Arab
Rabu, 03 April 2013 | Bahasa Arab
[Update: 20/04/2013] Pada catatan pertama ini, kita akan mengenal dan mengingat kembali
tentang beberapa istilah yang sering digunakan dalam pelajaran Bahasa Arab. Tulisan ini sengaja
saya buat ringkas disertai dengan diagram pohon untuk membantu dalam memahami setiap
pokok bahasan yang ada.
Harfun
Harfun atau huruf, merupakan komponen penyusun kata. Huruf dapat dibagi ke dalam dua jenis,
yaitu huruf mabani/hija'i dan huruf ma'ani.
Huruf mabani/hija'i adalah huruf-huruf hijaiyah yang sudah kita kenal, mulai dari alif sampai
ya'. Huruf-huruf ini tidak memiliki makna. Baru bisa kita pahami maknanya jika sudah dirangkai
dengan huruf lainnya. Huruf Mabani dapat dibagi lagi menjadi dua jenis.
Sedangkan huruf ma'ani, ialah huruf-huruf yang memiliki makna. Dalam bahasa indonesia,
huruf ma'ani dikategorikan sebagai kata, tidak lagi dinamakan dengan "huruf".
Contoh: ََ(وdan), ََ(ثمkemudian), ََ( ِمنdari).
"Kalimah"
"Kalimah", atau identik dengan "kata" dalam Bahasa Indonesia, adalah lafazh yang memiliki
makna. "Kalimah" dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu isim, fi'il dan huruf.
"Kalimah" tidak selalu saya terjemahkan menjadi "kata". Jika saya menulis "kalimah" dengan
tanda petik, maka maknanya identik dengan "kata" dalam Bahasa Indonesia. Adapun jika saya
menulis -kalimat- (tanpa tanda petik dan akhirnya menggunakan huruf T), maka maksudnya
adalah -kalimat- sebagaimana yang sudah umum kita pahami. Sebabnya adalah karena pada
pembahasan selanjutnya kita akan mengenal adanya "huruf" yang termasuk kategori "kalimah".
Kalau saya katakan ada "huruf" yang merupakan jenis dari "kata", tentunya akan sedikit
membingungkan. Karena dalam Bahasa Indonesia, huruf ya huruf, tidak bisa menjadi kata.
Semoga dapat dipahami :)
A. Isim
Isim adalah setiap kata yang merujuk ke orang/manusia, hewan, tumbuhan, benda mati, tempat,
waktu, sifat, atau makna lainnya yang tidak terkait dengan waktu. Ringkasnya, semua kata yang
tidak termasuk dalam kata kerja dan "huruf" maka ia adalah isim.
Contoh: ََ(أسدsinga), َ(شهرbulan) dan َ(اِس ِتقاللkemerdekaan)
Ciri-ciri isim
1. Tanwin, artinya setiap kata yang memiliki atau memungkinkan untuk di-tanwin (harakat
akhirnya) maka ia adalah isim. Contoh: ََ(رجلrajulun = seorang laki-laki).
2. Adanya alif-lam, contoh: َ(الكتابal-kitabu = buku).
3. Terletak setelah huruf nida' (untuk memanggil). Contoh: َ(ياَمحمدwahai/ya
Muhammad). Setiap kata yang terletak setelah َ(ياwahai) maka ia adalah isim. Dalam
Bahasa Indonesia pun demikian, setiap kata yang muncul setelah 'wahai' biasanya adalah
kata benda (nama orang misalnya). Dan kata benda termasuk bagian dari isim.
4. Majrur, yang di antara tandanya adalah harakat kasrah. Majrur merupakan salah satu
kekhususan yang dimiliki oleh isim. Majrur-nya isim bisa karena didahului oleh huruf jar,
atau karena merupakan bentuk idhafah.
Salah: ََ(الشجرةasy-syajaratun)
Benar: ََ(شجرةsyajaratun) atau َ(الشجرةasy-syajaratu)
B. Fi'il
Fi'il adalah sebuah kata yang berfungsi untuk menunjukkan atas terjadinya suatu peristiwa pada
waktu tertentu (kata kerja). Fi'il dapat diidentifikasi dengan melihat salah satu di antara ciri-ciri
berikut.
1. Ta' Fa'il, yaitu huruf َتyang berkedudukan sebagai "pelaku" pekerjaan. Contoh:
ََُ(كتبتkatabtu = aku telah menulis), huruf ta' di sini maknanya kembali ke dhamir (kata
ganti) َأناsebagai fa'il (pelaku).
