Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN PRAKTIKUM

EKONOMI PERTANIAN

DUSUN/DESA : PENGGUNGREJO/NGADIREJO
KECAMATAN : MOJOGEDANG
KABUPATEN : KARANGANYAR

Disusun oleh:
1. NURIMA WIBAWATI H0418057
2. NURLIANA UMI W H0418058
3. NURUL FADILLAH H0418059
4. NURUL RETNO SAPUTRI H0418060

LABORATORIUM EKONOMI PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

DUSUN : PENGGUNGREJO
DESA : NGADIREJO
KECAMATAN : MOJOGEDANG
KABUPATEN : KARANGANYAR

Disusun oleh:
1. NURIMA WIBAWATI H0418057
2. NURLIANA UMI W H0418058
3. NURUL FADILLAH H0418059
4. NURUL RETNO SAPUTRI H0418060

Telah dinyatakan memenuhi syarat dan disahkan


Pada tanggal:
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Co-Assisten

Dr. Umi Barokah, SP, MP Agus Dwi Kurniawan


NIP. 19730129 200604 2 001 NIM. H0816006

Mengetahui,
Kepala Program Studi Agribisnis

Nuning Setyowati SP, M.Sc


NIP 19820325 200501 2 001

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Ekonomi
Pertanian ini dengan baik. Laporan ini disusun guna melengkapi nilai mata kuliah
Ekonomi Pertanian. Dengan adanya laporan ini, penulis mengharapkan dapat
menambah pengetahuan tentang Ekonomi Pertanian.
Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang
telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya buku laporan ini.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin terselenggaranya praktikum ini.
2. Dosen Pengampu mata kuliah Ekonomi Pertanian yang telah
membimbing penulis.
3. Kepala Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten
Karanganyar yang telah memberikan banyak bantuan selama praktikan
berada di Desa Ngadirejo.
4. Co-Assisten Ekonomi Pertanian yang telah membimbing dan membantu
dalam penyusunan laporan ini.
5. Orang tua penulis dan teman - teman yang telah banyak memberikan
semangat dan doa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya
laporan ini. Akhir kata penulis mengharap laporan ini berguna bagi pembaca pada
umumnya dan penulis sendiri pada khususnya.

Surakarta, Desember 2018

Penulis

iii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris menjadikan sektor pertanian sebagai
sektor yang menjanjikan dan mayoritas mata pencaharian masyarakat
Indonesia sebagai petani. Indonesia memiliki lahan pertanian yang luas dan
sumber daya alam yang melimpah. Sektor pertanian merupakan salah satu hal
penting yang harus diperhatikan sebagai penyedia pangan. Peningkatan
produksi yang harus seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dapat
dicapai melalui peningkatan pengelolaan usahatani secara intensif.
Pengetahuan tentang cara pengusahaan suatu usahatani dibutuhkan agar
meningkatkan produktivitas sehingga kesejahteraan petani meningkat.
Besarnya pendapatan usahatani diperhitungkan dari pengurangan
besarnya penerimaan dengan besarnya biaya usahatani tersebut. Penerimaan
suatu usahatani dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti luasnya usahatani, jenis
dan harga komoditi usahatani yang diusahakan, sedang besarnya biaya suatu
usahatani dipengaruhi oleh topografi, struktur tanah, jenis dan varietas
komoditi yang diusahakan, teknis budidaya serta tingkat teknologi yang
digunakan. Petani akan berpikir bagaimana ia mengalokasikan input seefisien
mungkin agar memperoleh produksi yang maksimal.
Ilmu ekonomi sering disebut dengan pendekatan memaksimumkan
keuntungan (profit maximization). Lain pihak, manakala petani dihadapkan
pada keterbatasan biaya dalam melaksanakan usahataninya, maka mereka
juga tetap melakukan tindakan yang dapat memperoleh keuntungan yang
lebih besar dengan menekan biaya produksi sekecil-kecilnya. Pendekatan
seperti ini dikenal dengan istilah meminimumkan biaya (cost minimization).
B. Perumusan Masalah
Ilmu Ekonomi Pertanian adalah bagian ilmu ekonomi umum yang
mempelajari fenomena-fenomena serta persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan pertanian baik mikro maupun makro seperti
pengambilan keputusan, mulai dari pengadaan saprodi, produksi, masalah

4
pemasaran, masalah pendapatan sampai dengan masalah konsumsinya. Desa
Ngadirejo merupakan salah satu Desa di Kecamatan Mojogedang, Kabupaten
Karanganyar yang mayoritas penduduknya adalah petani. Berdasarkan
gambaran tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik desa serta rumah tangga Petani di Dusun
Penggungrejo, Desa Ngadirejo?
2. Bagaimana karakteristik rumah tangga petani di Dusun Penggungrejo,
Desa Ngadirejo?
3. Berapa besar penerimaan, konsumsi, pendapatan, dan tabungan rumah
tangga di Dusun Penggungrejo, Desa Ngadirejo?
C. Tujuan Praktikum Ekonomi Pertanian
Praktikum Ekonomi Pertanian diharapkan mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1. Mengenalkan kepada mahasiswa mengenai kehidupan dan karakteristik
rumah tangga petani di pedesaan.
2. Melatih mahasiswa menganalisis secara ekonomi mengenai pendapatan
rumah tangga petani baik dari usahatani maupun dari luar usahatani.
3. Melatih mahasiswa menganalisis konsumsi, tabungan, serta investasi
rumah tangga petani.
D. Kegunaan Praktikum Ekonomi Pertanian
Praktikum Ekonomi Pertanianini diharapkan mempunyai kegunaan
sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa, praktikum ini dapat menambah wawasan tentang
Ekonomi Pertanian dan sebagai persyaratan dalam menempuh mata kuliah
Ekonomi Pertanian. Praktikum ini mendorong mahasiswa untuk
melakukan pengamatan secara langsung di lapangan bukan hanya materi
saja. Praktikum ini dapat membuat mahasiswa mengetahui lebih
mendalam mengenai mata kuliah Ekonomi Pertanian.
2. Bagi Fakultas Pertanian UNS, hasil praktikum ini diharapkan dapat
mendukung penerapan kurikulum di Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian
UNS. Hasil praktikum ini dapat membuat mahasiswa lebih memahami

5
mata kuliah ekonomi pertanian. Pemahaman mahasiswa yang baik tentang
ekonomi pertanian mendukung kemajuan dalam penerapan kurikulum di
prodi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS.
3. Bagi pemerintah Kabupaten Karanganyar, hasil praktikum ini diharapkan
dapat menjadi sumbangan pemikiran dari mahasiswa mengenai kondisi
dan karakteristik pedesaan serta kehidupan rumah tangga petani di
Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan
Mojogedang, dan Kecamatan Kerjo. Hasil praktikum ini dapat digunakan
masyarakat untuk menjadi tolak ukur dalam menjalanan kehidupan rumah
tangga petani. Hasil praktikum sebagai tolak ukur diharap bisa memberi
perubahan yang lebih baik untuk kehidupan rumah tangga petani di
wilayah tersebut.

6
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Pedesaan
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2005 tentang definisi Desa yaitu kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah penyelenggara urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa atau
yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa
sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa. Badan Permusyawaratan Desa
atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD, adalah
lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintah desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa
(Multazam, 2015).
Penduduk pedesaan adalah merupakan suatu potensi sumber daya
manusia yang memiliki peranan ganda, yaitu sebagai objek pembangunan dan
sekaligus sebagai subjek pembangunan. Dikatakan sebagai objek
pembangunan karena sebagian penduduk di pedesaan dilihat dari aspek
kualitas masih perlu dilakukan pemberdayaan. Sebaliknya sebagai subjek
pembangunan penduduk pedesaan memegang peranan yang sangat penting
sebagai pelaku dalam proses pembangunan pedesaan maupun pembangunan
nasional. Karakteristik kehidupan di desa dalam masyarakat desa corak
kehidupannya bersifat gemein-schaft yaitu diikat oleh kekeluargaan yang
kuat, penduduk desa merupakan masyarakat yang bersifat face to face group
artinya saling mengenal antar sesama warga (Cristian, 2015).
Sifat masyarakat di wilayah pedesaan dan kondisi wilayahnya pada
umumnya memiliki perbedaan dengan sifat masyarakat dan kondisi wilayah

7
perkotaan. Perbedaan ini berimplikasi pula pada pola dan strategi yang akan
diterapkan untuk pelaksanaan pembangunan di wilayah tersebut. Untuk dapat
merumuskan kebijaksanaan pembangunan yang sesuai dan strategi yang tepat
di pedesaan, berbagai karakteristik yang terkait dengan wilayah pedesaan
perlu dipahami dengan baik (Luthfifatah, 2008).
Eksistensi Desa dilihat dari perspektif terminologis, ekonomis,
sosiologis, yuridis, politis dan historis. Desa pada hakekatnya merupakan
bentuk pemerintahan yang riil. Desa juga memiliki sifat yang demokratis,
otonom dengan tradisi, adat-istiadat dan hukumnya sendiri yang mengakar
sangat kuat, serta relatif mandiri dari ”campur tangan” entitas kekuasaan dari
luar (Sukriono, 2008).
Petani terutama dipedesaan pada dasarnya menginginkan kedamaian
dan hubungan patron-klien paternalistik yang memberi jaminan dan
keamanan sosial (social security). Petani jarang mengambil keputusan yang
berisiko, karena petani akan memikirkan keamanan terlebih dahulu (safety
first). Kondisi seperti ini tidak dapat dipertahankan dengan masuknya pasar
dan komersialisasi yang telah menggantikan hubungan patron-klien menjadi
hubungan ekonomis (upah/majikan-buruh). Meskipun demikian, untuk
mengatasi masalah ekonomi, daerah pedesaan telah menemukan sendiri
berbagai mekanisme sosial ekonomi yang dikenal sebagai gotong-royong
(social exchange). Gotong royong menjadi etos subsistensi (subsistence
ethics) yang melahirkan norma-norma moral, seperti adanya norma resiprokal
atau timbal-balik dalam bantuan sosial (Kurnadi, 2011).
B. Pertanian dan Produktivitas Usahatani
Usahatani organik yang murni sulit dilakukan secara tiba-tiba karena
bisa menyebabkan penurunan produktivitas. Diperlukan waktu yang cukup
sebagai masa transisi. Istilah produktivitas secara ekonomis menggambarkan
suatu perbandingan antara keluaran dan masukan. Produktivitas itu sebagai
suatu konsep yang dapat ditinjau dari dua dimensi, yakni produktivitas faktor
total (TFP) dan produktivitas parsial. Bentuk hubungan pada produktivitas
digambarkan sebagai hubungan antara produksi output dan indeks dari

8
gabungan input (khususnya tenaga kerja, barang modal, dan sumber alam
(Prayoga, 2010).
Sektor pertanian masih menjadi andalan penciptaan lapangan pekerjaan
dalam jumlah yang cukup besar. Kekayaan sumber daya alam di Indonesia
seharusnya dapat menjadi peluang untuk mengembangkan sektor pertanian,
sehingga dapat menopang kehidupan masyarakat. Kenyataannya sektor
pertanian di Indonesia masih kurang berkembang. Hal ini dilihat dari
kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional yang dilihat
berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) dan kenyataannya kontribusi
sektor pertanian PDB tidak terlalu besar (Widyawati, 2017).
Pendapatan dan keuntungan usahatani padi dipengaruhi oleh teknik
budidaya yang diterapkan, tingkat harga yang berlaku dan hasil yang dicapai.
Petani ex ante adalah kelompok petani sebelum melakukan PTT, petani ex
post adalah petani yang telah melakukan PTT, sedangkan petani non adapter
adalah petani yang tidak melakukan PTT. Jenis, jumlah, harga dan nilai
sarana produksi, serta jenis, jumlah, upah dan nilai tenaga kerja yang
digunakan disesuaikan dengan kondisi dilapangan (Rachman dan Andy,
2008).
Pertanian merupakan tulang punggung pasokan pangan bagi kehidupan
bangsa Indonesia. Lahan pertanian menjadi modal utama untuk bercocok
tanam berbagai jenis makanan pokok. Dalam sejarahnya, pertanian atau
bercocok tanam merupakan salah satu aktivitas tertua yang telah ditekuni
umat manusia. Seiring bertambahnya populasi penduduk, persediaan bahan
pangan yang dapat dikelola semakin terbatas, sehingga mendorong manusia
melakukan domestikasi tanaman pangan dengan cara menanam dan
memelihara tanaman dimulai dengan cara yang sederhana dan kemudian
dapat memungut hasilnya. Petani mulai menanam beragam tanaman yang
mencakup tanaman pangan, perkebunan, buah-buahan dan kayu-kayuan
mulai dari lahan persawahan, perkebunan sampai dengan pekarangan
(Sunarso, 2017).

9
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif
bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-
baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut
mengeluarkan output yang melebihi input. Tingkat pertumbuhan dan
perkembangan usahatani berdasarkan kedudukan sosial ekonomis petani
sebagai pengusaha. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usaha tani dapat
dilihat dari (a) kedudukan struktural atau fungsi dari petani dalam usaha tani
dan b) kedudukan sosial ekonomi dari petani dalam masyarakat
(Darwis, 2017).
C. Pendapatan Petani Pedesaan
Kegiatan pembangunan pertanian adalah meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia (SDM) petani dan keluarga mereka yng bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dan keluarga
mereka. Produksi tanaman yang lebih rendah akan menyebabkan tingkat
pendapatan usahatani yang lebih rendah. Memperoleh hasil maksimal dan
pendapatan yang lebih tinggi perlu pemberdayaan yang melibatkan aspek
teknis, aspek sosial, dan kelembagaan. Beberapa tahun terakhir konsep
pemberdayaan petani telah di letakan di agenda dan sekarang pemberdayaan
kelompok petani untuk meningkatkan penghasilan seperti; satu, melalui
pembelajaran dan inovasi kelompok tani yang mempunyai pengaruh yang
positif pada peningkatan pendapatan mereka, kedua, melalui teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) memiliki pegaruh positif terhadap
peningkatan pendapatan (Desiana et al, 2017).
Menurut pengertian akuntansi, pendapatan adalah peningkatan jumlah
aktiva atau penurunan kewajiban suatu organisasi sebagai akibat dari
penjualan barang dan jasa kepada pihak lain dalam periode akuntansi tertetu.
Pendapatan keluarga petani adalah penghasilan petani yang di peroleh dari
seluruh penjualan hasil produksi dari usaha tani. Artinya sebagian besar

