Anda di halaman 1dari 119

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ILMU USAHA TANI

“KOMODITAS MENTIMUN DI DESA KROYO KECAMATAN


GEBANG KABUPATEN PURWOREJO”

Nama : Seno Bayu Aji


NIM : 212310026
Kelas : Agribisnis A

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktikum “Ilmu Usaha Tani”

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Seno Bayu Aji (212310026)

Semester : IV
Mata kuliah : Ilmu Usaha Tani
Prodi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Perguruan tinggi : Universitas Muhammadiyah Purworejo
Tahun Ajaran : 2023

Telah disetujui oleh dosen pengampu, yang bertanda tangan dibawah ini

Purworejo, 16 Juni 2023

Uswatun Hasanah , S.P., M.Sc.

i
Kata Pengantar
Sholawat serta salam kita panjatkan kepada Junjungan Nabi Muhammad SAW.
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Praktikum “ilmu usaha
tani” secara tepat waktu.

Tugas yang disusun dengan maksud memenuhi tugas mata kuliah ilmu usaha
tani. Diharapkan hasil laporan praktikum ini tidak hanya menjadi koleksi dan
menumpuk di perpustakaan saja. Tetapi juga bisa memberikan wawasan kepada
adik angkatan dan juga orang – orang yang membacanya

Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada Ibu Uswatun Hasanah
S.P., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang memberikan tugas dan mengarahkan
selama proses teknis pengerjaan.

Tidak lupa juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, atas bantuan selama proses pengerjaan tugas.

Mengingat hasil laporan praktikum yang saya buat masih banyak kekurangan
dan tidak sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun saya
butuhkan untuk evaluasi dan perbaikan diri untuk laporan yang akan datang.

Purworejo, 11 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................i
Kata Pengantar...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................1
BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................4
1.3 Tujuan.........................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................5
2.1 Acara 1 Menghitung Jumlah Curahan Kerja.........................................................5
2.2 Acara 2 Menghitung Penyusutan dan Menghitung Unsur – unsur Biaya Tetap
dari Alat/Mesin dalam Usahatani...................................................................................5
2.3 Acara 3 Biaya dan Pendapatan UsahaTani..............................................................8
2.4 Acara 4 Menilai Kelayakan UsahaTani..................................................................11
BAB III...........................................................................................................................12
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................12
ACARA 1 MENGHITUNG JUMLAH CURAHAN KERJA.....................................12
ACARA 2 PRAKTIKUM ILMU USAHATANI MENGHITUNG NILAI
PENYUSUTAN ALAT/MESIN....................................................................................35
PRAKTIKUM ACARA III MENGHITUNG BIAYA DAN PENDAPATAN DALAM
USAHATANI..................................................................................................................70
ACARA IV MENILAI KELAYAKAN USAHATANI................................................90
BAB IV..........................................................................................................................110
PENUTUP.....................................................................................................................110
IV.1 Kesimpulan.........................................................................................................110
IV.2 saran.....................................................................................................................110
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................111
LAMPIRAN.................................................................................................................112

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia.
Sektor pertanian memainkan peranan penting dalam perekonomian di suatu
negara. Peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi, antara lain
sebagai penyedia pangan, sebagai sumber tenaga kerja bagi sektor
perekonomian lain, sebagai sumber kapital bagi pertumbuhan ekonomi modern
khususnya pada tahap awal pembagunan, dan sebagai sumber devisa negara. Ilmu
usaha tani merupakan ilmu yang mempelajari himpunan dari sumber alam atau
organisasi dari faktor-faktor alam, tenaga kerja, dan modal untuk
menghasilkan produksi pertanian. Berdasarkan kata lain, ilmu usaha tani adalah
ilmu yang mempelajari bagaimana seorang petani mengalokasikan sumber
daya secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada
waktu tertentu. Tujuan diadakannya usaha tani adalah untuk mengetahui
besarnya biaya dan pendapatan dari suatu usaha tani dan juga untuk
menganalisis efisiensi dan kemanfaatan dari suatu usahatani dengan analisis
R/C ratio dan B/C ratio.
Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan sayuran buah yang banyak
dikomsumsi dalam bentuk segar oleh masyarakat Indonesia. Permintaan
mentimun meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Sebagain
besar restoran menyajikan mentimun sebagai lalapan ataupun jus. Mentimun
memiliki rasa yang enak dan renyah serta memiliki kandungan gizi yang banyak
sebagai sumber mineral dan vitamin. Kandungan nutrisi per 100 g mentimun
terdiri dari 15 kalori; 0,80 g protein; 0,10 g pati; 3 g karbohidrat; 30 mg fosfor;
0,50 mg besi; 0,02 thiamine; 0,01 riboflavin; 14 mg asam; 0,45 IU vitamin A;
0,30 IU vitamin B1 dan 0,20 IU vitamin B2 (Sumpena, 2001). Membudidayakan
tanaman mentimun tidak berbeda dengan komoditas sayuran komersial lainnya.
Penerapan usahatani yang intensif, kondisi iklim yang cocok, dan penerapan
kultur teknis tanaman di lapangan secara tepat merupakan hal yang perlu
diperhatikan dan tidak dapat diabaikan. Suplai unsur hara juga merupakan faktor
yang sangat mendukung dalam keberhasilan peningkatan produksi (Sumpena,
2001).

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagimana cara menghitung jumlah curahan kerja?
2. Bagaimana cara menghitung penyusutan dan menghitung unsur – unsur
biaya tetap dari alat/mesin dalam usaha tani?
3. Bagaimana cara menghitung biaya dan pendapatan usaha tani?
4. Bagaimana cara mengetahui kelayakan usaha tani?

1.3 Tujuan
1. Menegtahui besarnya biaya dan pendapatan dari suatu usaha tani
mentimun yang ada di Desa Kroyo, Kecamatan Gebang, Kabupaten
Purworejo
2. Menganalisis efisiensi dari suatu usaha tani yang ada di Desa Kroyo,
Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Acara 1 Menghitung Jumlah Curahan Kerja


Salah satu faktor produksi pada usahatani adalah tenaga kerja. Tenaga kerja
tersebut terdiri dari :
1. Tenaga kerja manusia : meliputi tenaga kerja pria dan wanita, dewasa maupun
anak-anak. Upah masing-masing berbeda, tenaga kerja pria lebih tinggi
dibanding tenaga kerja wanita. Tenaga anak-anak biasanya setengah dari upah
tenaga kerja pria dewasa. Satuan ukuran kerja ini lazim menggunakan satuan
Hari Kerja Orang (HKO), dimana 1 HKO artinya curahan kerja 1 orang yang
bekerja selama 7 – 8 jam/hari. Satuan HKO ini tidak membedakan kerja pria
dengan kerja wanita, hanya kadang-kadang dipisahkan saja antara tenaga pria
dan wanita. Ada juga yang menggunakan satuan kerja dengan HKSP (Hari
Kerja Setara Pria). Satuan ini mengkonversi tenaga kerja wanita ke dalam
satuan tenaga kerja pria berdasarkan upah masing-masing.
2. Tenaga kerja ternak : biasanya ternak yang digunakan adalah sapi dan kerbau.
Tenaga kerja ternak yang dikonversi adalah nilai sewa ternak ke dalam satuan
kerja pria atas dasar upah.
3. Tenaga kerja mesin : konversinya adalah nilai sewa mesin tersebut ke dalam
satuan kerja pria.

2.2 Acara 2 Menghitung Penyusutan dan Menghitung Unsur – unsur Biaya


Tetap dari Alat/Mesin dalam Usahatani
a. Menghitung Penyusutan
Ada beberapa metode menghitung penyusutan yang dapat digunakan pada
usaha tani :
1. Metode garis lurus
NA – NS
Penyusutan per tahun =
UE
Unsurnya
NA = nilai awal (harga atau biaya atau P)
NS = nilai sisa (nilai akhir)
UE = umur ekonomis
2. Metode unit performance
Unsur biayanya :
NA = nilai awal = harga awal = biaya = P)

4
H = performance dalam jam
NS = nilai sisa

NA – NS
Penyusutan per jam =
H
Jadi diperlukan data setiap satu kali produksi (per musim) menggunakan
alat berapa jam.
3. Metode Decreasing, unsurnya :
NA = nilai awal = biaya = harga = P
UE = Umur ekonomis
NS = Nilai sisa
ΣD = jumlah digit
NA – (i – 1)
Penyusutan tahun ke i = (NA – NS)
ΣD

Penyusutan = jumlah penyusutan tahun ke i


Contoh :
Diketahui P = NA = Rp 100.000
NS = Rp 25.000
UE = 5 tahun
ΣD = 5+4+3+2+1
= 15
Maka, penyusutan tahun 1 sampai tahun ke 5 adalah sebagai berikut :
5 – (1 – 1)
Penyusutan tahun ke 1 = (100.000 – 25.000)
15
5
= x 75.000
15
= 25.000

5 – (2 – 1)
Penyusutan tahun ke 2 = x 75.000
15
= 20.000

5 – (3 – 1)
Penyusutan tahun ke 3 = x 75.000
15

5
= 15.000

5 – (4 – 1)
Penyusutan tahun ke 4 = x 75.000
15
= 10.000

5 – (5 – 1)
Penyusutan tahun ke 5 = x 75.000
15
= 5.000

Jadi penyusutan alat = 25.000 + 20.000 + 15.000 + 10.000 + 5.000 =


75.000
4. Metode Declining
n S
Rumus = (1 – x 100%
C
C = cost
S = nilai sisa
n = umur ekonomis
(untuk % penyusutan tahunan)
Penyusutan disini dihitung tahunan dengan jumlah % dari nilai sisa per
tahun.
Contoh :
Diketahui C = 100.000
S = 25.000
n= 5
5 25.000
% penyusutan = ( 1 – ) x 100% = 24,2142%
100.000%
Tahun 1 = 24,2142% x 100.000 = Rp 24.214
Tahun 2 = 24,2142% x 75.786 = Rp 18.351
Tahun 3 = 24,2142% x 57.435 = Rp 13.907
Tahun 4 = 24,2142% x 43.528 = Rp 10.540
Tahun 5 = 24,2142% x 32.988 = Rp 7.988
Jumlah Rp 75.000

b. Menghitung Unsur-unsur Tetap dari Alat


Unsur-unsur biaya tetap terdiri dari :

6
1. Deppresiation (D)
Yaitu biaya penyusutan dari alat-alat
2. Interest (i)
Yaitu besarnya bunga yang diperhitungkan dari nilai investasi
3. Repair (R)
Yaitu biaya perbaikan dari alat-alat
4. Tax (T)
Yaitu pajak yang dikenakan pada alat-alat yang digunakan (jika
dikenai pajak)
5. Insurance (I)
Yaitu asuransi jika alat-alat yang digunakan diasuransikan.

Jumlah biaya tetap merupakan penjumlahan dari kelima unsur tersebut


(DiRTI),biasanya dihitung per tahun.

2.3 Acara 3 Biaya dan Pendapatan UsahaTani


a. Konsep Biaya dan Pendapatan
Ada 2 macam biaya dalam perhitungan usahatani, yaitu :
1. Biaya yang benar-benar dikeluarkan dalam proses produksi, misalnya :
a. Biaya pembelian saprodi
b. Biaya/upah tenaga kerja yang harus dibayar
c. Biaya untuk menyewa tanah.
d. Biaya untuk membayar bunga dari modal pinjaman.
Biaya-biaya tersebut di atas disebut biaya BIAYA EKSPLISIT
2. Biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan, tetapi diikutsertakan dalam
proses produksi. Biaya ini diperhitungkan sebagai BIAYA IMPLISIT,
contohnya:
a. Nilai sewa lahan (seandainya lahan tersebut disewakan)
b. Nilai tenaga kerja keluarga (diperhitungkan seandainya tenaga kerja
tersebut dibayar)
c. Biaya modal (diperhitungkan seandainya modal sendiri disimpan di
bank)
d. Semua nilai sarana produksi milik petani yang tidak dibeli.
Atas dasar pembedaan biaya eksplisit dan implisit tersebut maka ada 2 kosep
untuk menghitung besarnya PENDAPATAN usahatani.
1. KONSEP PENDAPATAN : jika biaya dihitung hanya biaya eksplisit
saja, sehingga :
NR = TR – TC
Keterangan :
NR = net revenue
TR = total revenue

7
TC = total cost
2. KONSEP KEUNTUNGAN : jika biaya yang dihitung merupakan total
dari biaya eksplisit + implisit, sehingga :
π = TR – TC* , dengan demikian π < NR
keterangan TC* = total eksplisit + implisit cost

b. Metode Penghitungan
Untuk menghitung PENDAPATAN dan KEUNTUNGAN ada dua metode
penghitungan :
A. Atas dasar Nilai Nominal
Metode ini menganggap bahwa jumlah uang akan sama nilainya kapanpun
dihitung. Artinya tidak terpengaruh oleh nilai waktu. Jadi jumlah uang
pada awal produksi nilainya dianggap sama dengan akhir produksi.

B. Memperhitungkan pengaruh waktu (time value of money).


Metode ini menganggap bahwa nilai uang sekarang lebih berharga
dibandingkan yang akan datang (dalam jumlah yang sama). Nilai yang lalu
lebih berharga dibandingkan nilai sekarang. Jadi ada pengaruh waktu
terhadap nilai uang. Pengaruh waktu ini dikonversikan dengan perhitungan
“bunga” (i).
Metode pengukuran ini menggunakan 2 dasar perhitungan :
1. PRESENT VALUE (PV), jika dasar perhitungannya pada awal produksi.

0 1 2 3 4
Awal Produksi

Rumus yang digunakan :


Pt
Po =
(1 + i)ᵗ
Keterangan :
Po = nilai awal produksi
Pt = nilai pada saat t
i = jumlah bunga per satuan waktu
1
(1 + i)ᵗ disebut Discount Factor (DF)
Proses dari Pt Po disebut Discounding Process

8
II. FUTURE VALUE (FV)
Jika dasar penghitungannya adalah pada akhir produksi
0 1 2 3 4
Akhir produksi

Rumus yang digunakan :


Pt = Po (1 + i)ᵗ
(1 + i)ᵗ disebut Compounding Factor (CF)
Proses dari Po Pt disebut : Compounding Proses
Hubungan antara konsep pendapatan dan metode penghitungan

KONSEP METODE PENGHITUNGAN

Nominal
1. PENDAPATAN

Present
Value
Time Value of Money

Nominal Future
Value
2. KEUNTUNGAN

Present
Value
Time Value of Money

Future
Value
9
Sehingga kita dapat menghitung :
1. Pendapatan dengan nilai nominal
2. Pendapatan dengan metode present Value
3. Pendapatan dengan metode future value
4. Keuntungan dengan nilai nominal
5. Keuntungan dengan metode present value
6. Keuntungan dengan metode future value

2.4 Acara 4 Menilai Kelayakan UsahaTani


Dalam mengevaluasi suatu usahatani, semua faktor produksi diperhitungkan
sebagai biaya. Evaluasi kelayakan usahatani berdasarkan beberapa kategori. Suatu
usahatani dikatakan layak jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. R/C ratio > 1
2. π/C > bunga bank yang berlaku
3. Produktivitas tenaga kerja (Rp/HOK) > tingkat upah yang berlaku
4. Pendapatan (Rp) > sewa lahan (Rp) per satuan waktu atau musim
tanam
5. Produksi (kg) > BEP produksi (kg)
6. Penerimaan (Rp) > BEP Penerimaan (Rp)
7. Harga (Rp/kg) > BEP Harga (Rp/kg)
8. Jika terjadi penurunan harga produksi maupun peningkatan harga
faktor produksi sampai batas tertentu tidak menyebabkan kerugian.

10
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

ACARA 1 MENGHITUNG JUMLAH CURAHAN KERJA


Komoditas : mentimun
Petani 1 : Suripto

A. Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani

Jenis TKDK TKDK TKLK TKLK


Pekerjaan Pria Wanita Pria Wanit Upah
(HOK (HOK) (HOK) a (RP)
) (HOK)
Olah tanah 1 2 Rp
orang orang 336.000
Penanaman 1 1 2 Rp
orang orang orang 408.000
Pemupukan 2 Rp
orang 86.000
Penyiangan 1 1 Rp
orang orang 154.500
Penyemprotan 1 1 Rp
orang orang 171.500
Pemanenan 1 1 1 Rp
orang orang 54.000
Pemanenan 2 1 1 Rp
orang orang 54.000
Pemanenan 3 1 1 Rp
orang orang 54.000
Pemanenan 4 1 1 Rp
orang orang 54.000
Pemanenan 5 1 1 Rp
orang orang 54.000
Jumlah Rp
1.425.500
B. HOK
Masing-Masing Pekerjaan
1. Olah Tanah
Pada saat olah tanah, terdapat TKLK pria berjumlah 2 orang dan
TKDK wanita berjumlah 1 orang dengan waktu kerja selama 7 jam
sehari (jam 08.00-16.00, dipotong istirahat 1 jam) Setiap TK akan

11
mendapat upah Rp 60.000. Hitunglah total HOK (2 hari saja).
Perhatikan tabel dibawah ini:
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 = 1
2 7 7/7 x 0,8 = 0,8
Total 2,8 x 2 hari = 5,6
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan 2 TK Pria dan 1 TK wanita
adalah 5,6 HOK. Jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total
upahnya adalah 5,6 HOK x 60.000 = Rp 336.000
2. Penanaman
Pada saat penanaman, terdapat TKLK pria berjumlah 1 orang TKLK
wanita berjumlah 2 orang, TKDK wanita berjumlah 1 orang dengan
waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00, dipotong istirahat 1
jam), perhitungan total HOK (selama 2 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
2 7 7/7 × 0,8 = 0,8
3 7 7/7 × 0,8 = 0,8
4 7 7/7 × 0,8 = 0,8
Total 3,4 x 2 hari = 6,8
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan 1 TKLK pria dan 1 TKDK wanita
serta 2 TKDK wanita adalah 6,8 HOK. Jika upah 1 HOK adalah Rp
60.000, maka total upahnya adalah 6,8 × Rp 60.000 = Rp 408.000
TKDK=0,8x2= 1,6x60.000= Rp 96.000
TKLK= 2,6x2= 5,2x60.000= Rp 312.000

3. Pemupukan
Pada saat pemupukan pertama, terdapat TKLK pria berjumlah 2 orang
waktu kerja selama 5 jam sehari (jam 08.00-13.00), perhitungan total
HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 5 5/7 × 1 = 0,714
2 5 5/7 × 1 = 0,714

