Anda di halaman 1dari 4

.

Pengertian Permintaan Konvensional dan Teori Permintaan Menurut Pandangan Ekonomi Islam

1. Pengertian Permintaan Konvensional

Pengertian permintaan secara umum adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga
dan waktu tertentu. Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi terhadap permintaan secara umum
antara lain:[1]

a. Harga barang itu sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah maka permintaan terhadap barang itu bertambah. Begitu juga
sebaliknnya. Inilah yang disebut Hukum Permintaan yang menyatakan “Bila harga suatu barang
naik,cateris paribus, maka jumlah permintaan terhadap barang tersebut akan berkurang, dan
sebaliknya”

b. Harga barang lain

Permintaan akan dipengaruhi juga oleh harga barang lain. Dengan catatan barang lain itu merupakan
barang substitusi (pengganti) atau pelengkap (komplementer). Apabila barang substitusi naik, maka
permintaan terhadap barang itu sendiri akan meningkat. Sebaliknya, apabila harga barang substitusi
turun, maka permintaan terhadap barang itu sendiri akan turun.

c. Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan konsumen akan menunjukkan daya beli konsumen. Semakin tinggi tingkat
pendapatan, daya beli konsumen kuat, sehingga akhirnya akan mendorong permintaan terhadap suatu
barang.

d. Selera, kebiasaan, mode

Selera, kebiasaan, mode atau musim juga akan memengaruhi permintaan suatu barang. Jika selera
masyarakat terhadap suatu barang meningkat, permintaan terhadap barang itu pun akan meningkat.

e. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk mencerminkan jumlah pembeli. Sifat hubungan jumlah penduduk dengan permintaan
suatu barang adalah positif, apabila jumlah penduduk meningkat, maka konsumen terhadap barangpun
meningkat.

f. Perkiraan harga dimasa datang

Apabila kita memperkirakan harga suatu barang di masa mendatang naik, kita lebih baik membeli
barang tersebut sekarang guna menghemat belanja di masa mendatang, maka permintaan terhadap
barang itu sekarang akan meningkat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hubungan antara
permintaan dan perkiraan harga di masa mendatang adalah positif.
2. Permintaan Menurut Ekonomi Islam

Menurut Ibnu Taimiyyah, permintaan suatu barang adalah hasrat terhadap sesuatu, yang digambarkan
dengan istilah raghbah fil al-syai.[2] Diartikan juga sebagai jumlah barang yang diminta. Secara garis
besar, permintaan dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi konvensional, namun ada prinsip-prinsip
tertentu yang harus diperhatikan oleh individu muslim dalam keinginannya.

Islam mengharuskan orang untuk mengkonsumsi barang yang halal dan thayyib. Aturan islam melarang
seorang muslim memakan barang yang haram, kecuali dalam keadaan darurat dimana apabila barang
tersebut tidak dimakan, maka akan berpengaruh terhadap nya muslim tersebut. Di saat darurat seorang
muslim dibolehkan mengkonsumsi barang haram secukupnya.

Selain itu, dalam ajaran islam, orang yang mempunyai uang banyak tidak serta merta diperbolehkan
untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa saja dan dalam jumlah berapapun yang
diinginkannya. Batasan anggaran (budget constrain) belum cukup dalam membatasi konsumsi. Batasan
lain yang harus diperhatikan adalah bahwa seorang muslim tidak berlebihan (israf), dan harus
mengutamakan kebaikan (maslahah).

Islam tidak menganjurkan permintaan terhadap suatu barang dengan tujuan kemegahan, kemewahan
dan kemubadziran. Bahkan islam memerintahkan bagi yang sudah mencapai nisab, untuk menyisihkan
dari anggarannya untuk membayar zakat, infak dan shadaqah.[3]

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan menurut Misanam, dkk (2008 : 312-314), yaitu: [4]

a. Harga barang yang bersangkutan

Harga barang yang bersangkutan merupakan determinan penting dalam permintaan. Pada umumnya,
hubungan antara tingkat harga dan jumlah permintaan adalah negatif. Semakin tinggi tingkat harga,
maka semakin rendah

b. Harga barang lain yang terkait

Harga barang lain yang terkait menentukan permintaan suatu barang. Yang dimaksud harga barang lain
yang terkait adalah substitusu dan komplementer dari barang tersebut. Jika harga barang substitusinya
menurun, maka permintaan terhadap barang tersebut juga turun, sebab konsumen mengalihkan
permintaannya pada barang substitusi, dan sebaliknya. Sementara itu, jika harga barang komplementer
naik, maka permintaan terha--dap barang tersebut turun. Sebaliknya jika harga barang komplememter
turun, maka permintaan terhadap barang tersebut naik.

