Anda di halaman 1dari 30

1.

PEMBAGIAN KALIMAT DALAM BAHASA ARAB

A. Harfun

Harfun atau huruf, merupakan komponen penyusun kata. Huruf dapat dibagi ke
dalam dua jenis, yaitu huruf mabani/hija'i dan huruf ma'ani.

Huruf mabani/hija'i adalah huruf-huruf hijaiyah yang sudah kita kenal, mulai dari
alif sampai ya'. Huruf-huruf ini tidak memiliki makna. Baru bisa kita pahami
maknanya jika sudah dirangkai dengan huruf lainnya. Huruf Mabani dapat dibagi
lagi menjadi dua jenis.

- Huruf 'illah, yaitu ‫( ا‬alif), ‫( و‬wau) dan ‫( ي‬ya').


- Huruf shahih, selain ketiga huruf di atas.

Sedangkan huruf ma'ani, ialah huruf-huruf yang memiliki makna. Dalam bahasa
indonesia, huruf ma'ani dikategorikan sebagai kata, tidak lagi dinamakan dengan
"huruf".
Contoh: ‫(و‬dan),
َ ‫(ث َّم‬kemudian), ‫(م ْن‬dari).
ِ

1
B. Kalimah

"Kalimah", atau identik dengan "kata" dalam Bahasa Indonesia, adalah lafazh yang
memiliki makna. "Kalimah" dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu isim, fi'il dan
huruf.

"Kalimah" tidak selalu saya terjemahkan menjadi "kata". Jika saya menulis
"kalimah" dengan tanda petik, maka maknanya identik dengan "kata" dalam
Bahasa Indonesia. Adapun jika saya menulis -kalimat- (tanpa tanda petik dan
akhirnya menggunakan huruf T), maka maksudnya adalah -kalimat- sebagaimana
yang sudah umum kita pahami. Sebabnya adalah karena pada pembahasan
selanjutnya kita akan mengenal adanya "huruf" yang termasuk kategori "kalimah".
Kalau saya katakan ada "huruf" yang merupakan jenis dari "kata", tentunya akan
sedikit membingungkan. Karena dalam Bahasa Indonesia, huruf ya huruf, tidak
bisa menjadi kata. Semoga dapat dipahami :)
C.Isim

Isim adalah setiap kata yang merujuk ke orang/manusia, hewan, tumbuhan, benda
mati, tempat, waktu, sifat, atau makna lainnya yang tidak terkait dengan waktu.
Ringkasnya, semua kata yang tidak termasuk dalam kata kerja dan "huruf" maka ia
adalah isim.
َ ‫(أ‬singa), ‫(شهر‬bulan) dan ‫(اِستِقالَل‬kemerdekaan)
Contoh: ٌ‫سد‬

3
Ciri-ciri isim

1. Tanwin, artinya setiap kata yang memiliki atau memungkinkan untuk di-
tanwin (harakat akhirnya) maka ia adalah isim. Contoh: ‫(رج ٌل‬rajulun =
seorang laki-laki).

2. Adanya alif-lam, contoh: ‫(الكتاب‬al-kitabu = buku).

3. Terletak setelah huruf nida' (untuk memanggil). Contoh: ‫(يا محمد‬wahai/ya


Muhammad). Setiap kata yang terletak setelah ‫(يا‬wahai) maka ia adalah
isim. Dalam Bahasa Indonesia pun demikian, setiap kata yang muncul
setelah 'wahai' biasanya adalah kata benda (nama orang misalnya). Dan kata
benda termasuk bagian dari isim.

4. Majrur, yang di antara tandanya adalah harakat kasrah. Majrur merupakan


salah satu kekhususan yang dimiliki oleh isim. Majrur-nya isim bisa karena
didahului oleh huruf jar, atau karena merupakan bentuk idhafah.

Contoh: ‫لى الش َج َر ِة‬


َ ‫ع‬َ (di atas pohon) merupakan bentuk jar-majrur, ‫لى‬
َ ‫ع‬
َ adalah
huruf jar, sedangkan ِ‫(الش َج َرة‬asy-syajarati) adalah isim yang karena didahului
oleh huruf jar sehingga dibaca majrur dengan kasrah.

Untuk bentuk idhafah, misalnya ‫صن الش َج َر ِة‬


ْ ‫(غ‬ghushnusy-syajarati = ranting
pohon). Kata ‫صن‬
ْ ‫غ‬adalah mudhaf, sedangkan ‫الش َج َر ِة‬mudhaf ilaih. Perlu
diingat, mudhaf ilaih selalu majrur. Jika ada satu kata yang berfungsi
sebagai mudhaf ilaih dan kata tersebut dapat langsung dimajrurkan (contoh:
ِ‫الش َج َرة‬yang majrur dengan kasrah) maka ia adalah isim. Mudhaf (dalam hal
ini ‫صن‬
ْ ‫ )غ‬sebenarnya pun adalah isim. Sehingga dapat kita katakan bahwa
bentuk idhafah dalam kasus di atas, baik itu mudhaf maupun mudhaf ilaih,
keduanya adalah isim.

5. Setiap kata yang menjadi pokok pembicaraan. Misalnya, ٌ‫تاب ُم ِف ْيد‬


ُ ‫(ال ِك‬buku itu
bermanfaat). Yang menjadi pokok pembicaraan dalam kalimat tersebut
adalah kata ‫تاب‬
ُ ‫ال ِك‬, sehingga ‫تاب‬
ُ ‫ال ِك‬adalah isim.

Tanwin dan alif-lam tidak mungkin bersatu pada satu kata. Sebagai contoh untuk
kata ‫(شجرة‬pohon).

Salah: ٌ ‫(الش َج َرة‬asy-syajaratun)


Benar: ٌ ‫(ش َج َرة‬syajaratun) atau ‫(الش َج َرة‬asy-syajaratu)

D.Fi'il

Fi'il adalah sebuah kata yang berfungsi untuk menunjukkan atas terjadinya suatu
peristiwa pada waktu tertentu (kata kerja). Fi'il dapat diidentifikasi dengan melihat
salah satu di antara ciri-ciri berikut.

1. Ta' Fa'il, yaitu huruf ‫ت‬yang berkedudukan sebagai "pelaku" pekerjaan.


Contoh:

ُ‫(كتبت‬katabtu = aku telah menulis), huruf ta' di sini maknanya kembali ke


dhamir (kata ganti) ‫أنا‬sebagai fa'il (pelaku).

