Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM AGROEKOLOGI

Dosen Pengampu:

Titis Pury Purboningtyas, SP ., M.Si

Disusun Oleh:

Ghina Laili Shofa

02.01.21.217

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

JURUSAN PERTANIAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih
dan karunia-Nya saya sebagai mahasiswa dapat menyelesaikan laporan praktikum
Agroekologi ini dengan tepat waktu.

Laporan ini tidak akan berjalan dengan baik tanoa bantuan dari pihak lain. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini saya sebagai penulis mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak, khususnya kepada:

1. Titis Pury Purboningtyas, SP ., M.Si selaku dosen penganmpu mata kuliah


Agroekologi.
2. Dr. Ir. Soesilo Wibowo, M.S selaku dosen penganmpu mata kuliah
Agroekologi.
3. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun
material.
4. Teman-teman kelas PPB yang telah memberikan dukungan semangat.

Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan oleh karna
terbatasnya pengetahuan dan kemampuan penulis miliki. Untuk itu, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Garut, 15 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I ............................................................................................................................ 5

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 5

A. Latar Belakang ................................................................................................... 5

B. Tujuan Kegiatan ................................................................................................. 6

C. Manfaat Kegiatan ............................................................................................... 6

BAB II ........................................................................................................................... 7

LANDASAN TEORI .................................................................................................... 7

A. Paradigma dan Perspektif Agroekologi ............................................................. 7

BAB III ......................................................................................................................... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 8

A. Identifikasi Permasalahan Agroekologi ............................................................. 8

B. Upaya-Upaya Yang Telah Dilakukan .............................................................. 11

C. Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan............................................................... 12

D. Urutan Prinsip Ekologi yang Harus Diterapkan dalam Pengembangan Lahan


Kering ...................................................................................................................... 12

E. Paradigma Cartesian dan Ekologi pada lahan kering....................................... 14

F. Paradigma Yin Yang terhadap lingkungan di lahan sawah ............................. 16

BAB IV ....................................................................................................................... 18

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20

LAMPIRAN ................................................................................................................ 21

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa adalah suatu komunitas kecil yang berasosiasi dengan suatu wilayah tertentu dan
dapat digunakan sebagai tempat tinggal atau sebagai tempat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Penduduk pedesaan rata-rata bergantung pada pertanian. Konsep
masyarakat itu sendiri adalah sekelompok orang yang “terkait” atau istilah ilmiah
(yaitu, “berinteraksi”), sehingga akan ada kesepakatan dalam masyarakat yang
ditentukan untuk diikuti dan dilaksanakan oleh setiap anggota masyarakat.

Desa Tanjung Kamuning menyumbang cukup besar lahan pertanian pada daerah
binaan BPP Tarogong Kaler, yaitu dengan luas lahan sekitar 474,5 Ha. Adapun luas
lahan pertaniannya sekitar 86% dari luas keseluruhannya yaitu 234, 95 Ha. Sehingga
banyak hal yang dapat dikembangkan dalam pertanian di Desa Tanjung Kamuning
khususnya dalam bidang perekonomian pertanian.

Semua usaha pertanian pada dasarnya merupakan kegiatan ekonomi yang memerlukan
dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan
benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan
pengemasan produk, dan pemasaran. Selain itu, dibutuhkan juga sistem ketenagaan dan
kelembagaan petani serta pendukung sebagai penunjang keberhasilan pada sektor
pertanian.

Penyuluhan pertanian dibutuhkan dalam mengelola dan membina lahan tersebut dalam
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup yang ada di Desa
Tanjung Kamuning sehingga hasil produksi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan
dengan optimal.

5
B. Tujuan Kegiatan

Tujuan dari Praktikum Mata Kuliah Agroekologi adalah:

a. Mengidentifikasi konsep ekologi dalam penerapan agroekologi di Desa


Tanjung Kamuning.
b. Mengidentifikasi akar permasalahan dalam konteks ekologi di Desa Tanjung
Kamuning.
c. Menjelaskan strategi yang tepat dalam menanggulangi permasalahan
agroekologi di Desa Tanjung Kamuning.
d. Mengidentifikasi prinsip utama agroekologi yang berlaku dalam system
pertanian berkelanjutan di Desa Tanjung Kamuning.

