Anda di halaman 1dari 8

PRESENTASI MATERI 2

MATKUL : B.ARAB
TEMA : Mudzakkar-Mu’annas, Nakirah-Ma’rifah

KELOMPOK 2 :

- Raihanul Hammam Falah

- Wafa Khanza A.

- Pandu Gempar Setia


MUDZAKKAR-MU’ANNAS

1. Pengertian Mudzakkar

Secara harfiyyah mudzakkar berarti laki-laki. Namun dalam tata bahasa Arab Mudzakkar adalah
kelompok kata yang penggunaannya untuk laki-laki.

Perlu dipahami bahwa kata-kata dari kelompok Mudzakkar ini, secara makna terbagi dua jenis;
Hakiki dan Majazi.

‫ أسد‬/ ‫المذكر الحقيقي هو مادل على ذات الروح انسان وحيوان او من له ذكر >>> رجل‬

 Mudzakar Hakiki ialah sesuatu yang menunjukan pada hal yang memiliki


ruh, baik manusia maupun hewan degan jenis kelamin laki-laki. Contohnya
seperti :  ‫ أسد‬/ ‫رجل‬

Kemudian dalam tata bahasa Arab ada kata-kata yang disepakati oleh orang Arab sebagai kata
yang mudzakar, kendati tidak menunjukan pada sesuatu yang memiliki ruh dan jenis kelamin.

Kata-kata tersebut merupakan kata benda, kata sifat, kata ganti, kata petunjuk dll yang secara
hukum disebut sebagai mudzakar. Namun dikelompokan kedalam Mudzakar Majazi.

‫ حاسوب‬/ ‫المذكر المجازي يعامل معاملة الذكر ويفهم بالمعني وهو غير ذوي الروح مثل قلم‬

 Mudzakar Majazi adalah kata yang digunakan yang dalam pengamalannya


seperti pengamalan kata untuk Mudzakar hakiki dan dipahami dari
maknanya serta bukan sesuatu yang memiliki ruh. Contohnya seperti :  / ‫قلم‬
‫حاسوب‬
2. Pengertian Muannats

Secara harfiyyah muannats berarti perempuan, kemudian dalam tata bahasa Arab ada kata-kata
yang dikelompokan ke dalam muannats sebagai kebalikan dari kelompok kata yang mudzakkar.

Sehingga dalam bahasa Arab, salah satu ketepatan penggunaannya adalah kesesuaian kata antara
muannats dan mudzakar.

Muannats Hakiki

Seperti halnya Mudzakkar, muannats pun dikelompokan kedalam 2 jenis; yaitu hakiki dan majazi.

‫ ناقة‬/ ‫اما المؤنث الحقيقي مادل على ذات الروح من انسان او حيوان إمرأة‬

 Muannats Hakiki adalah sesuatu yang ditujukan pada yang memiliki ruh
baik manusia maupun binatang dan di tegaskan dengan jenis kelamin.
Contoh wanita dengan kata ‫إمرأة‬ 

Dari bentuk kata, muannats hakiki ini terbagi ke dalam dua jenis, yakni; Lafdzy dan Maknawy.

a. Muannats Hakiki Lafdy

‫وهو قسمين لفظي تلحقه عالمات التأنيث الثالثة‬ 

Muannats Hakiki lafdy yang dalam bentuk katanya ditandai dengan tanda
muannts (ta marbuthoh, atau alif ta`nits baik mamdudah maupun
maqshurah) seperti : ‫فاطمة‬

b. Muannats Hakiki Maknawi

‫ومعنوي التلحقه عالمات التأنيث الثالث ويفهم بالمعنى‬

 Muannat hakiki maknawi tidak tanda muannats, namun bisa dipahami dari
ُ َ‫زَ ْين‬
maknanya seperti : nama seorang wanita >>> ‫ب‬
Muannat Majazy 

Muannats Majazy merupakan kelompok kata yang dihukumi muannats, baik bertanda maupun
tidak bertanda muannats serta bukan yang memiliki ruh seperti di muannats hakiki.

