Anda di halaman 1dari 9

AQSAMUL KALIMAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah


BAHASA ARAB
Dosen : Rina Septiani, M. Pd.

Disusun Oleh :

Yasir Abdul Malik


Rosa Nuramrilah
Novia Nurul Fajri
Devi Erawati

ESY (Karyawan)
Semester I (Satu)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUKABUMI


Jl. Lio Balandongan Sirnagalih (Begeg) No. 74 Kel. Cikondang Kec. Citamiang
Telp/Fax. (0266) 225464 Kota Sukabumi
www.staisukabumi.ac.id Email : stai.sukabumi@gmail.com
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam tak lupa kami
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa membimbing dan menyayangi
umatnya hingga akhir zaman.
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah “ Bahasa Arab “ selain itu dapat memberikan pengetahuan dasar
tentang pembagian kalimah dalam Bahasa Arab.
Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Rina Septiani, M.Pd.selaku dosen mata
kuliah ini yang telah membimbing dan memberikan materi demi kelancaran dan
terseleseikannya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan, pedoman dan tuntutan bagi generasi muda
dalam mempelajari bahasa arab, Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya kepada kita semua. Amiin…

Sukabumi, 10 November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4

A.Latar Belakang Masalah................................................................................................4


B.Rumusan Masalah..........................................................................................................4
C.Tujuan Penulisan Masalah.............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................5

A.Pengertian Kalimah.......................................................................................................5
B.Pembagian Kalimah (Aqsamul Kalimah/Aqsam Al Kalimah)......................................5
BAB III PENUTUP ................................................................................................................8

A.KESIMPULAN..............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................9

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai bahasa al-Qur’an, bahasa Arab memiliki signifikansi yang sangat besar bagi
kaum muslimin, baik yang berkebangsaan Arab maupun maupun non Arab. Hal ini
menjadi wajar karena al-Qur’an merupakan kitab suci dan tuntunan bagi kaum muslimin.
Disamping itu, juga menjadi bahasa hadith dan kitab-kitab yang membahas ilmu-ilmu
agama islam. Itulah sebabnya, dapat dikatakan bahwa bahasa Arab merupakan bahasa
orang Arab dan sekaligus juga merupakan bahasa orang Islam, meskipun pada
realitasnya tidak sedikit penutur bahasa ini yang bukan pemeluk agama Islam.

Keunggulan bahasa Arab adalah terletak pada kekayaannya, pengertian-pengertian


abstraknya, semantic precision (ketepatan makna), dan derivation (pembentukan kata
turunan). Maka, bukanlah suatu kebetulan jika al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab,
tetapi justru karena kakayaan makna dan kesaksamaannya. Al-Quran turun dengan
bahasa Arab dikarenakan Rasulullah Saw dan para Mukhatab pertamanya menggunakan
bahasa tersebut. ”Dan Jikalau kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa
selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?”
apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?”
[Fushilat: 44 ]. Di dalam Bahasa Arab mempelajari Ilmu Nahwu sangatlah penting
karena dari situlah bisa mempelajari bahasa arab dengan mudah. Selain itu, mempelajari
Ilmu Nahwu sangat penting untuk memahami Al-Qur’an, artinya ; karena menurut
kaidah hukum Islam, mengerti Ilmu Nahwu bagi mereka yang ingin memahami Al-
Qur’an hukumnya fardlu ‘ain.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kalimah isim ?

2. Apa yang dimaksud dengan kalimah fi’il ?

3. Apa yang dimaksud dengan harf ?

C. Tujuan Penulisan Masalah

1. Agar dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan kalimah isim.

2. Agar dapat memahami apa yang dimaksud dengan kalimah fi’il.

3. Agar dapat memahami apa yang dimaksud dengan kalimah harf.


4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimah

Kalimah adalah suatu lafaz yang digunakan untuk menunjukan makna yang bersifat
muftod/tunggal. Jika kalimah dalam bahasa arab di bahasa dan di Indonesia kan maka di
sebut kata.

Kalam adalah ucapan yang tersusun sehingga pendengar memahami maksudnya.


Sesuai dengan objek pembicaraannya, maka ucapan tersebut harus dalam bahasa arab.
Sehingga suatu ucaoan disebut kalam apabila memenuhi 4 (empat kriteria), Yaitu:

a. Di ucapkan (‫)ملفوظ‬

b. Di susun (‫)مركب‬

c. Di fahami (‫)مركب‬

d. Berbahasa Arab (‫)وضع العربيه‬

B. Pembagian Kalimah (Aqsamul Kalimah/Aqsam Al Kalimah)

Kalimah dibagi menjadi tiga macam, yaitu isim, fi’il dan harf/huruf.

1. Isim (‫)اسم‬

Isim adalah kata benda yaitu kata yang menunjukan arti benda atau yang di anggap
benda. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Isim adalah semua jenis kata benda
atau segala sesuatu yang dikategorikan benda; baik benda mati maupun benda hidup,
tanpa berkaitan dengan masalah waktu. Ringkasannya semua kata yang tidak
termasuk dalam kata kerja dan "huruf"maka ia adalah isim.