12
Total 1,428 × 1 hari = 1,428
Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 2 TKLK pria adalah 1,428 HOK,
jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total upahnya selama 1 hari
adalah 1,428 HOK x Rp 60.000 = Rp 86.000.
4. Penyiangan
Pada saat penyiangan, terdapat TKDK wanita berjumlah 1 orang dan
TKLK pria 1 orang dengan waktu kerja selama 5 jam sehari (jam
08.00-13.00), perhitungan total HOK (selama 2 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 5 5/7 = 0,714
2 5 5/7 x 0,8 = 0,571
Total 1,285 ×2 hari=2 ,57
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan TKDK wanita 1 orang dan TKLK
pria 1 orang adalah 2,57 HOK, jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000,
maka total upahnya selama 2 hari adalah 2,57 HOK x Rp 60.000 = Rp
154.500
5. Penyemprotan
Pada saat penyemprotan, terdapat tenaga kerja TK pria berjumlah 2
orang dengan waktu kerja selama 5 jam sehari (jam 08.00 -13.00),
perhitungan total HOK (selama 2 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 5 5/7 x 1 = 0,714
2 5 5/7 x 1 = 0,714
Total 1,428 × 2 hari = 2,856
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan 2 TK pria adalah 2,856 HOK,
jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total upahnya selama 2
hari adalah 2,856 HOK x Rp 60.000 = Rp 171.500
TKDK= 0,714x2= 1,428x60.000= Rp 85.700
TKLK= 0,714x2= 1,428x60.000= Rp 85.700

6. Pemanenan 1
Pada saat panen, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1 orang
dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

13
Total 1,8 × 1 hari = 1,8
Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 2
Pada saat panen ke 2, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1
orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 3
Pada saat panen ke 3, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1
orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 4
Pada saat panen ke 4, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1
orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1

14
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 5
Pada saat panen ke5, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1 orang
dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000

Tenaga kerja TKDK TKLK(HOK) Upah (Rp)


(HOK)
Jumlah 14 712.220
TKDK
Jumlah 9 809.380
TKLK
Total 1.425.500

15
Komoditas : mentimun
Jenis TKD TKD TKL TKL Tern Mes
Pekerjaan K K K K Upah ak Upa in Upa
Pria Wani Pria Wani (RP) JK h JK h
(HO ta (HO ta terna (Rp mesi (Rp
K) (HO K) (HO k ) n )
K) K)
Olah tanah 2 Rp
oran 240.00
g 0
Penanama 1 1 Rp
n oran oran 216.00
g g 0
Pemupuka 2 Rp
n oran 86.000
g
Penyianga 1 Rp
n oran 85.700
g

16
Penyempr 1 1 Rp
otan oran oran 154.20
g g 0
Pemanena 1 1 Rp
n1 oran oran 54.000
g g
Pemanena 1 1 Rp
n2 oran oran 54.000
g g
Pemanena 1 1 Rp
n3 oran oran 54.000
g g
Pemanena 1 1 Rp
n4 oran oran 54.000
g g
Pemanena 1 1 Rp
n5 oran oran 54.000
g g
Jumlah Rp
1.051.9
00
Petani 2 : Suroso
A. Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani

B. HOK Masing-Masing Pekerjaan


1. Olah Tanah
Pada saat olah tanah, terdapat TKLK pria berjumlah 2 orang dengan
waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00, dipotong istirahat 1
jam) Setiap TK akan mendapat upah Rp 60.000. Hitunglah total HOK
(2 hari saja). Perhatikan tabel dibawah ini:
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 = 1
Total 2 x 2 hari = 4
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan 2 TK Pria adalah 4 HOK. Jika
upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total upahnya adalah 4 HOK x
60.000 = Rp 240.000
2. Penanaman

17
Pada saat penanaman, terdapat TKLK pria berjumlah 1 orang TKLK
wanita berjumlah 1 orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari
(jam 08.00-16.00, dipotong istirahat 1 jam), perhitungan total HOK
(selama 2 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
2 7 7/7 × 0,8 = 0,8
Total 1,8 x 2 hari = 3,6
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan 1 TKLK pria dan 1 TKLK
Wanita adalah 3,6 HOK. Jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka
total upahnya adalah 3,6 × Rp 60.000 = Rp 216.000
TKLK= 1,8 x 2 = 3,6x60.000= Rp 216.000

3. Pemupukan
Pada saat pemupukan pertama, terdapat TKLK pria berjumlah 2 orang
waktu kerja selama 5 jam sehari (jam 08.00-13.00), perhitungan total
HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 5 5/7 × 1 = 0,714
2 5 5/7 × 1 = 0,714
Total 1,428 × 1 hari = 1,428
Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 2 TKLK pria adalah 1,428 HOK,
jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total upahnya selama 1 hari
adalah 1,428 HOK x Rp 60.000 = Rp 86.000.
4. Penyiangan
Pada saat penyiangan, terdapat TKLK pria 1 orang dengan waktu kerja
selama 5 jam sehari (jam 08.00-13.00), perhitungan total HOK (selama
2 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 5 5/7 = 0,714
Total 0,714 ×2 hari=1,428
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan TKLK pria 1 orang adalah 0,714
HOK, jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total upahnya selama
2 hari adalah 1,428 HOK x Rp 60.000 = Rp 85.700
5. Penyemprotan

18
Pada saat penyemprotan, terdapat tenaga kerja TK pria berjumlah 1
orang dan 1 TK Wanita dengan waktu kerja selama 5 jam sehari (jam
08.00 -13.00), perhitungan total HOK (selama 2 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 5 5/7 x 1 = 0,714
2 5 5/7 x 0,8 = 0,571
Total 1,285 × 2 hari = 2,57
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK Wanita
adalah 1,285 HOK, jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total
upahnya selama 2 hari adalah 2,57 HOK x Rp 60.000 = Rp
154.200
TKLK= 1,285x2 = 2,57x60.000= Rp 154.200
6. Pemanenan 1
Pada saat panen, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1 orang
dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 2
Pada saat panen ke 2, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1
orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000

19
Pemanenan 3
Pada saat panen ke 3, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1
orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 4
Pada saat panen ke 3, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1
orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1= 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 5
Pada saat panen ke5, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1 orang
dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp. 54.000

20
Pada saat panen, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 2 orang
dengan waktu kerja selama 3 jam sehari (jam 08.00-11.00),
perhitungan total HOK (selama 5 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 3 3/7 = 0,428
2 3 3/7 = 0,428

Total 0,856 × 5 hari = 4,28


Jadi total HOK dalam 5 hari dengan 2 TK pria adalah 0,856 HOK.
Maka total upahnya selama 5 hari adalah 4,28 HOK x Rp 60.000 = Rp
256.800
TKLK= 0,856x5= 4,28x60.000= Rp 256.800

Tenaga kerja TKDK TKLK(HOK) Upah (Rp)


(HOK)
Jumlah 10 270.000
TKDK
Jumlah 9 781.900
TKLK
Total 1.051.900

21
Komoditas : mentimun
Petani 3 : Tauhid
A. Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani
Jenis TKD TKD TKL TKL Tern Mes
Pekerjaan K K K K Upah ak Upa in Upa
Pria Wani Pria Wani (RP) JK h JK h
(HO ta (HO ta terna (Rp mesi (Rp
K) (HO K) (HO k ) n )
K) K)
Olah tanah 1 1 Rp
oran oran 216.00
g g 0
Penanama 1 1 Rp
n oran oran 192.00
g g 0
Pemupuka 1 1 Rp
n oran oran 77.100
g g
Penyianga 1 Rp
n oran 68.600
g
Penyempr 2 Rp
otan oran 154.20
g 0
Pemanena 1 1 Rp.
n1 oran oran 54.000
g g
Pemanena 1 1 Rp.
n2 oran oran 54.000
g g
Pemanena 1 1 Rp.
n3 oran oran 54.000
g g
Pemanena 1 1 Rp.
n4 oran oran 54.000
g g

22
Pemanena 1 1 Rp.
n5 oran oran 54.000
g g
Jumlah Rp
1.221.7
00

B. HOK Masing-Masing Pekerjaan


1. Olah Tanah
Pada saat olah tanah, terdapat TKLK pria berjumlah 1 orang TKDK
wanita berjumlah 1 orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari
(jam 08.00-16.00, dipotong istirahat 1 jam) Setiap TK akan mendapat
upah Rp 60.000. Hitunglah total HOK (2 hari saja). Perhatikan tabel
dibawah ini:
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK

1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 × 0,8 = 0,8
Total 1,8 x 2 hari = 3,6
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan 1 TKLK pria dan 1 TKDK Wanita
adalah 3,6 HOK. Jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total
upahnya adalah 3,6 × Rp 60.000 = Rp 216.000
2. Penanaman
Pada saat penanaman, terdapat TKLK Wanita berjumlah 1 orang
TKDK wanita berjumlah 1 orang dengan waktu kerja selama 7 jam
sehari (jam 08.00-16.00, dipotong istirahat 1 jam), perhitungan total
HOK (selama 2 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 × 0,8 = 0,8
2 7 7/7 × 0,8 = 0,8
Total 1,6 x 2 hari = 3,2
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan 1 TKLK pria dan 1 TKDK
Wanita adalah 1,6 HOK. Jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka
total upahnya adalah 3,2 × Rp 60.000 = Rp 192.000
TKDK= 0,8 x 2 = 1,6x60.000= Rp 96.000
TKLK= 0,8 x 2 = 1,6x60.000= Rp 96.000

23
3. Pemupukan
Pada saat pemupukan pertama, terdapat TKLK pria berjumlah 1 orang
dan 1 TKDK Wanita dengan waktu kerja selama 5 jam sehari (jam
08.00-13.00), perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 5 5/7 × 1 = 0,714
2 5 5/7 x 0,8 = 0,571
Total 1,285 × 1 hari = 1,285
Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TKLK pria dan 1 TKDK
Wanita adalah 1,285 HOK, jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka
total upahnya selama 1 hari adalah 1,285 HOK x Rp 60.000 = Rp
77.100.
4. Penyiangan
Pada saat penyiangan, terdapat TKDK wanita 1 orang dengan waktu
kerja selama 5 jam sehari (jam 08.00-13.00), perhitungan total HOK
(selama 2 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 5 5/7 x 0,8 = 0,571
Total 0,571 ×2 hari=1,142
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan TKDK wanita 1 orang adalah
0,571 HOK, jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total upahnya
selama 2 hari adalah 1,142 HOK x Rp 60.000 = Rp 68.600
5. Penyemprotan
Pada saat penyemprotan, terdapat tenaga kerja TK pria berjumlah 1
orang dan 1 TK Wanita dengan waktu kerja selama 5 jam sehari (jam
08.00 -13.00), perhitungan total HOK (selama 2 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 5 5/7 x 1 = 0,714
2 5 5/7 x 0,8 = 0,571
Total 1,285 × 2 hari = 2,57
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK Wanita
adalah 1,285 HOK, jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total
upahnya selama 2 hari adalah 2,57 HOK x Rp 60.000 = Rp
154.200
TKLK= 1,285x2 = 2,57x60.000= Rp 154.200

24
6. Pemanenan 1
Pada saat panen, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1 orang
dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 2
Pada saat panen ke 2, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1
orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 3
Pada saat panen ke 3, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1
orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000

25
Pemanenan 4
Pada saat panen ke 3, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1
orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1= 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 5
Pada saat panen ke5, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1 orang
dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp. 54.000

Tenaga kerja TKDK (HOK) TKLK(HOK) Upah (Rp)


Jumlah 14 564.860
TKDK
Jumlah 5 413.040
TKLK
Total 977.900

26
Komoditas : mentimun
Petani 4 : Budi santoso
A. Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani
Jenis TKD TKD TKL TKL Tern Mes
Pekerjaan K K K K Upah ak Upa in Upa
Pria Wani Pria Wani (RP) JK h JK h
(HO ta (HO ta terna (Rp mesi (Rp
K) (HO K) (HO k ) n )
K) K)
Olah tanah 2 Rp
oran 240.00
g 0
Penanama 1 1 Rp

27
n oran oran 216.00
g g 0
Pemupuka 2 Rp
n oran 85.700
g
Penyianga 2 Rp
n oran 68.600
g
Penyempr 2 Rp
otan oran 171.40
g 0
Pemanena 2 Rp
n1 oran 256.80
g 0
Pemanena 1 1 Rp
n2 oran oran 54.000
g g
Pemanena 1 1 Rp
n3 oran oran 54.000
g g
Pemanena 1 1 Rp
n4 oran oran 54.000
g g
Pemanena 1 1 Rp
n5 oran oran 54.000
g g
Jumlah Rp
1.684.5
00

B. HOK Masing-Masing Pekerjaan


1. Olah Tanah
Pada saat olah tanah, terdapat TKLK pria berjumlah 2 orang dengan
waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00, dipotong istirahat 1
jam) Setiap TK akan mendapat upah Rp 60.000. Hitunglah total HOK
(2 hari saja). Perhatikan tabel dibawah ini:
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 = 1
Total 2 x 2 hari = 4

28
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan 2 TKLK pria adalah 2 HOK. Jika
upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total upahnya adalah 4 × Rp
60.000 = Rp 240.000
2. Penanaman
Pada saat penanaman, terdapat TKLK Pria berjumlah 1 orang TKLK
wanita berjumlah 1 orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari
(jam 08.00-16.00, dipotong istirahat 1 jam), perhitungan total HOK
(selama 2 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 × 1 = 1
2 7 7/7 × 0,8 = 0,8
Total 1,8 x 2 hari = 3,6
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan 1 TKLK pria dan 1 TKDK
Wanita adalah 1,8 HOK. Jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka
total upahnya adalah 3,6 × Rp 60.000 = Rp 216.000
TKLK= 1,8 x 2 = 3,6x60.000= Rp 216.000

3. Pemupukan
Pada saat pemupukan pertama, terdapat TKLK pria berjumlah 2 orang
dengan waktu kerja selama 5 jam sehari (jam 08.00-13.00),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 5 5/7 × 1 = 0,714
2 5 5/7 × 1 = 0,714
Total 1,428 × 1 hari = 1,428
Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 2 TKLK pria adalah 1,428 HOK,
jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total upahnya selama 1 hari
adalah 1,428 HOK x Rp 60.000 = Rp 85.700.
4. Penyiangan
Pada saat penyiangan, terdapat TKDK wanita 1 orang dengan waktu
kerja selama 5 jam sehari (jam 08.00-13.00), perhitungan total HOK
(selama 2 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 5 5/7 x 0,8 = 0,571
Total 0,571 ×2 hari=1,142

29
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan TKDK wanita 1 orang adalah
0,571 HOK, jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total upahnya
selama 2 hari adalah 1,142 HOK x Rp 60.000 = Rp 68.600
5. Penyemprotan
Pada saat penyemprotan, terdapat tenaga kerja TK pria berjumlah 2
orang dengan waktu kerja selama 5 jam sehari (jam 08.00 -13.00),
perhitungan total HOK (selama 2 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 5 5/7 x 1 = 0,714
1 5 5/7 x 1 = 0,714
Total 1,428 × 2 hari = 2,856
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan 2 TK pria adalah 1,428 HOK,
jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total upahnya selama 2
hari adalah 2,856 HOK x Rp 60.000 = Rp 171.400
TKLK= 1,428x2 = 2,856x60.000= Rp 171.400

7. Pemanenan 1
Pada saat panen, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1 orang
dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 2
Pada saat panen ke 2, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1
orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8

30
Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 3
Pada saat panen ke 3, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1
orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 4
Pada saat panen ke 3, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1
orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1= 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 5
Pada saat panen ke5, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1 orang
dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8

31
Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp. 54.000

Tenaga kerja TKDK TKLK(HOK) Upah (Rp)


(HOK)
Jumlah 10 270.000
TKDK
Jumlah 12 1.038.500
TKLK
Total 1.308.500

Komoditas : mentimun
Petani 5 : Sugeng Suntoro
Jenis TKD TKD TKL TKL Tern Mes
Pekerjaan K K K K Upah ak Upa in Upa
Pria Wani Pria Wani (RP) JK h JK h
(HO ta (HO ta terna (Rp mesi (Rp
K) (HO K) (HO k ) n )
K) K)
Olah tanah 2 Rp
oran 240.0
g 00
Penanama 2 Rp
n oran 240.0
g 00
Pemupuka 2 Rp
n oran 85.70
g 0
Penyianga 1 Rp
n oran 68.60
g 0
Penyempro 2 Rp
tan oran 171.4
g 00
Pemanena 1 1 Rp
n1 oran orang 54.00
g 0
Pemanena 1 1 Rp
n2 oran orang 54.00
g 0
Pemanena 1 1 Rp
n3 oran orang 54.00
g 0
Pemanena 1 1 Rp

32
n4 oran orang 54.00
g 0
Pemanena 1 1 Rp
n oran orang 54.00
g 0
Jumlah Rp
A. Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani

B. HOK Masing-Masing Pekerjaan


1. Olah Tanah
Pada saat olah tanah, terdapat TKLK pria berjumlah 2 orang dengan
waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00, dipotong istirahat 1
jam) Setiap TK akan mendapat upah Rp 60.000. Hitunglah total HOK
(2 hari saja). Perhatikan tabel dibawah ini:
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 = 1
Total 2 x 2 hari = 4
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan 2 TKLK pria adalah 2 HOK. Jika
upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total upahnya adalah 4 × Rp
60.000 = Rp 240.000
2. Penanaman
Pada saat penanaman, terdapat TKLK Pria berjumlah 2 orang dengan
waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00, dipotong istirahat 1
jam), perhitungan total HOK (selama 2 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 × 1 = 1
2 7 7/7 × 1 = 1
Total 2 x 2 hari = 4
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan 2 TKLK pria adalah 2 HOK. Jika
upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total upahnya adalah 4 × Rp
60.000 = Rp 240.000
TKLK= 2 x 2 = 4x60.000= Rp 240.000

3. Pemupukan
Pada saat pemupukan pertama, terdapat TKLK pria berjumlah 2 orang
dengan waktu kerja selama 5 jam sehari (jam 08.00-13.00),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.

33
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 5 5/7 × 1 = 0,714
2 5 5/7 × 1 = 0,714
Total 1,428 × 1 hari = 1,428
Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 2 TKLK pria adalah 1,428 HOK,
jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total upahnya selama 1 hari
adalah 1,428 HOK x Rp 60.000 = Rp 85.700.
4. Penyiangan
Pada saat penyiangan, terdapat TKLK wanita 1 orang dengan waktu
kerja selama 5 jam sehari (jam 08.00-13.00), perhitungan total HOK
(selama 2 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 5 5/7 x 0,8 = 0,571
Total 0,571 ×2 hari=1,142
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan TKLK wanita 1 orang adalah
0,571 HOK, jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total upahnya
selama 2 hari adalah 1,142 HOK x Rp 60.000 = Rp 68.600
5. Penyemprotan
Pada saat penyemprotan, terdapat tenaga kerja TK pria berjumlah 2
orang dengan waktu kerja selama 5 jam sehari (jam 08.00 -13.00),
perhitungan total HOK (selama 2 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 5 5/7 x 1 = 0,714
1 5 5/7 x 1 = 0,714
Total 1,428 × 2 hari = 2,856
Jadi total HOK dalam 2 hari dengan 2 TK pria adalah 1,428 HOK,
jika upah 1 HOK adalah Rp 60.000, maka total upahnya selama 2
hari adalah 2,856 HOK x Rp 60.000 = Rp 171.400
TKLK= 1,428x2 = 2,856x60.000= Rp 171.400

8. Pemanenan 1
Pada saat panen, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1 orang
dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1

34
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 2
Pada saat panen ke 2, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1
orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 3
Pada saat panen ke 3, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1
orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 4
Pada saat panen ke 3, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1
orang dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK

35
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1= 1,8 x Rp 30.000 = Rp 54.000
Pemanenan 5
Pada saat panen ke5, terdapat tenaga kerja (TK) pria berjumlah 1 orang
dengan waktu kerja selama 7 jam sehari (jam 08.00-16.00,),
perhitungan total HOK (selama 1 hari) sbb.
Tenaga Kerja Ke Jam Kerja HOK
1 7 7/7 = 1
1 7 7/7 x 0,8 = 0,8

Total 1,8 × 1 hari = 1,8


Jadi total HOK dalam 1 hari dengan 1 TK pria dan 1 TK wanita
adalah 1,8 HOK. Maka total upahnya selama 1 hari adalah 1,8 HOK x
Rp 30.000 = Rp 54.000
TKDK=1,8 x 1 = 1,8 x Rp 30.000 = Rp. 54.000
Tenaga kerja TKDK TKLK(HOK) Upah (Rp)
(HOK)
Jumlah 10 270.000
TKDK
Jumlah 9 805.100
TKLK
Total 1.075.100

36
ACARA 2 PRAKTIKUM ILMU USAHATANI MENGHITUNG NILAI
PENYUSUTAN ALAT/MESIN

Responden 1 : Suripto
Komoditas : Mentimun

1. Cangkul
a. Metode Garis Lurus (straight-line method)
Seorang petani dalam usahatani mentimun, di kecamatan Gebang
membeli cangkul pada tahun 2018 seharga Rp 100.000. Umur
ekonomis cangkul tersebut adalah 5 tahun dengan nilai sisa setelah
5 tahun sebesar Rp 10.000.