‫ شباك‬/ ‫اما المجازي مايعامل معاملة االنثى ويفهم بالمعنى وهو غير ذوات االرواح نار‬

 Muannats Majazy adalah kata yang digunakan seperti penggunaan kata


untuk perempuan (dalam muannats hakiki) dan dipahami dari maknanya. Ia
juga bukan sesuatu yang memiliki ruh seperti :   ‫نار‬ = api dan   ‫شباك‬ = jendela

Seperti pada muannats hakiki maka pada muannats majazy juga terbagai kedalam dua jenis
yakni; lafdy dan maknawi. Polanya sama saja, yaitu; yang lafdy memiliki tanda muannats,
sementara yang maknawi tidak memiliki tanda muannats namun dipahami dengan maknanya.

NAKIRAH-MA’RIFAH

isim (kata benda) itu dibagi  menjadi dua, yaitu: umum dan khusus, dalam bahasa Arab
dinamakan  juga dengan isim nakirah (umum) dan makrifah (khusus).

1. Nakirah
Isim nakirah ialah isim yang masih umum atau global, kata benda yang mana, yang seperti apa,
terdapat dimana, kepunyaan  siapa, dan lain sebagainya,sehingga tidak bisa mengindikasikan 
benda tersebut, sebab  maknanya umum.

2. Makrifah
Isim makrifah ialah  kata benda yang berarti khusus dan memiliki  kandungan arti  tertentu
sehingga membuat  mutakallim (orang yang berbicara)  dan pendengar sudah memahami  apa
yang dimaksud.

A. Ciri-ciri Nakiroh dan Ma'rifah


Berikut ini adalah beberapa poin yang harus kita ketahui tentang ciri-ciri nakiroh dan ma'rifah di
bawah ini :
1. Nakirah

 Isimnya bertanwin ( ً ٍ ٌ )
 Biasanya tidak ditandai dengan huruf   Alif-Lam ( ‫) ال‬
 Menunjukan kata umum, bukan nama orang tertentu.

Contohnya :
ٌ‫بَيْت‬  َ‫َذلِك‬
Itu adalah sebuah rumah
[Kata ٌ‫ بَيْت‬merupakan isim nakiroh, karena terlihat jelas ciri-cirinya terdapat tanwin di akhir
huruf, tidak terdapat alif-lam, maka menunjukan sesuatu yang umum]

2. Ma'rifah

 Dibubuhi dengan huruf   Alif-Lam ( ‫ ) ال‬di awalnya Contohnya :


َ  ‫ال َولَ ُد‬
‫صالِ ٌح‬
Anak itu adalah anak sholeh
[kata  ‫ ال َولَ ُد‬termasuk isim Ma'rifah, karena terdapat huruf alif-lam di awalnya]
 Jika dalam suasana  idhafah, Idhafah ialah  dua isim yang digabung menjadi satu, sehingga
menimbulkan makna  yang baru, isim pertama menjadi mudhof dan isim kedua menjadi mudhof
ilaih, contoh kata:
‫َاب َز ْي ٍد‬
ُ ‫> ِكت‬ Kitab milik Zaid kedua kata di atas sebenarnya dua kata yang berbeda, tapi setelah
digabungkan dan mengikuti aturan main idhofah, maka keduanya menjadi ma'rifah atau kata
khusus 'kitab milik zaid' > sudah dapat diketahui bersama bahwa kitab tersebut adalah milik
Zaid.
 Jika kata yang di-idhafat-kan untuk kata tunjuk (isim isyarah) Contohnya :
ِ ‫ ٰ َه َذا ا ْلبَ ْي‬ ‫ب‬
‫ت‬ َّ ‫ فَ ْليَ ْعبُدُوا َر‬Maka hendaklah mereka menyembah tuhan empunya rumah ini (Ka’bah) [isim
isyaroh ‫ ٰ َه َذا‬ beridhofah dengan kata ‫ت‬ ِ ‫ ٰ َه َذا ا ْلبَ ْي‬ sudah menjadi ma'rifah,
ِ ‫ ا ْلبَ ْي‬, maka otomatis kata ‫ت‬
ِ ‫ا ْلبَ ْي‬ saja itu sudah ma'rifah karena ia mempunyai alif-lam.
walaupun sebenarnya kata ‫ت‬
 Jika kata ganti (isim dhamir)
Contohnya :
‫كاتب الدرس‬ ‫أنَا‬
“Saya adalah penulis pelajaran”
 Pengertian Isim Dhomir dan Pembagiannya dalam Ilmu Nahwu