C. Manfaat Kegiatan

Manfaat dari Praktikum Mata Kuliah Agroekologi adalah:

a. Mahasiswa dapat mengetahui konsep ekologi dalam penerapan agroekologi di


Desa Tanjung Kamuning.
b. Mahasiswa dapat mengetahui akar permasalahan dalam konteks ekologi di
Desa Tanjung Kamuning.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengimplementasikan strategi yang tepat
dalam menanggulangi permasalahan agroekologi di Desa Tanjung Kamuning.
d. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip utama agroekologi yang berlaku dalam
sistem pertanian berkelanjutan di Desa Tanjung Kamuning.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Paradigma dan Perspektif Agroekologi

Paradigma Ekologi/Holistik (Capra, 1982) Paradigma baru yg digunakan untuk


mengembangkan teori, ilmu, pengetahuan, praktek dan pola fikir untuk memecahkan
masalah kerusakan sumber daya dan pencemaran lingkungan yg meluas. Paradigma
lama (Cartesian) dipandang tidak memadai lagi untuk menjawab berbagai tantangan
dan persoalan yg dihadapi masyarakat modern.

Aplikasi Ekologi Sebagai perspektif untuk membangun bisnis yang ramah lingkungan
(green business) dan perdagangan (green trade) Sebagai perspektif untuk membangun
manajemen peduli lingkungan (ecologically conscious management). Sebagai landasan
untuk kebijakan pembangunan (sustainable development policy). Sebagai perspektif
untuk membangun teknologi ramah lingkungan (eco-friendly technology) di bidang,
pertanian, pertambangan dan industri Sebagai landasan untuk pemberdayaan
masyarakat dan pendidikan rakyat.

Terdapat 5 Perspektif Ekologi yang sering digunakan sebagai perspektif untuk


pengembangan keilmuan & kebudayaan baru di dunia, yaitu :

1. Kesaling-tergantungan (interdependency)
2. Jaring kerja (networks( networks)
3. Keanekaragaman ( diversity)
4. Holistik (holistic)
5. Fleksibilitas

7
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Permasalahan Agroekologi

Permasalahan/krisis ekologi terberat di wilayah Desa Tanjung Kamuning, Kecamatan


Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat adalah sebagai berikut:

1. Krisis air bersih

Penyebab utamanya situasi sumber-sumber air di Desa Tanjung Kamuning saat ini,
seperti sungai, situ, kolam, dll. Sudah dalam kondisi menghawatirkan, sumber-sumber
air tersebut banyak tercemar oleh limbah industri pabrik dan sampah, sumber mata air
juga terus menghilang dan punah akibat alih fungsi lahan sehingga mengakibatkan
tragedi kekeringan yang berkepanjangan. Air secara kuantitatif dan kualitatif telah
mengalami perubahan besar.

Secara kuantitatif, meskipun hukum fisika menegaskan bahwa jumlah air tetap, namun
degradasi ekologi, daya dukung ekologi yang semakin berkurang telah mengubah
keseimbangan layanan alam sekaligus daur hidup air di dalamnya. Keseimbangan alam
berubah menyebabkan air melimpah ruah di musim hujan, kelangkaan dan kekurangan
air tak terhindarkan di musim kemarau meskipun kita hidup di lumbung dan ladang air.

Secara kualitatif, air tidak lagi sehat, bersih dan terbebas dari bahan-bahan berbahaya
dan beracun. Degradasi ekologi tentu menjadi penyebab kualitas air terus berkurang
baik diperdesaan dan perkotaan. Produksi sampah dan limbah industri turut
memperburuk kualitas sumber-sumber air seperti sungai, kolam, situ, sawah, kali dan
mata-mata air.

Selain dimensi ekologis dan etis, dimensi politik pengelolaan yang diwujudkan dalam
kebijakan negara berkontribusi paling besar pada terjadinya salah urus dan krisis air
secara ekologi dan sosial. Kebijakan politik yang salah urus terus memperburuk tatatan

8
ruang hidup dan jaminan keadilan warga atas air. Politik pengelolaan atas air yang
mengabdi pada kepentingan pertumbuhan, pasar dan investasi telah menyebabkan
daulat rakyat atas air semakin lemah, akses warga atas air yang sehat dan bersih
semakin berkurang, ketidakadilan, bisnis dan monopoli penguasaan air pun semakin
nyata.