ََ(كتبتkatabta = kamu telah menulis), huruf ta' maknanya kembali ke dhamir ََانت
sebagai pelaku.
ََ(كتبتkatabat = dia perempuan telah menulis). Huruf ta' sukun di akhir, maknanya
kembali ke dhamir َ(هيdia perempuan).
3. Ya' Mukhathabah, yaitu huruf َيyang menunjukkan kata ganti orang kedua atau
"kamu" atau pihak yang diajak bicara. Contoh:
4. Nun Taukid, yaitu huruf َنyang ditambahkan di akhir kata untuk menunjukkan makna
penekanan. Contohnya ََ(ليكتبنliyaktubanna = hendaklah dia benar-benar menulis).
Terdapat ciri lain yang memudahkan kita untuk mengenali suatu kata itu fi'il atau bukan, yaitu
apabila kata tersebut didahului oleh ََ(قدqad), َسdan َ(سوفsaufa). Contoh:
C. Huruf
Huruf yang termasuk kategori "kalimah" adalah huruf ma'ani. Huruf ma'ani dikategorikan
sebagai "kalimah" karena huruf tersebut sudah memiliki arti/makna sebagaimana dikemukakan
pada contoh di awal. Hanya saja, maksud/maknanya belum dapat kita pahami secara utuh kecuali
jika sudah digandengkan dengan kata lainnya. Dalam bahasa Indonesia, huruf identik dengan
kata sambung atau yang sejenisnya.
Makalah Bahasa Arab, SISTEM WACANA BAHASA ARAB DAN BAHASA
INDONESIA
Oleh Kelompok 11 :
1. Agung Budiono (085854823423)
2. Mohammad Ayyub Khant ( 10110131 )
3. Mudiyono ( 10110045 )
4. Siti Aminah ( 10110068 )
KATA PENGANTAR
Pertama kami panjatkan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah - Nya kepada kami sehingga makalah ini dapat dikerjakan dengan lancar dan
baik.
Makalah ini dikerjakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Arab. Makalah ini dapat
tersusun dengan baik karena tidak lepas dari bantuan semua pihak, untuk itu kami mengucapkan
terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :
1. Bapak Drs. Masrukin, M. Pd. Selaku Dosen Mata Kuliah Bahasa Arab
2. Kepada teman - teman yang telah memberikan motivasi, bantuan baik langsung maupun
tidak langsung sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini sampai selesai.
Sehubungan dengan adanya bantuan tersebut, kami berdoa semoga amal perbuatannya diterima
Allah SWT dan dijadikan amal sholeh.
Walaupun makalah ini telah diselesaikan dengan baik, namun penulis menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu kami mengharap adanya kritik dan
saran yang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat berguna khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi semua pihak yang
membaca.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………...1
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………….1
BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………………………..2
2.1 Pengertian Sistem Wacana Bahasa Arab……………………………………………...2
2.2 Wacana Bahasa Arab…………………………………………………………..2
2.3 Wacana Bahasa Indonesia……………………………………………………..5
2.4 Syaratan Terbentuknya Wacana……………………………………………….6
2.5 Struktur Wacana……………………………………………………………….6
2.6 Jenis - Jenis Wacana…………………………………………………………...8
2.7 Konteks Wacana……………………………………………………………….9
2.8 Perbedaan dan Persamaan Wacana Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia…10
BAB I PENDAHULUAN
Bentuk dan jenis huruf bermacam-macam, ada yang disebut dengan huruf mabani dan ada yang
disebut dengan huruf ma’ani.
Adalah huruf-huruf hijaiyah selain huruf اَوَي, karena ketiga huruf tersebut dikatakan sebagai
huruf ilat (َفَال ِعل ِة
ُ )حرatau huruf penyakit.
- Huruf qosam ( )حرفَقسمatau disebut juga huruf sumpah. Huruf qosam ada tiga, yakni َوَتَب
Contoh :
ِهلل
َ وهللاَِ–َبِاهللَِ–َتا (demi Allah)
Namun, dari ketiga huruf sumpah di atas, huruf تhanya boleh digunakan untuk sumpah atas
nama Allah ta’ala, adapun huruf yang lainnya boleh digunakan untuk selain nama Allah ta’ala.
