Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan mengulas kembali kata-kata, kalimat-kalimat para ahli sejarah pendahu kita. Maka sangat
banyak pembelajaran urgen yang dapat terpetik. Sesuai dengan kata-kata ini:

Pelajarilah bahasa arab karena sesungguhnya bahasa arab itu merupakan suatau bagian dari agama
kalian. (Umar Bin Khattab).

Sesungguhnya bahasa arab dan nahwu adalah suatu sarana untuh mengetahuialqur’an dan sunnah
Rasulullah s.a.w. keduanya bukanlah termasuk dari ilmu-ilmu syar’i akan tetapi ajib hukumnya
mendalami ilmu tersebut karena syari’ah ini datang dengan bahasa arab dan setiap syari’ah tidak
akan nampak kecuali dengan suatu bahasa. (Imam Al-Ghazali)

Nah dengan melihat ulasan perkataan diatas, maka nampaklah bahwa bahasa arab sangatlaah urgen
untuk dipelajari, dipahami dan diamalkan. Dan untuk dapat memahami bahasa arab, kita perlu
mendalami ilmu nahwu, sharaf serta ilmu balagha.

Tetapi yang menjadi tantangan global para pelajar sekang. Mereka ingin dengan mudahnya dapat
berbahasa tanpa mengetahui seluk-beluk dari ilmu tersebut terutama pada nahwu dan sharafnya.
Sehingga saat mereka menemukan keganjalan-keganjalan dalam al-qur’an, mereka akan heran. Dan
akhirnya timbullah argumen-argumen dan bahkan laris terpasarkan buku-buku mengenai
kejanggalan-kejanggalan bahasa dalam al-qur’an. Dan mereka yang harus membaca meresapi tanpa
menganalisa, akan memahami bahwa terdapat beberapa kaidah-kaidah bahkan bahasa-bahasa
dalam al-qur’an yang salah.

Dengan inilah kita siswa, mahasiswa, guru, dan para dosen memiliki hak urgen untuk mendalaminya.

Begitupula dengan karya tulis ini, kami hadirkan untuk menumpas secuil,dan setetes ilmu nahwu
yakni mengenai “Al-Idhafah”. Apasih itu Idhafah...?. sedikit-demi sedikit akan kami kupas pada Bab
Pembahasan.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan ruang lingkup, latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai beriku
:

a. Apa pengertian al-Idhofah ?

b. Apa sajakah Ketentuan – Ketentuan Dalam Pembentukan Al- Idhafah ?

c. Ada berapa jenis-jenis Idhafah ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al – Idhofah atau Mudhaf wa Mudhafun ilaih


‫ اإلضافة‬artinya yang bersandar. Dalam tata bahasa Indonesia sama dengan bentuk kata majemuk
campuran[1]. Dalam idhafah terdapat dua kata yang membentuk satu pengertian. Kata pertama
disebut mudhafun dan kata kedua disebut mudhafun ilaih.

Menurut Drs Muhammad Thalib mengatakan bahwa idhofah adalah bersandar. Yakni kata kata
kedua sandar pada kata pertama sehingga membentuk dua kata yang memiliki satu makna. seperti:
kepala sekolah, rumah makan, balai desa, gedung pertunjukan, kebun binatang, dsb.

Pak H. Mustafa mengatakan bahwa “mudhaf dan mudhaf ilaihi” adalah rangkaian kosa kata atau
(isim) atau lebih yang menunjukkan kepada arti “milik” yang pertama disebut “mudhaf” dan yang
kedua disebut “mudhaf ilaihi”.[2] Maka dapat disingkatkan lagi bahwa menurut pak mustafa
“mudhaf dan mudhaf ilaihi” adalah milik atau kepunyaan. berarti disini ada yang dimiliki dan ada
yang memiliki. Seperti pada contoh ‫ باب المدرسة‬yang artinya pintu sekolah atau pintu kepunyaan
sekolah. Sekolah yang memiliki dan pintu yang dimiliki. Kata pertama disebut Mudhaf, sedangkan
kata yang kedua disebut Mudhaf Ilaih.