Politik kebijakan negara gagal menjamin perlindungan terhadap sumber-sumber air


sebagai barang publik, memastikan akses atas air bersih untuk semua warga negara.
Pada situasi tertentu air menjadi barang mahal dan langka, hanya orang kaya yang
memiliki uang yang bisa mendapatkan air. Sementara bagi kaum miskin yang tidak
memiliki uang tidak bisa mendapatkan air yang bersih dan sehat dengan layak.

Kehidupan kaum perempuan, ibu rumah tangga dan anak-anak adalah pihak yang
paling terkena dampak atas krisis dan salah urus air yang terjadi akibat politik
pengelolaan air.

2. Alih fungsi lahan dan meningkatnya kemiskinan atau kesenjangan sosial

Penyebab utamanya adalah praktik alih fungsi lahan dalam ruang hidup untuk
kepentingan akumulasi kapital, menimbulkan berbagai reaksi dariberbagai hal, reaksi
tersebut berupa bencana sosial juga bencana alam. Konversi atau alih fungsi lahan
terjadi dalam bentuk praktik pertambangan minyak, pemukiman, industri, waduk, dan
infrastruktur lainnya.

Pemiskinan pada masyarakat Desa Tanjung Kamuning bersamaan dengan terjadinya


pertumbuhan ekonomi yang pesat di kelompok maju juga diikuti dengan
memperkuatnya kesenjangan yang semakin tajam antara kelompok kelas atas dengan
kelas bawah. Tidak terkendalinya dalam memenuhi kebutuhan pribadi, sehingga
interval kesenjangan social semakin lebar. Lebarnya kesenjangan, maka akan
berdampak pada rusaknya ekologi atas dasar “keserakahan” suatu pihak.

Terjadinya stigma penolakan berdirinya lahan industri oleh masyarakat terdampak,


karena lahan industri tersebut merusak system hidrologi dalam satuan Daerah Aliran
Sungai (DAS). Akibatnya masalahair bersih yang dahulu sangat mudah didapat dan

9
gratis, sekarang sudah terkonversi secara sosio-politik-ekonomi menjadi barang
langka.

3. Restorasi yang lambat

Penyebab utamanya adalah upaya perbaikan pemulihan dan pencegahan yang belum
menemukan titik terang. Kebijakan pengelolaan sumber daya alam baik yang
dijalankan oleh

Pemerintah kota dan desa, bukannya melindungi dan mencegah kerusakan, bahkan
sebaliknya, mempercepat perusakan ruang dan lingkungan hidup. Beberapa indikasi
utama penyebab lambatnya pemulihan adalah :

Pertama, produksi kebijakan pemerintah tidak memihak pada keadilan ekologi terus
menerus dikeluarkan. Produksi kebijakan pusat dan aturan di sektor energi dan
pertambangan, pertanian, perdagangan, industri serta pekerjaan umum tanpa
perencanaan ekologis yang matang menjadi pemacu terjadinya krisis ekologi di level
lokal/daerah bahkan desa.

Kedua, penegakan hukum dan pengawasan ruang dan lingkungan masih lemah yang
dijalankan aparatus negara baik oleh DPRD maupun aparat penegak hukum.Indikasi
lemahnya penegakan hukum ruang dan lingkungan dapat ditunjukkan dengan
lemahnya kapasitas PNS dalam melakukan pengawasan dan penyidikan kasus
lingkungan hidup baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

10
B. Upaya-Upaya Yang Telah Dilakukan

NO. Masalah Upaya yang Berhasil/Gagal Penyebab Gagal


Dilakukan
1. Krisis Air a. Oleh Pemerintah Proses
Bersih
b. Oleh Swasta -
c. Oleh Masyarakat Proses
2. Alih Fungsi a. Oleh Pemerintah Proses
Lahan dan
Kemiskinan
b. Oleh Swasta -
c. Oleh Masyarakat Gagal Masyarakat belum
mampu secara
mandiri
memperbaiki
kualitas sikap,
keterampilan, dan
pengetahuan.
3. Restorasi yang a. Oleh Pemerintah Gagal Dana alokasi
Lambat anggaran
lingkungan yang tak
kunjung turun
b. Oleh Swasta -
c. Oleh Masyarakat Gagal Model peningkatan
kapasitas yang
lumayan besar,
sehingga sulit untuk
melakukan restorasi
secara mandiri.