Contoh :
ً ضربَحسنَكلَبًاَاوَ ِق
( اوatau) misal طا (Hasan memukul anjing atau kucing)
( ثمkemudian) misal َماَشاءَهللاَُثُمَ ِشئت (atas kehendak Allah kemudian kehendakmu)
Dari penjelasan di atas, kita tahu bahwa ada huruf yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda
sesuai dengan letak dan kedudukan dalam kalimat, seperti huruf و, disisi lain ia bisa sebagai
huruf athof dan disisi lain dia bisa menjadi huruf qosam. Untuk mengetahuinya dapat dilihat dari
arti atau kontek kalimat yang digunakan.
Selanjutnya untuk unsur terbentuk dan jenisnya, wacana Bahasa Arab memiliki kesamaan
dengan wacana Bahasa Indonesia. Seperti yang akan kami jelaskan pada bab selanjutnya.
a. Hakikat Konteks
Konteks adalah benda atau hal yang berada bersama teks dan menjadi lingkungan atau situasi
penggunaan bahasa. Konteks tersebut dapat berupa konteks linguistik dan dapat pula berupa
konteks ekstralinguistik. Konteks linguistik yang juga berupa teks atau bagian teks dan menjadi
lingkungan sebuah teks dalam wacana yang sama dapat disebut konteks ekstralinguistik berupa
hal-hal yang bukan unsur bahasa, seperti partisipan, topik, latar atau setting (tempat, waktu, dan
peristiwa), saluran (bahasa lisan atau tulis), bentuk komunikasi (dialog, monolog, atau polilog)
Pengguna bahasa harus memperhatikan konteks agar dapat menggunakan bahasa secara tepat
dan menentukan makna secara tepat pula. Dengan kata lain, pengguna bahasa senantiasa terikat
konteks dalam menggunakan bahasa. Konteks yang harus diperhatikan adalah konteks linguistik
dan konteks ekstralinguistik.
b. Macam - macam Konteks
Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks. Secara garis besar, konteks
wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik.
- Konteks linguistik adalah konteks yang berupa unsur-unsur bahasa. Konteks linguistik itu
mencakup penyebutan depan, sifat kata kerja, kata kerja bantu, dan proposisi positif.
Di samping konteks ada juga koteks. Koteks adalah teks yang berhubungan dengan sebuah teks
yang lain. Koteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah teks.Wujud koteks bermacam-
macam, dapat berupa kalimat, pargraf, dan bahkan wacana.
- Konteks ekstralinguistik adalah konteks yang bukan berupa unsur-unsur bahasa. Konteks
ekstralinguistik itu mencakup praanggapan, partisipan, topik atau kerangka topik, latar, saluran,
dan kode. Partisipan adalah pelaku atau orang yang berpartisipasi dalam peristiwa komunikasi
berbahasa. Partisipan mencakup penutur, mitra tutur. dan pendengar. Latar adalah tempat dan
waktu serta peristiwa beradanya komunikasi. Saluran adalah ragam bahasa dan sarana yang
digunakan dalam penggunaan wacana. Kode adalah bahasa atau dialek yang digunakan dalam
wacana.
2.8 Perbedaan dan Persamaan Wacana Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia
Perbedaan wacana Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia terletak pada pemakaian huruf pada
masing - masing bahasa. Selain itu di dalam Bahasa Arab terdapat Fi’il (kata kerja), Isim (kata
benda) dan Huruf yang sebenarnya sama dalam Bahasa Indonesia tetapi hanya berbeda nama dan
proses pembentukannya.
Persamaannya adalah Penggunaan bahasa yang berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran
(meskipun wacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran). Selain itu dalam meyusunan rangkaian
kalimat atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip keutuhan (unity)
dan kepaduan (coherent).
3.2 Bagaimanakah proses terbentuknya wacana dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia??
Proses terbentuknya wacana dapat berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran (meskipun
wacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran). Wacana yang berupa rangkaian kalimat atau
ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip keutuhan (unity) dan kepaduan
(coherent).
Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu mendukung satu topik yang
sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu apabila kalimat - kalimatnya disusun
secara teratur dan sistematis, sehingga menunjukkan keruntututan ide yang diungkapkan.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu
dengan proposisi yang lain sehingga membentuk kesatuan.
Perbedaan wacana antara Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia terletak pada pemakaian huruf
pada masing - masing bahasa. Selain itu di dalam Bahasa Arab terdapat Fi’il (kata kerja), Isim
(kata benda) dan Huruf yang sebenarnya sama dalam Bahasa Indonesia tetapi hanya berbeda
nama dan proses pembentukannya.
Persamaannya adalah Penggunaan bahasa yang berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran
(meskipun wacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran). Selain itu dalam meyusunan rangkaian
kalimat atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip keutuhan (unity)
dan kepaduan (coherent).