Dalam bukunya Nurul Huda menggunakan istilah frasa. Yakni: Frasa idhafah (‫ )المرّك ب االضافي‬yakni
menggabungkan kata benda dengan kata benda lain untuk memperoleh satu makna.[3] Menurutnya
kata prasa memang tidak ditemukan dalam bahasa arab, karena kata frasa bukanlah berasal dari
kata bahasa arab. Akan tetapi tidak adanya istilah tersebut bukan berarti tidak ada konsef frasa
dalam bahasa arab. Dalam ilmu gramatika bahasa arab ada istilah Murakkab yang didefinisikan
sebagai ma turuqqiba min kalimataini fa aktsara’. Murakkab ini ada banyak macam, ada murakkb
idhafi, isnadi, bayani dll. Dari sekian banyak murakkab , murakkab isnadi disebut juga dengan jumlah.
Murakkab ini setara dengan klausa. Sedangkan murakkab yang lainnya tergolong atau setara dengan
kategori frasa (murakkab ghairu isnadi).

Sedangkan dalam bukunya mulakhash menggunakan bahasa majrur bi al-idhafah (‫ )المجروور بااإلضافة‬.
yakni:

‫ زرت حديقة اآلسماِك‬: ‫] مثل‬4[ . ‫ والمضاف إليه هو اسم او ضمير ينسب الى اسم سابق‬: ‫يكون االسم مجرورا إذا كان مضافا إليه‬
(‫ وتسمى اآلسماِك مضافا اليه‬.‫) وتسمى حديقة مضافا‬

‫المضاف يكون عادة نكرة و يعرب بحسب موقعه فى الجملة‬


)‫ مبتدأ مرفوع با الضمة‬: ‫ سوُر الحديقِة مرتفع (سور‬: ‫مثل‬
)‫ مفعول به منصوب با لفتحة‬: ‫أخذت كتاَب التلميذ (كتاَب‬

Sedangkan dalam bukunya kaidah tata bahasa arab menyatakan bahwa mudhafun ilaih adalah isim
yang dimajemukkan dengan isim sebelumnya dengan maksud menjadikannya ma’rifat atau
mengkhususkannya. [5]

Contoh: ‫ = كتاُب زيٍد‬buku zaid. Jika isim yang di idhafatkan itu bertanwin maka di buang tanwinnya
seperti pada contoh.

Pak iman saiful mu’minin menyatakan dalam kamusnya, Idhafah adalah pertalian suatu struktur
antara dua kalimat isim yang menyebabkan kalimat isim yang kedua tersebut dibaca jar selamanya.
[6]

Dan dikuatkan dengan pendapat Moch Anwar bahwa:[7]

‫نسٌة تقيديٌة بين شيئيِن تقتضى انجرار ثانيهما‬


Idhafah adalah nisbah taqyidiyah (pertalian) antara dua perkara (dua isim) yang menyebabkan isim
kedua beharokat jar.

B. Ketentuan – Ketentuan Dalam Pembentukan Al- Idhafah

Dalam membuat al-idhafah adada hal-hal yang sangat penting yang harus diperhatikan dalam
pembentukannya, yakni:[8]

1. Isim yang berstatus “Mudhaf” tidak dimasuki alif lam

2. Isim yang berstatus “Mudhaf ilaihi” selalu hukumnya majrur.

3. Isim yang berstatus “Mudhafun ilaih” tidak selalu beralif lam, yakni boleh dalam bentuk
ma’rifah dan boleh pula dalam bentuk nakirah

4. Menunjukkan kepada arti milik tidak disisipkan kata yang

Dapat di perhatikan beberapa contoh dibawah ini :

‫ = لوُن القميِص‬warnanya baju itu

‫قلُم األستاِذ‬ = polpennya guru itu

‫ = مجلة الموظف‬majallahnya pegawai itu

‫ = لوُن قميٍص‬warnanya sebuah baju

‫ = قلُم أستاٍذ‬polpennya seorang guru

‫ = مجلة موظٍف‬majallahnya seorang

Pegawai

Sedangkan dalam kitab al-muyassara menyatakan bahwa syuruuthu al-idhafah ( ‫[)شروُط اإلضافَة‬9], ada
tiga yakni:

· ‫أن اليكون المضاف منوًن ا‬.