11
C. Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan

Dalam isu tersebut, tindakan yang seharusnya dilakukan adalah penguatan regulasi
pemerintah yang berfokus pada implementasi kebijakan. Lemahnya regulasi yang
berlaku, menjadi stagnan pada pelaksanaan restorasi. Sehingga, krisis air bersih dan
alih fungsi lahan tidak akan selesai apabila regulasi yang dijalankan lemah dan
penafsiran yang dilontarkan berbeda-beda.

Penundaan dalam penguatan regulasi, akan berpengauh pada memburuknya kualitas


ekologis. Restorasi krisis air yang lambat karena lemahnya regulasi, maka akan
berdampak pada kekeringan, rusaknya unsur hara tanah, terutama pertanian, dan
dimungkinkan juga terjadi bencana alam seperti longsor, dll.

D. Urutan Prinsip Ekologi yang Harus Diterapkan dalam Pengembangan Lahan


Kering

Untuk mewujudkan pengembangan lahan kering yang ekologis harus dipenuhi prinsip-
prinsip ekologi berikut, yaitu :

1. Kesaling-tergantungan

Mengoptimalkan ketersediaan unsur hara dan menyeimbangkan arus unsur


hara,khususnya dengan pengikatan nitrogen, pemompaan unsur hara, serta daur ulang
dan pemanfaatan pupuk.

2. Jaringan Kerja

Meminimalkan serangan hama dan penyakit dengan pendekatan biologis.

3. Keanekaragaman

Keanekaragaman genetik dan spesies dalam agroekosistem.

12
4. Holistik

Menjaga kondisi tanah untuk pertumbuhan tanaman, khususnya dengan


pengolahanlahan organik serta meningkatkan biota tanah.

5. Fleksibillitas

Meminimalkan kehilangan sinar matahari, aliran udara, dan air dengan mengaturiklim
mikro, penggunaan air dan pengolahan tanah dengan menggunakan penutup tanah.

Sistem yang cocok dalam pengelolaan lahan kering adalah system Pertanian
Berkelanjutan. Pada Pertanian Berkelanjutan lahan kering pengelolaan dapat dilakukan
melalui peningkatan pengelolaan lahan, rotasi tanaman dengan tetap menjaga kualitas
tanah, dan ketersediaan air sehingga peningkatan produksi pertanian dapat terus
dipertahankan dalam jangka panjang. Pertanian berkelanjutan dapat dicapai dengan
melindungi, mendaur ulang, mempertahankan basis sumber daya alam seperti tanah,
air, dan keanekaragaman hayati yang memberikan sumbangan bagi perlindungan
modal alami.

Salah satu kegiatan penerapan pertanian berkelanjutan adalah system pertanian


organik. Adalah metode produksi pertanian yang berfokus pada perlindungan
lingkungan, yaitu dengan menghindari penggunaan input bahan kimia, baik pupuk,
pestisida, maupun bahan pendukung lainnya. Teknik yang digunakan dalam penerapan
pertanian organik merupakan pendekatan dari sistem perrtanian berkelanjutan yang
menekan pada pelestarian dan konversi sumber daya alam guna terciptanya
keseimbangan ekosistem dan memberikan kontribusi bagi peningkatan produktivitas
pertanian dalam jangka panjang.

Berikut kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengelola pertanian berkelanjutan pada
lahan kering :

13
1. Pengendalian hama terpadu

Pengendalian hama terpadEPeSkenu dapat dilakukan dengan cara bijak dan ramah
lingkungan yaitu dengan mengesampingkan penggunaan pestisida kimiawi melalui
pengendalian hama terpadu (PHT).

2. Diversifikasi tanaman

Diversifikasi tanaman merupakan teknik menanam memelihara tanaman lebih dari satu
jenis tanaman dalam satu areal lahan tanam. Penerapan cara ini adalah salah satu
alternatif untuk mengurangi resiko kegagalan usaha pertanian akhibat iklim yang
ekstrim, serangan OPT. Diversifikasi tanaman dapat berkontribusi bagi konservasi
lahan menjaga kelestraian habitat binatang dan meningkatkan populasi serangga yang
bermanfaat.