َ‫(كتبت‬katabta = kamu telah menulis), huruf ta' maknanya kembali ke dhamir


َ‫انت‬sebagai pelaku.

5
2. Ta' Ta'nits, yaitu huruf ‫ت‬yang menunjukkan jenis muannats/perempuan.
Contoh:

ْ
‫(كتبت‬katabat = dia perempuan telah menulis). Huruf ta' sukun di akhir,
maknanya kembali ke dhamir ‫(هي‬dia perempuan).

‫(ت َكتب‬taktubu = dia perempuan sedang/akan menulis). Huruf ta' di awal,


maknanya kembali ke dhamir ‫(هي‬dia perempuan).

3. Ya' Mukhathabah, yaitu huruf ‫ي‬yang menunjukkan kata ganti orang


kedua atau "kamu" atau pihak yang diajak bicara. Contoh:

‫(تكتبيْن‬taktubiina = kamu perempuan sedang menulis)


‫(اُكتبي‬uktubii = wahai kamu perempuan, tulislah!)

4. Nun Taukid, yaitu huruf ‫ن‬yang ditambahkan di akhir kata untuk


menunjukkan makna penekanan. Contohnya َّ
‫(ليكتبن‬liyaktubanna =
hendaklah dia benar-benar menulis).

Terdapat ciri lain yang memudahkan kita untuk mengenali suatu kata itu fi'il atau
bukan, yaitu apabila kata tersebut didahului oleh ‫(ق ْد‬qad), ‫س‬dan ‫(سوف‬saufa).
Contoh:

ِ ‫ )ق ْد قا َم‬maka kata ‫قا َمت‬adalah fi'il.


( ‫ت الصالة‬
( ‫َب‬
ُ ‫سيَذه‬
َ ) maka kata ‫َب‬
ُ ‫يَذه‬adalah fi'il.
( ‫س ْوف ت ْعلَ ُمون‬
َ ) maka kata ‫ت ْعلَ ُمون‬adalah fi'il.
E. Huruf
Huruf yang termasuk kategori "kalimah" adalah huruf ma'ani. Huruf ma'ani
dikategorikan sebagai "kalimah" karena huruf tersebut sudah memiliki arti/makna
sebagaimana dikemukakan pada contoh di awal. Hanya saja, maksud/maknanya
belum dapat kita pahami secara utuh kecuali jika sudah digandengkan dengan kata
lainnya. Dalam bahasa Indonesia, huruf identik dengan kata sambung atau yang
sejenisnya.

2. JUMLAH DALAM BAHASA ARAB

A. Pengertian

Jumlah dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan susunan kalimat yang
terdiri dari dua kata. Sebelum kita membahasJumlah ismiyah lebih jauh ada
baiknya kita bahas terlebih dahulu pengertian Al Ismu atau al Ismyah.

B. Pembagian

1. Jumlah Ismiyah

Jumlah ismiyah adalah Setiap kalimat yang tersusun dari mubtada dan khabar
dinamakan Jumlah ismiyah.Pendapat lain berpendapat : Selain itu Jumlah ismiyah
merupakan susunan kalimat yang diawali dengan Isim (kata benda).

Contoh:

‫ ال َمس ِْجدُ َكبِر‬masjid itu besar

ٌ‫ار َوا ِس َعة‬


ُ َ‫ الد‬rumah itu luas

7
Dari contoh di atas lafaz al masjidu adalah mubtada’, dan lafaz kabiirun adalah
khobar. Mubtada’ adalah Isim yang terletak di awal Jumlah yang di baca Rofa’.

Khobar adalah Isim yang berfungsi untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi
kalimat yang sempurna atau dalam bahasa arab dikenal dengan al jumlah al
mufidah, begitu pun contoh yang lainnya.

Al Ismu adalah lafaz dalam bahasa arab yang menunjukkan makna suatu
benda.Contoh: Muhammad,qolamun (pulpen), kirdun (kera).

Di dalam Al Ismuterdapat tanda-tanda. Di antaranya adalah

a. Menerima AL

Contoh: Rumah (‫ )البيت‬,Papan tulis ‫السبورة‬

b. Menerima tanwin

Contoh: kitabunbuku‫كتاب‬

c. Biasa di dahului oleh huruf jar.

Huruf jar yaitu (didalam) ‫في‬, (ke) ‫الي‬, (dari) ‫ ( عن‬,‫من‬, (diatas) ‫علي‬, (seperti) ‫الكاف‬,
(dengan) ‫الباء‬.

Contoh: (didalam masjid) ‫( في المسجد‬ke rumah)‫ الي بيت‬,(dari kelas) ‫من فصل‬.

Dalam Jumlah ismiyah terdapat kaidah-kaidah yang pembahasannya sangat


panjang dan mendetail.

a. Dibaca Rofa’

Tanda Rofa’ pada Isima dalah dhommah, wawudan alif


َ ُ‫ البَيْت‬rumah itu kecil), al muslimuuna mahiiruuna َ‫( ال ُم ْس ِل ُم ْونَ َم ِهي ُْر ْون‬
Contoh:‫ص ِغي ٌْر‬
orang-orang muslim itu pintar), al tholibaani ‘alimaani‫ان‬
ِ ‫عاِل َم‬
َ ‫ان‬ َ ‫ ( ال‬dua murid
ِ َ‫طا ِلب‬
itu pintar).

b. Mubtada’ harus berupa Isim Ma’rifat.

Yang di maksud Isim Ma’rifat adalah Isim yang sudah jelas maknanya. Isim
ma’rifat bisa berupa:

c. Isim alam ( nama sesuatu)

Contoh: ahmadun ٌ‫ (اَحْ َمد‬nama orang), Indonesia‫ ( اِ ْند ُْونِ ْي ِسيَا‬nama Negara),
baitun ٌ‫ ( بَ ْيت‬namatempat)

d. isim dhomir

Isim dhomir yang bisa menjadi mubtada ’hanyalah isim dhomir yang munfasil
yaitu:

‫( هو‬dia Laki-laki 1),

‫ ( هما‬dia laki-laki 2),

‫ ( هم‬mereka laki-laki banyak),

‫ ( هي‬dia perempuan 1)

‫ ( هما‬dia perempauan 2),

‫ ( هن‬mereka pr),

‫ ( انت‬kamu laki-laki 1),

‫ ( انتما‬kamu laki-laki 2),

9
‫( انتم‬kalian laki-laki),

‫( انت‬kamu 1 perempuan),

‫( انتما‬kamu 2 perempuan),

‫ ( انتن‬kalian perempuan),

‫( انا‬saya),

‫ ( نحن‬kami / kita).