4.2 Saran
Sebelum membuat wacana hendaknya kita harus mengetahui prinsip – prinsip atau unsur –
unsure yang terdapat dalam sebuah wacana. Baru nantinya kita dapat membuat wacana yang baik
dan benar. Untuk itu diperlukan adanya latihan dan sering membaca.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem
2. http://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Wacana
3. http://kamus.javakedaton.com/
4. http://www.google.co.id/tanya/thread?tid=07f4f0efbf44fd1e
5. http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?Itemid=75&catid=30:fkip&id=164:pbin-4216-
wacana-bahasa-indonesia&option=com_content&view=article
lainya
6. http://www.docstoc.com/docs/26069360/macam-macam-wacana
7. http://massofa.wordpress.com/2008/01/14/kajian-wacana-bahasa-indonesia/
Posted on 14 Januari 2008 by Pakde sofa
8. Buku Wacana Bahasa Indonesia, karya Suparno dan Martutik
9. http://ya2punya.multiply.com/journal/item/5?&show_interstitial=1&u=%2Fjourn
al%2Fitem
10. http://yuhana.wordpress.com/2009/05/27/jenis-jenis-kata-dalam-bahasa-arab/
11. http://ryper.blogspot.com/2009/11/pelajaran-4-huruf-dan-isim-dhomir.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Ilmu Bahasa, telah kita ketahui bahwa suatu “kalimat” tersusun dari sejumlah
“kata”. Dan setiap “kata” yang tersusun menjadi sebuah kalimat itu mempunyai jabatan tertentu
dalam struktur kalimat, Sehingga “kata” yang telah tersusun menjadi sebuah “kalimat” dapat
memberikan pemahaman secara sempurna kepada sipembaca. Struktur kalimat dalam tata bahasa
Arab biasanya terdiridari fi’il, fa’il, dan maf’ul. Kadang sebuah kalimat menyebutkan fa’ilnya
(mabnima’lum) dan kadang kitajuga menemukan kalimat yang fa’ilnya tidak disebutkan (mabni
majhul).Oleh karena itu, masalah tersebut akan kami bahas dalam makalah ini.
Fi’il madli mabni ma’lum tsulasi mujarrad yang huruf sebelum akhirnya berupa alif bertemu
dhomir rafa’ mutaharrik, jika mengikuti wazanَ فعلَ يفعُ ُل, maka huruf awalnya dibaca dhommah.
Contoh: َ قادmenjadi َُقُدت. Sedangkan apabila mengikuti wazanَ فعل َ يف ِع ُلatau َ ف ِعلَ يفع ُل, maka huruf
awalnya dibaca kasroh. Contoh: َ باعmenjadi َُبِعت, dan َ نالmenjadi َُنِلت.
B. Fiil mudhori’
1. Fiil stulasi dan ruba’i
maka ضم َاوله َو َفتح َقبل َاخرهhuruf awal harus dibaca dhummah dan huruf sebelum akhir dibaca
fathah
2. Fi’il mudhori’ yang fi’il madlinya ada ta’ tambahan.
Dibaca dlommah huruf awaalnya dan dibaca fathah huruf sebelum akhir.
Contoh : يتكسرmenjadi يتكسر
3. Fi’il mudhori’ yang fi’il madlinya dimulai hamzah washol.
Dibaca dlommah huruf awalnya dan dibaca fathah huruf sebelum akhir.
Contoh : يجتمعmenjadi يجتمع
3. Dibaca isymam,
yaitu mengucapkan fa’ fi’il dengan harokat antara dlomah dan kasroh, ini merupakan bahasa
yang fashih karena bahasanya ringan, tetapi bukan yang paling fashih (afshoh) karena masih ada
isymamnya.
Pengertian isymam : وهوَاالتيانَعلىَالفاءَبحركةََبينَالضمَوَالكسرة
Yaitu mengucapkan fa’ fi’il dengan harokat antara dlommah dan kasroh
Sedangkan pengucapan harokat antara dlomah dan kasroh tidak bisa tampak dalam tulisan, tetapi
bisa wujud dalam ucapan.Menurut Imam Al Alawi caranya adalah mengucapkan juz dari harokat
kasroh yang banyak dan suaranya murni suara ya’, contoh: َ ِقيلdan َ ِبيع.
