A. Harfun
Harfun atau huruf, merupakan komponen penyusun kata. Huruf dapat dibagi ke
dalam dua jenis, yaitu huruf mabani/hija'i dan huruf ma'ani.
Huruf mabani/hija'i adalah huruf-huruf hijaiyah yang sudah kita kenal, mulai dari
alif sampai ya'. Huruf-huruf ini tidak memiliki makna. Baru bisa kita pahami
maknanya jika sudah dirangkai dengan huruf lainnya. Huruf Mabani dapat dibagi
lagi menjadi dua jenis.
Sedangkan huruf ma'ani, ialah huruf-huruf yang memiliki makna. Dalam bahasa
indonesia, huruf ma'ani dikategorikan sebagai kata, tidak lagi dinamakan dengan
"huruf".
Contoh: (وdan),
َ (ث َّمkemudian), (م ْنdari).
ِ
1
B. Kalimah
"Kalimah", atau identik dengan "kata" dalam Bahasa Indonesia, adalah lafazh yang
memiliki makna. "Kalimah" dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu isim, fi'il dan
huruf.
"Kalimah" tidak selalu saya terjemahkan menjadi "kata". Jika saya menulis
"kalimah" dengan tanda petik, maka maknanya identik dengan "kata" dalam
Bahasa Indonesia. Adapun jika saya menulis -kalimat- (tanpa tanda petik dan
akhirnya menggunakan huruf T), maka maksudnya adalah -kalimat- sebagaimana
yang sudah umum kita pahami. Sebabnya adalah karena pada pembahasan
selanjutnya kita akan mengenal adanya "huruf" yang termasuk kategori "kalimah".
Kalau saya katakan ada "huruf" yang merupakan jenis dari "kata", tentunya akan
sedikit membingungkan. Karena dalam Bahasa Indonesia, huruf ya huruf, tidak
bisa menjadi kata. Semoga dapat dipahami :)
C.Isim
Isim adalah setiap kata yang merujuk ke orang/manusia, hewan, tumbuhan, benda
mati, tempat, waktu, sifat, atau makna lainnya yang tidak terkait dengan waktu.
Ringkasnya, semua kata yang tidak termasuk dalam kata kerja dan "huruf" maka ia
adalah isim.
َ (أsinga), (شهرbulan) dan (اِستِقالَلkemerdekaan)
Contoh: ٌسد
3
Ciri-ciri isim
1. Tanwin, artinya setiap kata yang memiliki atau memungkinkan untuk di-
tanwin (harakat akhirnya) maka ia adalah isim. Contoh: (رج ٌلrajulun =
seorang laki-laki).
Tanwin dan alif-lam tidak mungkin bersatu pada satu kata. Sebagai contoh untuk
kata (شجرةpohon).
D.Fi'il
Fi'il adalah sebuah kata yang berfungsi untuk menunjukkan atas terjadinya suatu
peristiwa pada waktu tertentu (kata kerja). Fi'il dapat diidentifikasi dengan melihat
salah satu di antara ciri-ciri berikut.
5
2. Ta' Ta'nits, yaitu huruf تyang menunjukkan jenis muannats/perempuan.
Contoh:
ْ
(كتبتkatabat = dia perempuan telah menulis). Huruf ta' sukun di akhir,
maknanya kembali ke dhamir (هيdia perempuan).
Terdapat ciri lain yang memudahkan kita untuk mengenali suatu kata itu fi'il atau
bukan, yaitu apabila kata tersebut didahului oleh (ق ْدqad), سdan (سوفsaufa).
Contoh:
A. Pengertian
Jumlah dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan susunan kalimat yang
terdiri dari dua kata. Sebelum kita membahasJumlah ismiyah lebih jauh ada
baiknya kita bahas terlebih dahulu pengertian Al Ismu atau al Ismyah.
B. Pembagian
1. Jumlah Ismiyah
Jumlah ismiyah adalah Setiap kalimat yang tersusun dari mubtada dan khabar
dinamakan Jumlah ismiyah.Pendapat lain berpendapat : Selain itu Jumlah ismiyah
merupakan susunan kalimat yang diawali dengan Isim (kata benda).
Contoh:
7
Dari contoh di atas lafaz al masjidu adalah mubtada’, dan lafaz kabiirun adalah
khobar. Mubtada’ adalah Isim yang terletak di awal Jumlah yang di baca Rofa’.
Khobar adalah Isim yang berfungsi untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi
kalimat yang sempurna atau dalam bahasa arab dikenal dengan al jumlah al
mufidah, begitu pun contoh yang lainnya.
Al Ismu adalah lafaz dalam bahasa arab yang menunjukkan makna suatu
benda.Contoh: Muhammad,qolamun (pulpen), kirdun (kera).
a. Menerima AL
b. Menerima tanwin
Contoh: kitabunbukuكتاب
Huruf jar yaitu (didalam) في, (ke) الي, (dari) ( عن,من, (diatas) علي, (seperti) الكاف,
(dengan) الباء.
Contoh: (didalam masjid) ( في المسجدke rumah) الي بيت,(dari kelas) من فصل.
a. Dibaca Rofa’
Yang di maksud Isim Ma’rifat adalah Isim yang sudah jelas maknanya. Isim
ma’rifat bisa berupa:
Contoh: ahmadun ٌ (اَحْ َمدnama orang), Indonesia ( اِ ْند ُْونِ ْي ِسيَاnama Negara),
baitun ٌ ( بَ ْيتnamatempat)
d. isim dhomir
Isim dhomir yang bisa menjadi mubtada ’hanyalah isim dhomir yang munfasil
yaitu:
( هيdia perempuan 1)
( هنmereka pr),
9
( انتمkalian laki-laki),
( انتkamu 1 perempuan),
( انتماkamu 2 perempuan),
( انتنkalian perempuan),
( اناsaya),
( نحنkami / kita).
Isim nakiroh adalah isimyang maknanya tidak jelas atau masih umum.Tanda isim
nakiroh adalah adanya tanwin.
Contoh:
Contoh;
Jumlah fi’liyah menurut bahasa terbagi menjadi dua kalimat, yaitu: jumlah yang
artinya kalimat dan fi’liyah diambil dari kata fi’il dan ya’ nisbah. Adapun fi’il (kata
benda) artinya al-hads (kejadian, peristiwa) dan menurut istilah artinya kata yang
menunjukkan suatu makna dan terikat dengan tiga masa yaitu masa lampau,
sekarang dan yang akan datang. Sedangkan menurut istilahjumlah fi’liyah adalah:
هي التي تبدأ بفعل وتكون مركبة من فعل وفاعل أو من فعل ونائب فاعل
“Jumlah fi’liyah adalah kalimat yang dimulai (diawali) dengan fi’il (predikat) dan
tersusun dari fi’il dan fa’il (subjek) atau fi’Il (kata kerja) dan naibul al-fa’il”.
Selanjutnya kita akan mencoba membedah mengenai fa’il dan naibul fa’il yang
keduanya erat kaitannya dengan jumlah fi’liyah.
a. Fa’il
Pengertian fa’il (subjek) adalah isim yang menunjukkan orang yang mengerjakan
suatu pekerjaan dan kedudukannya dalam I’rabadalah marfu’. Sedangkan
menurut pendapat lain mengartikan fa’il menurut istilah adalah isim
marfu’yang fi’ilnya disebutkan sebelumnya. Kemudian dijelaskan
oleh Muhyiyuddin bin Abdul Hamid didalam kitabnya At-tuhfah As-
saniyah bahwasannya fa’il secara global (umum) terbagi menjadi dua, yaitu: Isim
Sharih dan isim muawwal bi ash-sharih.Isim Sharih terbagi menjadi dua, yaitu:
11
1) Isim dzahir
2) Isim mudhmar
Ialah isim (kata benda) yang tidak menunjukkan maksudnya melainkan dengan
bantuan qarinah (indikasi) takallum, khithab, dan ghaibah
b. Naibul Fa’il
Naibul Fa’il Ialah Isim marfu’ yang tidak disebutkan fa’ilnya.Dalam suatu jumlah
(kalimat) seharusnya membutuhkan fi’il (predikat), fa’il (subjek) dan maf’ul bih
(objek). Akan tetapi, dalam pembahasan ini, kita hanya
menggunakan fi’il (predikat) dan naibul fa’il (pengganti fa’il).