‫باٌب = باُب الفصِل‬ ‫ كتاٌب = كتاُب علٍّى‬: ‫مثل‬


Tanwin dan idhafah selamanya tidak akan bisa bertemu, seperti ungkapan penyair :[10]

‫ فأيَن َت َر اِني اَل َت ُحّل مكاِنَي‬. ‫كَأِّن ي َت ْن ِو ْيٌن َو َأْن َت إَض اَفٌة‬
“Aku seolah tanwin, sedangkan kamu adalah idhafah. Dimana saja kamu bertemu aku, maka kamu
tidak boleh menumpang di tempatku.”

‫ او جمعا‬, ‫ مثنى‬, ‫أن تحذَف انوُن إذا كاَن المضاُف‬


‫بيتان = بيَت ا محّمٍد‬ ‫ كتابان = كتاَب ا علٍّى‬: ‫مثل‬

‫رجالن = رجاَل َى‬ ‫يدان = يَد اَك‬


‫معّلمون = معّلمو المدرسِة‬ ‫مسلمون = مسلمو مصَر‬
· ‫أن تجذَف األلُف و الالُم من المضاِف‬
‫البيُت = بيُت ِهللا‬ ‫ الرسول = رسوُل ِهللا‬: ‫مثل‬

Dengan melihat poin-poin dari ke dua referensi diatas maka dapat kami abstrakkan dan rumuskan
bahwa ketentuan-ketentuan al-Idhafah adalah:

Na’rifah + Ma’rifah = Idhafah à Rafha , mudhaf == tanwin

C. Jenis- jenis Idhafah

menurut Drs Muhammad Thalib dalam bukunya idhafah dapat dibedakan menjadi dua, yakni
Idhafah kepada Isim Zhahir dan idhafah kepada isim dhamir.[11]

1. Idhafah kepada Isim Zhahir

Isim zhahir ialah semua isim yang menyatakan nama benda baik yang kongkrit maupaun yang
abstrak. Contohnya :

‫عمُر أميُر األّمِة‬ = umar pemimpin ummat

‫هذا كتاُب تلميٍذ‬ = ini kitab seorang siswa

‫ = جاكرَت ا عاصمُة إندونسيَي ا‬jakarta ibukota indonesia

2. Idhafah kepada Isim Dhamir

Isim dhamir adalah lawan dari isim zhahir. Dan yang dimaksud dengan isim dhamir adala semua kata
ganti nama, misalnya: saya, kamu, dia, dll. Contohnya :

‫بيتي‬ = rumahku

‫تلك مدرستي‬ = itu adalah sekolahku

‫هي أمِك‬ = dia adalah ibuku

‫ = فاطمُة صاحبها‬fatimah adalah sahabatnya

dan menurut nurul huda dalam bukunya, Idhafah dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu
Idhafah ma’nawiyah dan idhafah lafziyah.[12]

Idhafah ma’nawiyah adalah idhafah yang adanya penggabungan tersebut dimaksudkan untuk men-
ta’rif atau menspesifikkan mudhaf. Sedangkan, idhafah lafdziyah adalah idhafah yang
penggabunganya tidak dimaksudkan demikian. Namun tujuannya hanya sekedar peringatan dalam
hal ucapan (lafzh) saja. Yaitu dengan adanya peniadaan tanwin atau nun pada jama’ maudzakkar dan
tatsniyah.[13]

Suatu Idhafah dapat dikatakan idhafah lafzhiyah adalah apabila menyandarkan kata bentuk
(musytaq) pail, maf’ul dan atau bentuk musyabbihat terhadap maf’ul dan atau bentuk sifat
musyabbihat terhadap (mudhafun ilaih) orang atau sesuatau yang menjadi pelaku atau yang
menjadi objek berkenaan. Misalnya :

‫طالُب العلِم‬ : pencari ilmu

‫ ُنَّصاُر المظلوِم‬: penyelamat yang teraniaya


‫طالبْو اإلله‬ : para pencari tuhan

‫ عاّل ُم الغيوِب‬: yang paham hal-hal ghaib

‫حسُن الخلِق‬ : yang bagus perangainya

Bagi idhafah lafdziyah dilihat dari aspek makna yang ditimbulkan dari penggabungan tersebut di
antaranya dapat dikelompokkan menjadi lima macam yakni sebagai berikut.[14]

a. Al-Idhafah Al- Lamiyah ( ‫) اإلضافة الالمية‬

Yaitu idhafah yang menyatkan makna milik atau kepunyaan. Dengan catatan mudhaf haruslah
berupa kata benda identif (‫ )نكره‬dan mudhafun ilaih berupa orang atau yang diorangkan. Contohnya :

‫غالُم زيٍد‬ = pembantu zaid

‫بيت األستاذِة‬ = rumahnya guru (pr) itu

‫كتُب أبائكم‬ = buku-buku bapak kalian

‫غرفتى‬ = kamar ku

‫حبيبُة صاحِب مرواِن‬ = kekasih teman marwan

Pada idhafah ini ada kata yang memiliki peraturan khusus yakni:

‫ ذو‬,‫ هن‬,‫ أب‬,‫ حم‬, ‫ فم‬, ‫ آخ‬Kata-kata ini jika dia berfungsi sebagai marfu maka ditandai dengan waw,
sedangkan jika dia berfungsi sebagai mansub maka ditandai dengan alif dan majrur dengan ya.
Contoh :

‫فّمو على‬ = mulut ali

‫فّماه‬ = mulutnya

‫ = ذوا الجّو الة‬pemilik sepeda motor

‫ابو زيٍد‬ = bapaknya zaid

‫اخا زلفة‬ = saudaranya zulfah

‫ذاالسيارة‬ = pemilik mobil

b. Al-idhafah Al-Bayaniyah ( ‫) اإلضافُة البيانّيُة‬

Yaitu idhafah yang menyatakan penjelasan dalam artian mudhaf ilaih menjelaskan jenis atau bahan
dari mudhaf dengan catatan, mudhaf ilaih merupakan bagian atau jenis dari mudhaf. Seperti :

‫باُب ساٍج‬ = Pintu jati

‫خاتُم حديٍد‬ = Cincin besi

‫ = صحُن السجاِج‬Piring kaca

‫ = حذاُء السجاِج‬Sepatu kaca


c. Al-Idhafah Zharfiyah ( ‫) اإلضافة الّظ رفّية‬

Yaitu idhafah yang menyatakan dimensi ruang atau waktu. Dengan catatan, mudhaf ilaih merupakan
kata yang menunjukkan zharf dimensi atau ukuran ruang (makan) atau waktu (zaman), misalnya:

= ‫رفيُق المدرسِة‬Taman sekolah

= ‫مسكاُن المدينِة‬Penduduk madinah

= ‫أدواُت المطبِح‬Perlengkapan dapur

= ‫مديُر المدرسِة‬Kepala sekolah

= ‫سوُق الليِل‬Pasar malam


= ‫نظُم الجامعِة‬Peraturan kampus

d. Al-Idhafah Al-Adadiyah ( ‫) اإلضافة العددّية‬

yaitu idhafa yang menyatakan jumlah/bilangan benda. Dengan catatan, mudhaf harus berupa kata
bilangan, sedangakan mudhaf ilaih berupa sesuatu benda yang dihitung dan daam bentuk kata
jamak. Apabila mudhaf ilaih berupa muannats maka mudhaf memakai bilangan mudzakkar,
sedangkan apabila mudhaf ilaih berupa kata mudzakkar maka mudhaf harus memakai bilangan
muannats. Namun perlu diingat, idhafah ini berlaku hanya beberapa bilangan saja. Contoh:
‫ُة‬ = tiga pena
‫ثالث األقالِم‬
= ‫خمسُة الطروِق‬lima metode

= ‫ خمسُة سياراٍت‬lima mobil

= ‫أربعُة كتٍب‬empat buku

= ‫الُف رجاٍل‬seribu orang

= ‫سُّت بكوٍر‬enam perawan

e. Al-Idhafah Tafdhliyah ( ‫) اإلضافة الّتفضيلّية‬

Idhafah yang menyatakan sifat sesuatu yang ter- atau paling. Dengan demikian, unsur mudhaf harus
berupa kata sifat bentuk tafdil, sedangkan mudhaf berupa kata kebebdaan.

= ‫خيُر الناِس‬Sebaik-baiknya manusia


= ‫أفضاُل العلِم‬Ilmu paling istimewa gadis tercantik
= ‫أكرُمكْم‬Yang termulia diantara kalian
= ‫أفضاُل الصالِة‬Shalat paling istimewa

= ‫أعَلى الدرجاِت‬Derajat tertinggi


Sedangkan menurut Syekh Syamsuddin Muhammad Araa’ini membagi idhafah atas tiga bagian
sesuai dengan maknanya[15]. Yakni sebagai berikut :

1. Idhafah yang ditakdir mengandung makna lam, (‫)الالم‬

dan ini yang paling banyak, seperti dalam contoh:

‫ = غالُم زيٍد‬pelayan zaid

‫ = ثوُب بكٍر‬pakaian bakar


Sebenarnya makna lengkap dari kedua contoh diatas ialah:

‫ = غالٌم لزيٍد‬pelayan kepunyaan Zaid

‫ = ثوٌب لبكٍر‬pakaian milik Bakar


2. Idhafah yang ditakdir mengandung makna mim, (‫) من‬

‫ = ثوُب خّر‬pakaian sutra

‫ = باُب ساٍج‬pintu kayu


Sebenarnya makna lengkap dari kedua contoh diatas ialah:

‫ = ثوٌب ِمْن خّر‬pakaian dari sutra

‫ = باٌب منن سٍج‬pintu dari kayu


3. Idhafah yang ditakdir mengandung makna fii (,‫)في‬

‫( = َب ْل َم ْك ُر الّليِل‬tidak) sebenarnya tipu daya (mu) diwaktu malam (saba:33)

‫ = يا َص اِحَب ِي السْج ِن‬hai kedua teman ku dalam penjara (yusuf:39)


Sebenarnya (takdirnya) makna lengkap dari kedua contoh diatas ialah:

‫بل مكٌر فى الّليِل‬

‫يا َص اِحَبَّي فى السْج ِن‬


Dalam bukunya muhammad muhyiddin abdul hamid menspesifikasikan lagi dari ketiga hal diatas,
yakni dengan dengan memberikan batasan-batasan dari ketiga pemaknaan diatas[16], yaitu:

1. Batasan pengidhafaan yang mengandung makna min adalah mudhaf merupakan bagian
atau sebagian dari mudhaf ilaih.

‫ = باُب ساٍج‬pintu kayu à kayu merupakan bagian dari pintu


2. Batasan pengidhafaan yang mengandung makna fii, adalah mudhafun ilaih harus
merupakan zharaf bagi mudhaf, seperti pada:

‫ َب ْل َم ْك ُر الّليِل‬à kata ‫ الّليِل‬merupakan zharaf bagi kata ‫َم ْك ُر‬


3. Adapun pengidhafan yang mengandung makna lam adalah seluruh pengidhafan yang
tidak memiliki batasan seperti kedua jenis pengidhafahan yang telah disebutkan sebelumnya.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Idhafah adalah penggabungan dua kalimat isim yang menyebabkan kalimat isim yang
kedua tersebut dibaca jar selamanya. Kata pertama disebut Mudhaf, sedangkan kata yang kedua
disebut Mudhaf Ilaih.

2. ketentuan-ketentuan al-Idhafah adalah:

Na’rifah + Ma’rifah = Idhafah,

mudhaf == tanwin,

mudhafun ilaih = jar

3. Jenis- jenis Idhafah dapat di tinjau dari beberapa sudut, yakni:

· Dari segi isimnya, menurut Muhammad Thalib

a. Idhafah kepada Isim Zhahir

b. Idhafah kepada Isim Dhamir

· Dari segi ma’na dan lafadz nya, menurut nurul huda

a. ma’nawiyah dan

b. idhafah lafziyah.

a) Al-Idhafah Al- Lamiyah ( ‫) اإلضافة الالمية‬

b) Al-idhafah Al-Bayaniyah ( ‫) اإلضافُة البيانّيُة‬

c) Al-Idhafah Zharfiyah ( ‫) اإلضافة الّظ رفّية‬

d) Al-Idhafah Al-Adadiyah ( ‫) اإلضافة العددّية‬

e) Al-Idhafah Tafdhliyah ( ‫) اإلضافة الّتفضيلّية‬

· Dari segi ma’na yang ditakdirkan, menurut Syekh Syamsuddin Muhammad Araa’in

a. Idhafah yang ditakdir mengandung makna lam, (‫)الالم‬

b. Idhafah yang ditakdir mengandung makna mim, (‫) من‬

c. Idhafah yang ditakdir mengandung makna fii (,‫)في‬

B. Saran

Semoga Materi pada Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan menambah referensi bagi para
pembaca dan penulis. amin

Syukran, salah dan kurangnya tolong dimaafkan, dan atas kerendahan hati para pembaca yang
budiman agar kiranya dapat memberi kritik dan solusi.

Pertanyaan:
1. Erma langka : penjelasan pembagian idhafah lafdziyah

2. Firmansyah : jelaskan syarat2 idhafah

3. Harina : tentang hadzpun nun (dibuangnya Nun)

DAFTAR PUSTAKA

Aceng, Zakaria. 2004. Al-Muyassarah Fii Ilmi An-Nahwi, cet;22. Garut: Ibn Azka Press.

Abdul Hamid, Muhammad Muhyiddin. 2010. Ilmu Nahwu Terjemah Tuhfatus Saniyah, cet;1.
Jogjakarta: Media Hidayah.

Anwar, Moch. 2011. Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jurumiyah Dan ‘Imrithy Berikut
Penjelasannya. Cet;20. Bandung, Sinar Baru Algesindo Offset.

Bek Dayyab, Hifni dkk. 2007. Kaidah Tata Bahasa Arab. Cet; 10. Jakarta: Darul Ulum Press

Ghulayaini, Musthofa. 2007. Syaikh. Jami’ Ad-Durus Li Al-Lughah Al-‘Arabiyah. Beirut: Al-Maktabah
Al-Asyariyah

Huda, Nurul. 2011. Mudah Belajar Bahasa Arab. Cet; I. Jakarta: AMZAH.

Muhammad Araa’ini, Syekh Syamsuddin. 2010. Ilmu Nahwu Terjemahan Mutammimah Ajurumiyah.
Cet;11. Bandung. Sinar Baru Algesindo.

Mu’minin, Imam Saiful. 2009. Kamus Ilmu Nahwu Dan Sharaf, Cet;2. Jakarta: PT. Amzah.

Moh Nuri, Mustafa. 1992. tuntunan praktis memahami bahasa arab 1. Ujung Pandang: IAIN Alauddin

Ni’mah, Fuad. Mulakhkhas Kawaid Al-Lughoh Al-‘Arabiyah, Surabaya: al-Hidayah.

Thalib, Muhammad. 2009. Sistem Cepat Belajar Bahasa Arab, Cet;5. Jogjakarta: Media Hidayah.
[1] Muhammad Thalib, Sistem Cepat Belajar Bahasa Arab, Cet;5. (jogjakarta, Media Hidayah, 2009),
h.39

[2] Mustafa Moh Nuri, Tuntunan Praktis Memahami Bahasa Arab 1. (Ujung Pandang, IAIN Alauddin,
1992) , h.144

[3] Nurul Huda, Mudah Belajar Bahasa Arab, Cet; I, (Jakarta: AMZAH, 2011). h.101

[4] Ni’mah, Fuad. Mulakhkhas Kawaid Al-Lughoh Al-‘Arabiyah, Surabaya: al-Hidayah. .h.98

[5] Hifni Bek Dayyab dkk, Kaidah Tata Bahasa Arab, Cet. 10 (jakarta, Darul Ulum Press, 2007) h.293

[6] Imam Saiful Mu’minin, Kamus Ilmu Nahwu Dan Sharaf, cet;2. (Jakarta: PT. Amzah, 2009). h.23

[7]Moch Anwar. Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jurumiyah Dan ‘Imrithy Berikut Penjelasannya,
Cet;20, (Bandung, Sinar Baru Algesindo Offset. 2011). h,160-161

[8] Op. Cit, Mustafa Moh Nuri, h. 144

[9] Aceng Zakaria. Al-Muyassarah Fii Ilmi An-Nahwi, cet;22. ( Garut: Ibn Azka Press, 2004). h.75

[10] Op. Cit, Imam Saiful Mu’minin, h.24

[11] Op. C

Anda mungkin juga menyukai