Menghindari Keserupaan
Fi’il tsulasi yang mu’tal ‘ain setelah dimannikan maf’ul dan disandarkan pada dlomir
mukhotob,mutakallim,atau ghoif jika terjadi keserupaan dengan fi’il yang mabni fa’il maka
menurut kyai nazim ( imam ibnu malik),harokat yang menimbulkan keserupaan harus
dihindari,sedang periciannya sebagai berikut :
1. Jika ‘ain fi’ilnya berupa wawu
Maka fa’ fi’ilnya hanya bisa dibaca kasroh dan isymam
Contoh : lafadz سامdari masdar سومdiucapkan َسمن,ََسمت, سمتlafadz ini fa’ fi’ilnya tidak boleh
dibaca dlommah, diucapkan َسمن,ََسمت, سمتkarena serupa dengan mabni fa’ilnya
2. Jika ‘ain fi’ilnya berupa ya’
Maka fa’ fi’ilnya hanya boleh dibaca dlommah dan isymam ,tidak boleh dibaca kasroh .
Contoh : lafadz باعdan masdar بيعdiucapkan َ بعن, َبعت, بعتtidak boleh diucapkan َ ,بعت
َبعن, بعتkarena serupa dengan fi’il mabni fa’il.
2. Dibaca dlommah
Contoh : َاختارdiucapkan اختور
3. Dibaca isymam
Contoh : ََانقيد,اختير
Qoul : Lafadz yang berfaedah secara mutlaq (berupa susunan atau tidak).
Kalimat Isim : Kalimat yang menunjukkan makna dengan sendirinya dan tidak disertai dengan salah satu
dari tiga zaman (Madli, Hal atau Mustaqbal)
Kalimat Fiil : Kalimat yang menunjukkan makna dengan sendirinya dan disertai dengan salah satu dari
tiga zaman (Madli, Hal atau Mustaqbal) pada asal cetaknya.[1]
Kalimat Huruf : Kalimat yag menunjukkan makna apabila bersamaan kalimat lain dan tidak disertai
zaman
Huruf Ma’ani : Huruf yang memiliki arti. Seperti Huruf jar إلى, في, منdll.
Huruf Mabani : Huruf yang menjadi asal terbentuknya kalimah (kata). Seperti huruf-huruf yang terdapat
pada kataحمد أ, yaitu terdiri dari huruf د-م-ح- أ. Huruf-huruf tersebut tidak memiliki arti dan tidak dapat
digunakan menyusun kalam.
Lafadz : Suara yang mengandung sebagian huruf hijaiyyah (yang dimulai huruf alif dan di akhiri huruf ya’)
Lafadz Musta`mal : Lafadz yang oleh Wadhi`ul lughot(peletak bahasa)di gunakan untuk menunjukkan
ma`na.Contoh : زيد
Lafadz Muhmal : Lafadz yang oleh Wadhi`ul lughot (peletak bahasa) tidak di gunakan untuk
menunjukkan ma`na. Seperti ريزkebalikan lafadz زير
Lafadz Murokkab : Lafadz yang tersusun dari dua kalimah atau lebih.
Murokkab Isnady : Susunan kalimat yang terdiri dari Musnad dan Musnad ilaih,contoh: يفلح المجتهد
Isnad : Menghukumi dengan sesuatu pada sesuatu yang lain, seperti menghukumi Zaed dengan berdiri.
Contoh;
Murokkab Idlofiy : Susunan kalimat yang terdiri dari Mudlof dan mudlof Ilaih.[3]
Sibhi Mudlof : Lafadz yang mempunyai hubungan dengan lafadz sesudahnya baik dalam segi amal
contoh ; جاء زيد حسن وجههmaupun athof, Contoh ; ال ثالثة وثالثين عندناsibhi mudlof juga disebut
Muthowwal, Mamthul dan Mamdud.
Murokkab Bayaniy : Setiap dua kalimat yang mana kalimat kedua menjelaskan makna kalimat awwal.[4]
Contoh ; جاء أبو حفص عمرMurokkab Bayani dibagi menjadi tiga. 1. Washfiy, 2. Taukidiy, dan 3. Badaliy
Murokkab Washfiy : Susunan kalimat yang terdiri dari Sifat Dan Maushuf. Contoh ; فاز التلميذ المجتهد
Murokkab Taukidiy : Susunan kalimat yang terdiri dari Muakkid dan Muakkad. Contoh ; جاء القوم كلّهم
Murokkab Badaliy : Susunan kalimat yang terdiri dari Badal dan Mubdal Minhu. Contoh ; رأيت زيدا أخاك
Murokkab ‘Athfiy : Susunan kalimat(kata) yang terdiri dari Ma’thuf dan Ma’thuf Alaih dengan
menempatkan huruf athof yang terletah di antara keduanya.[5] Contoh ; قام زيد وعمرو
Murokkab Mazjiy : Dua kalimat yang disusun menjadi satu kalimat. Contoh ; بعلبك, حضرموت,سبويه
Murokkab ‘Adadiy : Setiap dua ‘adad (bilangan) yang di antara keduanya terdapat huruf athof yang
dikira-kirakan. Yaitu bilangan sebelas sampai sembilan belas.