Maka jumlah (kalimat) aktif yang memenuhi tiga syarat diatas diubah menjadi
jumlah (kalimat) pasif yang tidak disebutkan fa’ilnya. Adapun fi’il (subjek) yang
digunakan dalam jumlah (kalimat) pasif adalah fi’il majhul dan kaidahnya sebagai
berikut:
فـإن كان الفعل ماضيا ضم أوله وكسر ما قبل آخره وإن كان مضارعا ضم أوله وفتح ما قبل آخره
“Jika fi’il madhi maka huruf yang pertamanya didhammahkan dan huruf sebelum
akhirnya dikasrahkan. Adapun untuk fi’il mudhari’ maka huruf yang pertama
didhammahkan dan difathahkan hurufnya sebelum akhirnya.”
فُتِح الباب
قُتِل الكافرون
3. FI’IL MADHI
Secara terpisah fi’il berarti kata kerja. Sedangkan madhi berarti yang telah lampau
atau lewat. Jadi, apabila digabung fi’il madhi ialah kata kerja yang menunjukkan
terjadinya suatu pekerjaan atau peristiwa pada waktu lampau.
13
B. Tanda-tanda / Ciri-ciri Fi’il Madhi
Tanda-tandanya antara lain tampak pada huruf asli kata kerjanya dan pada
َ ( َكـت َـtelah menulis), َ ــرأ
umumnya mengandung suara “a” , misalnya ب َ َ( قtelah
membaca) karena dia berharakat fathah. Secara lebih jelasnya di sini akan
dikemukakan ciri-ciri dari fi’il madhi yaitu:
1. Bersambung dengan Ta’ fa’il yang berharakat fathah, dhammah, atau kasrah.
Ta’ tersebut diletakkan di belakang fi’il dan berfungsi sebagai fa’il (pelaku
perbuatan).
2. Diakhiri dengan Ta’ ta’nits yang mati (Ta’ yang berharakat sukun, untuk
menunjukkan bahwa pelaku perbuatan itu adalah muannats / perempuan), seperti:
ُ صالَة
َّ ( قَ ْد قَا َم ِة الSungguh telah didirikan shalat)
15
atau ناFail
4 ِـي
َ ه ْ ََكتَب
ـت ْ pada huruf
Dia (pr) telah menulis + ـت
terakhir
9 ا َ ْنتُـ ْم َكت َ ْبتُـ ْم Kalian (lk) telah + ـْــت ُ ْمpada
menulis huruf terakhir
10 ِ ا َ ْنـ
ت ِ َكتَبْـ
ت Kamu (pr) telah + ت
ِ ـْـpada huruf
menulis terakhir
11 ا َ ْنت ُ َمـا َكت َ ْبت ُ َما Kalian (pr) telah + ـْت ُ َمـاpada
menulis huruf terakhir
12 َّ ُ ا ْنت
ـن َّ ُ َكت َ ْبت
ـن Kalian (pr) telah َّ ُ ـْـتpada
+ ـن
menulis huruf terakhir
17
E. Pembagian Fi’il Madhi
َ ُك ِت
ب ; Telah ditulis فتح ; Telah dibuka
b. Mādhi Majhul adalah fi’il yang berawalan dhammah sedang huruf sebelum
akhirnya berbaris kasrah
Adakalanya kata kerja lampau paling sedikit terdiri dari tiga huruf dan paling
banyak terdiri dari enam huruf
a. Kata kerja lampau yang terdiri dari tiga huruf, Pola-polanya adalah:
b. Kata kerja lampau yang terdiri dari empat huruf, Pola-polanya adalah:
َ فَا
ع َل قا تل سا فر خا صم
c. Kata kerja lampau yang terdiri dari lima huruf, Pola-polanya adalah:
d. Kata kerja lampau yang terdiri dari enam huruf, Pola-polanya adalah:
19
G. Pola Fi’il Madhi
1. Fi’il Madhi Tsulatsy, yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari tiga huruf.
Polanya
َفَــعِـل ـم
َ عـ ِل َ فَ ِه
َ ،َ شَـ ِهـد،ــم
2. Fi’il Madhi Ruba’i, yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari empat huruf.
Antara lain bentuknya yaitu:
3 َ فَـا
عـ َل قَـات َـ َل,س َم
َ خَـا,ســافَ َر
َ
3. Fi’il Madhi Khumasi, yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari lima huruf.
Polanya antara lain yaitu:
4 َ تَفَــا
عـ َل ت َ َجـــا َه َل,َســـاهَـل َ َســاق
َ َ ت,ف َ َت
4. Fi’il Madhi Sudasi, yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari enam huruf.
Contoh polanya di antaranya yaitu:
Pola Contoh
اِ ْست َ ْف َعـــ َل ت َفــعَّـ َل اِ ْفت َ َعـــ َل اِ ْنفَـ َعــ َل َأ َ ْفـ َعـل َفَعَّــل
A. Fi’il Ma’lum
Fi’il Ma’lum yaitu fi’il yang disebutkan fa’ilnya dan mempunyai pengertian aktif.
Contoh:
علي الكتا ب
ّ قرأartinya Ali membaca kitab.
الر ّز
ّ اكل مح ّمدartinya Muhammad makan nasi.
21
B. Fi’il Majhul
Fi’il Majhul yaitu fi’il yang fa’ilnya dibuang dan digantikan oleh maf’ul bihnya.
Fi’il Majhul ini mempunyai pengertian pasif. Fi’il Majhul hanya terdiri dari fi’il
Madhi dan fi’il Mudhari’ saja.
Cara membuat fi’il Majhul dari fi’il Madhi adalah didhomahkan huruf pertamanya,
dan dikasrohkan huruf sebelum akhir.
Contoh:
Apabila fi’ilnya berubah fi’il Ajwaf (huruf tengahnya mu’tal), maka bentuk
Majhulnya adalah ‘ain fi’ilnya diganti ya’.
Contoh:
Cara membuat fi’il Majhul dari fi’il Mudhari’ adalah didhomahkan huruf yang
pertama dan difathahkan huruf sebelum akhir.
Contoh:
Fi’il ma’lum merupakan bentuk kata kerja yang menunjukan perbuatan yang
bersifat aktif, sehingga kalimat tersebut nantinya akan menjadi kalimat aktif.
Sementara fi’il majhul merupakan bentuk kata kerja yang menunjukan perbuatan
yang bersifat pasif, sehingga kalimat tersebut nantinya akan menjadi kalimat pasif.
Fi’il Artinya
Ma’lum
يضرب Memukul
يكتب Menulis
Fiil Artinya
Majhul
يضرب Dipukul
يكتب Ditulis
Pada table di atas menunjukan perbedaan antara dua fi’il tersebut, yang fi’il
ma’lum subyeknya menjadi pelaku, sementara fi’il majhul subyeknya menjadi
sasaran. Seperti contoh berikut ini:
23
(يضرب أحم\ فاطمةAhmad memukul Fatimah), kata Ahmad menjadi pelaku
karena fi’ilnya berupa fi’il ma’lum. ( يضرب أحمدAhmad dipukul), maka kata ahmad
menjadi sasaran pukulan karena fi’ilnya berupa fi’il majhul.
Dari sini terlihat bahwa makna fi’il Ma’lum adalah fi’il yang pelakunya
disebut sehingga dinamakan Ma’lum, sementara makna fi’il Majhul adalah fi’il
yang pelakunya tidak disebut sehingga dinamakan Majhul atau tidak diketahui.
1. Fi’il Majhul dari Fi’il Madhi adalah dengan dibaca dhomah huruf pertama
dan dibaca kasroh huruf sebelum huruf terakhir, sementara sifat-sifat yang
lainnya tetap.
ضرب ضرب
Demikian juga untuk Fi’il mudhaaf juga memberlakukan seperti di atas yaitu م ّد
dibuat Fi’il Majhul menjadi مددkemudiandisingkat menjadi م ّد.
Untuk Fi’il Bina Ajwaf mengantikan huruf Illat dengan huruf Yak arena
menyesuaikan harokatnya yang kasroh, kemudian harokat tersebut dipindah
kehuruf tang pertama. Contoh: قالdirubah Majhul menjadi قولkemudian huruf
Wawu diganti Ya dan harokatnya diberikan pada harokat sebelumnya yaitu Qof
sehingga menjadi قيل.
Untuk Bina Naqish, tetap menggunakan rumus asal dengan melibatkan huruf Illat
yang diletakan di belakang. Contohnya: قضىmenjadi قضي.
Demikian pula kalau terdapat tambahan atau kemasukan Fi’il Mazid maupun Fi’il
Rubai Mujarrod, maka harokat fathah yang jatuh setelah huruf pertama juga
dirubah berharokat dhamah. Adapun contohnya sebagai berikut:
جاهد جوهد
علّم علّم
أسلم أسلم
تضارب تضورب
تعلّم تعلّم
أستغفر أستغفر
انتضر أنتصر
تفعلل تفعلل
Fi’il-fi’il Majhul tersebu dibaca kasroh pada huruf sebelum terakhir dan dibaca
dhomah pada huruf-huruf pertama termasuk huruf setelahnya yang
berharokatfathah.
2. Fi’il Majhul dan Fi’l Mudhari’ adalah dengan dibaca dmomah huruf pertama
dan dibaca fathah sebelum huruf terakhir, sementara sifat-sifat yang lain
tetap.
يضرب يضرب
Untuk Fi’il Bina Ajwaf menggantikan huruf Illat dengan huruf Alif karena
menyesuaikan harokatnya yang fathah, kemudian harokat tersebut dipindah ke
huruf pertama. Contohnya: يقولdoubah Majhul menjadi يقولkemudia huruf
Wawu diganti Alif dan harokatnya diberikan pada harokat sebelumnya yaitu Qof
sehingga menjadi يقال.
Untuk Bina Naqish tetap menggunakan rumus di atas tetapi huruf Illat tidak
berharokat kecuali dimasukan tanda Nashab atau Jazm. Contonya: يقضيmenjadi
يقصى.
Demikian juga kalau terdapat tambahan atau kemasukan Fi’il Rubai Mujarrad,
namun perubahan harokat dhomah hanya terjadi pada huruf pertama saja
sementara yang lain berharokat tetap. Adapun contohnya sebagai berikut:
يجاهد يجاهد
يعلّم يعلّم
يسلم يسلم
يتضارب يتضارب
يتعلّم ينعلّم
يستغفر يستغفر
ينتصر ينتصر
يتفعلل يتفعلل
Fi’il-fi’il Majhul tersebut dibaca fathah pada huruf sebelumnya terakhir dan dibaca
dhomah pada huruf pertama, sementar harokat yang terjadi setelah huruf pertama
tetap dibaca seperti semula (tidak seperti fi’il Madhi).
5. FI’IL MUDHORI
Fi’il Mudhari’ adalah fiil yang menunjukkan pekerjaan atau peristiwa yang sedang
terjadi (present tense) atau yang akan terjadi (future tense).
ُ يَ ْذ َه
Contoh : يَشْـ َه ُد- ـب
1. Dapat diawali dengan salah satu di antara empat huruf ) ُت (اَنَيْت,ي,ن, اyang
disebut huruf mudhara’ah.
ا ُ أ ْذ َه
ـب ي َ َي ْذ َهبُــون,ـان
ِ َي ْذ َه َب,ـب
ُ َي ْذ َه
27
4. Dapat dimasuki huruf jazem lam لم
Baik Fi’il Madhy maupun Fi’il mudhari’ senantiasa mengalami perubahan bentuk
sesuai dengan jenis dhamir dari fa’il atau pelaku pekerjaan itu. Untuk fi’il madhi,
perubahan bentuknya di akhir kata, sedangkan untuk fiil mudhari’, perubahan
bentuknya diawal kata dan diakhir kata . Contoh
1 َ ُه
ـو ب ْ َي
ُ ض ِـر Dia (lk) sedang/ akan .… Akhir kata
memukul
4 ـي
َ ِه ب ْ َت
ُ ض ِـر Dia (pr) sedang/ akan .… َت Awal kata
memukul
6 ُهـن ْ َي
َض ِـر ْبن Mereka (pr) sedang/ َي… ْبن
َ Awal dan akhir
akan memukul
9 ا َ ْنتُـم ْ َت
ض ِـربُ ْو ِن Kalian (lk) sedang/ َت…ُ ْون Awal dan akhir
akan memukul
10 ِ ا َ ْنـ
ت ْ َت
َض ِـر ِب ْين Kamu (pr) sedang/ akan َتَ … ِب ْين Awal dan akhir
memukul
Fi’il Mudhari’ adalah yang menunjukkan pekerjaan atau peristiwa yang sedang
terjadi (present tense) atau akan terjadi (future tense).
Tanda asli dari fi’il mudhari’ itu sendiri yaitu apabila permulaannya dimulai
dengan huruf mudhara’ah (ت-ي-ن-)أ
29
Cara membuatnya yaitu Huruf asli dalam Fi’il madhi diberi tambahan salah satu
huruf mudhara’ah, huruf ke dua sukun (mati).
Fi’il Mudhari’ mengalami perubahan bentuk sesuai dengan jenis dhamir dari fa’il
atau pelaku pekerjaan itu. Fi’il Mudhari’, perubahan bentuknya diawal kata dan
diakhir kata .