3. Irigasi Mikro

Irigasi Mikro adalah salah satu inovasi yang bisa dilakukan. Teknologi ini adalah suatu
istilah bagi sistem irigasi yang mengaplikasikan air hanya di sekitar zona penakaran
tanaman. Irigasi mikro ini meliputi irigasi tetes (drip irrigation), microspray, dan mini-
sprinkler. BBP Mekanisasi Pertanian telah melakukan pengembangan sistem irigasi
mikro. Pengembangan system irigasi tetes atau drip diterapkan untuk budidaya cabai
dan jagung manis. Sistem irigasi sprinkler diterapkan pada tanaman kacang tanah.Hasil
uji penggunaan irigasi mikro dapat dikatakan dalam katagori baik.

E. Paradigma Cartesian dan Ekologi pada lahan kering

Pengelolaan sumberdaya lahan kering merupakan suatu cara pengelolaan yang mana
bagian lingkungan hidup untuk mendapatkan kesejahteraan bagi manusia.Pengelolaan
sumber daya lahan harus dipandang sangat penting berdasarkan pertimbangan bahwa
proses pembangunan yang sedang dan akan dilakukan di Indonesia khususnya di
daerah Desa Tanjung Kamuning masih tergantung pada cara memanfaatkan potensi
sumberdaya lahannya.

14
Memasuki era kondisi saat ini, perlu dirumuskan kembali paradigm dan konsepsi
tentang pengelolaan lahan kering antara lain meliputi berbagai aspek: lahan kering,
sebagai sistem pendukung utama kehidupan, penggunaan teknologi sumber daya lahan,
kebijakan, kelembagaan/pranata, dan tata ruang pendayagunaannya.Reformasi
pengelolaan lahan kering ini mutlak perlu dilaksanakan guna mendukung dan sekaligus
memantapkan swasembada pangan di Indonesia, khususnya di Desa Tanjung
Kamuning.

Permasalahan utama yang perlu mendapat perhatian khusus pada lahan kering adalah
konservasi lahan kering dan kendala produksi.

1. Konservasi Lahan Kering

Multifungsi pertanian di lahan kering perlu dilihat dalam konteks dimensi yang lebih
luas, yaitu sebagai bahan penyedia bahan pangan juga mempunyai jasa atau manfaat
terhadap lingkungan biofisik dan kimia maupun sosial ekonomi.

Kebijakan pembangunan lahan kering di Desa Tanjung Kamuning yang sebagian


memiliki wilayah yang berlereng sekitar > 10 %, perlu mempertimbangkan multi
fungsi pertanian dan lingkungan hidup. Kebijakan pembangunan yang tidak memihak
kepada pertanian akan mengganggu stabilitas ketahanan pangan, memperburuk
kualitas lingkungan, dan berdampak buruk terhadap stabilitas ekonomi, sosial dan
politik. Untuk keterlanjutan perkehidupan dan menjamin kesejahteraannya, manusia
tidak mungkin mengabaikan upaya mencegah degradasi berbagai fungsi tanah.

2. Kendala Produksi

Kendala produksi di lahan kering adalah kondisi fisik lahan (kedalaman tanah relative
dangkal, horizontal, tererosi, lereng curam, kekeringan, penerapan teknologi yang
lemah, dan kondisi sosial ekonomi yang minim.Agregat dari kendala fisik, teknologi,
dan sosial ekonomi tersebut adalah produktivitas lahan rendah pada daerah tersebut,
dengan kata lain Desa Tanjung Kamuning termasuk pada kategori tersebut.

15
Adapun biaya untuk meningkatkan produktivitas lahan yang semakin meningkat,
jumlah penduduk miskin bertambah, dan yang dikhawatirkan adalah ketidakstabilan
ekonomi, sosial, dan politik.

F. Paradigma Yin Yang terhadap lingkungan di lahan sawah

Sawah merupakan sebidang tanah dengan batas kepemilikan berupa pematang lurus
membujur. Masing-masing petak dibagi dengan pematang juga. Sistem sawah,
merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan
pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan
tanah dapat dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan
drainase yang baik.

Sistem sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun
palawija. Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau menggunakan sistem
sawah. Pada sistem sawah, petani menggunakan sistem pengolahan tanah yang
monokultur, karena sawah ini menggunakan irigasi teknis dan bukan merupakan sawah
tadah hujan.

