Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bahasa Arab
Dosen Pengampu :
Rina Septiani, M.Pd
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah materi tentang bahasa
Arab tepat pada waktunya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
menambah wawawsan serta pengetahuan kita isim Mufrad, Mutsanna dan Jamak
Tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu kami menyadari masih
terdapat banyak kesalahan yang tanpa sengaja dibuat, baik kata maupun tata bahasa di
dalam makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1. Latar Belakang.................................................................................1
2. Rumusan Masalah............................................................................1
3. Tujuan...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
A. Pengertian mufrod...........................................................................2
B. Pengertian mutsanna.......................................................................3
C. Pengertian jamak.............................................................................4
BAB III PENUTUP..................................................................................................9
1. Kesimpulan.......................................................................................9
2. Saran..................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam istilah ilmu Nahwu dan Shorof ada beberapa unsur penting
yang menjadi pokok dalam suatu pembicaraan dengan bahasa arab,
diantara unsur kalimat tersebut adalah kalimat Fi’il atau dalam bahasa Indonesia
disebut kata kerja selain itu juga ada kalimat isim yang berarti kata benda. Yang kami
bahas disini adalah tentang jenis-jenisnya kalimat isim dilihat dari jumlahnya terdiri
dari tiga bagian. Untuk mengetahui lebih lanjut akan kami bahas pada sub bab
berikutnya.
B. Rumusan Masalah
Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya
pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :
1. Apakah pengertian dari mufrad?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari mufrad?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Isim Mufrod.
Isim mufrod atau kata tunggal adalah asal dari seluruh bentuk artinya pada
dasarnya seluruh kata nantinya akan merujuk pada isim mufrod ini. Tatsniyyah
adalah perubahan dari mufrod, kemudian jamak adalah versi jamak dari isim
mufrod. Oleh karena itu supaya mudah nanti ada kaidahnya atau rumusnya.
Jadi dalam bahasa arab dibedakan antara yang mudzakkar dengan yang muannats
dengan cara memberi ta marbuthoh nya.
Sedangkan kata قَلَ ٌمdan kata ٌ ِكتَابini termasuk isim lighoyri 'aaqil (untuk sesuatu
yang tidak berakal), bahasa sederhananya ini adalah kata benda. Adapun لِ ٌمKُم ْس
2
kemudian ُمْؤ ِم ٌنini termasuk lil 'aaqil artinya berakal. Nama-nama ini atau sifat-
sifat ini digunakan untuk manusia.
Mari kita praktekkan dengan contoh yang sudah ada, misalnya قَلَ ٌمini mufrod,
kalau kita ingin merubah ke bentuk tatsniyyah tambahkan اَ ِنdibelakangnya
menjadi ا ِنSSقَلَ َم artinya dua buah pulpen, atau bisa juga kita rubah menjadi قَلَ َم ْي ِن
dengan menambah اَي ِْنuntuk lebih jelas lihat tabel dibawah ini:
3
اَ ْي ِن قَلَ َم ْي ِن
َاب
ٌ ِكت اَ ِن ِكتَابَا ِن
اَ ْي ِن ِكتَابَ ْي ِن
سلِ ٌم
ْ ُم اَ ِن َسلِ َمان
ْ ُم
اَ ْي ِن سلِ َم ْي ِن
ْ ُم
ٌسلِ َمة
ْ ُم اَ ِن سلِ َمتَا ِن
ْ ُم
اَ ْي ِن سلِ َمتَ ْي ِن
ْ ُم.
Dan alhamdulillah tidak ada perbedaan antara isim yang mudzakkar dengan
muannats dan juga pula tidak ada perbedaan antara yang 'aaqil (yang berakal)
dengan lighairil 'aaqil, semuanya sama ditambahkan اَ ِنatau اَي ِْن.
Kita akan bahas satu persatu mulai dari jamak mudzakkar saalim,selanjutnya
kita bahas jamak muannats saalim dan terakhir jamak taksir.
4
Pertama ditambahkan َون dan
ْ
Kedua ditambahkan َيْن.
Kemudian kita ambil contoh lagi ( ُمْؤ ِم ٌنseorang yang beriman), kalau kita
ingin membuat jamaknya maka kita katakan َوْ نKKKُ ُمْؤ ِمنatau َ ْؤ ِمنِ ْينKKK ُمdengan
menambahkan َ وْ نdan َ ْين.
Lalu bagaimana dengan ٌ ? ُمْؤ ِمنَةNah untuk ٌ ُم ْسلِ َمةkarna jamaknya bukan
jamak mudzakkar salim tapi muannats salim, begitu juga dengan kata قَلَ ٌمdan
ٌ ِكتَابkarna dia lighayril 'aaqil maka kita tidak boleh mengatakan َ قَلَ ُموْ نatau َِكتَابُوْ ن
, karna qolamun dan kitabun lighayril 'aaqil maka nanti jamaknya adalah jamak
taksir. Jadi jamak mudzakkar salim ini berlaku hanya untuk yang pertama
mudzakkar dan yang ke 2 lil 'aaqil (yaitu yang berakal).
5
memang, untuk membentuk jamak muannats saalim ini adalah yang paling
mudah kita rubah ke bentuk mudzakkar nya, misalnya mu'minatun ini kan
muannats, mudzakkarnya adalah mu'minun, ini lebih mudah jadi tinggal
ٌ menjadi mu'minaatun.
menambah mu'minun dengan ات
c) Jamak Taksir
Jamak taksir ini sesuai dengan namanya taksir yang artinya pecah-pecah.
Jamak taksir tidak memiliki rumus, berbeda dengan jamak mudzakkar saalim
dan jamak muannats saalim.
misalkan قَلَ ٌمjamak taksirnya adalah َأ ْقالَ ٌم (sebuah pulpen -> pulpen-
pulpen), kemudian ٌ ِكتَابjamak taksirnya ٌ ُكتُب. Kita lihat antara kutubun dengan
aqlaamun sangat jauh sekali artinya tidak ada persamaan (tidak ada rumusnya).
Kalau ada rumusnya misalnya kitabun menjadi kutubun maka qolamun menjadi
qulumun. Tapi karna jamak taksir tidak memiliki rumus maka.jalan satu-
satunya adalah kita banyak-banyak menghafal jamak taksir. Kita harus
6
menghafal jamaknya pulpen qolamun menjadi apa, kitabun menjadi kutubun
dan sebagainya.
Dan jamak taksir ini pada dasarnya berlaku untuk isim lighayril 'aaqil
(untuk kata-kata yang tidak berakal) yakni kata benda, ini hukum asalnya. Jadi
tidak ada rumus untuk jamak taksir dan hukum asalnya jamak taksir ini untuk li
ghayril 'aaqil (kata benda). Namun perlu dicatat bahwa tidak semua isim
lighayril 'aaqil (kata benda) jamaknya adalah jamak taksir begitu juga tidak
seluruh yang 'aaqil jamaknya jamak mudzakkar saalim. Ada juga isim lil 'aaqil
yang jamaknya jamak mudzakkar saalim.
6
ٌ َأوْ َراawrooqun, tetapi selain itu dia juga memiliki
jamak taksirnya adalah ق
ٌ َو َرق,
bentuk.jamak muannats saalim ات َ seperti nama sebuah kitab ushul fiqih
karangan Al Juwani berjudul Alwaraqat. Ini membuktikan bahwa lighayril
'aaqil tidak selamanya jamaknya merupakan jamak taksir tapi ada juga yang
jamaknya jamak muannats saalim. Dan memang ada kaidah tambahan bahwa
untuk kata benda yang akhirnya ada ta marbuthoh nya maka jamaknya boleh
jamak muannats saalim, ada kaidah seperti itu. Pada dasarnya yang memiliki ta
marbuthoh (benda yang muannats, sajarotun, waroqotun) boleh kita rubah ke
dalam jamak muannats saalim. Ini contoh penyimpangan dari kaidah dasar.
Contoh yang kedua,ada juga isim lil 'aaqil yang jamaknya bukan hanya
jamak mudzakkar saalim tetapi dia memiliki bentuk selain bentuk jamak
mudzakkar salim nya. Contohnya:
selain dia memiliki bentuk jamak mudzakkar saalim ( َ ) طَالِبـُوْ نdia juga
memiliki bentuk jamak taksir yaitu ٌ( طُالَّبthullaabun).
selain dia memiliki bentuk jamak mudzakkar saalim ( )عَا ِملُوْ َنdia juga
memiliki bentuk jamak taksir yakni '( ُع َّما ٌلummaalun) artinya sama dengan
'aamiluuna (pekerja-pekerja, banyak). Saya hanya ingin memberikan gambaran
bahwa hukum asalnya jamak mudzakkar saalim, jamak muannats saalim ini
untuk lil 'aqil dan jamak taksir hukum asalnya untuk lighairil 'aaqil tetapi ada
beberapa kata yang dia memiliki 2 bentuk sekaligus, yakni selain dia memiliki
bentuk saalim nya, dia juga memiliki bentuk taksirnya.
7
BAB II
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. isim mufrad,
2. isim tatsniyyah
3. isim jamak.
Isim mufrod, ini adalah kata asal, isim mufrod ini bisa kita bagi menjadi 'aaqil
dan ghoyru lil 'aaqil dan kita juga bagi menjadi mudzakkar dan muannats.
Isim tatsniyyah, bahwa Isim tatsniyyah ini cara merubahnya dari mufrodnya
mudah, tinggal ditambahkan ا ِنatau ي ِْنdan ini berlaku untuk semua jenis isim
mufrod, apakah isim mufrodnya mudzakkar, muannats, lil 'aaqil, lighairil
'aaqil,seluruh tatsniyyahnya ditambahkan ا ِنatau ْي ِن.
Kalau lil 'aaqil, jamaknya bisa jadi hukum asalnya jamak mudzakkar saalim
atau muannats saalim, tinggal kita lihat kalau mudzakkar lil 'aaqil jamaknya jamak
mudzakkar saalim dan kalau muannats lil 'aaqil maka jamaknya jamak muannats
saalim.
Untuk jamak mudzakkar saalim rumusnya adalah َ وْ نatau َ( ْينmuslimuuna atau
muslimiina, mu'minuuna atau mu'miniina).
8
Adapun untuk jamak muannats saalim rumusnya hanya satu yakni ditambahkan
ٌ
ات, yang paling mudah, muannats nya kita rubah ke bentuk mudzakkarnya
ٌ
(dibuang dulu ta marbuthoh nya) kemudian ditambahkan ات contohnya
muslimatun dirubah menjadi muslimun (dibuang ta marbuthohny) kemudian
ٌ menjadi muslimaatun,
ditambah ات
ٌ menjadi mu'minaatun
mu'minatun -> mu'minun (mudzakkar) ditambah ات
Kemudian jamak yang ke-3 disebut jamak taksir, berbeda dengan jamak
mudzakkar saalim dan jamak.muannats saalim, jamak taksir tidak memiliki rumus
artinya kita harus menghafal satu persatu dari setiap kata,contohnya qolamun
jamaknya aqlaamun, kitaabun jamaknya kutubun. Jadi mau tidak mau kita harus
menghafal sedikit demi sedikit perubahan kata jamak taksir dari setiap kata.
B. Saran
Alhamdulillah tugas yang diamanahkan dosen kepada kami telah selesai. Kami
menyadari bahwa masih ada kekurangan – kekurangan dalam penyusuna makalah
ini. Kami mohon kritik dan sarannya yang membangun, apabila dalam makalah
yang telah kami buat masih banyak kekurangan.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://programbisa.blogspot.com/2014/05/dars-7-mufrad-tatsniyah-dan-jamak.html
10