 Jika kata sambung (isim mausul) ‫الذين كفروا‬


Orang Orang yang kafir  
 Jika kata tunjuk (isim isyarah) Contohnya :
‫كتاب‬ ‫ٰ َه َذا‬
ini adalah suatu  buku

 Jika isim alam (nama orang) Isim alam ialah  kata yang mengindikasikan  suatu nama
orang atau diri, gelar, lokasi  atau nama semacam gelar
Contohnya :
‫أِل بِ ْي ِه‬ ‫زَ ْي ٌد‬ ‫قَا َل‬
Zaid berkata pada ayahnya

B. Sebab-sebab Penggunaan Nakirah dan Makrifat

1. Nakirah

 Menginginkan arti  tunggal, seperti:‫يَقُ ْو ُم أ َما ِمي‬ ‫ َر ُج ٍل‬ ‫نَظَ ْرتُ إِلَى‬


Saya melihat seorang laki-laki yang sedang berdiri di depan sayaMaksudnya ialah  satu orang laki-
laki.
 Menginginkan jenisnya, seperti:ٌ‫َاوة‬ َ ‫ َو َعلَى أَ ْب‬Dan pada penglihatan-penglihatan mereka
َ ‫ ِغش‬ ‫صا ِر ِه ْم‬
tersebut  ada penutup.Maksudnya ialah  semacam penutup yang asing yang tidak dikenal oleh para
insan  dengan teknik  menutup terhadap sesuatu yang tidak bisa  ditutupi oleh penutup-penutup
yang lain.
 Ta’dzim (pengagungan), dalam definisi  bahwa dia ialah  lebih agung daripada bila 
ٍ ‫بِ َح ْر‬ ‫فَأْ َذنُ ْوا‬Maka umumkanlah perang Maksudnya ialah 
diterangkan  atau disebutkan, laksana  :‫ب‬
dengan pertempuran  apa saja.
 Taktsir (memperbanyak), seperti:‫ألَ ْج ًرا‬ ‫أَئِنَّا لَنَا‬Apakah kami bakal  mendapatkan
ganjaran).Maksudnya ialah  yang sempurna yang banyak.
 Tahqir (meremehkan) maksudnya ialah  terperosok nilainya sampai untuk  suatu suasana 
َ  َّ‫إِنْ نَظُنُّ إِال‬Kamu tidak beda  hanyalah
dimana dia tidak pantas  untuk dijelaskan. Seperti :‫ظنَّا‬
berprasangka dengan sebuah  prasangka Maksudnya ialah  prasangka hina yang tidak bisa 
dijadikan sebagai pedoman. Jika tidak demikian, maka mereka tentu  mengikutinya, sebab  itulah
kelaziman  mereka.
 Taqlil (menyedikitkan), laksana  :‫ ِمنَ هللاِ أَ ْكبَ ُر‬  ٌ‫ض َوان‬
ْ ‫ ِر‬ ‫َو‬
dan keridlaan dari Allah ialah  lebih besar.Maksudnya ialah  keridlaan yang tidak banyak  dari-Nya
ialah  lebih besar daripada surga-surga. Karena keridlaan-Nya ialah  pincak masing-masing 
kebahagiaan. Sedikit dari-Mu Cukup untukku, namun  Sedikit-Mu Tiada dapat  dikatakan sedikit.