10
pendapatan yang diperoleh petani berasal dari alam. Rendahnya pendapatan
petani sangat bergantung dengan kondisi alam (Cifor, 2011).
Pendapatan usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dan semua
biaya atau dengan kata lain pendapatan yang meliputi pendapatan kotor atau
penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor atau penerimaan
total adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum di
kurangi biaya produksi, serta keluaran sehingga mencapai produktivitas yang
tinggi. Usaha pertanian sendiri meliputi kegiatan-kegiatan input, produksi,
dan output (Subandriyo, 2016).
Pendapatan yang cukup besar dalam ekonomi pertanian tidak bermakna
bila harus didapatkan dengan menggunakan pencurahan biaya produksi dalam
jumlah besar juga. Namun sebetulnya pilihan pilihan yang paling penting
dilakukan petani adalah bagaimana memperoleh rasio yang cukup lebar
antara pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahataninya bila
dibandingkan dengan total biaya produksi yang telah dikeluarkan. Semakin
besar rasio yang didapatkan maka semakin tepat pilihan pilihan penggunaan
sumberdaya yang dilakukan dalam kegiatan usahataninya (Normansyah et al,
2014).
Besar kecilnya pendapatan usahatani padi sawah yang di terima oleh
penduduk di desa di pengaruhi oleh penerimaan dan biaya produksi. Produksi
dan harga jual padi sawah semakin tinggi maka akan meningkatkan
penerimaan. Biaya produksi lebih tinggi dari penerimaan maka akan
menyebabkan kerugian usaha para petani (Lumintang, 2013)
D. Konsumsi dan Tabungan
Konsumsi adalah mata rantai terakhir dalam rangkaian aktivitas
ekonomi tempat diubahnya modal, dalam bentuk uang menjadi komoditas-
komoditas melalui proses produksi material. Seluruh aktivitas produksi, di
mana perusahaan mempekerjakan kaum buruh, mengembangkan manajemen
produksi, mencetak produk dan kemudian memasarkannya ke konsumen,
muara dari seluruh aktivitas ekonomi seperti ini adalah laku dan kemudian
dikonsumsi masyarakat. Kapitalisme tidak hanya menciptakan sistem

11
konsumsi yang terkontrol tetapi juga perilaku konsumtif massal yang dapat
dieksploitasi. Konsumsi merupakan sebuah sistem aksi dari manipulasi objek
tertentu dan di saat yang sama kita berbeda dengan orang yang mengonsumsi
objek yang lain (Suyanto,2013).
Konsumsi masyarakat dapat dipengaruhi oleh variabel pendapatan
nasional dan pajak penghasilan yang akan berdampak negatif dan jumlah
penduduk berpengaruh positif terhadap konsumsi masyarakat Indonesia
sedangkan inflasi tidak mempengaruhi konsumsi masyarakat Indonesia
jangka panjang serta pendapatan nasioanl, inflasi, pajak penghasilan, dan
jumlah penduduk tidak mempengaruhi konsumsi masyarakat Indonesia
jangka pendek. Perkembangan konsumsi masyarakat di Indonesia dari tahun
1995-2014 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang notabennya
adalah Indonesia sedang dalam tahap peyembuhan dari kemerosotan ekonomi
pada tahun 1997-1998 yang menyebabkan nilai tukar rupiah terus mengalami
penurunan(depresiasi) yang kemudian terjadi krisis moneter dan pada
akhirnya berubah menjadi krisis ekonomi yang berdampak pada
ketidakstabilan perekonomian Indonesia (Inawati, 2014).
Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan pembelanjaan yang
dilakukan oleh rumah tangga terhadap barang-barang akhir dan jasa-jasa
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan seperti makanan, pakaian, dan
barang-barang kebutuhan lainnya serta berbagai jenis pelayanan. Barang-
barang yang diproduksi digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya merupakan barang-barang konsumsi. Apabila pengeluaran-
pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka
hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan.
Keputusan konsumsi rumah tangga mempengaruhi keseluruhan perilaku
perekonomian baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Dalam
jangka pendek fluktuasi konsumsi memiliki pengaruh signifikan terhadap
fluktuasi ekonomi dan dalam jangka panjang keputusan konsumsi rumah
tangga akan berpengaruh pada variabel-variabel makroekonomi lainnya.
Konsumsi mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat tabungan dimana