NA −NS
Penyusutan per tahun =
UE

Rp 100.000−Rp10.000
=
5

= Rp 18.000 / tahun
b. Metode unit performance
Contoh perhitungannya sebagai berikut:
Musim tanam mentimun = 3 bulan atau 90 hari
Penggunaan alat per hari = 5 jam
Penggunaan alat per musim = 90 x 5 = 450
jam
Satu tahun (4 musim tanam) = 4 x 450 = 1.800
jam
Umur ekonomis 5 tahun = 5 x 1.800 = 9.000
jam
Nilai Awal (NA) = Rp 100.000
Performance = 9.000 jam
Nilai sisa (NS) = Rp 10.000

NA −NS
Penyusutan per jam =
Pr

Rp 100.000−Rp10.000
Penyusutan per jam = = Rp 10 / jam.
9.000 jam

Penyusutan per tahun (1.800 x Rp 10) = Rp 18.000 / tahun

c. Metode Decreasing (sum of the year degits)


NA = Rp 100.000
NS = Rp 10.000

37
UE = 5 tahun
Jumlah digit = 5 + 4 + 3 +2+ 1 = 15
UE
Nilai penyusutannya:
∑ digit x (NA – NS)
5
Tahun 1 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 30.000
15
4
Tahun 2 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 24.000
15
3
Tahun 3 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 18.000
15
2
Tahun 4 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 12.000
15
1
Tahun 5 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 6.000
15
+
Jumlah nilai penyusutan Rp 90.000

Jika nilai penyusutan tersebut dijumlahkan dengan nilai sisa, maka


jumlahnya akan sama dengan nilai awal (cost) alat tersebut yaitu
Rp 90.000 + Rp 10.000 = Rp 100.000

d. Metode declining balance


Rumus: 1 - √n NS/ NA
NA = Rp 100.000
NS = Rp 10.000
UE = 5 tahun
Maka perhitungannya sebagai berikut:
=1-
√5 Rp 10.000

Rp 100.000
x 100%

√5 1
= 1 - 10 x 100%

= 1 - √ 0 , 1 x 100%
5

= 1 - 0,11/5 x 100%
= 1 - 0,6309 x 100%
= 0,3691 x 100%
= 36,91 %
Nilai penyusutannya adalah:
Tahun 1 = 36,91% x (Rp 100.000) = Rp 36.910

Tahun 2 = 36,91% x (Rp 100.000 – Rp 36.910)


= 36,91% x (Rp 63.090) = Rp 23.286

Tahun 3 = 36,91% x (Rp 63.090 – Rp 23.286)


= 36,91% x (Rp 39.804) = Rp 14.691

Tahun 4 = 36,91% x (Rp 39.804 – Rp 14.691)

38
= 36,91% x (Rp 25.113) = Rp 9.269

Tahun 5 = 36,91% x (Rp 25.113– Rp 9.269)


= 36,91% x (Rp 15.884) = Rp 5.862

+
Jumlah Rp 90.018
Dibulatkan menjadi Rp 90.000

Jumlah nilai penyusutan tersebut jika ditambahkan dengan nilai sisa


(NS) maka akan sama dengan nilai awal (NA) yaitu Rp 90.000 + Rp
10.000 = Rp 100.000

2. Sabit
a. Metode Garis Lurus (straight-line method)
Seorang petani dalam usahatani mentimun, di kecamatan Gebang
membeli sabit pada tahun 2018 seharga Rp 50.000. Umur
ekonomis cangkul tersebut adalah 5 tahun dengan nilai sisa setelah
5 tahun sebesar Rp 5.000.

NA −NS
Penyusutan per tahun =
UE

Rp 50.000−Rp5.000
=
5

= Rp 9.000 / tahun
b. Metode unit performance
Contoh perhitungannya sebagai berikut:
Musim tanam mentimun = 3 bulan atau
90 hari
Penggunaan alat per hari = 5 jam
Penggunaan alat per musim = 90 x 5 = 450 jam
Satu tahun (4 musim tanam) = 4 x 450 = 1.800 jam
Umur ekonomis 5 tahun = 5 x 1.800 = 9.000 jam
Nilai Awal (NA) = Rp 50.000
Performance = 9.000 jam
Nilai sisa (NS) = Rp 5.000

NA −NS
Penyusutan per jam =
Pr

Rp 50.000−Rp5.000
Penyusutan per jam = = Rp 5 / jam
9.000 jam

Penyusutan per tahun ( 1.800 x Rp 5) = Rp 9.000 / tahun

c. Metode Decreasing (sum of the year degits)

39
NA = Rp 50.000
NS = Rp 5.000
UE = 5 tahun
Jumlah digit = 5 + 4 + 3 +2+ 1 = 15
UE
Nilai penyusutannya:
∑ digit x (NA – NS)
5
Tahun 1 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 15.000
15

4
Tahun 2 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 12.000
15

3
Tahun 3 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 9.000
15

2
Tahun 4 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 6.000
15

1
Tahun 5 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 3.000
15
+
Jumlah nilai penyusutan Rp 45.000

Jika nilai penyusutan tersebut dijumlahkan dengan nilai sisa, maka


jumlahnya akan sama dengan nilai awal (cost) alat tersebut yaitu
Rp 45.000 + Rp 5.000 = Rp 100.000

d. Metode declining balance


Rumus: 1 - √n NS/ NA
NA = Rp 50.000
NS = Rp 5.000
UE = 5 tahun
Maka perhitungannya sebagai berikut:
=1-
√5 Rp 5.000

Rp 50.000
x 100%

√5 5
= 1 - 50 x 100%

= 1 - √ 0 , 1 x 100%
5

= 1 - 0,11/5 x 100%
= 1 - 0,6309 x 100%
= 0,3691 x 100%
= 36,91 %
Nilai penyusutannya adalah:
Tahun 1 = 36,91% x (Rp 50.000) = Rp 18.455

Tahun 2 = 36,91% x (Rp 50.000 – Rp 18.455)

40
= 36,91% x (Rp 31.545) = Rp 11.643

Tahun 3 = 36,91% x (Rp 31.545– Rp 11.643)


= 36,91% x (Rp 19.902) = Rp 7.345

Tahun 4 = 36,91% x (Rp 19.902 – Rp 7.345)


= 36,91% x (Rp 12.557) = Rp 4.634

Tahun 5 = 36,91% x (Rp 12.557– Rp 4.634)


= 36,91% x (Rp 7.923) = Rp 2.924

+
Jumlah Rp 45.001
Dibulatkan menjadi Rp 45.000

Jumlah nilai penyusutan tersebut jika ditambahkan dengan nilai sisa


(NS) maka akan sama dengan nilai awal (NA) yaitu Rp 45.000 + Rp
5.000 = Rp 50.000

3. Secop
a. Metode Garis Lurus (straight-line method)
Seorang petani dalam usahatani mentimun, di kecamatan Gebang
membeli secop pada tahun 2018 seharga Rp 35.000. Umur
ekonomis secop tersebut adalah 5 tahun dengan nilai sisa setelah 5
tahun sebesar Rp 3.500.

NA −NS
Penyusutan per tahun =
UE

Rp 35.000−Rp3.500
=
5

= Rp 6.300 / tahun
b. Metode unit performance
Contoh perhitungannya sebagai berikut:
Musim tanam mentimun = 3 bulan atau
90 hari
Penggunaan alat per hari = 5 jam
Penggunaan alat per musim = 90 x 5 =
450 jam
Satu tahun (4 musim tanam) = 4 x 450 =
1.800 jam
Umur ekonomis 5 tahun = 5 x 1.800 =
9.000 jam
Nilai Awal (NA) = Rp 35.000
Performance = 9.000 jam
Nilai sisa (NS) = Rp 3.500

41
NA−NS
Penyusutan per jam =
Pr

Rp 35.000−Rp3.500
Penyusutan per jam = = Rp 3,5 / jam
9.000 jam

Penyusutan per tahun ( 1.800 x Rp 3,5) = Rp 6.300 / tahun

c. Metode Decreasing (sum of the year degits)


NA = Rp 35.000
NS = Rp 3.500
UE = 5 tahun
Jumlah digit = 5 + 4 + 3 +2+ 1 = 15
UE
Nilai penyusutannya:
∑ digit x (NA – NS)
5
Tahun 1 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 10.500
15

4
Tahun 2 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 8.400
15

3
Tahun 3 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 6.300
15

2
Tahun 4 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 4.200
15

1
Tahun 5 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 2.100
15
+
Jumlah nilai penyusutan Rp 31.500

Jika nilai penyusutan tersebut dijumlahkan dengan nilai sisa, maka


jumlahnya akan sama dengan nilai awal (cost) alat tersebut yaitu
Rp 31.500 + Rp 3.500 = Rp 35.000

d. Metode declining balance


Rumus: 1 - √n NS/ NA
NA = Rp 35.000
NS = Rp 3.500
UE = 5 tahun
Maka perhitungannya sebagai berikut:
=1-

5 Rp 3.500

Rp 35.000
x 100%


5 3,5
= 1 - 35 x 100%

42
= 1 - √ 0 , 1 x 100%
5

= 1 - 0,11/5 x 100%
= 1 - 0,6309 x 100%
= 0,3691 x 100%
= 36,91 %
Nilai penyusutannya adalah:
Tahun 1 = 36,91% x (Rp 35.000) = Rp 12.918,5

Tahun 2 = 36,91% x (Rp 35.000 – Rp 12.918,5)


= 36,91% x (Rp 22.081,5) = Rp 8.150

Tahun 3 = 36,91% x (Rp 22.081,5– Rp 8.150)


= 36,91% x (Rp 13.931,5) = Rp 5.142

Tahun 4 = 36,91% x (Rp 13.931,5 – Rp 5.142)


= 36,91% x (Rp 8.789,5) = Rp 3.244

Tahun 5 = 36,91% x (Rp 8.789,5– Rp 3.244)


= 36,91% x (Rp 5.545,5) = Rp 2.046

+
Jumlah Rp 31.500,5
Dibulatkan menjadi Rp 31.500

Jumlah nilai penyusutan tersebut jika ditambahkan dengan nilai sisa


(NS) maka akan sama dengan nilai awal (NA) yaitu Rp 31.500 + Rp
3.500 = Rp 35.000

43
Responden 2 : Suroso
Komoditas : Mentimun

1. Cangkul
a. Metode Garis Lurus (straight-line method)
Seorang petani dalam usahatani mentimun, di kecamatan Gebang
membeli cangkul pada tahun 2018 seharga Rp 100.000. Umur
ekonomis cangkul tersebut adalah 5 tahun dengan nilai sisa setelah
5 tahun sebesar Rp 10.000.

NA −NS
Penyusutan per tahun =
UE

Rp 100.000−Rp10.000
=
5

= Rp 18.000 / tahun
b. Metode unit performance
Contoh perhitungannya sebagai berikut:
Musim tanam mentimun = 3 bulan atau 90 hari
Penggunaan alat per hari = 5 jam
Penggunaan alat per musim = 90 x 5 = 450
jam
Satu tahun (4 musim tanam) = 4 x 450 = 1.800
jam
Umur ekonomis 5 tahun = 5 x 1.800 = 9.000
jam
Nilai Awal (NA) = Rp 100.000
Performance = 9.000 jam
Nilai sisa (NS) = Rp 10.000

NA −NS
Penyusutan per jam =
Pr

44
Rp 100.000−Rp10.000
Penyusutan per jam = = Rp 10 / jam
9.000 jam

Penyusutan per tahun (1.800 x Rp 10) = Rp 18.000 / tahun

c. Metode Decreasing (sum of the year degits)


NA = Rp 100.000
NS = Rp 10.000
UE = 5 tahun
Jumlah digit = 5 + 4 + 3 +2+ 1 = 15
UE
Nilai penyusutannya:
∑ digit x (NA – NS)
5
Tahun 1 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 30.000
15
4
Tahun 2 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 24.000
15
3
Tahun 3 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 18.000
15
2
Tahun 4 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 12.000
15
1
Tahun 5 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 6.000
15
+
Jumlah nilai penyusutan Rp 90.000

Jika nilai penyusutan tersebut dijumlahkan dengan nilai sisa, maka


jumlahnya akan sama dengan nilai awal (cost) alat tersebut yaitu
Rp 90.000 + Rp 10.000 = Rp 100.000

d. Metode declining balance


Rumus: 1 - √n NS/ NA
NA = Rp 100.000
NS = Rp 10.000
UE = 5 tahun
Maka perhitungannya sebagai berikut:
=1-
√5 Rp 10.000

Rp 100.000
x 100%

√5 1
= 1 - 10 x 100%

= 1 - √ 0 , 1 x 100%
5

= 1 - 0,11/5 x 100%
= 1 - 0,6309 x 100%
= 0,3691 x 100%
= 36,91 %
Nilai penyusutannya adalah:

45
Tahun 1 = 36,91% x (Rp 100.000) = Rp 36.910

Tahun 2 = 36,91% x (Rp 100.000 – Rp 36.910)


= 36,91% x (Rp 63.090) = Rp 23.286

Tahun 3 = 36,91% x (Rp 63.090 – Rp 23.286)


= 36,91% x (Rp 39.804) = Rp 14.691

Tahun 4 = 36,91% x (Rp 39.804 – Rp 14.691)


= 36,91% x (Rp 25.113) = Rp 9.269

Tahun 5 = 36,91% x (Rp 25.113– Rp 9.269)


= 36,91% x (Rp 15.884) = Rp 5.862

+
Jumlah Rp 90.018
Dibulatkan menjadi Rp 90.000

Jumlah nilai penyusutan tersebut jika ditambahkan dengan nilai sisa


(NS) maka akan sama dengan nilai awal (NA) yaitu Rp 90.000 + Rp
10.000 = Rp 100.000

2. Sabit
a. Metode Garis Lurus (straight-line method)
Seorang petani dalam usahatani mentimun, di kecamatan Gebang
membeli sabit pada tahun 2018 seharga Rp 50.000. Umur
ekonomis cangkul tersebut adalah 5 tahun dengan nilai sisa setelah
5 tahun sebesar Rp 5.000.

NA −NS
Penyusutan per tahun =
UE

Rp 50.000−Rp5.000
=
5

= Rp 9.000 / tahun
b. Metode unit performance
Contoh perhitungannya sebagai berikut:
Musim tanam mentimun = 3 bulan atau
90 hari
Penggunaan alat per hari = 5 jam
Penggunaan alat per musim = 90 x 5 = 450 jam
Satu tahun (4 musim tanam) = 4 x 450 = 1.800 jam
Umur ekonomis 5 tahun = 5 x 1.800 = 9.000 jam
Nilai Awal (NA) = Rp 50.000
Performance = 9.000 jam
Nilai sisa (NS) = Rp 5.000

46
NA−NS
Penyusutan per jam =
Pr

Rp 50.000−Rp5.000
Penyusutan per jam = = Rp 5 / jam
9.000 jam

Penyusutan per tahun ( 1.800 x Rp 5) = Rp 9.000 / tahun

c. Metode Decreasing (sum of the year degits)


NA = Rp 50.000
NS = Rp 5.000
UE = 5 tahun
Jumlah digit = 5 + 4 + 3 +2+ 1 = 15
UE
Nilai penyusutannya:
∑ digit x (NA – NS)
5
Tahun 1 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 15.000
15

4
Tahun 2 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 12.000
15

3
Tahun 3 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 9.000
15

2
Tahun 4 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 6.000
15

1
Tahun 5 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 3.000
15
+
Jumlah nilai penyusutan Rp 45.000

Jika nilai penyusutan tersebut dijumlahkan dengan nilai sisa, maka


jumlahnya akan sama dengan nilai awal (cost) alat tersebut yaitu
Rp 45.000 + Rp 5.000 = Rp 100.000

d. Metode declining balance


Rumus: 1 - √n NS/ NA
NA = Rp 50.000
NS = Rp 5.000
UE = 5 tahun
Maka perhitungannya sebagai berikut:
=1-

5 Rp 5.000

Rp 50.000
x 100%


5 5
= 1 - 50 x 100%

47
= 1 - √ 0 , 1 x 100%
5

= 1 - 0,11/5 x 100%
= 1 - 0,6309 x 100%
= 0,3691 x 100%
= 36,91 %
Nilai penyusutannya adalah:
Tahun 1 = 36,91% x (Rp 50.000) = Rp 18.455

Tahun 2 = 36,91% x (Rp 50.000 – Rp 18.455)


= 36,91% x (Rp 31.545) = Rp 11.643

Tahun 3 = 36,91% x (Rp 31.545– Rp 11.643)


= 36,91% x (Rp 19.902) = Rp 7.345

Tahun 4 = 36,91% x (Rp 19.902 – Rp 7.345)


= 36,91% x (Rp 12.557) = Rp 4.634

Tahun 5 = 36,91% x (Rp 12.557– Rp 4.634)


= 36,91% x (Rp 7.923) = Rp 2.924

+
Jumlah Rp 45.001
Dibulatkan menjadi Rp 45.000

Jumlah nilai penyusutan tersebut jika ditambahkan dengan nilai sisa


(NS) maka akan sama dengan nilai awal (NA) yaitu Rp 45.000 + Rp
5.000 = Rp 50.000

3. Secop
a. Metode Garis Lurus (straight-line method)
Seorang petani dalam usahatani mentimun, di kecamatan Gebang
membeli secop pada tahun 2018 seharga Rp 35.000. Umur
ekonomis secop tersebut adalah 5 tahun dengan nilai sisa setelah 5
tahun sebesar Rp 3.500.

NA −NS
Penyusutan per tahun =
UE

Rp 35.000−Rp3.500
=
5

= Rp 6.300 / tahun
b. Metode unit performance
Contoh perhitungannya sebagai berikut:
Musim tanam mentimun = 3 bulan atau
90 hari
Penggunaan alat per hari = 5 jam

48
Penggunaan alat per musim = 90 x 5 =
450 jam
Satu tahun (4 musim tanam) = 4 x 450 =
1.800 jam
Umur ekonomis 5 tahun = 5 x 1.800 =
9.000 jam
Nilai Awal (NA) = Rp 35.000
Performance = 9.000 jam
Nilai sisa (NS) = Rp 3.500

NA−NS
Penyusutan per jam =
Pr

Rp 35.000−Rp3.500
Penyusutan per jam = = Rp 3,5 / jam
9.000 jam

Penyusutan per tahun ( 1.800 x Rp 3,5) = Rp 6.300 / tahun

c. Metode Decreasing (sum of the year degits)


NA = Rp 35.000
NS = Rp 3.500
UE = 5 tahun
Jumlah digit = 5 + 4 + 3 +2+ 1 = 15
UE
Nilai penyusutannya:
∑ digit x (NA – NS)
5
Tahun 1 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 10.500
15

4
Tahun 2 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 8.400
15

3
Tahun 3 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 6.300
15

2
Tahun 4 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 4.200
15

1
Tahun 5 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 2.100
15
+
Jumlah nilai penyusutan Rp 31.500

Jika nilai penyusutan tersebut dijumlahkan dengan nilai sisa, maka


jumlahnya akan sama dengan nilai awal (cost) alat tersebut yaitu
Rp 31.500 + Rp 3.500 = Rp 35.000

d. Metode declining balance

49
Rumus: 1 - √n NS/ NA
NA = Rp 35.000
NS = Rp 3.500
UE = 5 tahun
Maka perhitungannya sebagai berikut:
=1-
√5 Rp 3.500

Rp 35.000
x 100%

√5 3,5
= 1 - 35 x 100%

= 1 - √ 0 , 1 x 100%
5

= 1 - 0,11/5 x 100%
= 1 - 0,6309 x 100%
= 0,3691 x 100%
= 36,91 %
Nilai penyusutannya adalah:
Tahun 1 = 36,91% x (Rp 35.000) = Rp 12.918,5

Tahun 2 = 36,91% x (Rp 35.000 – Rp 12.918,5)


= 36,91% x (Rp 22.081,5) = Rp 8.150

Tahun 3 = 36,91% x (Rp 22.081,5– Rp 8.150)


= 36,91% x (Rp 13.931,5) = Rp 5.142

Tahun 4 = 36,91% x (Rp 13.931,5 – Rp 5.142)


= 36,91% x (Rp 8.789,5) = Rp 3.244

Tahun 5 = 36,91% x (Rp 8.789,5– Rp 3.244)


= 36,91% x (Rp 5.545,5) = Rp 2.046

+
Jumlah Rp 31.500,5
Dibulatkan menjadi Rp 31.500

Jumlah nilai penyusutan tersebut jika ditambahkan dengan nilai sisa


(NS) maka akan sama dengan nilai awal (NA) yaitu Rp 31.500 + Rp
3.500 = Rp 35.000

50
Responden 3 : Tauhid
Komoditas : Mentimun

1. Cangkul
a. Metode Garis Lurus (straight-line method)
Seorang petani dalam usahatani mentimun, di kecamatan Gebang
membeli cangkul pada tahun 2018 seharga Rp 100.000. Umur
ekonomis cangkul tersebut adalah 5 tahun dengan nilai sisa setelah
5 tahun sebesar Rp 10.000.

NA −NS
Penyusutan per tahun =
UE

Rp 100.000−Rp10.000
=
5

= Rp 18.000 / tahun
b. Metode unit performance
Contoh perhitungannya sebagai berikut:
Musim tanam mentimun = 3 bulan atau 90 hari

51
Penggunaan alat per hari = 5 jam
Penggunaan alat per musim = 90 x 5 = 450
jam
Satu tahun (4 musim tanam) = 4 x 450 = 1.800
jam
Umur ekonomis 5 tahun = 5 x 1.800 = 9.000
jam
Nilai Awal (NA) = Rp 100.000
Performance = 9.000 jam
Nilai sisa (NS) = Rp 10.000

NA−NS
Penyusutan per jam =
Pr

Rp 100.000−Rp10.000
Penyusutan per jam = = Rp 10 / jam
9.000 jam

Penyusutan per tahun (1.800 x Rp 10) = Rp 18.000 / tahun

c. Metode Decreasing (sum of the year degits)


NA = Rp 100.000
NS = Rp 10.000
UE = 5 tahun
Jumlah digit = 5 + 4 + 3 +2+ 1 = 15
UE
Nilai penyusutannya:
∑ digit x (NA – NS)
5
Tahun 1 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 30.000
15
4
Tahun 2 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 24.000
15
3
Tahun 3 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 18.000
15
2
Tahun 4 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 12.000
15
1
Tahun 5 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 6.000
15
+
Jumlah nilai penyusutan Rp 90.000

Jika nilai penyusutan tersebut dijumlahkan dengan nilai sisa, maka


jumlahnya akan sama dengan nilai awal (cost) alat tersebut yaitu
Rp 90.000 + Rp 10.000 = Rp 100.000

d. Metode declining balance


Rumus: 1 - √n NS/ NA
NA = Rp 100.000

52
NS = Rp 10.000
UE = 5 tahun
Maka perhitungannya sebagai berikut:
=1-
√5 Rp 10.000

Rp 100.000
x 100%

√5 1
= 1 - 10 x 100%

= 1 - √ 0 , 1 x 100%
5

= 1 - 0,11/5 x 100%
= 1 - 0,6309 x 100%
= 0,3691 x 100%
= 36,91 %
Nilai penyusutannya adalah:
Tahun 1 = 36,91% x (Rp 100.000) = Rp 36.910

Tahun 2 = 36,91% x (Rp 100.000 – Rp 36.910)


= 36,91% x (Rp 63.090) = Rp 23.286

Tahun 3 = 36,91% x (Rp 63.090 – Rp 23.286)


= 36,91% x (Rp 39.804) = Rp 14.691

Tahun 4 = 36,91% x (Rp 39.804 – Rp 14.691)


= 36,91% x (Rp 25.113) = Rp 9.269

Tahun 5 = 36,91% x (Rp 25.113– Rp 9.269)


= 36,91% x (Rp 15.884) = Rp 5.862

+
Jumlah Rp 90.018
Dibulatkan menjadi Rp 90.000

Jumlah nilai penyusutan tersebut jika ditambahkan dengan nilai sisa


(NS) maka akan sama dengan nilai awal (NA) yaitu Rp 90.000 + Rp
10.000 = Rp 100.000

2. Sabit
a. Metode Garis Lurus (straight-line method)
Seorang petani dalam usahatani mentimun, di kecamatan Gebang
membeli sabit pada tahun 2018 seharga Rp 50.000. Umur
ekonomis cangkul tersebut adalah 5 tahun dengan nilai sisa setelah
5 tahun sebesar Rp 5.000.

NA −NS
Penyusutan per tahun =
UE

Rp 50.000−Rp5.000
=
5

53
= Rp 9.000 / tahun
b. Metode unit performance
Contoh perhitungannya sebagai berikut:
Musim tanam mentimun = 3 bulan atau
90 hari
Penggunaan alat per hari = 5 jam
Penggunaan alat per musim = 90 x 5 = 450 jam
Satu tahun (4 musim tanam) = 4 x 450 = 1.800 jam
Umur ekonomis 5 tahun = 5 x 1.800 = 9.000 jam
Nilai Awal (NA) = Rp 50.000
Performance = 9.000 jam
Nilai sisa (NS) = Rp 5.000

NA−NS
Penyusutan per jam =
Pr

Rp 50.000−Rp5.000
Penyusutan per jam = = Rp 5 / jam
9.000 jam

Penyusutan per tahun ( 1.800 x Rp 5) = Rp 9.000 / tahun

c. Metode Decreasing (sum of the year degits)


NA = Rp 50.000
NS = Rp 5.000
UE = 5 tahun
Jumlah digit = 5 + 4 + 3 +2+ 1 = 15
UE
Nilai penyusutannya:
∑ digit x (NA – NS)
5
Tahun 1 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 15.000
15

4
Tahun 2 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 12.000
15

3
Tahun 3 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 9.000
15

2
Tahun 4 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 6.000
15

1
Tahun 5 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 3.000
15
+
Jumlah nilai penyusutan Rp 45.000

54
Jika nilai penyusutan tersebut dijumlahkan dengan nilai sisa, maka
jumlahnya akan sama dengan nilai awal (cost) alat tersebut yaitu
Rp 45.000 + Rp 5.000 = Rp 100.000

d. Metode declining balance


Rumus: 1 - √n NS/ NA
NA = Rp 50.000
NS = Rp 5.000
UE = 5 tahun
Maka perhitungannya sebagai berikut:
=1-

5 Rp 5.000

Rp 50.000
x 100%


5 5
= 1 - 50 x 100%

= 1 - √ 0 , 1 x 100%
5

= 1 - 0,11/5 x 100%
= 1 - 0,6309 x 100%
= 0,3691 x 100%
= 36,91 %
Nilai penyusutannya adalah:
Tahun 1 = 36,91% x (Rp 50.000) = Rp 18.455

Tahun 2 = 36,91% x (Rp 50.000 – Rp 18.455)


= 36,91% x (Rp 31.545) = Rp 11.643

Tahun 3 = 36,91% x (Rp 31.545– Rp 11.643)


= 36,91% x (Rp 19.902) = Rp 7.345

Tahun 4 = 36,91% x (Rp 19.902 – Rp 7.345)


= 36,91% x (Rp 12.557) = Rp 4.634

Tahun 5 = 36,91% x (Rp 12.557– Rp 4.634)


= 36,91% x (Rp 7.923) = Rp 2.924

+
Jumlah Rp 45.001
Dibulatkan menjadi Rp 45.000

Jumlah nilai penyusutan tersebut jika ditambahkan dengan nilai sisa


(NS) maka akan sama dengan nilai awal (NA) yaitu Rp 45.000 + Rp
5.000 = Rp 50.000

3. Secop
a. Metode Garis Lurus (straight-line method)
Seorang petani dalam usahatani mentimun, di kecamatan Gebang
membeli secop pada tahun 2018 seharga Rp 35.000. Umur

55
ekonomis secop tersebut adalah 5 tahun dengan nilai sisa setelah 5
tahun sebesar Rp 3.500.

NA−NS
Penyusutan per tahun =
UE

Rp 35.000−Rp3.500
=
5

= Rp 6.300 / tahun
b. Metode unit performance
Contoh perhitungannya sebagai berikut:
Musim tanam mentimun = 3 bulan atau
90 hari
Penggunaan alat per hari = 5 jam
Penggunaan alat per musim = 90 x 5 =
450 jam
Satu tahun (4 musim tanam) = 4 x 450 =
1.800 jam
Umur ekonomis 5 tahun = 5 x 1.800 =
9.000 jam
Nilai Awal (NA) = Rp 35.000
Performance = 9.000 jam
Nilai sisa (NS) = Rp 3.500

NA−NS
Penyusutan per jam =
Pr

Rp 35.000−Rp3.500
Penyusutan per jam = = Rp 3,5 / jam
9.000 jam

Penyusutan per tahun ( 1.800 x Rp 3,5) = Rp 6.300 / tahun

c. Metode Decreasing (sum of the year degits)


NA = Rp 35.000
NS = Rp 3.500
UE = 5 tahun
Jumlah digit = 5 + 4 + 3 +2+ 1 = 15
UE
Nilai penyusutannya:
∑ digit x (NA – NS)
5
Tahun 1 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 10.500
15

4
Tahun 2 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 8.400
15

56
3
Tahun 3 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 6.300
15

2
Tahun 4 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 4.200
15

1
Tahun 5 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 2.100
15
+
Jumlah nilai penyusutan Rp 31.500

Jika nilai penyusutan tersebut dijumlahkan dengan nilai sisa, maka


jumlahnya akan sama dengan nilai awal (cost) alat tersebut yaitu
Rp 31.500 + Rp 3.500 = Rp 35.000

d. Metode declining balance


Rumus: 1 - √n NS/ NA
NA = Rp 35.000
NS = Rp 3.500
UE = 5 tahun
Maka perhitungannya sebagai berikut:
=1-
√5 Rp 3.500

Rp 35.000
x 100%

√5 3,5
= 1 - 35 x 100%

= 1 - √ 0 , 1 x 100%
5

= 1 - 0,11/5 x 100%
= 1 - 0,6309 x 100%
= 0,3691 x 100%
= 36,91 %
Nilai penyusutannya adalah:
Tahun 1 = 36,91% x (Rp 35.000) = Rp 12.918,5

Tahun 2 = 36,91% x (Rp 35.000 – Rp 12.918,5)


= 36,91% x (Rp 22.081,5) = Rp 8.150

Tahun 3 = 36,91% x (Rp 22.081,5– Rp 8.150)


= 36,91% x (Rp 13.931,5) = Rp 5.142

Tahun 4 = 36,91% x (Rp 13.931,5 – Rp 5.142)


= 36,91% x (Rp 8.789,5) = Rp 3.244

Tahun 5 = 36,91% x (Rp 8.789,5– Rp 3.244)


= 36,91% x (Rp 5.545,5) = Rp 2.046

+
Jumlah Rp 31.500,5

57
Dibulatkan menjadi Rp 31.500

Jumlah nilai penyusutan tersebut jika ditambahkan dengan nilai sisa


(NS) maka akan sama dengan nilai awal (NA) yaitu Rp 31.500 + Rp
3.500 = Rp 35.000

Responden 4 : Budi Santoso


Komoditas : Mentimun

1. Cangkul
a. Metode Garis Lurus (straight-line method)

58
Seorang petani dalam usahatani mentimun, di kecamatan Gebang
membeli cangkul pada tahun 2018 seharga Rp 100.000. Umur
ekonomis cangkul tersebut adalah 5 tahun dengan nilai sisa setelah
5 tahun sebesar Rp 10.000.

NA−NS
Penyusutan per tahun =
UE

Rp 100.000−Rp10.000
=
5

= Rp 18.000 / tahun
b. Metode unit performance
Contoh perhitungannya sebagai berikut:
Musim tanam mentimun = 3 bulan atau 90 hari
Penggunaan alat per hari = 5 jam
Penggunaan alat per musim = 90 x 5 = 450
jam
Satu tahun (4 musim tanam) = 4 x 450 = 1.800
jam
Umur ekonomis 5 tahun = 5 x 1.800 = 9.000
jam
Nilai Awal (NA) = Rp 100.000
Performance = 9.000 jam
Nilai sisa (NS) = Rp 10.000

NA−NS
Penyusutan per jam =
Pr

Rp 100.000−Rp10.000
Penyusutan per jam = = Rp 10 / jam
9.000 jam

Penyusutan per tahun (1.800 x Rp 10) = Rp 18.000 / tahun

c. Metode Decreasing (sum of the year degits)


NA = Rp 100.000
NS = Rp 10.000
UE = 5 tahun
Jumlah digit = 5 + 4 + 3 +2+ 1 = 15
UE
Nilai penyusutannya:
∑ digit x (NA – NS)
5
Tahun 1 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 30.000
15
4
Tahun 2 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 24.000
15
3
Tahun 3 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 18.000
15

59
2
Tahun 4 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 12.000
15
1
Tahun 5 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 6.000
15
+
Jumlah nilai penyusutan Rp 90.000

Jika nilai penyusutan tersebut dijumlahkan dengan nilai sisa, maka


jumlahnya akan sama dengan nilai awal (cost) alat tersebut yaitu
Rp 90.000 + Rp 10.000 = Rp 100.000

d. Metode declining balance


Rumus: 1 - √n NS/ NA
NA = Rp 100.000
NS = Rp 10.000
UE = 5 tahun
Maka perhitungannya sebagai berikut:
=1-
√5 Rp 10.000

Rp 100.000
x 100%

√5 1
= 1 - 10 x 100%

= 1 - √ 0 , 1 x 100%
5

= 1 - 0,11/5 x 100%
= 1 - 0,6309 x 100%
= 0,3691 x 100%
= 36,91 %
Nilai penyusutannya adalah:
Tahun 1 = 36,91% x (Rp 100.000) = Rp 36.910

Tahun 2 = 36,91% x (Rp 100.000 – Rp 36.910)


= 36,91% x (Rp 63.090) = Rp 23.286

Tahun 3 = 36,91% x (Rp 63.090 – Rp 23.286)


= 36,91% x (Rp 39.804) = Rp 14.691

Tahun 4 = 36,91% x (Rp 39.804 – Rp 14.691)


= 36,91% x (Rp 25.113) = Rp 9.269

Tahun 5 = 36,91% x (Rp 25.113– Rp 9.269)


= 36,91% x (Rp 15.884) = Rp 5.862

+
Jumlah Rp 90.018
Dibulatkan menjadi Rp 90.000

60
Jumlah nilai penyusutan tersebut jika ditambahkan dengan nilai sisa
(NS) maka akan sama dengan nilai awal (NA) yaitu Rp 90.000 + Rp
10.000 = Rp 100.000

2. Sabit
a. Metode Garis Lurus (straight-line method)
Seorang petani dalam usahatani mentimun, di kecamatan Gebang
membeli sabit pada tahun 2018 seharga Rp 50.000. Umur
ekonomis cangkul tersebut adalah 5 tahun dengan nilai sisa setelah
5 tahun sebesar Rp 5.000.

NA−NS
Penyusutan per tahun =
UE

Rp 50.000−Rp5.000
=
5

= Rp 9.000 / tahun
b. Metode unit performance
Contoh perhitungannya sebagai berikut:
Musim tanam mentimun = 3 bulan atau
90 hari
Penggunaan alat per hari = 5 jam
Penggunaan alat per musim = 90 x 5 = 450 jam
Satu tahun (4 musim tanam) = 4 x 450 = 1.800 jam
Umur ekonomis 5 tahun = 5 x 1.800 = 9.000 jam
Nilai Awal (NA) = Rp 50.000
Performance = 9.000 jam
Nilai sisa (NS) = Rp 5.000

NA−NS
Penyusutan per jam =
Pr

Rp 50.000−Rp5.000
Penyusutan per jam = = Rp 5 / jam
9.000 jam

Penyusutan per tahun ( 1.800 x Rp 5) = Rp 9.000 / tahun

c. Metode Decreasing (sum of the year degits)


NA = Rp 50.000
NS = Rp 5.000
UE = 5 tahun
Jumlah digit = 5 + 4 + 3 +2+ 1 = 15
UE
Nilai penyusutannya:
∑ digit x (NA – NS)
5
Tahun 1 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 15.000
15

61
4
Tahun 2 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 12.000
15

3
Tahun 3 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 9.000
15

2
Tahun 4 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 6.000
15

1
Tahun 5 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 3.000
15
+
Jumlah nilai penyusutan Rp 45.000

Jika nilai penyusutan tersebut dijumlahkan dengan nilai sisa, maka


jumlahnya akan sama dengan nilai awal (cost) alat tersebut yaitu
Rp 45.000 + Rp 5.000 = Rp 100.000

d. Metode declining balance


Rumus: 1 - √n NS/ NA
NA = Rp 50.000
NS = Rp 5.000
UE = 5 tahun
Maka perhitungannya sebagai berikut:
=1-
√5 Rp 5.000

Rp 50.000
x 100%

√5 5
= 1 - 50 x 100%

= 1 - √ 0 , 1 x 100%
5

= 1 - 0,11/5 x 100%
= 1 - 0,6309 x 100%
= 0,3691 x 100%
= 36,91 %
Nilai penyusutannya adalah:
Tahun 1 = 36,91% x (Rp 50.000) = Rp 18.455

Tahun 2 = 36,91% x (Rp 50.000 – Rp 18.455)


= 36,91% x (Rp 31.545) = Rp 11.643

Tahun 3 = 36,91% x (Rp 31.545– Rp 11.643)


= 36,91% x (Rp 19.902) = Rp 7.345

Tahun 4 = 36,91% x (Rp 19.902 – Rp 7.345)


= 36,91% x (Rp 12.557) = Rp 4.634

Tahun 5 = 36,91% x (Rp 12.557– Rp 4.634)

62
= 36,91% x (Rp 7.923) = Rp 2.924

+
Jumlah Rp 45.001
Dibulatkan menjadi Rp 45.000

Jumlah nilai penyusutan tersebut jika ditambahkan dengan nilai sisa


(NS) maka akan sama dengan nilai awal (NA) yaitu Rp 45.000 + Rp
5.000 = Rp 50.000

3. Secop
a. Metode Garis Lurus (straight-line method)
Seorang petani dalam usahatani mentimun, di kecamatan Gebang
membeli secop pada tahun 2018 seharga Rp 35.000. Umur
ekonomis secop tersebut adalah 5 tahun dengan nilai sisa setelah 5
tahun sebesar Rp 3.500.

NA −NS
Penyusutan per tahun =
UE

Rp 35.000−Rp3.500
=
5

= Rp 6.300 / tahun
b. Metode unit performance
Contoh perhitungannya sebagai berikut:
Musim tanam mentimun = 3 bulan atau
90 hari
Penggunaan alat per hari = 5 jam
Penggunaan alat per musim = 90 x 5 =
450 jam
Satu tahun (4 musim tanam) = 4 x 450 =
1.800 jam
Umur ekonomis 5 tahun = 5 x 1.800 =
9.000 jam
Nilai Awal (NA) = Rp 35.000
Performance = 9.000 jam
Nilai sisa (NS) = Rp 3.500

NA −NS
Penyusutan per jam =
Pr

Rp 35.000−Rp3.500
Penyusutan per jam = = Rp 3,5 / jam
9.000 jam

Penyusutan per tahun ( 1.800 x Rp 3,5) = Rp 6.300 / tahun

c. Metode Decreasing (sum of the year degits)

63
NA = Rp 35.000
NS = Rp 3.500
UE = 5 tahun
Jumlah digit = 5 + 4 + 3 +2+ 1 = 15
UE
Nilai penyusutannya:
∑ digit x (NA – NS)
5
Tahun 1 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 10.500
15

4
Tahun 2 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 8.400
15

3
Tahun 3 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 6.300
15

2
Tahun 4 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 4.200
15

1
Tahun 5 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 2.100
15
+
Jumlah nilai penyusutan Rp 31.500

Jika nilai penyusutan tersebut dijumlahkan dengan nilai sisa, maka


jumlahnya akan sama dengan nilai awal (cost) alat tersebut yaitu
Rp 31.500 + Rp 3.500 = Rp 35.000

d. Metode declining balance


Rumus: 1 - √n NS/ NA
NA = Rp 35.000
NS = Rp 3.500
UE = 5 tahun
Maka perhitungannya sebagai berikut:
=1-
√5 Rp 3.500

Rp 35.000
x 100%

√5 3,5
= 1 - 35 x 100%

= 1 - √ 0 , 1 x 100%
5

= 1 - 0,11/5 x 100%
= 1 - 0,6309 x 100%
= 0,3691 x 100%
= 36,91 %
Nilai penyusutannya adalah:
Tahun 1 = 36,91% x (Rp 35.000) = Rp 12.918,5

Tahun 2 = 36,91% x (Rp 35.000 – Rp 12.918,5)

64
= 36,91% x (Rp 22.081,5) = Rp 8.150

Tahun 3 = 36,91% x (Rp 22.081,5– Rp 8.150)


= 36,91% x (Rp 13.931,5) = Rp 5.142

Tahun 4 = 36,91% x (Rp 13.931,5 – Rp 5.142)


= 36,91% x (Rp 8.789,5) = Rp 3.244

Tahun 5 = 36,91% x (Rp 8.789,5– Rp 3.244)


= 36,91% x (Rp 5.545,5) = Rp 2.046

+
Jumlah Rp 31.500,5
Dibulatkan menjadi Rp 31.500

Jumlah nilai penyusutan tersebut jika ditambahkan dengan nilai sisa


(NS) maka akan sama dengan nilai awal (NA) yaitu Rp 31.500 + Rp
3.500 = Rp 35.000

65
Responden 5 : Sugeng Suntoro
Komoditas : Mentimun

1. Cangkul
a. Metode Garis Lurus (straight-line method)
Seorang petani dalam usahatani mentimun, di kecamatan Gebang
membeli cangkul pada tahun 2018 seharga Rp 100.000. Umur
ekonomis cangkul tersebut adalah 5 tahun dengan nilai sisa setelah
5 tahun sebesar Rp 10.000.

NA−NS
Penyusutan per tahun =
UE

Rp 100.000−Rp10.000
=
5

= Rp 18.000 / tahun
b. Metode unit performance
Contoh perhitungannya sebagai berikut:
Musim tanam mentimun = 3 bulan atau 90 hari
Penggunaan alat per hari = 5 jam
Penggunaan alat per musim = 90 x 5 = 450
jam
Satu tahun (4 musim tanam) = 4 x 450 = 1.800
jam
Umur ekonomis 5 tahun = 5 x 1.800 = 9.000
jam
Nilai Awal (NA) = Rp 100.000
Performance = 9.000 jam
Nilai sisa (NS) = Rp 10.000

NA−NS
Penyusutan per jam =
Pr

Rp 100.000−Rp10.000
Penyusutan per jam = = Rp 10 / jam
9.000 jam

Penyusutan per tahun (1.800 x Rp 10) = Rp 18.000 / tahun

c. Metode Decreasing (sum of the year degits)


NA = Rp 100.000

66
NS = Rp 10.000
UE = 5 tahun
Jumlah digit = 5 + 4 + 3 +2+ 1 = 15
UE
Nilai penyusutannya:
∑ digit x (NA – NS)
5
Tahun 1 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 30.000
15
4
Tahun 2 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 24.000
15
3
Tahun 3 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 18.000
15
2
Tahun 4 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 12.000
15
1
Tahun 5 = x (Rp 100.000 – Rp 10.000) = Rp 6.000
15
+
Jumlah nilai penyusutan Rp 90.000

Jika nilai penyusutan tersebut dijumlahkan dengan nilai sisa, maka


jumlahnya akan sama dengan nilai awal (cost) alat tersebut yaitu
Rp 90.000 + Rp 10.000 = Rp 100.000

d. Metode declining balance


Rumus: 1 - √n NS/ NA
NA = Rp 100.000
NS = Rp 10.000
UE = 5 tahun
Maka perhitungannya sebagai berikut:
=1-
√5 Rp 10.000

Rp 100.000
x 100%

√5 1
= 1 - 10 x 100%

= 1 - √ 0 , 1 x 100%
5

= 1 - 0,11/5 x 100%
= 1 - 0,6309 x 100%
= 0,3691 x 100%
= 36,91 %
Nilai penyusutannya adalah:
Tahun 1 = 36,91% x (Rp 100.000) = Rp 36.910

Tahun 2 = 36,91% x (Rp 100.000 – Rp 36.910)


= 36,91% x (Rp 63.090) = Rp 23.286

Tahun 3 = 36,91% x (Rp 63.090 – Rp 23.286)


= 36,91% x (Rp 39.804) = Rp 14.691

67
Tahun 4 = 36,91% x (Rp 39.804 – Rp 14.691)
= 36,91% x (Rp 25.113) = Rp 9.269

Tahun 5 = 36,91% x (Rp 25.113– Rp 9.269)


= 36,91% x (Rp 15.884) = Rp 5.862

+
Jumlah Rp 90.018
Dibulatkan menjadi Rp 90.000

Jumlah nilai penyusutan tersebut jika ditambahkan dengan nilai sisa


(NS) maka akan sama dengan nilai awal (NA) yaitu Rp 90.000 + Rp
10.000 = Rp 100.000

2. Sabit
a. Metode Garis Lurus (straight-line method)
Seorang petani dalam usahatani mentimun, di kecamatan Gebang
membeli sabit pada tahun 2018 seharga Rp 50.000. Umur
ekonomis cangkul tersebut adalah 5 tahun dengan nilai sisa setelah
5 tahun sebesar Rp 5.000.

NA −NS
Penyusutan per tahun =
UE

Rp 50.000−Rp5.000
=
5

= Rp 9.000 / tahun
b. Metode unit performance
Contoh perhitungannya sebagai berikut:
Musim tanam mentimun = 3 bulan atau
90 hari
Penggunaan alat per hari = 5 jam
Penggunaan alat per musim = 90 x 5 = 450 jam
Satu tahun (4 musim tanam) = 4 x 450 = 1.800 jam
Umur ekonomis 5 tahun = 5 x 1.800 = 9.000 jam
Nilai Awal (NA) = Rp 50.000
Performance = 9.000 jam
Nilai sisa (NS) = Rp 5.000

NA −NS
Penyusutan per jam =
Pr

Rp 50.000−Rp5.000
Penyusutan per jam = = Rp 5 / jam
9.000 jam

Penyusutan per tahun ( 1.800 x Rp 5) = Rp 9.000 / tahun

68
c. Metode Decreasing (sum of the year degits)
NA = Rp 50.000
NS = Rp 5.000
UE = 5 tahun
Jumlah digit = 5 + 4 + 3 +2+ 1 = 15
UE
Nilai penyusutannya:
∑ digit x (NA – NS)
5
Tahun 1 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 15.000
15

4
Tahun 2 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 12.000
15

3
Tahun 3 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 9.000
15

2
Tahun 4 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 6.000
15

1
Tahun 5 = x (Rp 50.000 – Rp 5.000) = Rp 3.000
15
+
Jumlah nilai penyusutan Rp 45.000

Jika nilai penyusutan tersebut dijumlahkan dengan nilai sisa, maka


jumlahnya akan sama dengan nilai awal (cost) alat tersebut yaitu
Rp 45.000 + Rp 5.000 = Rp 100.000

d. Metode declining balance


Rumus: 1 - √n NS/ NA
NA = Rp 50.000
NS = Rp 5.000
UE = 5 tahun
Maka perhitungannya sebagai berikut:
=1-
√5 Rp 5.000

Rp 50.000
x 100%

√5 5
= 1 - 50 x 100%

= 1 - √ 0 , 1 x 100%
5

= 1 - 0,11/5 x 100%
= 1 - 0,6309 x 100%
= 0,3691 x 100%
= 36,91 %
Nilai penyusutannya adalah:
Tahun 1 = 36,91% x (Rp 50.000) = Rp 18.455

69
Tahun 2 = 36,91% x (Rp 50.000 – Rp 18.455)
= 36,91% x (Rp 31.545) = Rp 11.643

Tahun 3 = 36,91% x (Rp 31.545– Rp 11.643)


= 36,91% x (Rp 19.902) = Rp 7.345

Tahun 4 = 36,91% x (Rp 19.902 – Rp 7.345)


= 36,91% x (Rp 12.557) = Rp 4.634

Tahun 5 = 36,91% x (Rp 12.557– Rp 4.634)


= 36,91% x (Rp 7.923) = Rp 2.924

+
Jumlah Rp 45.001
Dibulatkan menjadi Rp 45.000

Jumlah nilai penyusutan tersebut jika ditambahkan dengan nilai sisa


(NS) maka akan sama dengan nilai awal (NA) yaitu Rp 45.000 + Rp
5.000 = Rp 50.000

3. Secop
a. Metode Garis Lurus (straight-line method)
Seorang petani dalam usahatani mentimun, di kecamatan Gebang
membeli secop pada tahun 2018 seharga Rp 35.000. Umur
ekonomis secop tersebut adalah 5 tahun dengan nilai sisa setelah 5
tahun sebesar Rp 3.500.

NA −NS
Penyusutan per tahun =
UE

Rp 35.000−Rp3.500
=
5

= Rp 6.300 / tahun
b. Metode unit performance
Contoh perhitungannya sebagai berikut:
Musim tanam mentimun = 3 bulan atau
90 hari
Penggunaan alat per hari = 5 jam
Penggunaan alat per musim = 90 x 5 =
450 jam
Satu tahun (4 musim tanam) = 4 x 450 =
1.800 jam
Umur ekonomis 5 tahun = 5 x 1.800 =
9.000 jam
Nilai Awal (NA) = Rp 35.000
Performance = 9.000 jam
Nilai sisa (NS) = Rp 3.500

70
NA−NS
Penyusutan per jam =
Pr

Rp 35.000−Rp3.500
Penyusutan per jam = = Rp 3,5 / jam
9.000 jam

Penyusutan per tahun ( 1.800 x Rp 3,5) = Rp 6.300 / tahun

c. Metode Decreasing (sum of the year degits)


NA = Rp 35.000
NS = Rp 3.500
UE = 5 tahun
Jumlah digit = 5 + 4 + 3 +2+ 1 = 15
UE
Nilai penyusutannya:
∑ digit x (NA – NS)
5
Tahun 1 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 10.500
15

4
Tahun 2 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 8.400
15

3
Tahun 3 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 6.300
15

2
Tahun 4 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 4.200
15

1
Tahun 5 = x (Rp 35.000 – Rp 3.500) = Rp 2.100
15
+
Jumlah nilai penyusutan Rp 31.500

Jika nilai penyusutan tersebut dijumlahkan dengan nilai sisa, maka


jumlahnya akan sama dengan nilai awal (cost) alat tersebut yaitu
Rp 31.500 + Rp 3.500 = Rp 35.000

d. Metode declining balance


Rumus: 1 - √n NS/ NA
NA = Rp 35.000
NS = Rp 3.500
UE = 5 tahun
Maka perhitungannya sebagai berikut:
=1-

5 Rp 3.500

Rp 35.000
x 100%

71
= 1-

53,5
35
x 100%

= 1 - √ 0 , 1 x 100%
5

= 1 - 0,11/5 x 100%
= 1 - 0,6309 x 100%
= 0,3691 x 100%
= 36,91 %
Nilai penyusutannya adalah:
Tahun 1 = 36,91% x (Rp 35.000) = Rp 12.918,5

Tahun 2 = 36,91% x (Rp 35.000 – Rp 12.918,5)


= 36,91% x (Rp 22.081,5) = Rp 8.150

Tahun 3 = 36,91% x (Rp 22.081,5– Rp 8.150)


= 36,91% x (Rp 13.931,5) = Rp 5.142

Tahun 4 = 36,91% x (Rp 13.931,5 – Rp 5.142)


= 36,91% x (Rp 8.789,5) = Rp 3.244

Tahun 5 = 36,91% x (Rp 8.789,5– Rp 3.244)


= 36,91% x (Rp 5.545,5) = Rp 2.046

+
Jumlah Rp 31.500,5
Dibulatkan menjadi Rp 31.500

Jumlah nilai penyusutan tersebut jika ditambahkan dengan nilai sisa


(NS) maka akan sama dengan nilai awal (NA) yaitu Rp 31.500 + Rp
3.500 = Rp 35.000

72
PRAKTIKUM ACARA III MENGHITUNG BIAYA DAN PENDAPATAN
DALAM USAHATANI

Petani 1 : Bapak Suripto


A. Menghitung biaya dalam usahatani
Perhatikan panduan praktikum kemudian kelompokkan biaya usahatani
menjadi biaya eksplisit, biaya implisit, biaya tetap, biaya variabel dengan
menggunakan tabel berikut ini:

1. Biaya Eksplisit dan biaya implisit (TEC dan TIC)

N Uraian Biaya TEC (Rp) TIC (Rp)


o
1 Pembelian sarana produksi
a. Benih/bibit 1.120.000
b. Pupuk kandang 80.000
c. Obat-obatan 4.340.000
d. Penyusutan alat/mesin
(TIC) 85.000
e. Pupuk NPK

2 Upah tenaga kerja


(TKDK/TKLK)
a. Olah lahan 600.000
b. Penanaman 864.000 768.000
c. Pemupukan 334.000
d. Penyiangan 274.080
e. Penyemprotan 342.800
f. Pemanenan 1 216.000
g. Pemanenan 2 216.000
h. Pemanenan 3 216.000
i. Pemanenan 4 216.000
j. Pemanenan 5 216.000

3 Sewa lahan 580.000


4 Pajak lahan 65.000
5 Bunga modal
6 Selamatan
Total biaya (Rp) 8.088.520 3.129.880

2. Biaya tetap dan biaya variabel (FC dan VC)

N Uraian Biaya FC (Rp) VC (Rp)


o
1 Pembelian sarana produksi
a. Benih/bibit 1.120.000
b. Pupuk kandang 80.000
c. Obat-obatan 4.340.000

73
d. Penyusutan alat/mesin 85.000
e. Pupuk NPK
2 Upah tenaga kerja
(TKDK/TKLK)
a. Olah lahan 1.632.000
b. Penanaman 334.000
c. Pemupukan 616.800
d. Penyiangan 685.600
e. Penyemprotan 216.000
f. Pemanenan 1
216.000
g. Pemanenan 2
h. Pemanenan 3 216.000
i. Pemanenan 4 216.000
j. Pemanenan 5 216.000

3 Sewa lahan 580.000


4 Pajak lahan 65.000
5 Bunga modal
6 Selamatan
Total biaya (Rp) 730.000 10.488.400
3. Hitunglah pendapatan usahatani (baik nominal maupun time value of
money)
Nominal
NR = TR – TEC
TR = P x Q
TR = 3.000 x 4.800
TR = 14.400.000

NR = TR – TEC
= 14.400.000 – 8.088.520
= 6.311.480

Time Value of Money


Future value
FV = Po (1+i)t
Diketahui:
Po = 6.311.480
i=4%
t = 2 tahun
CF (tahun ke 1,2) = (1,0400; 1,0816)
Penyelesaian:
Tahun ke-1 :
FV = Po (1+i)t
= 6.311.480 (1+0,04)1
= 6.311.480 (1,0400)
= 6.563.939,2
Tahun ke 2:
FV = Po (1+i)t

74
= 6.311.480 (1+0,04)2
= 6.311.480 (1,0816)
= 6.826.496,768
Jadi, dana saat pengembalian Rp 6.826.496
Present Value
Diketahui:
FV = 6.826.496
i=4%
t = 2 tahun
DF (tahun ke 1,2) = (0,9615; 0,9245)
Tahun ke 1
PV = FV/(i+1)t
= 6.826.496/(1+0,04)1
= 6.826.496 x 0,9615
= 6.563.949
Tahun ke 2
PV = FV/(i+1)t
= 6.826.496/(+0,04)2
= 6.826.496 x 0,9245
= 6.311.505
Jadi dana yang berhak diterima Rp 6.311.505

4. Hitunglah keuntungan usahatani (baik nominal maupun time value of


money)
Nominal
π = TR – (TEC+TIC)
π = 14.400.000– (8.088.520 + 3.129.880)
= 14.400.000 – 11.217.880
= 3.182.120

Time Value of Money


Future Value
FV = Po (1+i)t
Diketahui:
Po = 3.182.120
i = 3%
t = 2 tahun
CF (tahun ke 1,2) = (1,0300; 1,0609)
Penyelesaian:
Tahun ke-1 :
FV = Po (1+i)t
= 3.182.120 (1+0,03)1
= 3.182.120 (1,0300)
= 3.227.583,6
Tahun ke 2:
FV = Po (1+i)t
= 3.182.120 (1+0,0)2
= 3.182.120 (1,0609)

75
= 3.375.911,108
Present Value
Diketahui:
FV = 3.375.911,108
i=3%
t = 2 tahun
DF (tahun ke 1,2) = (0,9708; 0,9426)
Tahun ke 1
PV = FV/(i+1)t
= 3.375.911,108/(1+0,03)1
= 3.375.911,108 x 0,9708
= 3.277.570,817
Tahun ke 2
PV = FV/(i+1)t
= 3.375.911,108/(1+0,03)2
= 3.375.911,108 x 0,9426
= 3.182.133,810
5. Untuk nilai time value of money
a. Metode present value gunakan discounting tables
b. Metode future value gunakan coumpounding tables

76
Petani 2 : Bapak Suroso
B. Menghitung biaya dalam usahatani
Perhatikan panduan praktikum kemudian kelompokkan biaya usahatani
menjadi biaya eksplisit, biaya implisit, biaya tetap, biaya variabel dengan
menggunakan tabel berikut ini:

6. Biaya Eksplisit dan biaya implisit (TEC dan TIC)

N Uraian Biaya TEC (Rp) TIC (Rp)


o
1 Pembelian sarana produksi
a. Benih/bibit 560.000
b. Pupuk kandang 40.000
c. Obat-obatan 4.840.000
d. Penyusutan alat/mesin
(TIC) 37.000
e. Pupuk NPK

2 Upah tenaga kerja


(TKDK/TKLK)
a. Olah lahan 960.000
b. Penanaman 864.000
c. Pemupukan 334.000
d. Penyiangan 342.800
e. Penyemprotan
616.800
f. Pemanenan 1
216.000
g. Pemanenan 2
h. Pemanenan 3 216.000
i. Pemanenan 4 216.000
j. Pemanenan 5 216.000
216.000

3 Sewa lahan 290.000


4 Pajak lahan 32.500
5 Bunga modal
6 Selamatan
Total biaya (Rp) 7.056.000 2.366.000

7. Biaya tetap dan biaya variabel (FC dan VC)

N Uraian Biaya FC (Rp) VC (Rp)


o

77
1 Pembelian sarana produksi
a. Benih/bibit 560.000
b. Pupuk kandang 40.000
c. Obat-obatan 4.840.000
d. Penyusutan alat/mesin 37.000
e. Pupuk NPK

2 Upah tenaga kerja


(TKDK/TKLK)
a. Olah lahan 960.000
b. Penanaman 864.000
c. Pemupukan 334.000
d. Penyiangan 342.800
e. Penyemprotan 216.000
f. Pemanenan 1
216.000
g. Pemanenan 2
h. Pemanenan 3 216.000
i. Pemanenan 4 216.000
j. Pemanenan 5 216.000

3 Sewa lahan 290.000


4 Pajak lahan 32.500
5 Bunga modal
6 Selamatan
Total biaya (Rp) 32.500 9.037.600
8. Hitunglah pendapatan usahatani (baik nominal maupun time value of
money)
Nominal
NR = TR – TEC
TR = P x Q
TR = 3.000 x 4.000
TR = 12.000.000

NR = TR – TEC
= 12.000.000– 6.766.500
= 5.223.500

Time Value of Money


Future value
FV = Po (1+i)t
Diketahui:
Po = 5.223.500
i=4%
t = 2 tahun
CF (tahun ke 1,2) = (1,0400; 1,0816)
Penyelesaian:
Tahun ke-1 :
FV = Po (1+i)t

78
= 5.223.500 (1+0,04)1
= 5.223.500 (1,0400)
= 5.432.440
Tahun ke 2:
FV = Po (1+i)t
= 5.223.500 (1+0,04)2
= 5.223.500 (1,0816)
= 5.649.737,6
Jadi, dana saat pengembalian Rp 5.649.737,6
Present Value
Diketahui:
FV = 5.649.737,6
i=4%
t = 2 tahun
DF (tahun ke 1,2) = (0,9615; 0,9245)
Tahun ke 1
PV = FV/(i+1)t
= 5.649.737,6/(1+0,04)1
= 5.649.737,6 x 0,9615
= 5.432.222,702
Tahun ke 2
PV = FV/(i+1)t
= 5.649.737,6 (+0,04)2
= 5.649.737,6 x 0,9245
= 5.223.182,411
Jadi dana yang berhak diterima Rp 5.223.182,411

9. Hitunglah keuntungan usahatani (baik nominal maupun time value of


money)
Nominal
π = TR – (TEC+TIC)
π = 12.000.000 – (6.766.500 + 2.366.000)
= 12.000.000 – 9.132.500
= 2.867.500

Time Value of Money


Future Value
FV = Po (1+i)t
Diketahui:
Po = 2.867.500
i = 3%
t = 2 tahun
CF (tahun ke 1,2) = (1,0300; 1,0609)
Penyelesaian:
Tahun ke-1 :
FV = Po (1+i)t
= 2.867.500 (1+0,03)1
= 2.867.500 (1,0300)

79
= 2.953.525
Tahun ke 2:
FV = Po (1+i)t
= 2.867.500 (1+0,0)2
= 2.867.500 (1,0609)
= 3.042.130,75
Present Value
Diketahui:
FV = 3.042.130,75
i=3%
t = 2 tahun
DF (tahun ke 1,2) = (0,9708; 0,9426)
Tahun ke 1
PV = FV/(i+1)t
= 3.042.130,75 (1+0,03)1
= 3.042.130,75 x 0,9708
= 2.953.300,532
Tahun ke 2
PV = FV/(i+1)t
= 3.042.130,75/(1+0,03)2
= 3.042.130,75 x 0,9426
= 2.867.512,444
10. Untuk nilai time value of money
c. Metode present value gunakan discounting tables
Metode future value gunakan coumpounding tables

80
Petani 3 : Bapak Tauhid
A. Menghitung biaya dalam usahatani
Perhatikan panduan praktikum kemudian kelompokkan biaya usahatani
menjadi biaya eksplisit, biaya implisit, biaya tetap, biaya variabel dengan
menggunakan tabel berikut ini:

11. Biaya Eksplisit dan biaya implisit (TEC dan TIC)

N Uraian Biaya TEC (Rp) TIC (Rp)


o
1 Pembelian sarana produksi
a. Benih/bibit 560.000
b. Pupuk kandang 40.000
c. Obat-obatan 3.081.000
d. Penyusutan alat/mesin
(TIC) 45.000
e. Pupuk NPK

2 Upah tenaga kerja


(TKDK/TKLK)
a. Olah lahan 384.000 480.000
b. Penanaman 384.000 384.000
c. Pemupukan 344.000
d. Penyiangan 274.080
342.720
e. Penyemprotan 342.800
342.800
f. Pemanenan 1
216.000
g. Pemanenan 2
h. Pemanenan 3 216.000
i. Pemanenan 4 216.000
j. Pemanenan 5 216.000
216.000
3 Sewa lahan 290.000
4 Pajak lahan 32.500
5 Bunga modal
6 Selamatan
Total biaya (Rp) 5.099.140 3.308.520

12. Biaya tetap dan biaya variabel (FC dan VC)

N Uraian Biaya FC (Rp) VC (Rp)


o

81
1 Pembelian sarana produksi
k. Benih/bibit 560.000
l. Pupuk kandang 768.000
m. Obat-obatan 3.081.760
n. Penyusutan alat/mesin 45.000
o. Pupuk NPK

2 Upah tenaga kerja


(TKDK/TKLK)
a. Olah lahan 864.000
b. Penanaman 768.000
c. Pemupukan 344.000
d. Penyiangan 616.800
e. Penyemprotan 685.600
f. Pemanenan 1
216.000
g. Pemanenan 2
h. Pemanenan 3 216.000
i. Pemanenan 4 216.000
j. Pemanenan 5 216.000
216.000
3 Sewa lahan 290.000
4 Pajak lahan 32.500
5 Bunga modal
6 Selamatan
Total biaya (Rp) 367.500 7.740.160
13. Hitunglah pendapatan usahatani (baik nominal maupun time value of
money)
Nominal
NR = TR – TEC
TR = P x Q
TR = 3.000 x 2900
TR = 8.700.000

NR = TR – TEC
= 8.700.000 – 5.099.140
= 3.600.860

Time Value of Money


Future value
FV = Po (1+i)t
Diketahui:
Po = 3.600.860
i=4%
t = 2 tahun
CF (tahun ke 1,2) = (1,0400; 1,0816)
Penyelesaian:
Tahun ke-1 :
FV = Po (1+i)t

82
= 3.600.860 (1+0,04)1
= 3.600.860 (1,0400)
= 3.744.894,4
Tahun ke 2:
FV = Po (1+i)t
= 3.600.860 (1+0,04)2
= 3.600.860 (1,0816)
= 3.894.690,176
Jadi, dana saat pengembalian Rp 3.894.690,176
Present Value
Diketahui:
FV = 3.894.690,176
i=4%
t = 2 tahun
DF (tahun ke 1,2) = (0,9615; 0,9245)
Tahun ke 1
PV = FV/(i+1)t
= 3.894.690,176 (1+0,04)1
= 3.894.690,176 x 0,9615
= 3.744.744,604
Tahun ke 2
PV = FV/(i+1)t
= 3.894.690,176/(+0,04)2
= 3.894.690,176 x 0,9245
= 3.600.641,067
Jadi dana yang berhak diterima Rp 3.600.641,067

14. Hitunglah keuntungan usahatani (baik nominal maupun time value of


money)
Nominal
π = TR – (TEC+TIC)
π = 8.700.000 (5.099.140 + 3.308.520)
= 8.700.000 – 8.407.660
= 292.340

Time Value of Money


Future Value
FV = Po (1+i)t
Diketahui:
Po = 292.340
i = 3%
t = 2 tahun
CF (tahun ke 1,2) = (1,0300; 1,0609)
Penyelesaian:
Tahun ke-1 :
FV = Po (1+i)t
= 292.340 (1+0,03)1
= 292.340 (1,0300)

83
= 301.110,2
Tahun ke 2:
FV = Po (1+i)t
= 292.340 (1+0,0)2
= 292.340 (1,0609)
= 310.143,506
Diketahui:
FV = 310.143,506
i=3%
t = 2 tahun
DF (tahun ke 1,2) = (0,9708; 0,9426)
Tahun ke 1
PV = FV/(i+1)t
= 310.143,506/(1+0,03)1
= 310.143,506 x 0,9708
= 301.087,315
Tahun ke 2
PV = FV/(i+1)t
= 310.143,506/(1+0,03)2
= 310.143,506 x 0,9426
= 292.341,268
15. Untuk nilai time value of money
d. Metode present value gunakan discounting tables
Metode future value gunakan coumpounding tables

84
Petani 4 : Bapak budi santoso
k. Menghitung biaya dalam usahatani
Perhatikan panduan praktikum kemudian kelompokkan biaya usahatani
menjadi biaya eksplisit, biaya implisit, biaya tetap, biaya variabel dengan
menggunakan tabel berikut ini:

16. Biaya Eksplisit dan biaya implisit (TEC dan TIC)

N Uraian Biaya TEC (Rp) TIC (Rp)


o
1 Pembelian sarana produksi
a. Benih/bibit 896.000
b. Pupuk kandang 64.000
c. Obat-obatan 7.744.000
d. Penyusutan alat/mesin
(TIC) 42.000
e. Pupuk NPK

2 Upah tenaga kerja


(TKDK/TKLK)
a. Olah lahan 960.000
b. Penanaman 864.000
c. Pemupukan 342.800
d. Penyiangan 274.400
e. Penyemprotan 685.600
f. Pemanenan 1
216.000
g. Pemanenan 2
h. Pemanenan 3 216.000
i. Pemanenan 4 216.000
f. Pemanenan 5 216.000
216.000
3 Sewa lahan 464.000
4 Pajak lahan 52.000
5 Bunga modal
6 Selamatan
Total biaya (Rp) 11.878.000 1.586.000

85
17. Biaya tetap dan biaya variabel (FC dan VC)

N Uraian Biaya FC (Rp) VC (Rp)


o
1 Pembelian sarana produksi
a. Benih/bibit 896.000
b. Pupuk kandang 64.000
c. Obat-obatan 7.744.000
d. Penyusutan alat/mesin 42.000
e. Pupuk NPK
2 Upah tenaga kerja
(TKDK/TKLK)
a. Olah lahan 960.000
b. Penanaman 864.000
c. Pemupukan 342.800
d. Penyiangan 274.400
e. Penyemprotan 685.600
f. Pemanenan 1
216.000
g. Pemanenan 2
h. Pemanenan 3 216.000
i. Pemanenan 4 216.000
j. Pemanenan 5 216.000
216.000

3 Sewa lahan 464.000


4 Pajak lahan 52.000
5 Bunga modal
6 Selamatan
Total biaya (Rp) 558.000 12.910.000
18. Hitunglah pendapatan usahatani (baik nominal maupun time value of
money)
Nominal
NR = TR – TEC
TR = P x Q
TR = 3.000 x 6.000
TR = 18.000.000

NR = TR – TEC
= 18.000.000 – 11.878.000
= 6.122.000

Time Value of Money


Future value
FV = Po (1+i)t
Diketahui:
Po = 6.122.000
i=4%
t = 2 tahun

86
CF (tahun ke 1,2) = (1,0400; 1,0816)
Penyelesaian:
Tahun ke-1 :
FV = Po (1+i)t
= 6.122.000 (1+0,04)1
= 6.122.000 (1,0400)
= 6.366.880
Tahun ke 2:
FV = Po (1+i)t
= 6.122.000 (1+0,04)2
= 6.122.000 (1,0816)
= 6.621.555,2
Jadi, dana saat pengembalian Rp 6.621.555,2
Present Value
Diketahui:
FV = 6.621.555,2
i=4%
t = 2 tahun
DF (tahun ke 1,2) = (0,9615; 0,9245)
Tahun ke 1
PV = FV/(i+1)t
= 6.621.555,2/(1+0,04)1
= 6.621.555,2 x 0,9615
= 6.366.625,324
Tahun ke 2
PV = FV/(i+1)t
= 6.621.555,2/(+0,04)2
= 6.621.555,2 x 0,9245
= 6.121.627,782
Jadi dana yang berhak diterima Rp 6.121.627,782

19. Hitunglah keuntungan usahatani (baik nominal maupun time value of


money)
Nominal
π = TR – (TEC+TIC)
π = 18.000.000 – (11.878.000 + 1.586.000)
= 18.000.000 – 10.292.000
= 7.708.000

Time Value of Money


Future Value
FV = Po (1+i)t
Diketahui:
Po = 7.708.000
i = 3%
t = 2 tahun
CF (tahun ke 1,2) = (1,0300; 1,0609)
Penyelesaian:

87
Tahun ke-1 :
FV = Po (1+i)t
= 7.708.000 (1+0,03)1
= 7.708.000 (1,0300)
= 7.939.240
Tahun ke 2:
FV = Po (1+i)t
= 7.708.000 (1+0,0)2
= 7.708.000 (1,0609)
= 8.177.417,2
Present Value
Diketahui:
FV = 8.177.417,2
i=3%
t = 2 tahun
DF (tahun ke 1,2) = (0,9708; 0,9426)
Tahun ke 1
PV = FV/(i+1)t
= 8.177.417,2/(1+0,03)1
= 8.177.417,2 x 0,9708
= 7.938.636,617
Tahun ke 2
PV = FV/(i+1)t
= 8.177.417,2 /(1+0,03)2
= 8.177.417,2 x 0,9426
= 7.708.033,452
20. Untuk nilai time value of money
e. Metode present value gunakan discounting tables
Metode future value gunakan coumpounding tables

88
Petani 5 : Sugeng suntoro
f. Menghitung biaya dalam usahatani
Perhatikan panduan praktikum kemudian kelompokkan biaya usahatani
menjadi biaya eksplisit, biaya implisit, biaya tetap, biaya variabel dengan
menggunakan tabel berikut ini:

21. Biaya Eksplisit dan biaya implisit (TEC dan TIC)

N Uraian Biaya TEC (Rp) TIC (Rp)


o
1 Pembelian sarana produksi
a. Benih/bibit 784.000
b. Pupuk kandang 56.000
c. Obat-obatan 6.776.000
d. Penyusutan alat/mesin
(TIC) 25.000
e. Pupuk NPK
2 Upah tenaga kerja
(TKDK/TKLK)
a. Olah lahan 960.000
b. Penanaman 960.000
c. Pemupukan 342.800
d. Penyiangan 274.400
e. Penyemprotan 685.600
216.000
f. Pemanenan 1
216.000
g. Pemanenan 2
h. Pemanenan 3 216.000
i. Pemanenan 4 216.000
j. Pemanenan 5 216.000

3 Sewa lahan 406.000


4 Pajak lahan 45.500
5 Bunga modal

89
6 Selamatan
Total biaya (Rp) 10.884.300 1.511.000

22. Biaya tetap dan biaya variabel (FC dan VC)

N Uraian Biaya FC (Rp) VC (Rp)


o
1 Pembelian sarana produksi
p. Benih/bibit 784.000
q. Pupuk kandang 56.000
r. Obat-obatan 6.776.000
s. Penyusutan alat/mesin 25.000
t. Pupuk NPK
2 Upah tenaga kerja
(TKDK/TKLK)
a. Olah lahan 960.000
b. Penanaman 960.000
c. Pemupukan 342.800
d. Penyiangan
274.400
e. Penyemprotan
f. Pemanenan 1 685.600
g. Pemanenan 2 216.000
h. Pemanenan 3 216.000
i. Pemanenan 4 216.000
j. Pemanenan 5 216.000
216.000
3 Sewa lahan 406.000
4 Pajak lahan 45.500
5 Bunga modal
6 Selamatan
Total biaya (Rp) 476.500 11.918.800
23. Hitunglah pendapatan usahatani (baik nominal maupun time value of
money)
Nominal
NR = TR – TEC
TR = P x Q
TR = 3.000 x 5.000
TR = 15.000.000

NR = TR – TEC
= 15.000.000 – 10.884.300
= 4.115.700

Time Value of Money


Future value
FV = Po (1+i)t
Diketahui:

90
Po = 4.115.700
i=4%
t = 2 tahun
CF (tahun ke 1,2) = (1,0400; 1,0816)
Penyelesaian:
Tahun ke-1 :
FV = Po (1+i)t
= 4.115.700 (1+0,04)1
= 4.115.700 (1,0400)
= 4.280.328
Tahun ke 2:
FV = Po (1+i)t
= 4.115.700 (1+0,04)2
= 4.115.700 (1,0816)
= 4.451.541,12
Jadi, dana saat pengembalian Rp 4.451.541,12
Present Value
Diketahui:
FV = 4.451.541,12
i=4%
t = 2 tahun
DF (tahun ke 1,2) = (0,9615; 0,9245)
Tahun ke 1
PV = FV/(i+1)t
= 4.451.541,12/(1+0,04)1
= 4.451.541,12 x 0,9615
= 4.511.424,555
Tahun ke 2
PV = FV/(i+1)t
= 4.451.541,12 (+0,04)2
= 4.451.541,12 x 0,9245
= 4.496.237,622
Jadi dana yang berhak diterima Rp 4.496.237,622

24. Hitunglah keuntungan usahatani (baik nominal maupun time value of


money)
Nominal
π = TR – (TEC+TIC)
π = 15.000.000 – (10.884.300+1.511.000)
= 15.000.000 – 12.395.300
= 2.604.700

Time Value of Money


Future Value
FV = Po (1+i)t
Diketahui:
Po = 2.604.700
i = 3%

91
t = 2 tahun
CF (tahun ke 1,2) = (1,0300; 1,0609)
Penyelesaian:
Tahun ke-1 :
FV = Po (1+i)t
= 2.604.700 (1+0,03)1
= 2.604.700 (1,0300)
= 2.682.841
Tahun ke 2:
FV = Po (1+i)t
= 2.604.700 (1+0,0)2
= 2.604.700 (1,0609)
= 2.763.326,23
Present Value
Diketahui:
FV = 2.763.326,23
i=3%
t = 2 tahun
DF (tahun ke 1,2) = (0,9708; 0,9426)
Tahun ke 1
PV = FV/(i+1)t
= 2.763.326,23 (1+0,03)1
= 2.763.326,23 x 0,9708
= 2.682.637,104
Tahun ke 2
PV = FV/(i+1)t
= 2.763.326,23/(1+0,03)2
= 2.763.326,23 x 0,9426
= 2.604.711,304
Untuk nilai time value of money
f. Metode present value gunakan discounting tables
Metode future value gunakan coumpounding tables

92
ACARA IV MENILAI KELAYAKAN USAHATANI

Petani 1 : Bapak Suripto

Dalam mengevaluasi suatu usahatani, semua faktor produksi diperhitungkan


sebagai biaya. Evaluasi kelayakan usahatani berdasarkan beberapa kategori. Suatu
usahatani dikatakan layak jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
9. R/C ratio > 1
10. π/C > bunga bank yang berlaku
11. Produktivitas tenaga kerja (Rp/HOK) > tingkat upah yang berlaku
12. Pendapatan (Rp) > sewa lahan (Rp) per satuan waktu atau musim tanam
13. Produksi (kg) > BEP produksi (kg)
14. Penerimaan (Rp) > BEP Penerimaan (Rp)
15. Harga (Rp/kg) > BEP Harga (Rp/kg)
16. Jika terjadi penurunan harga produksi maupun peningkatan harga faktor
produksi sampai batas tertentu tidak menyebabkan kerugian.

Suatu usahatani dikatakan layak jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:


R/C ratio > 1, artinya setiap satu rupiah biaya (cost) yang dikeluarkan dalam
usahatani, memperoleh penerimaan (revenue) sebesar lebih dari satu rupiah.
Contohnya, usahatani mentimun oleh bapak Suripto setelah dianalisis diketahui
mendapatkan revenue sebesar Rp 14.400.000 dengan biaya sebesar Rp 11.218.400
maka diperoleh nilai R/C ratio sebesar:

14.400.000 = 1,283
11.218.400

93
Nilai R/C ratio =1,283, artinya setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan oleh pak toyib
untuk usahatani mentimun memperoleh penerimaan sebesar Rp1,283.
Kesimpulannya, karena penerimaan Rp 1,283 > Rp 1 maka usahatani mentimun
pak toyib adalah layak untuk dijalankan.

1. π/C > bunga bank yang berlaku (produktivitas modal > bunga bank yang berlaku,
π/C ialah produktivitas modal. Misalnya, dalam suatu usahatani mentimun
diketahui keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 3.182.120 dengan biaya
usahatani yang dikeluarkan sebesar Rp 11.218.400 maka nilai π/C nya sebesar:
3.182.120 = 0.283%
11.218.400

Artinya, setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memperoleh keuntungan


sebesar 0.283%. Jika suku bunga simpanan di bank sebesar 3% per tahun maka
modal petani tersebut hanya ditabung di bank karena nilai π/C 0,283% < 3%.
Kesimpulannya, usahatani tersebut tidak layak untuk dijalankan.
2. Produktivitas tenaga kerja (Rp/HKO) > tingkat upah yang berlaku. Misalnya,
diketahui revenue dari usahatani sebesar Rp 14.400.000 dengan HKO yang
dicurahkan sebesar 28.254 maka produktivitas tenaga kerjanya sebesar
14.400.000 = 509.662,348/HKO
28.254
Diketahui tingkat upah yang berlaku di daerah tersebut adalah Rp 60.000/HKO
dalam satu musim tanam. Dalam satu tahun ada empat musim tanam maka tingkat
upah yang berlaku dalam satu tahun Rp 240.000/HKO maka Rp 509.662,348 >
Rp 240.000. Kesimpulannya, usahatani tersebut layak dijalankan.
3. Pendapatan (Rp) > sewa lahan (Rp) per satuan waktu atau musim tanam.
Misalnya, diketahui pendapatan petani dari suatu usahatani sebesar Rp 6.311.480
dengan nilai sewa lahan dalam satu tahun sebesar Rp 2.320.000 maka Rp
6.311.480 > Rp 2.320.000 kesimpulannya usahatani tersebut layak diusahakan.
4. Produksi (kg) > BEP produksi (kg)
Total Produksi = 4.800 buah
FC = Rp 730.000
VC = Rp 10.488.400
P = Rp 3.000
AVC = Rp 2.185,083
Maka BEP Produksinya
BEP produksi = FC
P – AVC
BEP produksi = 730.000
3.000 – 2.185,083
BEP produksi = 730.000

94
814,917
BEP produksi = 814,917 kg
Total produksi = 4.800 kg > BEP produksi = 814,917kg
5. Penerimaan (Rp) > BEP Penerimaan (Rp)
Diketahui:
FC = Rp 730.000
VC = Rp 10.488.400
S = 14.400.000
Maka BEP penerimaannya
BEP Penerimaan = FC
1 – (VC)
S
BEP Penerimaan = 730.000
1 - ( 10.488.000 )
14.400.000
BEP Penerimaan = 730.000
1 – 0,728
BEP Penerimaan = 730.000
0.272
BEP Penerimaan = 2.683.823,529
Jadi Penerimaan Rp 14.400.000 > BEP Penerimaan Rp 2.263.823,529
6. Harga (Rp/kg) > BEP Harga (Rp/kg)
Diketahui:
P = Rp 3.000
TC = 11.217.880
Y = 4.800
Maka BEP Harganya
BEP Harga = TC
Y
BEP Harga = 11.217.880
4.800
BEP Harga = 2.337,058
Jadi Harga Rp 3.000/kg > BEP Harga Rp 2.337,058/kg
7. Jika terjadi penurunan harga produksi maupun peningkatan harga faktor produksi
sampai batas tertentu tidak menyebabkan kerugian. Untuk analisis perubahan
harga difokuskan pada perubahan harga produk karena pada umumnya harga
faktor produksi relatif lebih stabil dibandingkan dengan harga produknya. Cara
menghitungnya adalah:
a. Harga produk (P) pada saat analisis dilakukan (penelitian), misalnya Rp 3.000/kg
b. Harga produk (P) pada saat BEP yaitu Rp 2.337,058/kg
c. Harga saat BEP adalah sebesar 77,9% dari harga riil saat analisis (penelitian)
H. prod saat BEP x 100% = 2.337,058 x 100% = 77,9%

95
P 3.000
Ini berarti jika terjadi penurunan harga melebihi 30% penurunan I (hasil poin c di
+ penurunan I tidak melebihi 100%) maka petani akan menderita kerugian.
Misalnya, harga turun sebesar 25% sehingga harga menjadi sebesar Rp 2.250
/buah (P-25%) , maka perhitungannya:
 Penerimaan (4.800 x Rp 2.250) = Rp 10.800.000 (Y x (P-25%))
Biaya produksi total = Rp 11.217.880 - (TC)
 Keuntungan sebesar = Rp -417.880
Jika harga turun sebesar 35% (lebih dari penurunan II asalkan jangan melebihi
100) sehingga menjadi Rp 1.950/buah (P-70%) maka perhitungannya
 Penerimaan ( 4.800 x Rp 1.950) = Rp 9.360.000
 Biaya produksi total = Rp 11.217.880 -
 Rugi sebesar = (-) Rp 1.857.880
Oleh karena itu, dalam kasus ini angka 35% (penurunan I) merupakan titik batas
yang harus diperhatikan untuk melindungi petani agar petani tidak mengalami
kerugian.

96
Petani 2 Bapak Suroso

Dalam mengevaluasi suatu usahatani, semua faktor produksi diperhitungkan


sebagai biaya. Evaluasi kelayakan usahatani berdasarkan beberapa kategori. Suatu
usahatani dikatakan layak jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:R/C ratio >
1
1. π/C > bunga bank yang berlaku
2. Produktivitas tenaga kerja (Rp/HOK) > tingkat upah yang berlaku
3. Pendapatan (Rp) > sewa lahan (Rp) per satuan waktu atau musim tanam
4. Produksi (kg) > BEP produksi (kg)
5. Penerimaan (Rp) > BEP Penerimaan (Rp)
6. Harga (Rp/kg) > BEP Harga (Rp/kg)
7. Jika terjadi penurunan harga produksi maupun peningkatan harga faktor
produksi sampai batas tertentu tidak menyebabkan kerugian.

1. Suatu usahatani dikatakan layak jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:


R/C ratio > 1, artinya setiap satu rupiah biaya (cost) yang dikeluarkan dalam
usahatani, memperoleh penerimaan (revenue) sebesar lebih dari satu rupiah.
Contohnya, usahatani mentimun oleh bapak Samsul setelah dianalisis diketahui
mendapatkan revenue sebesar Rp 12.000.000 dengan biaya sebesar Rp 9.422.000
maka diperoleh nilai R/C ratio sebesar:

12.000.000 = 1,273
9.442.000

Nilai R/C ratio =1,273, artinya setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan oleh pak
Samsul untuk usahatani mentimun memperoleh penerimaan sebesar Rp1,273.
Kesimpulannya, karena penerimaan Rp 1,273 > Rp 1 maka usahatani mentimun
pak Samsul adalah layak untuk dijalankan.

97
2. π/C > bunga bank yang berlaku (produktivitas modal > bunga bank yang berlaku,
π/C ialah produktivitas modal. Misalnya, dalam suatu usahatani mentimun
diketahui keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 2.867.500 dengan biaya
usahatani yang dikeluarkan sebesar Rp 12.000.000 maka nilai π/C nya sebesar:
2.867.500 = 0,238%
12.000.000
Artinya, setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memperoleh keuntungan
sebesar 0,238%. Jika suku bunga simpanan di bank sebesar 3% per tahun maka
modal petani untuk usahatani lebih menguntungkan (produktif) dibandingkan
modal petani tersebut hanya ditabung di bank karena nilai π/C 0,238% < 3%. Jika
petani dalam usahataninya menggunakan modal pinjaman di bank dengan bunga
pinjaman sebesar 3% per tahun, maka petani tersebut mampu membayar
hutangnya karena π/C nya lebih besar dibandingkan bunga pinjamannya.
Kesimpulannya, usahatani tersebut tidak layak untuk dijalankan.
3. Produktivitas tenaga kerja (Rp/HKO) > tingkat upah yang berlaku. Misalnya,
diketahui revenue dari usahatani sebesar Rp 12.000.000 dengan HKO yang
dicurahkan sebesar 88,104 maka produktivitas tenaga kerjanya sebesar

12.000.000 = 136.202,669/HKO
88,104
Diketahui tingkat upah yang berlaku di daerah tersebut adalah Rp 30.000/HKO
dalam satu musim tanam. Dalam satu tahun ada empat musim tanam maka tingkat
upah yang berlaku dalam satu tahun Rp 120.000/HKO maka Rp 136.202,669 >
Rp 120.000. Kesimpulannya, usahatani tersebut layak dijalankan.
4. Pendapatan (Rp) > sewa lahan (Rp) per satuan waktu atau musim tanam.
Misalnya, diketahui pendapatan petani dari suatu usahatani sebesar Rp 5.223.500
dengan nilai sewa lahan dalam satu tahun sebesar Rp 290.000 maka Rp 5.223.500
> Rp 290.000 kesimpulannya usahatani tersebut layak diusahakan.
5. Produksi (kg) > BEP produksi (kg)
Total Produksi = 4.000 buah
FC = Rp 32.500
VC = Rp 9.037.600
P = Rp 3.000
AVC = Rp 2.259,4
Maka BEP Produksinya
BEP produksi = FC
P – AVC
BEP produksi = 32.500
3.000 – 2.259,4
BEP produksi = 32.500
740,6

98
BEP produksi = 31.759,4 kg
Total produksi = 3.000 kg > BEP produksi = 31.759,4 kg
6. Penerimaan (Rp) > BEP Penerimaan (Rp)
Diketahui:
FC = Rp 32.500
VC = Rp 9.037.600
S = 12.000.000
Maka BEP penerimaannya
BEP Penerimaan = FC
1 – (VC)
S
BEP Penerimaan = 32.500
1 - ( 9.037.600 )
12.000.000
BEP Penerimaan = 32.500
1 – 0,753
BEP Penerimaan = 32.500
0,247
BEP Penerimaan = 131.578,947
Jadi Penerimaan Rp 12.000.000 > BEP Penerimaan Rp 131.578,947
7. Harga (Rp/kg) > BEP Harga (Rp/kg)
Diketahui:
P = Rp 3.000
TC = 9.132.500
Y = 4.000
Maka BEP Harganya
BEP Harga = TC
Y
BEP Harga = 9.132.500
4.000
BEP Harga = 2.283,125
Jadi Harga Rp 3.000/kg > BEP Harga Rp 2.283,125/kg
8. Jika terjadi penurunan harga produksi maupun peningkatan harga faktor produksi
sampai batas tertentu tidak menyebabkan kerugian. Untuk analisis perubahan
harga difokuskan pada perubahan harga produk karena pada umumnya harga
faktor produksi relatif lebih stabil dibandingkan dengan harga produknya. Cara
menghitungnya adalah:

a. Harga produk (P) pada saat analisis dilakukan (penelitian), misalnya Rp


3.000/kg
b. Harga produk (P) pada saat BEP yaitu Rp 2.283,125/kg
c. Harga saat BEP adalah sebesar 32% dari harga riil saat analisis (penelitian)

99
H. prod saat BEP x 100% = 2.283,125x 100% = 76,10%
P 3.000
Ini berarti jika terjadi penurunan harga melebihi 30% penurunan I (hasil poin c di
+ penurunan I tidak melebihi 100%) maka petani akan menderita kerugian.
Misalnya, harga turun sebesar 25% sehingga harga menjadi sebesar Rp
2.250/buah (P-25%) , maka perhitungannya:
 Penerimaan (4.000 x Rp 2.250) = Rp 9.000.000 (Y x (P-25%))
Biaya produksi total = Rp 9.132.500 - (TC)
 Keuntungan sebesar = Rp - 132.500
Jika harga turun sebesar 60% (lebih dari penurunan II asalkan jangan melebihi
100) sehingga menjadi Rp 1.200/buah (P-60%) maka perhitungannya
 Penerimaan ( 4.000 x Rp 1.200) = Rp 4.800.000
 Biaya produksi total = Rp 9.132.500 -
 Rugi sebesar = (-) Rp 4.332.500
Oleh karena itu, dalam kasus ini angka 60% (penurunan I) merupakan titik batas
yang harus diperhatikan untuk melindungi petani agar petani tidak mengalami
kerugian.

100
Petani 3 Bapak Tauhid

Dalam mengevaluasi suatu usahatani, semua faktor produksi diperhitungkan


sebagai biaya. Evaluasi kelayakan usahatani berdasarkan beberapa kategori. Suatu
usahatani dikatakan layak jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. R/C ratio > 1
2. π/C > bunga bank yang berlaku
3. Produktivitas tenaga kerja (Rp/HOK) > tingkat upah yang berlaku
4. Pendapatan (Rp) > sewa lahan (Rp) per satuan waktu atau musim tanam
5. Produksi (kg) > BEP produksi (kg)
6. Penerimaan (Rp) > BEP Penerimaan (Rp)
7. Harga (Rp/kg) > BEP Harga (Rp/kg)
8. Jika terjadi penurunan harga produksi maupun peningkatan harga faktor
produksi sampai batas tertentu tidak menyebabkan kerugian.

1. Suatu usahatani dikatakan layak jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:


R/C ratio > 1, artinya setiap satu rupiah biaya (cost) yang dikeluarkan dalam
usahatani, memperoleh penerimaan (revenue) sebesar lebih dari satu rupiah.
Contohnya, usahatani mentimun oleh bapak Herman susilo setelah dianalisis
diketahui mendapatkan revenue sebesar Rp 8.700.000 dengan biaya sebesar Rp
8.407.660 maka diperoleh nilai R/C ratio sebesar:

8.700.000 = 1,034
8.407.660

Nilai R/C ratio =0,47, artinya setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan oleh pak tauhid
untuk usahatani mentimun memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,034.
Kesimpulannya, karena penerimaan Rp 1,034 > Rp 1 maka usahatani mentimun
pak tauhid adalah layak untuk dijalankan.

101
1. π/C > bunga bank yang berlaku (produktivitas modal > bunga bank yang berlaku,
π/C ialah produktivitas modal. Misalnya, dalam suatu usahatani mentimun
diketahui keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 292.340 dengan biaya usahatani
yang dikeluarkan sebesar Rp 8.407.660 maka nilai π/C nya sebesar:

292.340 = 0,347%
8.407.660
Artinya, setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memperoleh keuntungan
sebesar 0,347%. Jika suku bunga simpanan di bank sebesar 3% per tahun maka
modal petani untuk usahatani lebih menguntungkan (produktif) dibandingkan
modal petani tersebut hanya ditabung di bank karena nilai π/C 0,347% < 3%. Jika
petani dalam usahataninya menggunakan modal pinjaman di bank dengan bunga
pinjaman sebesar 3% per tahun, maka petani tersebut mampu membayar
hutangnya karena π/C nya lebih besar dibandingkan bunga pinjamannya.
Kesimpulannya, usahatani tersebut tidak layak untuk dijalankan.
2. Produktivitas tenaga kerja (Rp/HKO) > tingkat upah yang berlaku. Misalnya,
diketahui revenue dari usahatani sebesar Rp 8.700.000 dengan HKO yang
dicurahkan sebesar 83,188 maka produktivitas tenaga kerjanya sebesar

8.700.000 = 104.582,391/HKO
83,188
Diketahui tingkat upah yang berlaku di daerah tersebut adalah Rp 30.000/HKO
dalam satu musim tanam. Dalam satu tahun ada empat musim tanam maka tingkat
upah yang berlaku dalam satu tahun Rp 120.000/HKO maka Rp 104.582,391 >
Rp 120.000. Kesimpulannya, usahatani tersebut tidak layak dijalankan.
3. Pendapatan (Rp) > sewa lahan (Rp) per satuan waktu atau musim tanam.
Misalnya, diketahui pendapatan petani dari suatu usahatani sebesar Rp 8.700.000
dengan nilai sewa lahan dalam satu tahun sebesar Rp 290.000 maka Rp 8.700.000
> Rp 290.000 kesimpulannya usahatani tersebut layak diusahakan.
4. Produksi (kg) > BEP produksi (kg)
Total Produksi = 2.900 buah
FC = Rp 367.500
VC = Rp 7.740.160
P = Rp 3.000
AVC = Rp 2.669,020
Maka BEP Produksinya
BEP produksi = FC
P – AVC
BEP produksi = 367.500
3.000 – 2.669,020
BEP produksi = 367.500
330,98

102
BEP produksi = 1.110,338 kg
Total produksi = 3.000 kg > BEP produksi = 1.110,338 kg
5. Penerimaan (Rp) > BEP Penerimaan (Rp)
Diketahui:
FC = Rp 367.500
VC = Rp 7.740.160
S = 8.700.000
Maka BEP penerimaannya
BEP Penerimaan = FC
1 – (VC)
S
BEP Penerimaan = 367.500
1 - ( 7.740.160)
8.700.000
BEP Penerimaan = 367.500
1 – 0,889
BEP Penerimaan = 367.500
0,889
BEP Penerimaan = 413.385,826
Jadi Penerimaan Rp 8.700.000 < BEP Penerimaan Rp 413.385,826
6. Harga (Rp/kg) > BEP Harga (Rp/kg)
Diketahui:
P = Rp 3.000
TC = 8.407.660
Y = 2.600
Maka BEP Harganya
BEP Harga = TC
Y
BEP Harga = 8.407.660
2.600
BEP Harga = 3.233,715
Jadi Harga Rp 3.000/kg < BEP Harga Rp 3.233,715/kg
7. Jika terjadi penurunan harga produksi maupun peningkatan harga faktor produksi
sampai batas tertentu tidak menyebabkan kerugian. Untuk analisis perubahan
harga difokuskan pada perubahan harga produk karena pada umumnya harga
faktor produksi relatif lebih stabil dibandingkan dengan harga produknya. Cara
menghitungnya adalah:
a. Harga produk (P) pada saat analisis dilakukan (penelitian), misalnya Rp 3.000/kg
b. Harga produk (P) pada saat BEP yaitu Rp 3.233,715/kg
c. Harga saat BEP adalah sebesar 32% dari harga riil saat analisis (penelitian)
H. prod saat BEP x 100% = 3.233,715 x 100% = 10,790%
P 3.000

103
Ini berarti jika terjadi penurunan harga melebihi 25% penurunan I (hasil poin c di
+ penurunan I tidak melebihi 100%) maka petani akan menderita kerugian.
Misalnya, harga turun sebesar 25% sehingga harga menjadi sebesar Rp
2.250/buah (P-25%) , maka perhitungannya:
 Penerimaan (2.600 x Rp 2.250) = Rp 5.850.000 (Y x (P-25%))
Biaya produksi total = Rp 8.407.660 - (TC)
 Keuntungan sebesar = Rp – 2.557.660
Jika harga turun sebesar 35% (lebih dari penurunan II asalkan jangan melebihi
100) sehingga menjadi Rp 1.150/buah (P-35%) maka perhitungannya
 Penerimaan ( 2.600 x Rp 1.150) = Rp 2.990.000
 Biaya produksi total = Rp 8.407.660 -
 Rugi sebesar = (-) Rp 5.417.660
Oleh karena itu, dalam kasus ini angka 35% (penurunan I) merupakan titik batas
yang harus diperhatikan untuk melindungi petani agar petani tidak mengalami
kerugian.

104
Petani 4 Bapak Budi Santoso

Dalam mengevaluasi suatu usahatani, semua faktor produksi diperhitungkan


sebagai biaya. Evaluasi kelayakan usahatani berdasarkan beberapa kategori. Suatu
usahatani dikatakan layak jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. R/C ratio > 1
2. π/C > bunga bank yang berlaku
3. Produktivitas tenaga kerja (Rp/HOK) > tingkat upah yang berlaku
4. Pendapatan (Rp) > sewa lahan (Rp) per satuan waktu atau musim tanam
5. Produksi (kg) > BEP produksi (kg)
6. Penerimaan (Rp) > BEP Penerimaan (Rp)
7. Harga (Rp/kg) > BEP Harga (Rp/kg)
8. Jika terjadi penurunan harga produksi maupun peningkatan harga faktor
produksi sampai batas tertentu tidak menyebabkan kerugian.

1. Suatu usahatani dikatakan layak jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:


R/C ratio > 1, artinya setiap satu rupiah biaya (cost) yang dikeluarkan dalam
usahatani, memperoleh penerimaan (revenue) sebesar lebih dari satu rupiah.
Contohnya, usahatani mentimun oleh bapak Budi Santoso setelah dianalisis
diketahui mendapatkan revenue sebesar Rp 18.000.000 dengan biaya sebesar Rp
13.464.000 maka diperoleh nilai R/C ratio sebesar:

18.000.000 = 1,33
13.464.000
Nilai R/C ratio =1,33, artinya setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan oleh pak Budi
santoso untuk usahatani mentimun memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,33.
Kesimpulannya, karena penerimaan Rp 1,33 > Rp 1 maka usahatani mentimun
pak Jaeri adalah layak untuk dijalankan.

105
2. π/C > bunga bank yang berlaku (produktivitas modal > bunga bank yang berlaku,
π/C ialah produktivitas modal. Misalnya, dalam suatu usahatani mentimun
diketahui keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 7.708.000 dengan biaya
usahatani yang dikeluarkan sebesar Rp 13.464.000 maka nilai π/C nya sebesar:
7.708.000 = 0,572%
13.464.000
Artinya, setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memperoleh keuntungan
sebesar 0,572%. Jika suku bunga simpanan di bank sebesar 3% per tahun maka
modal petani untuk usahatani lebih menguntungkan (produktif) dibandingkan
modal petani tersebut hanya ditabung di bank karena nilai π/C 0,572% < 3%. Jika
petani dalam usahataninya menggunakan modal pinjaman di bank dengan bunga
pinjaman sebesar 3% per tahun, maka petani tersebut mampu membayar
hutangnya karena π/C nya lebih besar dibandingkan bunga pinjamannya.
Kesimpulannya, usahatani tersebut tidak layak untuk dijalankan.
3. Produktivitas tenaga kerja (Rp/HKO) > tingkat upah yang berlaku. Misalnya,
diketahui revenue dari usahatani sebesar Rp 18.000.000 dengan HKO yang
dicurahkan sebesar 88,104 maka produktivitas tenaga kerjanya sebesar

18.000.000 = 204.304,004/HKO
88,104
Diketahui tingkat upah yang berlaku di daerah tersebut adalah Rp 30.000/HKO
dalam satu musim tanam. Dalam satu tahun ada empat musim tanam maka tingkat
upah yang berlaku dalam satu tahun Rp 120.000/HKO maka Rp 204.304,004 >
Rp 120.000. Kesimpulannya, usahatani tersebut layak dijalankan.
4. Pendapatan (Rp) > sewa lahan (Rp) per satuan waktu atau musim tanam.
Misalnya, diketahui pendapatan petani dari suatu usahatani sebesar Rp 6.122.000
dengan nilai sewa lahan dalam satu tahun sebesar Rp 464.000 maka Rp 6.122.000
> Rp 464.000 kesimpulannya usahatani tersebut layak diusahakan.
5. Produksi (kg) > BEP produksi (kg)
Total Produksi = 6.000 buah
FC = Rp 558.000
VC = Rp 12.910.000
P = Rp 3.000
AVC = Rp 2.151,666
Maka BEP Produksinya
BEP produksi = FC
P – AVC
BEP produksi = 558.000
3.000 – 2.151,666
BEP produksi = 558.000
848,334
BEP produksi = 657,759 kg

106
Total produksi = 3.000 kg > BEP produksi = 657,759 kg
6. Penerimaan (Rp) > BEP Penerimaan (Rp)
Diketahui:
FC = Rp 558.000
VC = Rp 12.910.000
S = 18.000.000
Maka BEP penerimaannya
BEP Penerimaan = FC
1 – (VC)
S
BEP Penerimaan = 558.000
1 - ( 12.910.000 )
18.000.000
BEP Penerimaan = 558.000
1 – 0,717
BEP Penerimaan = 558.000
0,283
BEP Penerimaan = 1.971.731,448
Jadi Penerimaan Rp 18.000.000 > BEP Penerimaan Rp 1.971.731,448
7. Harga (Rp/kg) > BEP Harga (Rp/kg)
Diketahui:
P = Rp 3.000
TC = 10.292.000
Y = 6.000
Maka BEP Harganya
BEP Harga = TC
Y
BEP Harga = 10.292.000
6.000
BEP Harga = 1.715
Jadi Harga Rp 3.000/kg > BEP Harga Rp 1.715/kg
8. Jika terjadi penurunan harga produksi maupun peningkatan harga faktor produksi
sampai batas tertentu tidak menyebabkan kerugian. Untuk analisis perubahan
harga difokuskan pada perubahan harga produk karena pada umumnya harga
faktor produksi relatif lebih stabil dibandingkan dengan harga produknya. Cara
menghitungnya adalah:
a. Harga produk (P) pada saat analisis dilakukan (penelitian), misalnya Rp 1.715/kg
b. Harga produk (P) pada saat BEP yaitu Rp 1.715/kg
c. Harga saat BEP adalah sebesar 32% dari harga riil saat analisis (penelitian)
H. prod saat BEP x 100% = 1.715 x 100% = 57%
P 3.000

107
Ini berarti jika terjadi penurunan harga melebihi 25% penurunan I (hasil poin c di
+ penurunan I tidak melebihi 100%) maka petani akan menderita kerugian.
Misalnya, harga turun sebesar 25% sehingga harga menjadi sebesar Rp
2.250/buah (P-25%) , maka perhitungannya:
 Penerimaan (6.000 x Rp 2.250 ) = Rp 13.500.000 (Y x (P-25%))
Biaya produksi total = Rp 10.292.000 -
(TC)
 Keuntungan sebesar = Rp 3.208.000
Jika harga turun sebesar 60% (lebih dari penurunan II asalkan jangan melebihi
100) sehingga menjadi Rp 1.200/buah (P-60%) maka perhitungannya
 Penerimaan ( 6.000 x Rp 1.200) = Rp 7.200.000
Biaya produksi total = Rp 10.292.000 -
 Rugi sebesar = (-) Rp 3.092.000
Oleh karena itu, dalam kasus ini angka 60 % (penurunan I) merupakan titik batas
yang harus diperhatikan untuk melindungi petani agar petani tidak mengalami
kerugian.

108
Petani 5 Bapak Sugeng suntoro

Dalam mengevaluasi suatu usahatani, semua faktor produksi diperhitungkan


sebagai biaya. Evaluasi kelayakan usahatani berdasarkan beberapa kategori. Suatu
usahatani dikatakan layak jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. R/C ratio > 1
2. π/C > bunga bank yang berlaku
3. Produktivitas tenaga kerja (Rp/HOK) > tingkat upah yang berlaku
4. Pendapatan (Rp) > sewa lahan (Rp) per satuan waktu atau musim tanam
5. Produksi (kg) > BEP produksi (kg)
6. Penerimaan (Rp) > BEP Penerimaan (Rp)
7. Harga (Rp/kg) > BEP Harga (Rp/kg)
8. Jika terjadi penurunan harga produksi maupun peningkatan harga faktor
produksi sampai batas tertentu tidak menyebabkan kerugian.

Suatu usahatani dikatakan layak jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:


1. R/C ratio > 1, artinya setiap satu rupiah biaya (cost) yang dikeluarkan dalam
usahatani, memperoleh penerimaan (revenue) sebesar lebih dari satu rupiah.
Contohnya, usahatani mentimun oleh bapak sugeng suntoro setelah dianalisis
diketahui mendapatkan revenue sebesar Rp 15.000.000 dengan biaya sebesar Rp
12.395.300 maka diperoleh nilai R/C ratio sebesar:

15.000.000 = 1,210
12.395.300

Nilai R/C ratio =1,210, artinya setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan oleh pak
sugeng suntoro untuk usahatani mentimun memperoleh penerimaan sebesar Rp
1,210. Kesimpulannya, karena penerimaan Rp 1,210 > Rp 1 maka usahatani
mentimun pak Priyono adalah layak untuk dijalankan.

109
2. π/C > bunga bank yang berlaku (produktivitas modal > bunga bank yang berlaku,
π/C ialah produktivitas modal. Misalnya, dalam suatu usahatani mentimun
diketahui keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 2.604.700 dengan biaya
usahatani yang dikeluarkan sebesar Rp 12.395.300
maka nilai π/C nya sebesar:
2.604.700= 0,210%
12.395.300
Artinya, setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memperoleh keuntungan
sebesar 0,210%. Jika suku bunga simpanan di bank sebesar 3% per tahun maka
modal petani untuk usahatani lebih menguntungkan (produktif) dibandingkan
modal petani tersebut hanya ditabung di bank karena nilai π/C 0,210% < 3%. Jika
petani dalam usahataninya menggunakan modal pinjaman di bank dengan bunga
pinjaman sebesar 3% per tahun, maka petani tersebut mampu membayar
hutangnya karena π/C nya lebih besar dibandingkan bunga pinjamannya.
Kesimpulannya, usahatani tersebut tidak layak untuk dijalankan.
3. Produktivitas tenaga kerja (Rp/HKO) > tingkat upah yang berlaku. Misalnya,
diketahui revenue dari usahatani sebesar Rp 15.000.000 dengan HKO yang
dicurahkan sebesar 89,704 maka produktivitas tenaga kerjanya sebesar
15.000.000 = 167.216,623/HKO
89,704
Diketahui tingkat upah yang berlaku di daerah tersebut adalah Rp 30.000/HKO
dalam satu musim tanam. Dalam satu tahun ada empat musim tanam maka tingkat
upah yang berlaku dalam satu tahun Rp 120.000/HKO maka Rp 167.216,623 >
Rp 120.000. Kesimpulannya, usahatani tersebut layak dijalankan.
4. Pendapatan (Rp) > sewa lahan (Rp) per satuan waktu atau musim tanam.
Misalnya, diketahui pendapatan petani dari suatu usahatani sebesar Rp 15.000.000
dengan nilai sewa lahan dalam satu tahun sebesar Rp 406.000 maka Rp
15.000.000 > Rp 406.000 kesimpulannya usahatani tersebut layak diusahakan.
5. Produksi (kg) > BEP produksi (kg)
Total Produksi = 5.000 buah
FC = 476.500
VC = Rp 11.918.800
P = Rp 3.000
AVC = Rp 2.383,76
Maka BEP Produksinya
BEP produksi = FC
P – AVC
BEP produksi = 476.500
3.000 – 2.383,76
BEP produksi = 476.500
616,24

110
BEP produksi = 773,237
Total produksi = 3.000 kg > BEP produksi = 773,237kg
6. Penerimaan (Rp) > BEP Penerimaan (Rp)
Diketahui:
FC = Rp 476.500
VC = Rp 11.918.800
S = 15.000.000
Maka BEP penerimaannya
BEP Penerimaan = FC
1 – (VC)
S
BEP Penerimaan = 476.500
1 - ( 11.918.800 )
15.000.000
BEP Penerimaan = 476.500
1 – 0,794
BEP Penerimaan = 476.500
0,206
BEP Penerimaan = 2.313.106,796
Jadi Penerimaan Rp 15.000.000 > BEP Penerimaan Rp 2.313.106,796
7. Harga (Rp/kg) > BEP Harga (Rp/kg)
Diketahui:
P = Rp 3.000
TC = 12.395.300
Y = 5.000
Maka BEP Harganya
BEP Harga = TC
Y
BEP Harga = 12.395.300
5.000
BEP Harga = 2.479,06
Jadi Harga Rp 3.000/kg > BEP Harga Rp 2.479,06/kg
8. Jika terjadi penurunan harga produksi maupun peningkatan harga faktor produksi
sampai batas tertentu tidak menyebabkan kerugian. Untuk analisis perubahan
harga difokuskan pada perubahan harga produk karena pada umumnya harga
faktor produksi relatif lebih stabil dibandingkan dengan harga produknya. Cara
menghitungnya adalah:
a. Harga produk (P) pada saat analisis dilakukan (penelitian), misalnya Rp 3.000/kg
b. Harga produk (P) pada saat BEP yaitu Rp 2.479,06/kg
c. Harga saat BEP adalah sebesar 32% dari harga riil saat analisis (penelitian)
H. prod saat BEP x 100% = 2.479,06x 100% = 82,63%
P 3.000

111
Ini berarti jika terjadi penurunan harga melebihi 22% penurunan I (hasil poin c di
+ penurunan I tidak melebihi 100%) maka petani akan menderita kerugian.
Misalnya, harga turun sebesar 22% sehingga harga menjadi sebesar Rp
2.340/buah (P-22%) , maka perhitungannya:
 Penerimaan ( 5.000 x Rp 2.340) = Rp 11.700.000 (Y x (P-25%))
Biaya produksi total = Rp 12.395.300 - (TC)
 Keuntungan sebesar = Rp -695.300
Jika harga turun sebesar 60% (lebih dari penurunan II asalkan jangan melebihi
100) sehingga menjadi Rp 1.200/buah (P-60%) maka perhitungannya
 Penerimaan ( 5.000 x Rp 1.200) = Rp 6.000.000
 Biaya produksi total = Rp 12.395.300 -
 Rugi sebesar = (-) Rp 6.395.300
Oleh karena itu, dalam kasus ini angka 60 % (penurunan I) merupakan titik batas
yang harus diperhatikan untuk melindungi petani agar petani tidak mengalami
kerugian.

112
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Biaya dan pendapatan dari usaha tani mentimun yang ada di Desa Kroyo,
Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo dapat di simpulkan bahwa sebagian
besar biaya pendapatan lebih kecil dibandingkan biaya yang dikeluarkan dalam
usahatani, yang artinya adalah bahwa usaha tani rugi dan tidak layak diusahakan.
Keadaan usahatani mentimun yang ada di Desa Kroyo, Kecamatan Gebang,
Kabupaten Purworejo adalah efisien, dengan R/C Ratio lebih dari 5 ) R/C- Ratio <
1)

IV.2 saran
Saran dari adanya laporan praktikum ini :
1. Agar para praktikum lapangan lebih serius didalam melaksanakan praktikum
lapangan.
2. Menjadi bahan pertimbangan untuk angkatan tahun depan yang akan
melakukan praktikum lapangan agar memilih lokasi yang berbeda sehingga
dapat dibandingkan produktivitas yang asa antara daerah satu dengan daerah
lainnya.

113
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unmuhjember.ac.id/2050/1/jurnal.pdf

http://agb.faperta.unmul.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/jurnal-vol-8-no-2-
wahyu.pdf

114
LAMPIRAN

Petani 1 Petani 2

Petani 3 Petani 4

Petani 5

115
116

Anda mungkin juga menyukai