 Ciri-ciri Isim

ِ ‫أنا في البَ ْي‬, kata ‫ت‬


1) Berakhiran kasroh, seperti ‫ت‬ ِ ‫البي‬  adalah isim. Isim dapat berakhiran
kasrah, antara lain disebabkan oleh huruf-huruf khafadh dan huruf qasam
(sumpah). Adapun huruf khafadh ialah: huruf mim (dari), huruf ila
(ke/kepada/sampai), huruf 'an (daripada), huruf  'ala (atas), huruf fi
(pada/didalam), huruf rubb (berapa banyak) huruf ba (dengan), huruf kaf
(seperti), huruf lam (untuk/bagi/milik). Adapun huruf qasam (sumpah) adalah:
Huruf waw (Demi), Huruf ba (Demi), dan Huruf ta (Demi).

5
2) Terletak setelah huruf nida' (untuk memanggil). Contoh: ُ‫اي رمحمـــد‬ (wahai/ya
Muhammad). Setiap kata yang terletak setelah ‫( اي‬wahai) maka ia adalah isim.
Dalam Bahasa Indonesia pun demikian, setiap kata yang muncul setelah 'wahai'
biasanya adalah kata benda (nama orang misalnya). Dan kata benda termasuk
bagian dari isim.

3) Majrur, yang di antara tandanya adalah harakat kasrah. Majrur merupakan salah
satu kekhususan yang dimiliki oleh isim. Majrur-nya isim bisa karena didahului
oleh huruf jar, atau karena merupakan Contoh: ‫ َج َر ِة‬hhh‫(عَل َى الش‬di atas pohon)
merupakan bentuk jar-majrur, ‫َلى‬ َ ‫ ع‬adalah huruf jar, sedangkan ‫ َج َر ِة‬hhh‫(الش‬asy-
syajarati) adalah isim yang karena didahului oleh huruf jar sehingga dibaca
majrur dengan kasrah.Untuk bentuk idhafah, misalnya ‫( غصْ ن الش َج َر ِة‬ghushnusy-
ْ
syajarati = ranting pohon). Kata‫ن‬h‫غص‬adalah mudhaf, sedangkan ‫ج َر ِة‬h
َ h‫الش‬mudhaf
ilaih. Perlu diingat, mudhaf ilaih selalu majrur. Jika ada satu kata yang berfungsi
sebagai mudhaf ilaih dan kata tersebut dapat langsung dimajrurkan (contoh:
‫الشج َر ِة‬yang
َ majrur dengan kasrah) maka ia adalah isim. Mudhaf (dalam hal ini
‫ن‬h ‫ )غص‬sebenarnya pun adalah isim. Sehingga dapat ٌ‫ َج َرة‬h‫ ش‬kita katakan bahwa
ْ
bentuk idhafah dalam kasus di atas, baik itu mudhaf maupun mudhaf ilaih,
keduanya adalah isim.bentuk idhafah.

4) Setiap kata yang menjadi pokok pembicaraan. Misalnya, ‫ ٌد‬h ‫ابُ ُمفِ ْي‬hh‫(ال ِكت‬buku itu
bermanfaat). Yang menjadi pokok pembicaraan dalam kalimat tersebut adalah
kata ُ‫ال ِكتاب‬, sehingga ُ‫ ال ِكتاب‬adalah isim.

5) Berakhiran tanwin, seperti ً‫رأيت َر ُجال‬, kata  


ُ ً‫رجــال‬ merupakan isim.

ْ َ‫الشمسُ شرق‬, kata  ُ‫الشمس‬  adalah isim karena ia


6) Diawali dengan alim lam, seperti ‫ت‬
diawali dengan alif lam.

ُ ْ‫ر‬hَ‫نَظ‬, karena ‫إلى‬ merupakan
7) Di dahului huruf jar (kata depan), seperti ‫ماء‬hh‫ت إلى الس‬
huruf jar, maka kata setelahnya yaitu ‫السماء‬  adalah isim.

2. Fi’il (Kata Kerja)

Fi'il adalah sebuah kata yang berfungsi untuk menunjukkan atas terjadinya suatu
peristiwa pada waktu tertentu (kata kerja). Secara sederhana fi’il berarti setiap kata
yang menunjukan pekerjaan pada waktu tertentu. Definisi lain menyebutkan bahwa fi’il
adalah kata yang menunjukkan suatu makna yang berkaitan dengan suatu waktu
(lampau, sekarang, dan yang akan datang).

 Macam-macam Fi’il

a. Fi'il Madhi, adalah kata kerja yang menunjukan pekerjaan yang sudah
dilakukan/lampau. Tanda-tandanya antara lain tampak pada huruf asli kata
6
َ ‫ َكـت‬ (telah
kerjanya dan pada umumnya mengandung suara “a” , misalnya ‫َـب‬
menulis), ‫قَــ َرَأ‬ (telah membaca).

b. Fi'il Mudhori, adalah kata kerja yang menunjukan pekerjaan atau peristiwa masa
sekarang atau masa yang akan datang.

Ciri/ tandanya:
- َ  contoh: ‫يَ ْشـهَ ُد‬
Dapat dimasuki huruf sin ‫س‬ dan saufa  َ‫سوْ ف‬ َ‫ َسوْ ف‬,‫َسيَ ْشـهَ ُد‬
- ُ ‫ت (اَنَي‬,‫ي‬,‫ن‬,‫ا‬ yang
Dapat diawali dengan salah satu di antara empat huruf )‫ْت‬
disebut huruf mudhara’ah.
- Dapat dimasuki huruf َ‫ال‬ (tidak).
c. Fi'il Amar, yaitu kata kerja yang menunjukkan perintah (imperative) untuk
melaksanakan pekerjaan. Biasanya diawali dengan huruf alif dan huruf akhir
berharakat sukun.
d. Fi'il Nahi, yaitu kata larangan

3. Huruf/Harf
Huruf atau Harf adalah kalimah yang menunjukan pada arti bukan pada dirinya
sendiri. Contoh: ‫( هل و لم و ال‬apakah, tidak/belum, dan ke). Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa  harf adalah kata yang tidak bisa dipahami maknanya kecuali jika
disandingkan dengan kata lain. Dengan demikian, kata ini tidak akan kata  memiliki
makna tertentu, kecuali disandarkan pada kata-kata lain. Kalimat huruf (kata
keterangan) adalah kata yang tidak memiliki makna tertentu, kecuali disandarkan
pada kata benda.

HUR JER

‫من‬ ‫عل‬ ‫ل‬

‫ال‬ ‫في‬ ‫ك‬

‫عن‬ ‫رب‬ ‫ب‬

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diantara keistimewaan bahasa arab adalah kaya akan kata-kata, misalkan pada
dhomir (kata ganti). Berbeda dengan bahasa Indonesia yang hanya memiliki 7 kata ganti
(dia, kamu, kalian, mereka, kami, kita, dan saya)), di dalam bahasa Arab kata gantinya
ada 12. Antara kata ganti untuk dua orang dengan lebih dari dua orang dibedakan di
dalam bahasa Arab, tidak terdapat pada bahasa Indonesia bahkan pada bahasa Inggris
(read : Bahasa Internasional). Di antara keistimewaan bahasa arab juga adalah singkat
dan padat, misalnya, jika kita ingin mengungkapkan "dia sedang menulis", maka cukup
dengan menggunakan kalimat ‫يكتب‬dan ini sekaligus menunjukkan bahwa yang sedang
menulis itu adalah seorang laki-laki, adapun jika yang menulisnya itu seorang
perempuan, maka kita gunakan kalimat ‫تكتب‬saja. Singkat dan padat. Dan banyak lagi
keunggulan bahasa arab di atas bahasalain.

AlKalam menurut ulama nahwu adalah ungkapan dai suatu lafadz yang brfaidah
yang mampu membuat yang diajak bicara diam karena mengerti. Lafadzh sendiri
meliputi Al Kalam (kalimat), Al Kalimah (kata), dan Al Kalim (akan dijelaskan
kemudian). Maksud dari berfaidah adalah bisa dimengerti oleh yang diajak berbicara

Perlu diingat bahwa Al Kalam adalah kalimat sedangkan Al Kalimah adalah kata.
Sedangkan Al Kalim adalah istilah untuk sesuatu yang tersusun dari 3 kata (baik itu fi'il,
isim, harf) atau lebih, baik berfaidah atau tidak. Kalimat dalam Bahasa arab adalah
ucapan yang tersusun sehingga pendengar atau lawan bicara dapat memahami
maksudnya. Sesuai dengan objek pembicaraannya, maka ucapan tersebut harus dalam
bahasa Arab.

Kalimat terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Isim, adalah kata benda yaitu kata yang menunjukan arti benda atau yang di anggap
benda.

2. Fi'il adalah sebuah kata yang berfungsi untuk menunjukkan atas terjadinya suatu
peristiwa pada waktu tertentu (kata kerja).

3. Huruf atau Harf adalah kalimah yang menunjukan pada arti bukan pada dirinya
sendiri.

8
DAFTAR PUSTAKA

A. Amiruddin, Tata Bahasa Arab (Surabaya: Al-Ihsan, 1992), hal 3.

A. Amiruddin, Tata Bahasa Arab, hal 4.

Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum Dalam Al-
Qur’an (Jakarta: Penamadani, 2008), hal 157.

Ghaziadin Djupri, Ilmu Nahwu Praktis. Surabaya: Apollo, Tanpa tahun, hal 10.

daudmuslim.blogspot.com/?m=1 (Diakses 10 November 2020)

Anda mungkin juga menyukai