2. Ma'rifah

 Dengan teknik  menuliskan  isim ‘alam (nama), supaya  semula diketahui oleh pendengarnya
dengan teknik  menuliskan  suatu  nama yang eksklusif  baginya, laksana  :‫أَ َحد‬ ُ‫هللا‬ ‫قُ ْل ه َُو‬
Katakanlah: “Dialah Allah yang satu
 untuk menghormati  atau menghinakan, andai  penyebutannya secara jelas mewajibkan  hal
itu. Contoh dari pemuliaan ialah  penyebutan Ya’qub dengan gelarnya, Isra’il, sebab  nama
tersebut  dari Allah. Mengenai gelar ini terdapat  dalam ulasan  khusus dalam Ilmu Tafsir (Ulumul
Quran)
Dan misal  penghinaan ialah  :
ٍ ‫يَدَا أَبِي لَ َه‬  ْ‫ تَبَّت‬Celakalah Abu Lahab Dan pada nama ini ada suatu  rahasia lain, yakni sindiran
‫ب‬
bahwa dia tergolong  penghuni Neraka Jahanam.
 Dengan menunjukkannya (isyarah) guna  membedakannya dengan pembedaan yang lebih
ُ ‫ َخ ْل‬ ‫َه َذا‬
sempurna serta menghadirkannya di dalam pikiran  pendengar secara kasat mata, seperti: ِ‫ق هللا‬
َ َ‫فَأ َ ُر ْونِى َما َذا َخل‬
‫ق الَّ ِذيْنَ ِمنْ د ُْونِ ِه‬
Ini ialah  ciptaan Allah, maka perlihatkanlah kepadaku apa yang dapat dibuat  oleh yang selain-Nya.
 Bagi  pemaparan sebab  ketidaktahuan pendengar, bahkan dia tidak dapat  mengetahuinya
kecuali dengan isyarat indrawi. Dan ayat ini sesuai  untuk misal  ini. Dan untuk menyatakan 
sejauhmana kedekatan dan kejauhannya. Maka dipakai  isim isyarah.
 Bermaksud guna  menghinakannya dengan memakai  kata penunjuk dekat, seperti ucapan 
kaum kuffar :‫الَّ ِذى يَ ْذ ُك ُر َءالِ َهتَ ُك ْم‬ ‫أَ َه َذا‬
mereka berkata: “Apakah ini orang yang mencaci  tuhan-tuhanmu.
 ُ ‫ا ْل ِكت‬ ‫َذالِ َك‬
Bagi  maksud mengagungkannya dengan memakai  kata penunjuk jauh, laksana  : َ‫َاب ال‬
‫ب فِ ْي ِه‬
َ ‫َر ْي‬
Kitab tersebut  tiada keraguan di dalamnya
 Bagi  lebih menyerahkan  perhatian kepadanya dengan memakai  kata penunjuk sesudah 
sebelumnya dilafalkan  sifat-sifat yang mengindikasikan  bahwa urusan  tersebut  memang pantas 
untuk mendapat imbalan dari apa yang dilafalkan  setelahnya, seperti: ‫ ُه ُم‬  َ‫ َعلَى ُهدًا ِمنْ َّربِّ ِه ْم َوأُولَئِك‬  َ‫أُولَئِك‬
َ‫ا ْل ُم ْفلِ ُح ْون‬
Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan tuntunan  dari Tuhan mereka dan mereka itulah
orang-orang yang berbahagia.
 Atau dengan memakai  isim maushul sebab  keengganan untuk melafalkan  nama spesialnya,
yang mungkin diakibatkan  untuk menutupinya, menghinanya atau untuk destinasi  lain. Seperti: ‫َوالَّ ِذى‬
ٍّ‫قَا َل لِ َوالِ َد ْي ِه أُف‬ 
Dan orang yang berbicara  kepada kedua orang tuanya: “ah [ekspresi menolak/tidak suka]”.
 Dan ma’rifah dengan idhafah sebab  keadaannya, yang adalah jalan sangat  ringkas atau
untuk memuliakan  mudlaf, seperti:
ٌ‫س ْلطَان‬
ُ ‫س لَكَ َعلَ ْي ِه ْم‬
َ ‫لَ ْي‬ ‫ي‬
ْ ‫ ِعبَا ِد‬  َّ‫إِن‬
Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, anda  tidak memiliki keterampilan  terhadap mereka.
 Atau guna  maksud yang umum, seperti:
‫يُ َخالِفُ ْونَ عَنْ أَ ْم ِر ِه‬  َ‫الَّ ِذيْن‬ ‫فَ ْليَ ْح َذ ِر‬
Maka hendaklah orang-orang yang melanggar perintah-Nya tersebut  menjadi takut.
Maksudnya ialah  semua perintah-perintah Allah.

Anda mungkin juga menyukai