: ِ‫اﻟﻨﱡﻘَﺎح‬air tawar yang jernih
Pada Ucapan Penyair :
ِ‫وأَﺣْﻤَﻖَ ﻣﻤﻦ ﯾﻠْﻌَﻖ اﻟﻤﺎءَ ﻗﺎل ﻟﻲ دع اﻟﺨﻤﺮ واﺷْﺮَبْ ﻣﻦ ﻧُﻘﺎخ ﻣُﺒَﺮﱠد‬
Dan itu lebih bodoh lagi dari pada orang yang minum air lalu mengatakan padaku : “tinggalkan arak, dan
minumlah dari air tawar yang jernih yang dingin.

Contoh lain :
: ِ‫اﻟﻤُﺴْﺘَﺸْﺰِر‬benang yang tepintal
Lafadz ini dikatakan tanafur karena Huruf Syin (bersifat Hams dan Rokhwah) menengahi antara huruf ta’
(bersifat Hams dan Syadidah) dan huruf za’ (bersifat Jahr).

Untuk membedakan antara kedua tanafur tersebut yaitu dengan menggunakan perasaan yang sehat
(Dzauq Salim) yang diperoleh dengan mengkaji kalam Para ahli Balaghoh dan mendalami metode-
metodenya baik dari sisi kedekatan antara makhroj hurufnya atau dari jauhnya.

- Mukholafah Qiyas adalah : kalimah yang tidak sesuai dengan prosedur kaidah ilmu shorof.
Contoh : lafadz ‫ﺑُﻮق‬dijama’kan menjadi ٌ‫ﺑُﻮﻗَﺎت‬seperti dalam Syairnya Abu toyyib Ahmad bin Husain Al-
Ju’fiy al-Kandy Al-Kufy Al-Mutanabby yang sedang memuji pemimpin tentara Daulat Ibnu hamdan Raja
Aleppo Syiria :
ُ‫ﻓﺈِنْ ﯾَﻜُﻦْ ﺑَﻌْﺾُ اﻟﻨﱠﺎسِ ﺳَﯿْﻔًﺎ ﻟِﺪَوْﻟَﺔٍ – ﻓَﻔِﻲْ اﻟﻨﱠﺎسِ ﺑُﻮْﻗَﺎتٌ ﻟَﮭَﺎ وَطُﺒُﻮْل‬
“Jika sebagian manusia itu seperti tentara dalam pemerintahan ( ibnu Hamdan Raja Aleppo; Syiria ), maka
dalam manusia akan terdapat terompet dan gendang untuk pemerintahan itu”.
Karena menurut Qiyas dalam jama’ qillahnya adalah ٌ‫أَﺑْﻮَاق‬
Dan juga seperti lafadz ٌ‫ﻣَﻮْدَدَة‬dalam ucapannya :
ٍ‫إِنﱠ ﺑَﻨِـــﻲﱠ ﻟَﻠِﺌَﺎَمٌ زَھَــﺪَهُ – ﻣَﺎﻟِﻲَ ﻓِﻲْ ﺻُﺪُوْرِھِﻢْ ﻣِﻦْ ﻣَﻮْدَدَة‬
“Sesungguhnya Anak-anakku memang orang yang hina yang tidak perhatian, tiada dihatinya ada rasa cinta
padaku ”

Menurut Qiyas ilmu shorof adalah dengan mengidghomkan lafadz ٍ‫ﻣَﻮْدَدَة‬menjadi ‫ﻣَﻮَدﱠة‬karena ada dua
huruf sama, serta huruf yang kedua berharokat.

- Ghorobah adalah: adanya kalimah itu tidak jelas artinya.


Contoh :
َ‫ﺗَﻜَﺄْﻛَﺄ‬bermakna seperti lafadz ‫إﺟﺘﻤﻊ‬yaitu berkumpul.
َ‫إﻓْﺮَﻧْﻘَﻊ‬bermakna seperti lafadz ‫إﻧﺼﺮف‬yaitu bubar.
‫إﻟْﻄَﺨَﻢﱠ‬bermakna seperti lafadz ‫إﺷﺘﺪﱠ‬yaitu berat dan besar
Keterangan :
Ghorobah terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Kata yang bisa diketahui maknanya dengan seringnya meneliti pada kitab bahasa Ajam karena tidak
biasa digunakan pada bahasa murni arab. Contoh:
َ‫ﺗَﻜَﺄْﻛَﺄ‬bermakna seperti lafadz ‫إﺟﺘﻤﻊ‬yaitu berkumpul.
َ‫إﻓْﺮَﻧْﻘَﻊ‬bermakna seperti lafadz ‫إﻧﺼﺮف‬yaitu bubar.
‫إﻟْﻄَﺨَﻢﱠ‬bermakna seperti lafadz ‫إﺷﺘﺪﱠ‬yaitu berat dan besar
b. Kata yang tidak diketahui maknanya pada kitab bahasa karena tidak digunakan bagi orang Arab, dan
tidak berlakunya bahasa pembanding maka membutuhkan usaha keras untuk mengartikannya yang
menyebabkan sulitnya memahami dan masih ada kesamaran.
Contoh :
‫ﻣُﺴَﺮّج‬bermakna pedang suraij daerah Qin dan ada yang mengatakan bermakna : Lampu.