Wadlo’ : Kesengajaan Mutakallim memberikan pengertian suatu lafadz terhadap pendengar (sami’)
Mu’rob (isim) : Kalimat isim yang selamat dari keserupaan dengan kalimat huruf. Kalimah yang akhirnya
bisa berubah-rubah.
Mabni (isim) : Kalimat isim yang menyerupai kalimat huruf dengan serupa yang dekat/kuat atau
menetapi satu keadaan.
I’rob : Perubahan pada akhir kalimat (isim ataupun fiil) disebabkan pengaruh kata lain (amil) yang
masuk, baik perubahan tersebut tampak atau dikira-kirakan.
I’rob Rafa’ : Perubahan tertentu di akhir kalimat yang ditandai dengan Dlommah atau yang
menggantikannya.
I’rob Nashob : Perubahan tertentu di akhir kalimat yang ditandai dengan Fathah atau yang
menggantikannya.
I’rob Jar : Perubahan tertentu di akhir kalimat isim yang ditandai dengan Kasroh atau yang
menggantikannya.
I’rob Jazm : Perubahan tertentu di akhir kalimat fi’il yang ditandai dengan sukun atau yang
menggantikannya.
I’rob Taqdiri : Perubahan yang tidak nampak pada akhir kalimah yang disebabkan oleh amil. Contoh ; جاء
رأيت الفتى,القاضى
I’rob Mahalli :
I’rob Lafdzi : Perubahan akhir kalimat yang tampak disebabkan oleh amil.
I’rob Hikayah : Mendatangkan lafadz sesuai yang di dengar atau yang diceritakan. Contoh ; كتبت زيد عالم
Isim Mufrod : Isim yang menunjukkan makna satu (bukan tasniyyah atau jama’)
Isim Mutsanna : Isim yang menunjukkan makna dua dengan adanya huruf tambahan di akhir serta patut
disepikan dari tambahan dan di athofkan pada sesamanya
Jama’ Mudzakar Salim : Lafadz yang dijama’kan serta selamat bentuk mufrodnya dengan syarat-syarat
tertentu.
Jama’ Muannas Salim : Lafadz yang di jama’kan dengan alif dan ta’المسلمات
Asma’ al Khomsah :
Af’al al Khomsah :
Isim Ma’rifat : isim yang mempunyai ma’na yang nyata,kenyataan ma’na itu ada yang sebab وضع
Isim Nakiroh : isim yang bias dimasuki ال, yang mana isim tersebut bisa mema’rifatkan atau menempat-
nempati tempatnya isim yang bisa menerima ال.
Isim Manqush : Isim Mu’rob yang huruf akhirnya berupa ya’ Tsabitah yang terletak setelah harokat
kasroh. Contoh; الراعي,القاضي
Isim Maqshur : Isim Mu’rob yang huruf akhirnya berupa alif Tsabitah, baik penulisannya dengan bentuk
alif atau ya’. Contoh; موسى,عصا
Isim Mamdud : Isim Mu’rob yang diakhiri hamzah yang terletak setelah alif zaidah. Contoh; الصخراء,السماء
Isim ‘Alam : isim yang menunjukkan pengertian /penjelas,dengan melihat asal peletakanya,dan tidak
bersamaan qorinah.فاطمه,خالد
Isim Jinis : isim yang tidak di tentukan untuk satu jinis saja dan tidak yang lain dari satu-satunya
jinis.كتاب,رجل
Isim Dlomir : kinayah/yang bersangkutan/berhubungan dengan mutakallim, mukhotob atau ghaib, yang
mana ketiganya menempati tempatnya lafadz yang di hubungkan.انا انت
Isim Maushul : jumlah yang ditengah-tengahi dengan silah(lafadz yang jadi sambungan).
Isim Isyaroh : isim yang bisa menunjukkan makna apabila isim tersebut di Bantu dengan isyaroh tangan
atau panca indra yang lain.
Tanwin : Suara Nun mati yang berada diakhir kalimah Isim (kata benda/noun).
0 komentar: