BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
nasional. Hal ini karena lebih dari 55 persen penduduk Indonesia bekerja dan
2014).
Indonesia merupakan negara tropis dan kaya akan jenis tanaman palawija,
buah-buahan dan palawija, salah satunya adalah padi. Usaha tani padi di Indonesia
terdiri dari padi sawah organik dan padi sawah anorganik, dimana pengertian dari
padi sawah organik yaitu teknik bercocok tanam dengan menggunakan bahan yang
dapat diuraikan oleh organisme pengurai. Padi sawah anorganik yaitu teknik
bercocok tanam dengan menggunakan bahan-bahan yang telah tercampur oleh kimia.
1
2
kelestarian lingkungan.
Hingga saat ini, sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam
perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah penduduk dan
tenaga kerja yang diserap dalam perekonomian mencapai 42,3 juta orang atau
44,5%dari total jumlah tenaga kerja secara nasional. Berhasil tidaknya pembangunan
meningkatkan pendapatan adalah sangat penting namun tidak berjalan sendiri yang
bidang pertanian adalah meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan buruh tani
disekitarnya.
mereka mendapatkan produksi hasil dalam jumlah besar, maka mereka akan
3
mendapatkan bagian yang banyak dari pemilik sawah tersebut. Namun demikian
bagian yang mereka terima juga tergantung dari system upah atau system bagi hasil
sebagai balas jasa atas kerja yang telah dilakukan. Upah juga bisa dikatakan sebagai
imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja langsung yang hasil kerjanya dapat
diukur dengan satuan tertentu (jumlah fisik barang yang dihasilkan atau masa atas
Indonesia saat ini tidak diprioritaskan karena strategi pembangunan yang dilakukan
pembangunan di sektor pertanian pangan khususnya padi menjadi lambat dan terjadi
penyusutan atau penyempitan luas lahan pertanian padi. Kecendrungan yang terjadi
adalah menyempitnya skala usaha tani. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan petani
yang hanya memiliki tanah sempit terpaksa harus menyewa tanah untuk lahan
pertanian, dan mereka sendiri memilih menjadi buruh tani atau petani penggarap,
Hubungan kerja antara petani dan buruh tani terdapat hubungan pertukaran di
dalamnya. Buruh tani bekerja dan petani memberikan upah. Buruh tani memberikan
1
J. Payama Simanjuntak, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, (Jakarta: FEUI, 1985), h. 45
4
merupakan makhluk social yang saling membutuhkan satu dengan lainnya. Manusia
tidak dapat hidup sendirian dan membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, karena itu manusia bermasyarakat. Dalam suatu masyarakat pasti tercipta
suatu relasi sosial. Begitu juga relasi petani dan buruh tani yang tidak sebatas pada
hubungan kerja namun meluas pada hubungan sosial atau relasi sosial seperti saling
persaudaraan, dan bahkan dalam waktu yang relatif lama relasi tersebut juga
pengupahan dan standar upah buruh tani di Desa Boiyya Kecamatan Maiwa
Kabupaten Enrekang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pengupahan dan standar upah buruh tani di Desa Boiyya
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian dan penulisan karya tulis ini merujuk pada rumusan
1. Untuk mengetahui system pengupahan dan standar upah buruh tani di Desa
standar upah buruh tani di Desa Boiyya Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Upah
Upah dalam bahasa Arab disebut al-ujrah. Dari segi bahasa al-ajru yang
berarti ‘iwa’dụ (ganti), oleh sebab itu al-sawa’b (pahala) dinamai juga al-ajru atau al-
ujrah (upah). Pembalasan atas jasa yang diberikan sebagai imbalan atas manfaat
suatu pekerjaan.2
Upah (ujrah) tidak bisa di pisahkan dari sewa menyewa (ijarah) karena
memang upah merupakan bagian dari sewa menyewa (ijarah), ijarah berlaku umum
atas setiap akad yang berwujud pemberian imbalan atas sesuatu manfaat yang
diambil. Banyak al-Qur’an dan hadist yang dijadikan argumen oleh para ulama’
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang
yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu
2
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia terlengkep, (Surabaya: Pustaka
Progressif , 1994), h . 9.
6
7
ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya .”(Q.S Al-
Qashas: 26)
Hadith yang diriwayatkan dari Ummul Mu’minin Aisyah r.a. “Dari Urwah bin
Zubair bahwa sesungguhnya Aisyah ra. Istri Nabi SAW berkata: Rasulullah SAW
dan Abu Bakar menyewa seorang laki-laki dari suku Bani-Ad-Dayl, penunujuk jalan
yang mahir, dan ia masih memeluk agama orang kafir Quraisy. Nabi dan Abu Bakar
menjanjikan kepadanya untuk bertemu di gua tsaur dengan kendaraan mereka setelah
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, “Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: Nabi
SAW berbekam dan beliau memberikan kepada tukang bekam itu upahnya.” (HR.
Al-Bukhari).
seorang ulama pun yang menambah kesepakatan (ijma’) ini, sekalipun ada beberapa
orang diantara mereka yang berbeda pendapat, tetapi hal ini tidak dianggap.3
3
Suhendri Hendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grasindo Persada, 2010), h. 166.
8
tiang, lantai, dinding, atap dan seterusnya. Dalam konsep Islam, unsur-unsur yang
ijab dan qabul saja, mereka mengakui bahwa tidak mungkin ada akad tanpa adanya
para pihak yang membuatnya dan tanpa adanya obyek akad. Perbedaan dengan
madzab Syafi’i hanya terletak dalam cara pandang saja, tidak menyangkut substansi
akad.
a. Mu’jir dan musta’jir yaitu pihak yang melakukan akad ijarah. Mu’jir adalah orang
yang memberikan upah dan yang menyewakan, musta’jir adalah orang yang
b. Shighat (akad). Syarat ijab qabul antara ajir dan musta’jir sama dengan ijab qabul
c. Ujrah (upah). Dasar yang digunakan untuk penetapan upah adalah besarnya
manfaat yang diberikan oleh pekerja (ajiir) tersebut. Bukan didasarkan pada taraf
hidup, kebutuhan fisik minimum ataupun harga barang yang dihasilkan. Upah
yang diterima dari jasa yang haram, menjadi rizki yang haram.
d. Ma’qud alaihi (barang yang menjadi Obyek). Sesuatu yang dikerjakan dalam
syarat. Adapun salah satu syarat terpenting dalam transaksi ini adalah bahwa jasa
4
Samsul. Anwar, Hukum Perjanjian Syariah: Studi Tentang Teori Akad Dalam Fiqih Muamalat,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 95.
9
yang diberikan adalah jasa yang halal. Dilarang memberikan jasa yang haram
seperti keahlian membuat minuman keras atau membuat iklan miras dan
sebagainya. Asal pekerjaan yang dilakukan itu dibolehkan Islam dan aqad atau
transaksinya berjalan sesuai aturan Islam. Bila pekerjaan itu haram, sekalipun
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, upah adalah uang dan sebagainya yang
dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar tenaga yang sudah
imbalan dari pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang talah
atau dilakukan dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang di teteapkan atas
dasar suatu persetujuan atau peraturan perundang-undang serta dibayar atas dasar
suatu perjanjian kerja antara perusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik
Upah adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan cara kerja
buruh sawit. Seorang pekerja yang mempunyai upah tinggi atau sesuai dengan yang
diharapakan akan memotivasi pekerja lainnya sehinnga dapat tercapainya maksud dan
tujuannya.
5
Qomarul. Huda, fiqh muamalah, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2011), h. 80.
6
Ibid., Team, Kamus,...., h. 947
7
Sumarsono Sonny, Teori dn Kebiajakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2009), h. 181.
10
adalah hak pekerja/buruh yang telah diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari perusahan atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan
suatu pekerjaa dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.8
Prinsip pemberian upah dalam islam terdiri dari dua yaitu: Pertama, Adil
dalam memberi upah. Adil bermakna jelas dan transparan. Perinsip utama keadilan
terletak pada kejelasan akad (transaksi) dan komitmen melakukannya. Akad dalam
perubahan adalah akad yang terjadi antara pekerja dan pengusaha. Artinya sebelum
pekerja dikerjakan, harus jelas dahulu bagaimana upah yang akan diterima oleh
pekerja. Upah tersebut meliputi besarnya upah dan tata cara pembayaran upah.
Sesungguhnya seorang pekerja hanya berhak atas upahnya jika ia telah menunaikan
pekerjanya dengan semestinya dan sesuai dengan kesepakatan, karena umat islam
terkaitan dengan syaratsyarat antar mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang
halal atau menghalalkannya yang haram. Selama ia mendapatkan upah secara penuh
maka kewajibannya juga terus dipenuhi. Sepatutnya hal ini dijelaskan secara detail
dan orang yang tidak membayar upah para pekerjanya termasuk orang yang dimusuhi
8
Djumialdji. Perjanjian Kerja, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2006), h. 26.
11
oleh Nabi Muhammad saw pada hari kiamat.9 Kedua, Kelayakan dalam Pengupahan.
Kelayakan pemberian upah yang diberikan juga menjadi perhatian dalam islam,
kelayakan tersebut berhubungan dengan besaran yang diterima. Layak terdiri dari:
Kelayakan upah yang diterima oleh pekerja dilihat dari 3 aspek yaitu: Pangan
(makanan), sandang (pakaian) dan papan (tempat tinggal). Bahkan bagi pegawai atau
majikan dengan pekerja bukan hanya sebatas hubungan pekerjaan formal, tetapi
karyawan sebagai keluarga majiakan merupakan konsep Islam yang lebih 14 abad
yang lalu dicetuskan. Konsep ini dipakai oleh pengusaha-pengusaha Arab pada masa
Upah dalam konsep syariah memeiliki dua dimensi, yaitu dimensi dan
dimensi akhirat. Untuk menerapkan upah dalam dimensi dunia, konsep moral
merupakan hal yang sangat penting agar pahala dapat diperoleh sebagai dimensi
akhirat dari upah tersebut. Jika moral diabaikan, dimensi akhirat tidak akan
tercapai. Oleh karena itulah konsep moral diletakkan pada kotak paling luar, yang
9
Ibid., Shilihin, Buku,...., h. 874
12
artinya konsep moral diperlukan untuk menerapkan upah dimensi akhirat dapat
tercapai.10
Pada masa Rasulullah, penetapan upah bagi para pengawainya sesuai dengan
kondisi, tanggung jawab dan jenis pekerjaan. Proses penetapan gaji yang pertama kali
dalam Islam bisa dilihat dari kebijakan Rasulullah untuk memberikan gaji satu
dirham setiap hari kepada Itab bin Usaid yang diangkat Gubenur Mekkah.
Tenaga kerja seperti yang telah disebutkan adalah factor produksi yang sangat
penting, dan imbalannya disebut upah. Istilah upah digunakan dalam penegertian
sempit maupun luas. Berbagai teori dikemukakan oleh para ahli ekonomi modern
mengenai penentuan upah ini. Menurut subsistence theory, upah cendrung mengarah
kesuatu tingkat yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum pekerjan
sempurna, setiap pekerja yang memiliki skill dan efisiensi yang sama dalam suatu
kategori akan menerima upah yang sama dengan VMP (value of margainal product)
jenis pekerjaan yang bersangkutan. Artinya tidak ada kesepakatan diantara para ahli
Islam menawarkan sebuah solusi yang amat masuk akal mengenai ini,
didasarkan pada keadilan dan jujur serta melindungi kepentingan baik majiakan
10
Rivai Veithzal, Islamic Human Capital Dari Teori ke Praktik Manajemen Sumber Daya Manusia,
(Jakarta: Tugu Publisher, 2007), h. 805.
11
Novi Ayu Lestari, Upah Tenaga Kerja Lepas Kebun Sawit Dalam Pandangan Islam Studi Kasus Desa
Pasar Kembang Kab. Indragiri Hilir , hal 105
13
maupun pekerja. Menurut Islam, upah harus ditetapkan dengan cara yang layak,
patut, tanpa merugikan kepentingan pihak yang mana pun, dengan tetap mengingat
ajaran Islam.
Abu Dzar manyatakan bahwa Nabi SAW bersabdah: “mereka (budak atau
pakaianmu, dan janganlah mereka kalian bebani dengan pekerjaan yang berat”
19. “Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka
Untuk itu, upah yang dibayarkan kepada masing-masing pegawai bisa berbeda
berdasarkan jenis pekerjaan dan tanggung jawab yang dipikulnya. Tanggung jawab
nafkah keluarga bisa menentukan jumlah gaji yang diterima pegawai. Bagi yang
sudah berkeluarga, gajinya 2 kali lebih besar dari pegawai yang masih lajang, karena
14
mereka tetap bisa memenuhi kebutuhan dan hidup dengan layak. Rasulullah
Bersabdah:
harus diberi rumah, dan jika ia tidak memiliki istri, maka nikahkanlah, dan jika ia
a. Upah Sistem Waktu. Dalam sistem waktu, besarnya upah ditetapkan berdasarkan
standar waktu seperti jam, hari, minggu atau bulan. Besarnya upah sistem waktu
kerjanya.
b. Upah Sistem Hasil. Dalam sistem hasil, besarnya upah ditetapkan atas kesatuan
unit yang dihasilkan pekerja, seperti per potong, meter, dan kologram. Besarnya
borongan cukup rumit, lama mengerjakannya, serta banyak alat yang diperlukan
untuk menyelesaikannya.
dalam sistem ekonomi ini, nilai-nilai Islam menjadi landasan dan dasar dalam setiap
aktifitasnya.
mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan alat
dan tidak universal. Karena dari definisi tersebut mendorong seseorang terperangkap
dalam keputusan yang apriori (apriory judgement) benar atau salah tetap harus
diterima.12
yaitu karakteristik dari pandangan hidup islam. Syarat utama adalah memasukkan
nilai-nilai syariah dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi islam adalah ilmu sosial yang
tentu saja tidak bebas dari nilainilai moral. Nilai-nilai moral merupakan aspek
12
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), h. 14.
16
normatif yang harus dimasukkan dalam analisis fenomena ekonomi serta dalam
a people imbued with the values of Islam.13 Jadi, menurut Abdul Manan ilmu ekonomi
b. M. Umer Chapra
Islami economics was defined as that branch which helps realize human well-
being through and allocation and distribution of scarce resources that is inconfinnity
manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam
koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memeberikan kebebasan individu
ketidakseimbangan lingkungan.14
13
Muhammad Abdul Manan, Islamic Economics, Theory and Practice, (India: Idarah Adabiyah,
1980), h. 3.
14
Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 16
17
suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang, menganalisis, dan
Islami. Menurut Abdul Mannan, ilmu ekonomi Islam tidak hanya mempelajari
individu sosial melainkan juga manusia dengan bakat religius manusia itu sendiri.16
Ilmu Ekonomi Syari‟ah adalah ilmu yang mempelajari aktivitas atau perilaku
manusia secara aktual dan empirikal, baik dalam produksi, distribusi, maupun
serta Ijma‟ para ulama dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.17
Sebuah ilmu tentu memiliki landasan hukum agar bisa dinyatakan sebagai
sebuah bagian dari konsep pengetahuan. Demikian pula dengan penerapan syariah di
merupakan pengikat antara individu yang melahirkan hak dan kewajiban. Untuk
15
Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, terj. M. Saiful Anam dan Muhammad
Ufuqul Mubin, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 28
16
Muhammad Abdul Mannan, Teori Dan Praktik Ekonomi Islam, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti
Wakaf, 1997), h. 20-22
17
Abdul Mannan, Hukum Ekonomi Syari’ah Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama,
(Jakarta : Kencana Prenada Media Group), h. 29
18
mengatur hubungan antara individu yang mengandunng unsur pemenuhan hak dan
kewajiban dalam jangka waktu lama, dalam prinsip syariah diwajibkan untuk dibuat
secara tertulis yanng disebut akad. ekonomi dalam Islam. Ada beberapa hukum yang
menjadi landasan pemikiran dan penentuan konsep ekonomi dalam Islam. Beberapa
a. Al-Qur‟an
besar berbentuk kaidah-kaidah umum; kecuali itu jumlahnya pun sedikit. Misalnya,
dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 188 terdapat larangan makan harta dengan cara yang
yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada
19
harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”
(Q.S. Al-Baqarah:188) .
b. Hadits
terperinci dari pada Al-Qur‟an, hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah,
Ad-Daruquthni, dan lain – lain dari Sa‟id Al-khudri ra. Bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
Artinya : “Janganlah merugikan diri sendiri dan janganlah merugikan orang lain”.
prinsip-prinsip yang mendasar saja, karena dasar-dasar yag sangat tepat, alquran dan
berprilaku sebagai konsumen produsen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit
a. Kesatuan (unity)
b. Keseimbangan (equilibrium)
sektor dan kegiatan ekonomi dalam skala yang lebih luas dan komprehensif, seperti
20
7. “ Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul,
kaum kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara
kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
18
Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, (Jakarta : Gema Insani, Jakarta, 2003), h. 29
21
b. Nilai Islam bukan semata hanya untuk kehidupan muslim saja tetapi seluruh
Ekonomi Islam menjadi rahmat seluruh alam, yang tidak terbatas oleh
ekonomi, sosial, budaya, dan politik dari bangsa. Ekonomi Islam mampu mampu
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dari fenomena
deskriptif menekankan pada data berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka
yang disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang
Pengambilan sampel atau sumber data pada penelitian ini dilakukan secara purposive
dan untuk ukuran sampel tersebut ditentukan secara snowball, taknik pengumpulan
dengan triangulasi (gabungan), analisa data bersifat kualitatif dan hasil penelitian
menekankan makna generalisasi. Hasil dari penelitian ini hanya mendeskripsikan atau
sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai system pengupahan dan
standar upah buruh tani di Desa Boiya Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang
2. Lokasi Penelitian
terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari
objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat.
22
Dalam penentuan Lokasi penelitian, Moleong (2007:132) menentukan cara terbaik
lapangan dan mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan. Sementara
itu keterbatasan geografi dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga perlu juga dijadikan
penelitian ini ditentukan dengan sengaja (purposive), yang dilakukan di Desa Boiya
B. Pendekatan Penelitian
data dapat diperoleh dan untuk memudahkan peneliti dalam mengidentifikasi sumber
yang diteliti.
b. Paper (kertas), adalah tempat peneliti membaca dan mempelajari segala sesuatu
penelitian.
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang didapat dari informan melalui
wawancara, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainlain. Untuk
mendapatkan data dan informasi maka informan dalam penelitian ini ditentukan
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Menurut
Sugiyono (2007:209) bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka
teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, angket dan
25
dokumentasi. Namun dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan
1. Observasi
2. Wawancara
pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tersebut. Dengan
wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang
informan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal
ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Dalam melakukan wawancara, peneliti
diajukan, dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan, oleh karena itu jenis
jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti termasuk kedalam jenis wawancara
terstruktur.
3. Dokumentasi
2007:213). Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel kalau
E. Instrument Penelitian
2014). Dalam penelitian kualitatif Peneliti sebagai instrument kunci berperan besar
data seperti:
1. Alat tulis
buruh tani. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang didasarkan data deskriptif dari
status, keadaan, sikap, hubungan atau sistem pemikiran suatu masalah yang menjadi
objek penelitian. Setelah mendapatkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini,
menganalisis data ini menggunakan teknik analisis data kualitatif, karena data-data
dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
data berlangsung, setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu sehingga datanya
a. Reduksi Data (Reduction Data) Reduksi data diartikan sebagai peroses pemilihan,
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Laporan atau data
yang diperoleh dilapangan akan dituangkan dalam bentuk uraian yang lengkap
dan terperinci. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya akan cukup banyak,
sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema
dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan
data selanjutya. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian dituangkan dalam
dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal penting kemudian dicari tema atau
polanya.
28
b. Penyajian Data (Data Display) Penyajian data dilakukan dengan tujuan untuk
hasil wawancara yang dituangkan dalam bentuk uraian dengan teks naratif, dan
menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering
Berikut adalah gambar dari analisis data dan model interaktif menurut Miles
Gambar mengenai komponen analisis data model Miles dan Huberman diatas
suatu penilaian akan ditentukan oleh standar apa yang digunakan. Menurut Moleong
dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan yang sedang diteliti. Kriteria
1) Triangulasi
30
dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan,
pada waktu yang berlainan dan dengan metode yang berlainan. Adapun triangulasi
penggunaan sumber data, metode, dan teori. Untuk itu, maka peneliti dapat
Berdasarkan hasil triangulasi tersebut, maka akan sampai pada salah satu
kemungkinan yaitu apakah data yang diperoleh ternyata konsisten, tidak konsisten,
2) Kecukupan Referensial
rekaman yang dapat digunakan sebagai referensi dan patokan untuk menguji sewaktu
b. Keteralihan (Transferability)
peneliti perlu mencari dan mengumpulkan data kejadian dalam konteks yang sama.
31
c. Kebergantungan (Dependability)
peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi dapat memberikan data.
peneliti seperti ini perlu diuji dependability-nya. Kalau proses penelitiannya tidak
dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak dependable. Untuk
mengetahui dan memastikan apakah hasil penelitian ini benar atau salah, peneliti
yang didapat dilapangan mulai dariproses penelitian sampai pada taraf kebenaran data
yang didapat.
d. Kepastian (Confimability)
menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan dalam penelitian,
jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada. Kepastian yang dimaksud berasal
dari konsep objektivitas, sehingga dengan disepakati asil penelitian tidak lagi
mengumpulkan data kejadian empiris dalam konteks yang sama mengenai system
dengan tim pembimbing mengenai data-data yang didapat dilapangan mulai dari
proses penelitian sampai pada taraf kebenaran data yang didapat. Untuk menjamin
kepastian bahwa penelitian ini objektif, peneliti dalam hal ini melakukan pemeriksaan
secara cermat bersama dengan pembimbing terhadap kepastian asal-usul data, logika
penarikan kesimpulan dari data dan derajat ketelitian serta telaah terhadap kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Samsul. 2007. Hukum Perjanjian Syariah: Studi Tentang Teori Akad Dalam
Fiqih Muamalat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ahmad Ifham, Sholihin. 2010. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: PT Gramedia
PustakaUtama
Ahmad Warson, Munawwir. 1997. Al-Munawwir: Kamus ArabIndonesia, Surabaya:
Pustaka Progressif.
Chaudhry, Muhammad Sharif. Sistem Ekonomi Islam: Prinsip dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Djumialdji. 2006. Perjanjian Kerja. Jakarta: Sinar Grafika Offset. Hendi, Suhendi.
2010. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Grasindo Persada.
Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia prespektip Pembangunan. Jakarta: