• Jika terjadi penurunan harga X menjadi Px = 50 ribu, maka kaki budget line pada sumbu
X akan bertambah panjang. Perpanjangan kaki di sudut x membuktikan bahwa ketika
harga X turun maka preferensi konsumen untuk menaikkan pembelian terhadap
komoditas x meningkat.
• Semakin tinggi harga, semakin sedikit jumlah barang yang diminta. Barang X dan Y
adalah barang halal. Jika terjadi perubahan harga barang (Px), di mana Px1 < Px2 < Px3
dan pendapatannya tetap, maka (I/Px1) < (I/Px2) < (I/Px3) sehingga Qx1 < Qx2 < Qx3
Konsumsi Inter-Temporal dalam Islam
• Merupakan konsumsi yang dilakukan dalam dua waktu, yaitu masa sekarang (periode
pertama) dan masa depan (periode kedua).
• Dalam ekonomi konvensional, pendapatan adalah gabungan dari konsumsi dan
tabungan. Secara matematis ditulis: Y = C + S dimana Y (income) = Pendapatan, C
(consumption) = Konsumsi dan S (saving) = Tabungan
• Sedangkan dalam ekonomi Islam, aspek konsumsi ditambahkan dengan zakat,
infak dan sedekah, sehingga persamaannya berubah menjadi R = FS + S dimana
FS (final spending) = C + (zakat/infak/sedekah)
• Dalam pola konsumsi satu periode, sumbu X dan Y menunjukkan jumlah barang X dan Y.
Sedangkan dalam pola konsumsi intertemporal (dua periode), sumbu x menunjukkan
jumlah pendapatan, konsumsi dan tabungan yang disimbolkan sebagai Yt, FSt dan St.
• Pada sumbu Y menunjukkan jumlah tabungan periode pertama (St) yang digunakan
sebagai FS periode kedua (FSt+1) atau persamaanya menjadi St = FSt+1
Hubungan Terbalik Riba dengan Sedekah
• Secara grafis dapat digambarkan dengan kurva YS1, YS2 dan YS3. Kemiringan (slope) dari
ketiga kurva ini tidak berbeda. Kembali pada kasus 3 dimana tidak ada sumber tambahan
pendapatan dan wajib mengeluarkan zakat
• Dalam keadaan tersebut, semakin besar saving yang dilakukan maka akam semakin besar
zakat yang wajib dibayar, padahal tidak ada tambahan pendapatan (Z1 > Z2 > Z3 karena
S1 > S2 > S3) sehingga pendapatannya habis oleh zakat
• Itu sebabnya secara grafis digambarkan tingkat indifference I1 < I2 < I3. Pada saving ratio
terbesar yaitu S3, maka indifference curve berada pada tingkat terbawah
• Dengan asumsi bahwa FS periode pertama dan FS periode kedua adalah barang normal,
maka FS di kedua periode akan lebih besar dengan semakin kecilnya saving ratio
Menginvestasikan Tabungan
• Harta W (wealth) dapat digunakan seluruhnya untuk investasi atau sebagiannya. Tingkat
pemanfaatan harta dapat dinyatakan dengan v (value). Jika seluruhnya diinvestasikan
maka v = 1, sedangkan jika tidak diinvestasikan maka v = 0
• Tingkat pengembalian investasi dapat dinyatakan dengan R (return). Secara matematis
dapat ditulis: Y = (R) vW, dimana Y = Pendapatan, = nisbah bagi hasil, v = tingkat
pemanfaatan harta, W = harta yang ditabung
• Untuk melihat dampak pendapatan keuntungan dari tabungan yang diinvestasikan
terhadap perilaku konsumsi pada periode 1 dan periode 2, dapat diasumsikan barang
yang dikonsumsi adalah barang normal dan tidak ada perubahan harga
• Maka besarnya konsumsi pada periode pertama C1 adalah jumlah nominal uang pada
periode pertama M1, dikurangi dengan jumlah tabungan yang diinvestasikan S1
• Jumlah keuntungan dari hasil tersebut adalah R dan rate of profit dari tabungan tersebut
adalah R = rp(S1).
Menginvestasikan Tabungan
• Maka jumlah konsumsi pada periode 2 adalah:
• C2 = M2 + (M1 - C1) + rp (S1) -> S1 = (M1 - C1)
• C2 = M2 + (M1 - C1) + rp (M1 - C1)
• C2 = M2 + (1 + rp) (M1 - C1)
• Dengan meninvestasikan tabungan sehingga mendapatkan rate of return sebesar rpS1,
maka tingkat kepuasan individu meningkat dari IC1 menjadi IC2
• Meningkatnya pendapatan pada periode 2 maka akan berdampak pada bergesernya
budget line searah jarum jam. Titik optimal untuk konsumsi pada periode 2 berada pada
titik persinggungan antara BL2 dengan IC2
• Jika tabungan yang ada tidak diinvestasikan maka garis indifference berada pada garis IC1
yang akan memberikan tingkat kepuasan yang lebih rendah karena konsumsi rendah
Thanks for your attention
Let’s discuss!