c. Pendapatan konsumen

Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan permintaan permintaan berbagai jenis barang.
Semakin tinggi pendapatan konsumen, maka semakin tinggi daya belinya sehngga permintaan tehadap
barang akan meningkat. Sebaliknya, semakin rendah pendapatan, maka semakin rendah pula daya
belinya dan permintaan terhadap barang pun rendah.
d. Ekspektasi (Pengharapan)

Ekspektasi bisa berupa ekspektasi positif maupun negatif. Dalam kasus ekspektasi positif, konsumen
akan lebih terdorong untuk membeli suatu barang, sememtara ekspektasi negatif akan menimbulkan
akibat yang sebaliknya.

e. Maslahah

Maslahah merupakan tujuan utama dalam mengkonsumsi barang, sebab maksimasi maslahah
meripakan cara untuk mencapai falah. Pengaruh maslahah terhadap permintaan tidak bisa dijelaskan
secara sederhana, sebagaimana pengaruh faktor-faktor lainnya, sebab ia akan tergantung pada tingkat
keimanan. Jika mereka melihat barang dengan kandungan berkah yang tinggi, cateris paribus, maka
mereka akan meninggalkan barang dengan kandungan berkah yang rendah dan menggantinya dengan
barang dengan kandungan berkahnya lebih tinggi. Dengan demikian, jika maslahah relatif turun, cateris
paribus, maka jumlah barang yang diminta akan turun juga, begitu juga sebaliknya.

Kurva Permintaan Barang Halal

Kurva permintaan diturunkan dari titik persinggungan antara kurva indifference curve dengan garis
anggaran. Katakanlah seorang konsumen memiliki pendaptan I = 1 juta per bulan dan menghadapi
pilihan untuk mengkonsumsi barang X dan barang Y, yang keduanya adalah barang halal. Misalnya harga
barang X Px = Rp.100 ribu dan harga barang Y Py = Rp.200 ribu. Titik A, A’, A” menunjukan konsumsi
seluruhnya dialokasikan pada barang X dan titik B menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada
barang Y.

Dengan data ini, dapat dibuat garis anggaran dengan menarik garis lurus antara dua titik.

X= X at
Kombinasi Income Px Py Y=I/Py
I/Px tangency

A 1.000.000 100.000 200.000 10 0 3

B 1.000.000 100.000 200.000 0 5 3

Bila terjadi penurunan harga X sebesar Rp.50 ribu, maka kaki garis anggaran pada sumbu X akan
bertambah panjang. Titik perpotongan sumbu Y tidak berubah, sedangkan titik perpotongan dengan
sumbu X berubah.

X= X at
Kombinasi Income Px Py Y=I/Py
I/Px tangency

A’ 1.000.000 50.000 200.000 20 0 4

B 1.000.000 50.000 200.000 0 5 4


Bila harga X menjadi Px = Rp.25.000 maka kaki garis anggaran pada sumbu X akan bertambah panjang.
Titik perpotongan sumbu Y tidak berubah, sedangkan titik perpotongan sumbu X berubah.

X= X at
Kombinasi Income Px Py Y=I/Py
I/Px tangency

A” 1.000.000 25.000 200.000 40 0 5

B 1.000.000 25.000 200.000 0 5 5

Dengan simulasi harga barang X, akan didapatkan kurva yang menggambarkan antara harga dengan
jumlah barang X yang diminta.

Harga X Jumlah X (X pada saat tangency/jumlah optimal X)

100.000 3

50.000 4

25.000 5

Semakin tinggi harga, semakin sedikit jumlah barang yang diminta. Dengan demikian didapatkan
kemiringan kurva permintaan yang negatif untuk barang halal, sebagaimana lazimnya kurva permintaan
yang dipelajari dalam ekonomi konvensional.[6]

Anda mungkin juga menyukai