َ ‫ ( ُه َو‬dialaki-laki 1 tinggi), ‫س‬


Contoh: ‫ط ِو ْي ٌل‬ ٌ ‫( ا َ ْنتَ ُمدَ ِر‬kamu laki-laki 1 guru)

e. Isim yang kemasukan al

Contoh: ‫ (الفصل جميل‬kelas itu indah)

f. Khobar berupa isim nakiroh

Isim nakiroh adalah isimyang maknanya tidak jelas atau masih umum.Tanda isim
nakiroh adalah adanya tanwin.

Contoh:

‫ْف‬ َ ‫) ال ِب َال‬lantai itu bersih)


ٌ ‫ط ن َِظي‬

g.Mubtada’dan khobar harus bersesuaian dalam hal muannas dan muzakar


serta mufrod, musanna dan jama’nya.

Contoh;

( ٌ‫اط َمةُ َج ِم ْيلَة‬


ِ َ‫ ف‬fathimah itu cantik (ٌ‫) زَ ْيدٌ َج ِم ْيل‬zaid itu ganteng ( ‫)الكرة صغيرة‬bola itu
kecil( ‫ ) التلميذان ماهران‬murid dua itu pintar ( ‫) الطالبون ضاحكون‬murid-murid itu adalah
orang-orang tertawa)
2. Jumlah Fi’liyah

Jumlah fi’liyah menurut bahasa terbagi menjadi dua kalimat, yaitu: jumlah yang
artinya kalimat dan fi’liyah diambil dari kata fi’il dan ya’ nisbah. Adapun fi’il (kata
benda) artinya al-hads (kejadian, peristiwa) dan menurut istilah artinya kata yang
menunjukkan suatu makna dan terikat dengan tiga masa yaitu masa lampau,
sekarang dan yang akan datang. Sedangkan menurut istilahjumlah fi’liyah adalah:

‫هي التي تبدأ بفعل وتكون مركبة من فعل وفاعل أو من فعل ونائب فاعل‬

“Jumlah fi’liyah adalah kalimat yang dimulai (diawali) dengan fi’il (predikat) dan
tersusun dari fi’il dan fa’il (subjek) atau fi’Il (kata kerja) dan naibul al-fa’il”.

Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi’il dan fa’il yang terkadang membutuhkan


maf’ul yang disebut sebagai fi’il muta’addi dan terkadang pula tidak
membutuhkannya yang disebut sebagai fi’il laazim karena maf’ul bukanlah syarat
mutlak terbentuknya jumlah fi’liyah. Juga terdiri dari fi’il dan naibul fa’il, fi’ilnya
dinamakan sebagai fi’il majhul (intransitive).

Selanjutnya kita akan mencoba membedah mengenai fa’il dan naibul fa’il yang
keduanya erat kaitannya dengan jumlah fi’liyah.

a. Fa’il

Pengertian fa’il (subjek) adalah isim yang menunjukkan orang yang mengerjakan
suatu pekerjaan dan kedudukannya dalam I’rabadalah marfu’. Sedangkan
menurut pendapat lain mengartikan fa’il menurut istilah adalah isim
marfu’yang fi’ilnya disebutkan sebelumnya. Kemudian dijelaskan
oleh Muhyiyuddin bin Abdul Hamid didalam kitabnya At-tuhfah As-
saniyah bahwasannya fa’il secara global (umum) terbagi menjadi dua, yaitu: Isim
Sharih dan isim muawwal bi ash-sharih.Isim Sharih terbagi menjadi dua, yaitu:

11
1) Isim dzahir

Ialah isim yang menunjukkan maknanya tanpa membutuhkan qarinah (indikasi


yang lain),misalnya:

‫الفعل الماضي‬ ‫الفعل المضارع‬

‫جلس أحمد‬ ‫يجلس أحمد‬

‫جلس الصديقان‬ ‫يجلس الصديقان‬

‫جلس السلمون‬ ‫يجلس المسلمون‬

‫جلس األصدقاء‬ ‫يجلس األصدقاء‬

‫قامت المسلمة‬ ‫تقوم المسلمة‬

‫قامت المسلمتان‬ ‫تقوم المسلمتان‬

‫قامت المسلمات‬ ‫تقوم المسلمات‬

‫سافرت الزنايت‬ ‫تسافر الزنايت‬

2) Isim mudhmar

Ialah isim (kata benda) yang tidak menunjukkan maksudnya melainkan dengan
bantuan qarinah (indikasi) takallum, khithab, dan ghaibah

b. Naibul Fa’il

Naibul Fa’il Ialah Isim marfu’ yang tidak disebutkan fa’ilnya.Dalam suatu jumlah
(kalimat) seharusnya membutuhkan fi’il (predikat), fa’il (subjek) dan maf’ul bih
(objek). Akan tetapi, dalam pembahasan ini, kita hanya
menggunakan fi’il (predikat) dan naibul fa’il (pengganti fa’il).
Maka jumlah (kalimat) aktif yang memenuhi tiga syarat diatas diubah menjadi
jumlah (kalimat) pasif yang tidak disebutkan fa’ilnya. Adapun fi’il (subjek) yang
digunakan dalam jumlah (kalimat) pasif adalah fi’il majhul dan kaidahnya sebagai
berikut:

‫فـإن كان الفعل ماضيا ضم أوله وكسر ما قبل آخره وإن كان مضارعا ضم أوله وفتح ما قبل آخره‬

“Jika fi’il madhi maka huruf yang pertamanya didhammahkan dan huruf sebelum
akhirnya dikasrahkan. Adapun untuk fi’il mudhari’ maka huruf yang pertama
didhammahkan dan difathahkan hurufnya sebelum akhirnya.”