B. Fashohatul Kalam.
adalah : Terhidarnya beberapa kalimah dari tanafur pada kumpulan kalimah (kalam), Dho’fu Ta’lif, Ta’kid,
serta fashohahnya beberapa kalimah itu.

1. Tanafur pada Kalam adalah : Suatu sifat dalam Kalam yang menyebabkan beratnya kalam pada lisan
dan sulit mengucapkannya.
Contoh dalam ucapan Penyair :
ُ‫ﻓِﻲْ رَﻓْﻊِ ﻋَﺮْشِ اﻟﺸﱠﺮْعِ ﻣِﺜﻠُﻚَ ﯾَﺸْﺮَع‬
“pada keluhuran Arasynya Syara’, Orang sepertimu bisa mengambil”

Contoh lain:
ُ‫وَﻗَﺒْﺮُ ﺣَﺮْبٍ ﺑِﻤَﻜَﺎنٍ ﻗَﻔْﺮٍ – وَﻟَﯿْﺲَ ﻗُﺮْبَ ﻗَﺒْﺮِ ﺣَﺮْبٍ ﻗَﺒْﺮ‬
” kuburan musuh harus ditempat yang sunyi, dan tiada
kuburan lain dekat kuburan itu”

Seperti Ucapan Abu tamam Habib bin A’us:


ْ‫ﻛَﺮِﯾْﻢٌ ﻣَﺘَﻰ أﻣْﺪَﺣْﮫُ أﻣْﺪَﺣْﮫُ وَاﻟﻮَرَى ﻣَﻌِﻲْ وَإذَا ﻣَﺎﻟُﻤْﺘُﮫُ ﻟُﻤْﺘُﮫُ وَﺣْﺪِي‬
“Dia (Abu Ghoits Musa Bin Ibrahim Ar-Rofi’i) adalah orang yang mulia, jika aku memujinya maka aku
memujinya beserta orang-orang yang bersamaku. Jika aku menghinanya, maka aku menginanya sendirian”

Penjelasan :
Tanafur ini juga terbagi mejadi 2 yaitu :

Tanafur Syadid / A’la; yang sangat berat pengucapannya


Contoh dalam ucapan Penyair :
ُ‫ﻓِﻲْ رَﻓْﻊِ ﻋَﺮْشِ اﻟﺸﱠﺮْعِ ﻣِﺜﻠُﻚَ ﯾَﺸْﺮَع‬
Pada kalam tersebut dikatakan tidak fasih, karena sulit mengucapkannya disebabkan adanya pengulangan
3 huruf yaitu ro’, a’in, dan syin”.
Contoh lain:
ُ‫وَﻗَﺒْﺮُ ﺣَﺮْبٍ ﺑِﻤَﻜَﺎنٍ ﻗَﻔْﺮٍ – وَﻟَﯿْﺲَ ﻗُﺮْبَ ﻗَﺒْﺮِ ﺣَﺮْبٍ ﻗَﺒْﺮ‬
Pada syair tersebut dikatakan tidak fasih, karena sulit mengucapkannya disebabkan adanya beberapa huruf
yang sama serta diulang-ulang.

Tanafur Khofif/ Adna; yang tidak berat pengucapannya,

Seperti Ucapan Abu tamam Habib bin A’us:


ْ‫ﻛَﺮِﯾْﻢٌ ﻣَﺘَﻰ أﻣْﺪَﺣْﮫُ أﻣْﺪَﺣْﮫُ وَاﻟﻮَرَى ﻣَﻌِﻲْ وَإذَا ﻣَﺎﻟُﻤْﺘُﮫُ ﻟُﻤْﺘُﮫُ وَﺣْﺪِي‬
Pada kalam tersebut dikatakan tidak fasih, karena sulit mengucapkannya disebabkan adanya pengulangan
2 huruf yaitu ‫ھﺎء‬dan ‫”ﺣﺎء‬.

2. Dho’fu Ta’lif adalah : adanya kalam itu tidak sesuai dengan prosedur kaidah ilmu Nahwu yang masyhur.
Seperti membuat Dhomir sebelum menuturkan Marji’nya dalam lafadz dan ma’nanya, dalam ucapan
Penyair :
ُ‫ﺟَﺰَى ﺑَﻨُﻮْهُ أَﺑَﺎ اﻟﻐِﯿْﻼَنِ ﻋَﻦْ ﻛِﺒَﺮ وَﺣُﺴْﻦِ ﻓَﻌْﻞٍ ﻛَﻤَﺎ ﯾُﺠْﺰَى ﺳِﻨِﻤﱠﺎر‬
“Anak-anaknya telah membalas kebaikan Abu Ghilan diusia tua seperti yang dilakukan oleh Sinimmaru
(Arsitektur Negara rum)”

Penjelasan :
Kecacatan pada syair tersebut itu dari sisi Dhomirnya lafadz ُ‫ﺑَﻨُﻮْه‬yang kembali pada lafadz ِ‫أَﺑَﺎ اﻟﻐِﯿْﻼَن‬yang
merupakan lafadz yang diakhirkan secara Lafadz dan tingkatan.

3. Ta’qid adalah : adanya kalam itu tidak jelas (masih samar) pada makna yang dikehendaki.
Dan kesamaran itu adakalanya dari aspek lafadz yang disebabkan mendahulukan (taqdim), mengakhirkan
(ta’khir) atau memisah (Fashol). hal ini disebut Ta’kid Lafdhy.

Seperti Ucapan Al-Mutanabby :


ُ‫ﺟَﻔَﺨَﺖْ وَھُﻢْ ﻻَ ﯾَﺠْﻔَﺨُﻮْنَ ﺑِﮭَﺎ ﺑِﮭِﻢْ ﺷِﯿَﻢٌ ﻋَﻠَﻰ اﻟﺤَﺴَﺐِ اﻷَﻏَﺮﱢ دَﻻَﺋِﻞ‬
“Suatu Kebiasaan (watak) yang menunjukkan atas keturunan yang baik merupakan Kebanggaan, dan
mereka itu tidak bangga dengan itu”.
Pentakdirannya adalah :
‫ﺟَﻔَﺨَﺖْ ﺑِﮭِﻢْ ﺷِﯿَﻢٌ دَﻻَﺋِﻞُ ﻋَﻠَﻰ اﻟﺤَﺴَﺐِ اﻷَﻏَﺮﱢ وَھُﻢْ ﻻَ ﯾَﺠْﻔَﺨُﻮْنَ ﺑِﮭَﺎ‬

Penjelasan :
Pada syair tersebut, dikatakan Ta’kid lafdhy karena :
1. Memisah antara fi’il dan lafad yang berta’alluq padanya (muta’alliq) ( ( ‫ﺟَﻔَﺨَﺖْ ﺑِﮭِﻢ‬dengan lafadz lain yaitu :
. ‫وَھُﻢْ ﻻَ ﯾَﺠْﻔَﺨُﻮْنَ ﺑِﮭَﺎ‬
2. Mengakhirkan lafadz ُ‫دَﻻَﺋِﻞ‬dari lafadz yang berta’alluq padanya :
.‫ﻋَﻠَﻰ اﻟﺤَﺴَﺐِ اﻷَﻏَﺮﱢ‬
3. Memisah antara Na’at dan man’utnya : ُ‫ﺷِﯿَﻢٌ دَﻻَﺋِﻞ‬dengan lafadz :
‫ﻋَﻠَﻰ اﻟﺤَﺴَﺐِ اﻷَﻏَﺮﱢ‬

Dan adakalanya dari aspek makna disebabkan adanya penggunaan majaz dan Kinayah yang Murodnya
tidak bisa dipahami. hal ini disebut Ta’kid Ma’nawy.
Seperti Ucapanmu : ِ‫ﻧَﺸَﺮَ اﻟﻤَﻠِﻚُ أَﻟْﺴِﻨَﺘﮫُ ﻓِﻲْ اﻟﻤَﺪِﯾْﻨَﺔ‬
Dengan menghendaki arti dari: ُ‫أَﻟْﺴِﻨَﺘﮫ‬sebagai “Mata-mata”. dan yang benar adalah menggunakan lafadz :
ُ‫ﻋُﯿُﻮْﻧﮫ‬
dan Seperti juga Ucapan dari Penyair ( Abbas bin Ahnaf ) :
َ‫ﺳَﺄَطْﻠُﺐُ ﺑُﻌْﺪَ اﻟﺪﱠارِ ﻋَﻨْﻜُﻢْ ﻟِﺘَﻘْﺮُﺑُﻮْا وَﺗَﺴْﻜُﺐُ ﻋَﯿْﻨَﺎيَ اﻟﺪﱡﻣُﻮْعَ ﻟِﺘَﺠْﻤُﺪ‬
“Aku mencari tempat tinggal jauh dari kalian, agar kalian kelak menjadi dekat denganku, dan kedua
mataku mencucurkan air mata karena bahagia”.
Penyair membuat kinayah (kata konotasi) pada lafad ‫اﻟﺠﻤﻮد‬dengan arti bahagia, padahal lafadz tersebut
biasa digunakan untuk sebuah kinayah (kata konotasi) untuk arti: “sulit meneteskan air mata pada saat
menangis (susah)”. Yaitu waktu susah ketika berpisah dengan kekasih, dan inilah yang seketika dipaham
dari lafad , ‫اﻟﺠﻤﻮد‬bukan kebahagiaan seperti yang dikehendaki oleh Penyair,
Untuk mengartikan sesuai yang dikehendaki Penyair itu membutuhkan perantara yang banyak yaitu : lafad
‫اﻟﺠﻤﻮد‬diartikan dengan : keringnya mata dari air mata, lalu diganti dengan arti : tidak ada air mata ketika
menangis, lalu diartikan : tidak adanya air mata secara muthlaq, lalu diartikan : tidak adanya kesusahan, lalu
baru diartikan dengan : kebahagiaan. Oleh sebab itu dikatakan sebagai Ta’kid.

C. Fashohatul Mutakallim.
Adalah: Suatu sifat yang melekat pada seseorang (bakat) yang bisa menyampaikan suatu maksud dengan
perkataan yang fashih pada semua tujuan yang ada (seperti memuji atau menghina).

B. BALAGHOH
Balaghoh menurut bahasa : Sampai , Tuntas.
Menurut Istilah itu menjadi sifat pada kalam dan Mutakallim.

Balaghotul Kalam
adalah : Kesesuaian suatu kalam pada Muqtadhol Hal (tuntutan keadaan) serta fashohahnya kalam itu.
Hal disebut juga Maqom adalah : Perkara yang mendorong Mutakkalim untuk mendatangkan perkataan
pada bentuk tertentu.
Al-Muqtadho disebut juga I’tibar Munasib adalah : suatu bentuk tertentu yang didatangkan suatu ibarat
untuk menyampaikannya.
Seperti :
Pujian adalah Suatu keadaan yang mendorong untuk mendatangkan ibarat dengan bentuk Ithnab
(memanjangkan kalimat).
Cerdasnya Mukhotob adalah suatu keadaan yang mendorong untuk mendatangkan ibarat dengan bentuk
Ijaz (menyingkat kalimat).
Pujian dan Cerdasnya Mukhotob disebut Hal, sedangkan Ithnab dan Ijaz disebut Muqtadho.
sedangkan mendatangkan kalam dalam bentuk Ithnab dan Ijaz dinamakan menyesuaikan pada Al-
Muqtadho (tuntutan).

Balaghotul Mutakallim adalah : Suatu sifat yang melekat (bakat) pada sesorang yang bisa menyampaikan
suatu maksud dengan Kalam yang Baligh pada semua tujuan apapun.

Tanafur itu bisa diketahui dengan Dzauq Shohih (Kemampuan batin/perasaan yang sehat).
sedangkan Mukholafatul Qiyas dengan Ilmu Shorof, dan Dho’fu Ta’lif dan Ta’qid Lafdhy dengan Ilmu
nahwu, sedang Ghorobah dengan seringnya mempelajari kalam Arab, Ta’kid Ma’nawi dengan Ilmu Bayan,
dan Hal dan Muqtadhol hal dengan Ilmu ma’any.

maka bagi seorang pelajar balaghoh harus mengetahui ilmu bahasa, shorof, nahwu, Ma’any dan bayan
serta memiliki Dzauq yang salim dan memperbanyak mempelajari kalam Arab.

Anda mungkin juga menyukai