Untuk pengairan, airnya cukup dengan sedikit tergenang, atau macak-macak. Hal ini
untuk menanggulangi gulma. Jarak antar tanaman pun juga diatur. Lahan sawah
biasanya identik dengan sistem pengairan. Sistem pengairan di sini merupakan sesuatu
yang sangat vital bagi kelangsungan sistem pertanian ini sendiri. Kebanyakan lahan
sawah di sini menggunakan saluran irigasi teknis, sehingga keberadaan air masih
sangat melimpah, dan air akan tetap ada meskipun pada musim kemarau. Berbeda
halnya apabila dibandingkan dengan sawah yang menggunakan hujan sebagai sumber
airnya.

Sawah dengan saluran irigasi, baik teknis maupun setengah teknis biasanya terbentang
dan tergolong sangat luas karena saluran irigasi dapat digunakan tidak hanya di satu
tempat saja, sehingga dapat pula mengairi lahan lain yang masih termasuk dalam satu
wilayah. Ini berarti, untuk pengelolaan sistem sawah ini memerlukan input dari luar,

16
berupa air irigasi tadi. Selain itu, sawah seperti ini masih menggunakan pupuk kimia
serta pestisida yang juga didatangkan dari luar. Hal ini menunjukkan bahwa sistem
pertanian sawah ini belum merupakan sistem pertanian yang terpadu, juga belum dapat
dikatakan sebagai pertanian yang berkelanjutan. Hal ini dikarenakan proses produksi
untuk menghasilkan output masih berorientasi pada hasil yang maksimum, bukan
optimum.

17
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan:

Sistem ekologi terbentuk sebagai hasil dari interaksi timbal balik secara teratur antara
makhluk hidup dan lingkungannya, sehingga terbentuk satu kesatuan yang utuh.
Namun di sisi itu tidak terlepas dengan permasalahan atau krisis ekologi, contohnya
yaitu krisis yang ada di wilayah Desa Tanjung Kamuning adalah terancamnya lahan
pertanian (Alih fungsi lahan) dan tercemarnya ekosistem air irigasi.

Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi krisis ekologi adalah perlunya kesadaran
untuk mengelola lingkungan hidup, meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya
alam dan lingkungan hidup dengan melakukan konservasi, rehabilitasi, dan
penghematan dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan, serta mendayagunakan
sumber daya alam, dan pembangunan yang berkelanjutan. Serta perlunya penerapan
prinsip ekologi yang kesaling tergantungan (Interdependency), jarring kerja
(Networks), keanekaragaman (Diversity), holistic (holistic), dan fleksibilitas.

Saran:

1. Pengkajian ulang kembali kebijakan perencanaan ruang dan wilayah dan


perencanaan pembangunan agar memastikan perencanaan mengutamakan
keberlanjutan layanan DAS dan pengurangan resiko bencana.

2. Rencana upaya pengalokasian anggaran lingkungan hidup dan pengurangan resiko


serta penanganan bencana diperbesar minimal 10% dari APBN dan APBD, walaupun
berjalan sangat lambat.

3. Memastikan upaya pengendalian dan pengawasan terhadap taat aturan hukum


lingkungan hidup dan tata ruang serta bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.

18
4. Pemerintah mendukung secara nyata inisiatif-inisiatif masyarakat/komunitas yang
bekerja dalam pemulihan dan pengelolaan lingkungan hidup.

5. Pemerintah memfasilitasi akses informasi kebijakan pembangunan secara mudah


sehingga rakyat dapat berpartisipasi dalam pemantauan dan pengawasan
pembangunan.

6. Negara / Pemerintah harus memastikan perlindungan akses dan asset sumber


kehidupan serta menjamin pengakuan atas pengetahuan dan kearifan lokal yang ada di
masyarakat/komunitas.

19
DAFTAR PUSTAKA

 Bahan Ajar Kuliah Titis Pury Purboningtyas, SP., M.Si

 RKTP dan Programa Penyuluh Wilayah Binaan Desa Tanjung Kamuning

 Profil Desa Tanjung Kamuning

 Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-Dasar Ekologi.Bagi Populasi dan

Komunitas.

 Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI – Press).

 https://www.youtube.com/watch?v=5CBD4OOHWdk,m,m

 https://www.youtube.com/watch?v=jLSx4QP9cpY

20
LAMPIRAN

Gambar 1 (Survei ke BPP Tarogong Kaler)

Gambar 2 (Survei ke Desa Tanjung Kamuning)

21

Anda mungkin juga menyukai