Contoh dari fi’il madhi yangdidhammahkan huruf pertamanya dan dikasrahkan


huruf sebelum akhirnya adalah

‫فُتِح الباب‬

‫قُتِل الكافرون‬

‫قُ ِرأت الرسالة‬

Menurut Ash-shanhaji didalam matan Al-Aajurumiyah, naibul fa’il terbagi menjadi


dua macam yaitu dhahir dan mudhmar. Sedangkan menurut Fu’ad Ni’mah naibul
fa’il terbagi menjadi empat, yaitu: isim mu’rab, isim mabni, mashdar muawwal
dan masdar sharih (dzarfu muttasharif / jar dan majrur).

3. FI’IL MADHI

A. Pengertian Fi’il Madhi

Secara terpisah fi’il berarti kata kerja. Sedangkan madhi berarti yang telah lampau
atau lewat. Jadi, apabila digabung fi’il madhi ialah kata kerja yang menunjukkan
terjadinya suatu pekerjaan atau peristiwa pada waktu lampau.

13
B. Tanda-tanda / Ciri-ciri Fi’il Madhi

Tanda-tandanya antara lain tampak pada huruf asli kata kerjanya dan pada
َ ‫( َكـت َـ‬telah menulis), َ ‫ــرأ‬
umumnya mengandung suara “a” , misalnya ‫ب‬ َ َ‫( ق‬telah
membaca) karena dia berharakat fathah. Secara lebih jelasnya di sini akan
dikemukakan ciri-ciri dari fi’il madhi yaitu:

1. Bersambung dengan Ta’ fa’il yang berharakat fathah, dhammah, atau kasrah.
Ta’ tersebut diletakkan di belakang fi’il dan berfungsi sebagai fa’il (pelaku
perbuatan).

( َ‫ص ْرت‬ َ َ‫ ن‬,‫ص ْرت ُ َما‬


َ َ‫ ن‬,‫ص ْرت ُ ْم‬ َ َ‫ ن‬,‫ص ْرت ُ َما‬
َ َ‫ ن‬,ِ‫ص ْرت‬ َ َ‫ ن‬,‫ص ْرت ُ َّن‬
َ َ‫ ن‬, ُ‫ص ْرت‬
َ َ‫ (ن‬seperti:
َ‫ص ْرتُ ْال َولَد‬
َ َ‫( ن‬Aku telah menolong seorang anak laki-laki)

2. Diakhiri dengan Ta’ ta’nits yang mati (Ta’ yang berharakat sukun, untuk
menunjukkan bahwa pelaku perbuatan itu adalah muannats / perempuan), seperti:

َ‫ت ْال َولَد‬


ْ ‫ص َر‬
َ َ‫( ن‬Dia satu orang perempuan telah menolong seorang anak laki-laki)

3. Bersambung dengan Na fa’il (Nun alif, yang menunjukkan fa’ilnya /


pelakunya adalah kami / kita), seperti:

َ‫ص ْرنَا ْال َولَد‬


َ َ‫) ن‬kami telah menolong seorang anak laki-laki)

4. Didahului dengan ‫ قد‬yang berarti sungguh. Contoh:

ُ ‫صالَة‬
َّ ‫( قَ ْد قَا َم ِة ال‬Sungguh telah didirikan shalat)

5. Secara bentuk dapat diketahui berdasarkan seluruh wazan fi’il madhi.


C. Hukum Fi’il Madhi

Di dalam kitab jurumiyyah disebutkan bahwa fi’il madhi di fathahkan huruf


akhirnya selamanya atau dengan kata lain ia mabni ‘alal fath, contohnya ,‫ص َر‬
َ َ‫ن‬
‫ َك ُر َم‬,‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ . Namun fathah yang ada pada akhir fi’il madhi ini adalah fathah lafzhy
seperti contoh di atas dan fathah taqdiry (dikira-kirakan) seperti ‫ َر َمى‬,‫عى‬ َ َ‫ د‬,‫ نَ َهى‬dan
dikira-kirakan juga bilamana bertemu dengan dhamir marfu’ (dhamir muttasil
َ َ‫ ن‬, ُ‫ َكتَبْت‬, ُ‫ فَ َعلت‬dan ia
marfu’) karena dhamir itu menjadi fa’ilnya, seperti ُ‫ص ْرت‬
dimabnikan sukun. Jika ia bertemu dengan wawu jamak maka ia menjadi mabni
dhommah seperti ‫فَ َع ْلوا‬.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini:

‫إذا لم يتصل بأخره شيئ‬ ِ‫علَى ْالفَتْح‬


َ ‫َم ْبنِ ْي‬

Ketika huruf akhirnya tidak

disambung dengan sesuatu

‫إذاتصل بألف التثنية‬ َ ‫أ َ ْق‬


ُ‫سا ُم ِبنَائُه‬

Ketika huruf akhirnya disam-

bung dengan alif tatsniah

‫إذاتصل بواو الجمع‬ ُّ ‫علَى ال‬


‫س ُك ْو ِن‬ َ ‫َم ْبنِ ْي‬

Ketika huruf akhirnya disambung


dengan wa jama.

‫إذا تصل بتاء الفاعل او بنا لفاعلين‬ ‫علَى الض َِّم‬


َ ‫َم ْب ِن ْي‬

Ketika bersambung dengan Ta’

15
atau ‫نا‬Fail

D. Bentuk Fi’il Madhi

Fi’il madhi mempunyai 14 bentuk sesuai dengan banyaknya dhamir (pelaku).


َ ‫َكت‬
Dhamir itu berfungsi sebagai fa’il (pelaku). Dengan mengambil contoh kata ‫َب‬
maka terdapat 14 bentuk sebagai berikut:

No Dhamir Fiil Arti Keterangan


Madhi

1 ‫ُه َو‬ َ ‫َكت‬


‫َب‬ Dia (lk) telah menulis Bentuk asli
tanpa
perubahan

2 ‫ُه َما‬ ‫َكتَبَـا‬ Keduanya (lk) telah + ‫ ا‬pada huruf


menulis terakhir

3 ‫ُه ْم‬ ْ‫َكتَب ُْـوا‬ Mereka (lk) telah + ‫ـــ ُ ْوا‬pada


menulis huruf terakhir

4 ‫ِـي‬
َ ‫ه‬ ْ َ‫َكتَب‬
‫ـت‬ ْ pada huruf
Dia (pr) telah menulis + ‫ـت‬
terakhir

