Disusun oleh:
Dosen pengampu:
2023
A. Pengertian Uslub ()معىن األسلوب
Makna uslub ialah cara atau gaya bahasa yang dipakai oleh seseorang untuk
menuangkan pokok-pokok pikiran dan perasaannya melalui untaian kata dan ditujukan
kepada para pembaca dan pendengar.
Ranah pembahasan uslub sebenarnya termasuk dalam pembahasan tentang
gramatika . Dalam kasus bahasa Arab, kajian uslub ada dalam nahwu (sintaksis). Sebab,
subtansi pembahasan uslub berkisar kepada pembahasan kalimat, juga merupakan
wilayah nahwu, pembahasan uslub tidak dimasukkan dalam pembahasan struktur
kalimat secara umum , namun diletakkan pada bab tersendiri. Misalnya bab al-Asalib
al-nahwiyah. Berdasarkan kenyataan itu, uslub untuk sementara bias didefinisikan
sebagai kalimat Arab yang memiliki orientasi gramatika yang berbeda dari kalimat
gramatika Arab pada umumnya. Pengertian uslub yang berbasis nahwu inilah yang
hendak digunakan dalam pembahsan kali ini.
Dalam hal ini, tidak ada relevansi yang cukup kuat untuk menyertakan perihal
pembahasan definisi uslub atau semacamnya, misalnya, ada tidaknya uslub (kalimat
yang berorientasi lain) dalam bahasa Arab. Para pakar nahwu tradisional sendiri telah
membangun penjelasan (apologi) yang mencukupi, yakni bahwa yang dikatakan uslub
sesungguhnya sama dengan kalimat pada umumnya, yakni terdiri dari S+P atau
mubtada’ + khobar dan fi’il + fa’il.
Pembahasan uslub mencakup empat hal, yakni kalimat sumpah; uslub
ketakjuban; uslub pujian dan celaan; uslub anjuran dan larangan. Masing-masing akan
dibicarakan pada bagian dibawah ini.
1. Kalimat Sumpah ()أسلوب القسم
kedalam bahasa Indonesia adalah dengan menggunakan kata demi….. atau yang
semakna dengannya.
Contoh:
وهللا ال جناح اال ابجملاهدة
Diterjemahkan → Demi Allah, tidak ada suatu keberhasilan kecuali dengan
kerja keras.
اتهلل ان فاعل اخلرب حملبوب
Uslub pujian dan celaan adalah gaya ungkapan yang dimaksudkan untuk
memberikan pujian ataupun celaan. Sebagian besar gaya ungkapan ini
menggunakan kata-kata نعم.atau بئسCara penerjemahan dua kata tersebut
adalah dengan kata ’sebaik-baik’ , ‘seburuk-buruk’ atau semakna dengan
keduanya.
Sebagai contoh:
نعم املستغرب حسن حنفى
Gaya ungkap ini lebih banyak digunakan dalam bahasa lisan ketimbang
bahasa tulis. Dalam bahasa tulis, uslub ini banyak dijumpai dalam karya-karya
sastra. Yang dimaksud gaya ungkap anjuran atau ighra’ adalah gaya ungkap
yang menganjurkan orang kedua agar melakukan perbuatan-perbuatan terpuji.
Sedangkan gaya ungkap larangan atau tahdzir, sebagai bandingannya, adalah
peringatan kepada orang kedua untuk menjauhi perbuatan tercela.
Cara mengidentifikasi gaya ungkapan ini adalah dengan melihat bahwa
suatu kalimat hanya terdiri dari suatu kata saja atau dua kata yang sejajar dan
kesemuanya dibaca mansub. Cara menerjemahkan pola ini adalah dengan
menggunakan kata-kata yang bermakna menganjurkan atau memperingatkan,
misalnya’…lah’, ‘janganlah’, ‘sebaiknya’, ‘seyogianya’, dan sebagainya.
Contoh:
العدل
Titik rawan kesalahpahaman pada pola ini adalah pada dugaan bahwa
ungkapan tersebut dipahami hanya sebagai satu katra atau dua kata yang sejajar,
bukan dipahami sebagai kalimat lengkap. Disinilah penerjemah harus berhati-
hati. Ungkapan-ungkapan seperti diatas itu nampaknya memang terdiri dari satu
kata atau dua kata sejajar, namun sebenarnya merupakan sebuah kalimat
lengkap, setidaknya dari aspek pesan yang dikandungnya. Sebagai ilustrasi,
misalnya, penerjemah salah memahami kalimat pertama, dankalimat ketiga
pada contoh diatas, sehinggakalimat pertama (salah) diterjemahkan dengan
‘keadilan’, dan kaliamat ketiga (salah) diterjemahkan dengan ‘’kejujuran dan
keikhlasan’’
Mengucapkan kata (كسر اهلاء) عليهterasa ringan, karena sesuai dengan ketentuan
asal dalam membaca dhamir muttashil dan tetap akan terasa ringan walaupun bacaan
bersambung dengan kata ()هللا, menjadi ()عليه هللا, tetapi mengucapkan ) عليه (ضم اهلاءakan
terasa berat, dan akan terasa lebih berat bila bacaan itu bersambung dengan kata ()هللا
bentukan yang lazim ()استطاعوا. Kata ( )اسطاعواyang menjadi pendek (karena hilang huruf
ta’) dan menjadi lebih berat diucapkan karena setelah bunyi ( )سbersambung ke huruf
( )طyang tafkhim mencerminkan tugas berat yang mesti dilakukan dengan tindakan
gerak cepat.
Contoh:
a. Kata benda ( )العاملberdasarkan kaidah umum dijamakkan dalam bentuk ( مجع
)التكسريyaitu ()العوامل, tetapi dalam surah al-fatihah ayat 2 terjadi ( )العدولdi bentuk
ب الْعَال م مم
ي
َ َم ٰا ْحلَ ْم ُد هّلل َر م
“Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.”
Dari ayat ini dan ayat-ayat setelahnya, dipahami makhluk Tuhan yang paling
dominan, paling berperan di alam ini mesti makhluk yang berakal, khususnya
manusia. Untuk mengungkapkan makna ini maka diperlukan ‘penyimpangan’
dari jamak taksir ( )العواملkepada jamak muzakkar salim ()العاملني. Kata ()العامل
menurut kaidah sharf tidak bisa menjadi jamak berakal, karena bukan kata sifat,
dan bukan benda berakal. Dipihak lain, dengan adanya ()العدول, maka ayat ke-2
Ini sama dengan ungkapan ‘iqamah’ ( )قد قامت الصالةpadahal shalat belum
dilaksanakan.
berikut.
ت مم َن ت بم َكلمم م
ْ َات َرمِٰبَا َوُكتُبم مه َوَكان َ ْ َص هدق
ممم م
َ ت فَ ْر َج َها فَ نَ َف ْخنَا فيه م ْن ُروحنَا َو
ْ َصن ومرََيَ اب نَ َ م
ْ ت ع ْم َرا َن الهمِت أ
َ َح ْ ََْ
َ الْ َقانمتم
ي
artinya: dan dia adalah berasal dari keturunan orang-orang (laki-laki) yang taat.
Di pihak lain dengan adanya ()العدول, ayat ini bersajak dengan ayat-ayat
sebelumnya.
kalimat ‘berita’ ke uslub ‘dialog’. Terasa dialog, akibat adanya peralihan atau
‘udul’ dari nama Yang Maha Agung ( )هللاserta asmanya yang lain menjadi ( ضمري
Selain itu, secara struktur juga tampak ‘udul’ dengan menempatkan objek ( مفعول
hanya Kepada-Mu.”
Dengan adanya dua macam ‘udul’ sekaligus dalam satu ayat, makna surat al-
fatihah secara keseluruhan nampak hidup, dan – sebagai surat pertama dalam
al-qur’an- dapat dipandang sebagai ‘ikrar’hamba kepada Maha Pencipta Yang
Maha pengasih dan Maha Penyayang.
ش مديد
َ ََوإم ْذ ََتَذه َن َربُّ ُك ْم لَئم ْن َش َك ْرُُْت أل مزي َدنه ُك ْم َولَئم ْن َك َف ْرُُْت إم هن َع َذ ماِب ل
“dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”
Sebagaimana diketahui, dunia ini tempat bekerja dan berjuang, bukan tempat
balasan. Balasan amal di Hari Kiamatlah (= )يوم احلسابtempatnya. Jadi di dunia
ini orang kufur nikmat belum tentu di kurangi nikmat dunianya, bahkan tidak
sedikit mereka yang karena lebih pintar serta teerampil mencari harta benda,
malah tambah berlimpah harta kekayaannya. Itulah sebabnya ungkapan ‘syarat’
pada kalimat kedua tidak ada jawabnya (......)ولئن كفرت. Andaikata ada jawab
syarat, boleh jadi akan timbul pemahaman yang tidak cocok dengan prinsip
‘Rahman’ Tuhan di dunia sebagai ()رب العا ملني, seperti yang dikemukakan dalam
Dalam ayat ini terdapat ‘’udul’ bukan dalam struktur kalimat, tetapi dalam
makna (dalali, semantik), yaitu walaupun ayat ini tampil dengan gaya kalimat
berita (=)خربية, tapi maknanya bukan berita (=)إنسائية, yaitu ‘perintah ‘ kewajiban
ي ب ه
َ اّللُ لَ ُك ْم َوُكلُوا َوا ْش َربُوا َح هَّت يَ َت َب ه ُ اب َعل َْي ُك ْم َو َع َفا َع ْن ُك ْم فَاآل َن َاب مش ُر
َ وه هن َوابْ َت غُوا َما َكَت َ س ُك ْم فَ َت
َ أَنْ ُف
اش ُرو ُه هن َوأَنْ تُ ْم َعاكم ُفو َن
الصيام إم ََل اللهْي مل وال تُب م م مم ط األب يض ممن ْ م
َ َ َ َ ٰاألس َود م َن الْ َف ْج مر ُثُه أَِتُّوا م
ْ اخلَْيط َ ُ َ ْ ُ اخلَْي
ْ لَ ُك ُم
آَّيتم مه لملن م
هاس ل ََعله ُه ْم يَته ُقو َن ي ه
َ ُاّلل َ وها َك َذلم
ُٰك يَُبم
ود هم
َ ُاّلل فَال تَ ْق َرب َ اج مد تمل
ُ ْك ُح ُد ميف الْمس م
ََ
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-
isteri kamu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi
mereka. Alloh mengetahui bahwasannya kamu tidak dapat menahan nafsumu,
karena itu Alloh mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu. Maka
sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Alloh
untukmu, dan makn minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar. Kemudian kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai
(datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu
beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Alloh, maka janganlah kamu
mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia
agar mereka bertakwa.”
Sejalan dengan pendapat para muffasirin, dalam ayat diatas terdapat beberapa
‘udul’ dari segi makna, sebagai berikut.
1. Kata ( )الرفثsemula berarti segala apa yang diinginkan seorang laki-laki terhadap
iterinya, lalu dengan gaya kiasan ( )كتابةberarti ‘jimak’, dan kiasan termasuk ke
3. ‘’udul’ dari ‘perintah’ fi’il amar ( )كلواواشربواmenjadi ‘ibahah’ (=boleh) makan dan
minum. Lalu kata ‘benanga putih’ ()اخليط االبيضkinayah ‘siang hari’, dan ‘benang
4. Ungkapan ( )فال تقربوهاmerupalkan gaya hiperbol ()املبالغة, dan gaya bahasa seperti