5 ‫ُه َمـا‬ ‫َكتَبَـت َا‬ Keduanya (pr) telah + ‫ـتـَا‬pada huruf


menulis terakhir

6 ‫ُه َّن‬ َ‫َكتَبْـن‬ Mereka (pr) telah + َ‫ـْــن‬pada huruf


menulis terakhir
7 َ‫ا َ ْنـت‬ َ‫َكتَبْـت‬ Kamu (lk) telah + َ‫ـْــت‬pada
menulis huruf terakhir

8 ‫ا َ ْنت ُ َمـا‬ ‫َكت َ ْبتُمـَا‬ Kalian (lk) telah + ‫ـْــت ُ َمـا‬pada


menulis huruf terakhir

9 ‫ا َ ْنتُـ ْم‬ ‫َكت َ ْبتُـ ْم‬ Kalian (lk) telah + ‫ـْــت ُ ْم‬pada
menulis huruf terakhir

10 ِ ‫ا َ ْنـ‬
‫ت‬ ِ ‫َكتَبْـ‬
‫ت‬ Kamu (pr) telah + ‫ت‬
ِ ‫ـْـ‬pada huruf
menulis terakhir

11 ‫ا َ ْنت ُ َمـا‬ ‫َكت َ ْبت ُ َما‬ Kalian (pr) telah + ‫ـْت ُ َمـا‬pada
menulis huruf terakhir

12 َّ ُ ‫ا ْنت‬
‫ـن‬ َّ ُ ‫َكت َ ْبت‬
‫ـن‬ Kalian (pr) telah َّ ُ ‫ـْـت‬pada
+ ‫ـن‬
menulis huruf terakhir

13 ‫اَنَـا‬ ُ‫َكتَبْـت‬ Saya telah menulis + ُ‫ـْــت‬pada


huruf terakhir

14 ‫نَحْ ُن‬ ‫َكتَبْـنَا‬ Kami, kita telah + ‫ ــْـنَـا‬pada


menulis huruf terakhir

17
E. Pembagian Fi’il Madhi

Pembagian Fi’il Mādi terbagi kepada dua bagian;

1. Mādhi Ma’lum (bentuk aktif), contoh:

‫كتب‬ ; Telah menulis ‫فتح‬ ; Telah membuka

‫سأ ل‬ ; Telah bertanya ‫ ; شرب‬Telah minum

‫قرأ‬ ; Telah membaca ‫فهم‬ ; Telah faham

2. Mādi Majhul (bentuk Pasif), contoh:

َ ‫ُك ِت‬
‫ب‬ ; Telah ditulis ‫فتح‬ ; Telah dibuka

‫ ; سءل‬Telah ditanya ‫ ; شرب‬Telah diminum

‫قرأ‬ ; Telah dibaca ‫فهم‬ ; Telah difaham

Perbedaan bentuk keduanya yaitu;

a. Mādhi Ma’lum adalah fi’il yang berawalan fathah.

b. Mādhi Majhul adalah fi’il yang berawalan dhammah sedang huruf sebelum
akhirnya berbaris kasrah

c. Fi’il Ma>dhi Ma’lum hendaklah diterjemahkan “telah me…”, sedangkan


fi’il Mādhi Majhul hendaklah diterjemahkan “telah di…”

Adakalanya kata kerja lampau paling sedikit terdiri dari tiga huruf dan paling
banyak terdiri dari enam huruf
a. Kata kerja lampau yang terdiri dari tiga huruf, Pola-polanya adalah:

‫فَ َع َل‬ ‫كفر‬ ‫ضرب نصر‬

‫فَ ِع َل‬ ‫علم‬ ‫شهد‬ ‫فهم‬

‫فَعُ َل‬ ‫بعد‬ ‫كرم‬ ‫حرم‬

b. Kata kerja lampau yang terdiri dari empat huruf, Pola-polanya adalah:

‫فَعَّ َل‬ ‫سلم‬ ‫علم‬ ‫نزل‬

‫أ َ ْفعَ َل‬ ‫أنزل‬ ‫أسلم‬ ‫أرسل‬

َ ‫فَا‬
‫ع َل‬ ‫قا تل‬ ‫سا فر خا صم‬

c. Kata kerja lampau yang terdiri dari lima huruf, Pola-polanya adalah:

‫انقلب انطلق انقطع ا ْنفَعَ َل‬

‫اِ ْفت َ َع َل‬ ‫اقترب اجتمع اجتنب‬

‫نَفَعَّ َل‬ ‫تقدم‬ ‫تأ خر‬ ‫تعلم‬

َ ‫تسا قط تسا هل تجا هل تَفَا‬


‫ع َل‬

d. Kata kerja lampau yang terdiri dari enam huruf, Pola-polanya adalah:

‫استحوذ استغفراستخرج اِ ْست َ ْف َع َل‬

19
G. Pola Fi’il Madhi

1. Fi’il Madhi Tsulatsy, yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari tiga huruf.
Polanya

‫فَــ َعـ َل‬ َ ‫ َكـ َف‬,‫ـر‬


‫ـر‬ َ ‫ص‬َ َ‫ ن‬,‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ

َ‫فَــعِـل‬ ‫ـم‬
َ ‫عـ ِل‬ َ ‫فَ ِه‬
َ ،َ‫ شَـ ِهـد‬،‫ــم‬

َ‫فَـعُــل‬ ُ ‫ َك‬،‫ــر َم‬


َ‫بَـعُـد‬، ‫ــر َم‬ ُ ‫َح‬

2. Fi’il Madhi Ruba’i, yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari empat huruf.
Antara lain bentuknya yaitu:

1 ‫فَعَّــ َل‬ ‫ســلَّ َم‬


َ ,‫عـلَّ َم‬ َّ ‫ن‬
َ ,َ‫َــزل‬

2 َ‫أ َ ْفـعَـل‬ َ‫ أ َ ْنــزَ ل‬,‫ أَسْــلَ َم‬,َ‫ســل‬


َ ‫أ َ ْر‬

3 َ ‫فَـا‬
‫عـ َل‬ ‫ قَـات َـ َل‬,‫س َم‬
َ ‫ خَـا‬,‫ســافَ َر‬
َ

3. Fi’il Madhi Khumasi, yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari lima huruf.
Polanya antara lain yaitu:

1 ‫اِ ْنفَـ َعــ َل‬ َ َ‫ اِ ْنق‬, َ‫طلَــق‬


‫طـ َع‬ َ ‫ اِ ْن‬,‫ب‬
َ َ‫اِ ْنقَـل‬

2 ‫اِ ْفت َ َعـــ َل‬ َ ‫ اِجْ تَن‬,‫ اِجْ ت َ َمــ َع‬,‫ب‬


‫َـب‬ َ ‫اِ ْقت‬
َ ‫َــر‬

3 ‫تَفَــعَّـ َل‬ َ ‫ ت َــأ َ َّخ‬, ‫ــم‬


‫ تَقَــد ََّم‬,‫ــر‬ َ َّ‫ت َ َعل‬

4 َ ‫تَفَــا‬
‫عـ َل‬ ‫ ت َ َجـــا َه َل‬,َ‫ســـاهَـل‬ َ َ‫ســاق‬
َ َ ‫ ت‬,‫ف‬ َ َ‫ت‬
4. Fi’il Madhi Sudasi, yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari enam huruf.
Contoh polanya di antaranya yaitu:

Pola Contoh

‫اِ ْست َ ْف َعـــ َل‬ َ ‫ اِ ْست َْخ‬,‫ــــر‬


‫ــر َج‬ َ َ‫ اِ ْست َ ْغف‬,َ‫ــوذ‬
َ ْ‫اِ ْستَح‬

Contoh Perubahan Fi’il madhi, rubai, khumasi, dan sudasil

Sudasi Khumasi Ruba’i Dhomir

‫اِ ْست َ ْف َعـــ َل‬ ‫ت َفــعَّـ َل‬ ‫اِ ْفت َ َعـــ َل‬ ‫اِ ْنفَـ َعــ َل‬ َ‫أ َ ْفـ َعـل‬ َ‫فَعَّــل‬

َ ‫اِ ْست َ ْغ َف‬


‫ــر‬ ‫تَقَــد ََّم‬ ‫اِجْ ت َ َمــ َع‬ َ َ‫اِ ْنق‬
‫طـ َع‬ َ ‫أ َ ْر‬
‫ســ َل‬ َّ ‫ن‬
‫َــز َل‬ ‫ُه َو‬

‫ت‬ َ َ‫اِ ْست َ ْغف‬


ْ ‫ــر‬ ْ ‫تَقَــدَّ َم‬
‫ت‬ ْ َ‫اِجْ ت َ َمــع‬
‫ت‬ َ َ‫اِ ْنق‬
ْ َ‫طـع‬
‫ت‬ ‫ت‬ َ ‫أ َ ْر‬
ْ َ‫ســل‬ ْ َ‫َــزل‬
‫ت‬ َّ ‫ن‬ ‫ِي‬
َ ‫ه‬

ْ َ‫اِ ْست َ ْغف‬


َ‫ــرت‬ َ‫تَقَــد َّْمت‬ َ‫اِجْ ت َ َمــعْت‬ َ َ‫اِ ْنق‬
َ‫طـعْت‬ ْ ‫س‬
َ‫ــلت‬ َ ‫أ َ ْر‬ َ‫َــز ْلت‬
َّ ‫ن‬ َ‫ا َ ْنت‬

‫ت‬ ْ َ‫اِ ْست َ ْغف‬


ِ ‫ــر‬ ِ ‫تَقَــد َّْم‬
‫ت‬ ِ ‫اِجْ ت َ َمــ ْع‬
‫ت‬ ‫ت‬ َ َ‫اِ ْنق‬
ِ ‫طـ ْع‬ ‫ت‬ ْ ‫س‬
ِ ‫ــل‬ َ ‫أ َ ْر‬ ِ ‫َــز ْل‬
‫ت‬ َّ ‫ن‬ ِ ‫ا َ ْن‬
‫ت‬

4. FI’IL MA’LUM DAN FI’IL MAJHUL

A. Fi’il Ma’lum

Fi’il Ma’lum yaitu fi’il yang disebutkan fa’ilnya dan mempunyai pengertian aktif.

Contoh:

‫علي الكتا ب‬
ّ ‫ قرأ‬artinya Ali membaca kitab.

‫الر ّز‬
ّ ‫ اكل مح ّمد‬artinya Muhammad makan nasi.

21
B. Fi’il Majhul

Fi’il Majhul yaitu fi’il yang fa’ilnya dibuang dan digantikan oleh maf’ul bihnya.
Fi’il Majhul ini mempunyai pengertian pasif. Fi’il Majhul hanya terdiri dari fi’il
Madhi dan fi’il Mudhari’ saja.

Cara membuat fi’il Majhul dari fi’il Madhi adalah didhomahkan huruf pertamanya,
dan dikasrohkan huruf sebelum akhir.

Contoh:

‫ كتب‬Fi’il Majhulnya ‫ كتب‬artinya ditulis.

‫ قرأ‬Fi’il Majhulnya ‫قرئ‬artinya dibaca.

‫ ترجم‬Fi’il Majhulnya ‫ ترجم‬artinya diterjemahkan.

‫ استغفر‬Fiil Majhulnya ‫استغفر‬artinya dimintai ampun.

Apabila fi’ilnya berubah fi’il Ajwaf (huruf tengahnya mu’tal), maka bentuk
Majhulnya adalah ‘ain fi’ilnya diganti ya’.

Contoh:

‫ زاد‬Fi’il Majhulnya ‫ زيد‬artinya ditambah.

‫ قال‬Fi’il Majhulnya ‫ قيل‬artinya dikatakan.

Cara membuat fi’il Majhul dari fi’il Mudhari’ adalah didhomahkan huruf yang
pertama dan difathahkan huruf sebelum akhir.

Contoh:

‫ يزيد‬Fi’il Majhulnya ‫ يزاد‬artinya ditambah.


‫ يقرأ‬Fi’il Majhulnya ‫ يقرأ‬artinya dibaca.

‫ يترجم‬Fi’il Majhulnya ‫ يترجم‬artinya diterjemahkan.

‫ يستغفر‬Fi’il Majhulnya ‫ يستغفر‬artinya dimintai ampun.

C. Penjelasan Fi’il Ma’lum dan Fi’il Majhul

Fi’il ma’lum merupakan bentuk kata kerja yang menunjukan perbuatan yang
bersifat aktif, sehingga kalimat tersebut nantinya akan menjadi kalimat aktif.
Sementara fi’il majhul merupakan bentuk kata kerja yang menunjukan perbuatan
yang bersifat pasif, sehingga kalimat tersebut nantinya akan menjadi kalimat pasif.

Kalau dilihat dalam table akan tampak sebagai berikut:

Fi’il Artinya
Ma’lum

‫يضرب‬ Memukul

‫يكتب‬ Menulis

Fiil Artinya
Majhul

‫يضرب‬ Dipukul

‫يكتب‬ Ditulis

Pada table di atas menunjukan perbedaan antara dua fi’il tersebut, yang fi’il
ma’lum subyeknya menjadi pelaku, sementara fi’il majhul subyeknya menjadi
sasaran. Seperti contoh berikut ini:

23
‫(يضرب أحم\ فاطمة‬Ahmad memukul Fatimah), kata Ahmad menjadi pelaku
karena fi’ilnya berupa fi’il ma’lum. ‫( يضرب أحمد‬Ahmad dipukul), maka kata ahmad
menjadi sasaran pukulan karena fi’ilnya berupa fi’il majhul.

Dari sini terlihat bahwa makna fi’il Ma’lum adalah fi’il yang pelakunya
disebut sehingga dinamakan Ma’lum, sementara makna fi’il Majhul adalah fi’il
yang pelakunya tidak disebut sehingga dinamakan Majhul atau tidak diketahui.

Perubahan fi’il Majhul adalah sebagai berikut:

1. Fi’il Majhul dari Fi’il Madhi adalah dengan dibaca dhomah huruf pertama
dan dibaca kasroh huruf sebelum huruf terakhir, sementara sifat-sifat yang
lainnya tetap.

‫ضرب‬ ‫ضرب‬

Huruf ‫ض‬dibaca dhomah dan ‫ ر‬dibaca kasroh.

Demikian juga untuk Fi’il mudhaaf juga memberlakukan seperti di atas yaitu ‫م ّد‬
dibuat Fi’il Majhul menjadi ‫مدد‬kemudiandisingkat menjadi ‫م ّد‬.

Untuk Fi’il Bina Ajwaf mengantikan huruf Illat dengan huruf Yak arena
menyesuaikan harokatnya yang kasroh, kemudian harokat tersebut dipindah
kehuruf tang pertama. Contoh: ‫ قال‬dirubah Majhul menjadi ‫قول‬kemudian huruf
Wawu diganti Ya dan harokatnya diberikan pada harokat sebelumnya yaitu Qof
sehingga menjadi ‫قيل‬.

Untuk Bina Naqish, tetap menggunakan rumus asal dengan melibatkan huruf Illat
yang diletakan di belakang. Contohnya: ‫ قضى‬menjadi ‫قضي‬.
Demikian pula kalau terdapat tambahan atau kemasukan Fi’il Mazid maupun Fi’il
Rubai Mujarrod, maka harokat fathah yang jatuh setelah huruf pertama juga
dirubah berharokat dhamah. Adapun contohnya sebagai berikut:

Fi’il Ma’lum Fi’il Majhul

‫جاهد‬ ‫جوهد‬

‫علّم‬ ‫علّم‬

‫أسلم‬ ‫أسلم‬

‫تضارب‬ ‫تضورب‬

‫تعلّم‬ ‫تعلّم‬

‫أستغفر‬ ‫أستغفر‬

‫انتضر‬ ‫أنتصر‬

‫تفعلل‬ ‫تفعلل‬

Fi’il-fi’il Majhul tersebu dibaca kasroh pada huruf sebelum terakhir dan dibaca
dhomah pada huruf-huruf pertama termasuk huruf setelahnya yang
berharokatfathah.

2. Fi’il Majhul dan Fi’l Mudhari’ adalah dengan dibaca dmomah huruf pertama
dan dibaca fathah sebelum huruf terakhir, sementara sifat-sifat yang lain
tetap.

‫يضرب‬ ‫يضرب‬

Huruf ‫ ي‬dibaca dhomah dan huruf ‫ر‬dibaca fathah.


25
Demikian juga untuk Fi’il Mudhaaf memberlakukan seperti di atas yaitu ‫يم ّد‬
dibuat Fi’il Majhul menjadi ‫يم ّد‬.

Untuk Fi’il Bina Ajwaf menggantikan huruf Illat dengan huruf Alif karena
menyesuaikan harokatnya yang fathah, kemudian harokat tersebut dipindah ke
huruf pertama. Contohnya: ‫يقول‬doubah Majhul menjadi ‫ يقول‬kemudia huruf
Wawu diganti Alif dan harokatnya diberikan pada harokat sebelumnya yaitu Qof
sehingga menjadi ‫ يقال‬.

Untuk Bina Naqish tetap menggunakan rumus di atas tetapi huruf Illat tidak
berharokat kecuali dimasukan tanda Nashab atau Jazm. Contonya: ‫يقضي‬menjadi
‫يقصى‬.

Demikian juga kalau terdapat tambahan atau kemasukan Fi’il Rubai Mujarrad,
namun perubahan harokat dhomah hanya terjadi pada huruf pertama saja
sementara yang lain berharokat tetap. Adapun contohnya sebagai berikut:

Fi’il Ma’lum Fi’il majhul

‫يجاهد‬ ‫يجاهد‬

‫يعلّم‬ ‫يعلّم‬

‫يسلم‬ ‫يسلم‬

‫يتضارب‬ ‫يتضارب‬

‫يتعلّم‬ ‫ينعلّم‬

‫يستغفر‬ ‫يستغفر‬

‫ينتصر‬ ‫ينتصر‬
‫يتفعلل‬ ‫يتفعلل‬

Fi’il-fi’il Majhul tersebut dibaca fathah pada huruf sebelumnya terakhir dan dibaca
dhomah pada huruf pertama, sementar harokat yang terjadi setelah huruf pertama
tetap dibaca seperti semula (tidak seperti fi’il Madhi).

5. FI’IL MUDHORI

Fi’il Mudhari’ adalah fiil yang menunjukkan pekerjaan atau peristiwa yang sedang
terjadi (present tense) atau yang akan terjadi (future tense).

ُ ‫يَ ْذ َه‬
Contoh : ‫ يَشْـ َه ُد‬- ‫ـب‬

Ciri / tandanya dari fi’il mudhari’ antara lain :

1. Dapat diawali dengan salah satu di antara empat huruf ) ُ‫ت (اَنَيْت‬,‫ي‬,‫ن‬,‫ ا‬yang
disebut huruf mudhara’ah.

Huruf Contoh Huruf Contoh

‫ا‬ ُ ‫أ ْذ َه‬
‫ـب‬ ‫ي‬ َ‫ َي ْذ َهبُــون‬,‫ـان‬
ِ ‫ َي ْذ َه َب‬,‫ـب‬
ُ ‫َي ْذ َه‬

‫ن‬ ُ ‫نَ ْذ َه‬


‫ـب‬ ‫ت‬ َ‫ ت َ ْذ ِه ْبــن‬,‫ــان‬
ِ َ‫ ت َ ْذ َهب‬,‫ـب‬
ُ ‫ت َ ْذ َه‬

2. Dapat dimasuki huruf sin ‫س‬dan saufa ‫ف‬


َ ‫س ْو‬
َ contoh: ‫ف يَشْـ َه ُد‬
َ ‫س ْو‬
َ ,ُ‫سيَشْـ َهد‬
َ

3. Dapat dimasuki huruf/’amil nashob ‫لن‬

Contoh : ‫لنيكتبوا‬- ‫لنيكتبا‬- ‫لنيكتبﹶ‬

27
4. Dapat dimasuki huruf jazem lam ‫لم‬

Contoh : ‫لم يكتبوا‬- ‫لم يكتبا‬- ْ‫لم يكتب‬

5. Dapat dimasuki huruf َ‫(ل‬tidak)

Contoh : ‫لَ يكتبا –لَ يكتبوا‬- ْ‫لَ يكتب‬

Baik Fi’il Madhy maupun Fi’il mudhari’ senantiasa mengalami perubahan bentuk
sesuai dengan jenis dhamir dari fa’il atau pelaku pekerjaan itu. Untuk fi’il madhi,
perubahan bentuknya di akhir kata, sedangkan untuk fiil mudhari’, perubahan
bentuknya diawal kata dan diakhir kata . Contoh

No Dha F.Mudho Arti Perub Letak


mir ri perubahan

1 َ ‫ُه‬
‫ـو‬ ‫ب‬ ْ َ‫ي‬
ُ ‫ض ِـر‬ Dia (lk) sedang/ akan .… Akhir kata
memukul

2 ‫ُه َمـا‬ ‫ـان‬ ْ ‫َي‬


ِ ‫ض ِر َب‬ Keduanya (lk) sedang/ ِ‫ان‬. . . Akhir kata
akan memukul

3 ‫ُهـ ْم‬ ْ َ‫ي‬


َ‫ض ِربُـون‬ Mereka (lk) sedang/ َ ‫ ون‬.... Akhir kata
akan memukul

4 ‫ـي‬
َ ‫ِه‬ ‫ب‬ ْ َ‫ت‬
ُ ‫ض ِـر‬ Dia (pr) sedang/ akan .… َ‫ت‬ Awal kata
memukul

5 ‫ُه َمـا‬ ‫بان‬ ْ َ‫ت‬


ِ ‫ض ِر‬ Keduanya (pr) sedang/ ‫ان‬
ِ َ… َ‫ت‬ Awal dan akhir
akan memukul

6 ‫ُهـن‬ ْ َ‫ي‬
َ‫ض ِـر ْبن‬ Mereka (pr) sedang/ َ‫ي… ْبن‬
َ Awal dan akhir
akan memukul

7 َ‫ا َ ْنـت‬ ‫ب‬ ْ َ‫ت‬


ُ ‫ض ِـر‬ Kamu (lk) sedang/ akan … َ‫ت‬ Awal kata
memukul

8 ‫ا َ ْنت ُ َمـا‬ ‫بان‬ ْ َ‫ت‬


ِ ‫ض ِـر‬ Kalian (lk) sedang/ ‫ان‬
ِ َ… َ‫ت‬ Awal dan akhir
akan memukul

9 ‫ا َ ْنتُـم‬ ْ َ‫ت‬
‫ض ِـربُ ْو ِن‬ Kalian (lk) sedang/ َ‫ت…ُ ْون‬ Awal dan akhir
akan memukul

10 ِ ‫ا َ ْنـ‬
‫ت‬ ْ َ‫ت‬
َ‫ض ِـر ِب ْين‬ Kamu (pr) sedang/ akan َ‫تَ … ِب ْين‬ Awal dan akhir
memukul

11 ‫ا َ ْنت ُ َمـا‬ ‫ان‬ ْ َ‫ت‬


ِ ‫ض ِـر َب‬ Kalian (pr) sedang/ ‫ان‬
ِ َ… َ‫ت‬ Awal dan akhir
akan memukul

12 ‫ََ ا ْنتُـن‬ ْ َ‫ت‬


َ‫ض ِـر ْبن‬ Kalian (pr) sedang/ َ‫تَ … ْبن‬ Awal dan akhir
akan memukul

13 ‫اَنَـا‬ ‫ب‬ ْ َ‫ا‬


ُ ‫ض ِـر‬ Saya sedang/ akan ..…‫ا‬ Awal kata
memukul

14 ُ‫نَحْ ن‬ ‫ب‬ ْ َ‫ن‬


ُ ‫ض ِـر‬ Kami, kita sedang/ akan …… َ‫ن‬ Awal kata
memukul

Fi’il Mudhari’ adalah yang menunjukkan pekerjaan atau peristiwa yang sedang
terjadi (present tense) atau akan terjadi (future tense).

Tanda asli dari fi’il mudhari’ itu sendiri yaitu apabila permulaannya dimulai
dengan huruf mudhara’ah (‫ت‬-‫ي‬-‫ن‬-‫)أ‬
29
Cara membuatnya yaitu Huruf asli dalam Fi’il madhi diberi tambahan salah satu
huruf mudhara’ah, huruf ke dua sukun (mati).

Fi’il Mudhari’ mengalami perubahan bentuk sesuai dengan jenis dhamir dari fa’il
atau pelaku pekerjaan itu. Fi’il Mudhari’, perubahan bentuknya diawal kata dan
diakhir kata .

Anda mungkin juga menyukai