12
tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi atau
dibelanjakan (Baginda et al, 2013).
Tabungan merupakan bagian dari pendapatan rumah tangga yang tidak
dibelanjakan dan disimpan dalam institusi keuangan atau rumah. Fungsi
tabungan merupakan sat ugaris atau kurva yang menunjukkan hubungan di
antara tabungan rumah tangga dengan pendapatan nasional. Garis atau kurva
tersebut menanjak ke kiri atas oleh karena semakin tinggi pendapatan
nasional semakin tinggi tabungan. Dalam analisis makroekonomi yang lebih
penting bukanlah melihat konsumsi dan tabungan sesuatu rumah tangga,
tetapi melihat kepada konsumsi dan tabungan semua rumah tangga dalam
perekonomian. Pengeluaran konsumsi dari semua rumah tangga dalam
perekonomian seperti konsumsi agregat dan tabungan semua rumah tangga
dalam perekonomian dinamakan tabungan agregat (Sukirno, 2016).
Tabungan merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan
tingkat pendapatan suatu daerah yang ditentukan oleh pendapatan disposibel
atau pendapatan setelah dikurangi pajak. Pendapatan disposibel yang
digunakan untuk menabung merupakan pendapatan yang tersisa karena tidak
habis digunakan untuk konsumsi. Secara tidak langsung tabungan masyarakat
ditentukan oleh besarnya pendapatan dan juga besarnya konsumsi. Selain itu,
tabungan ini juga ditentukan oleh tingkat suku bunga. Menurut teori klasik,
semakin tinggi tingkat bunga, semakin tinggi pula keinginan untuk
menabung. Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat lebih
terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk
konsumsi guna menambah tabungan. Jika tingkat suku bunga naik, maka
masyarakat akan cenderung untuk menabung dan mengurangi konsumsinya
dan sebaliknya. Konsumsi dan tabungan memang saling mempengaruhi satu
sama lain (Ningsih et al, 2013).
Produk simpanan yang dimiliki lebih dari satu dan masing masing
tabungan mempunyai kelebihan, ada yang diutamakan untuk penyimpanan
uang, untuk deposito atau untuk simpanan haji. Produk tabungan yang
ditujukan untuk menyimpan uang harus memiliki kelebihan, agar dapat

13
menarik nasabah untuk mau menabung. Pertimbangan nasabah agar
memanfaatkan tabungan antara lain nisbah bagi hasil tabungan tinggi,
persyaratan pembukaan dan penutupan tabungan mudah, besarnya nilai
pembukaan dan penutupan tabungan, adanya undian hadiah
(Susanto et al, 2013).

14
III. METODOLOGI

A. Penentuan Sampel
1. Sampel Desa
Penentuan lokasi praktikum menggunakan metode purposive
sampling. Purposive sampling adalah penentuan sampel yang dilakukan
secara sengaja dan dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tertentu dan pertimbangan yang diambil berdasarkan tujuan penelitian.
Praktikum kali ini dipilih Kecamatan Kebakkramat, Tasikmadu,
Mojogedang, dan Kerjo Kabupaten Karanganyar. Penentuan desa juga
dilakukan dengan metode purposive yaitu ke Desa Ngadirejo, Kecamatan
Mojogedang, Kabupaten Karanganyar.
2. Sampel Responden
Dalam hal ini penentuan responden dengan cara cluster sampling,
yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara mewawancarai rumah
tangga petani untuk setiap kebayanan. Rumah tangga petani yang
dijadikan responden terdiri dari rumah tangga petani miskin dan rumah
tangga petani tidak miskin. Jumlah petani yang diwawancarai dalam
praktikum ini adalah 20 orang. Wawancara dilakukan dengan
menggunakan lembar kuisioner yang telah dipersiapkan. Hasil wawancara
dapat membantu untuk menentukan status dari petani.
B. Data yang Dikumpulkan
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara
langsung dengan responden atau petani sampel, meliputi hal-hal yang
berkaitan dengan ekonomi pertanian di daerah penelitian dengan
wawancara menggunakan kuisioner. Data primer dapat berupa pendapat
subjek riset (orang) baik secara individu maupun kelompok, hasil
observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian, atau kegiatan, dan hasil
pengujian. Manfaat utama dari data primer adalah bahwa unsur-unsur

15
kebohongan tertutup terhadap sumber fenomena oleh karena itu, data
primer lebih mencermikan kebenaran yang dilihat.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh dari suatu
instansi terkait (misalnya Kelurahan, Dinas Pertanian, Kantor Statistik,
Kecamatan, dan lain-lain), dengan melakukan pencatatan, yang meliputi
keadaan alam, kependudukan, keadaan pertanian, sarana dan prasarana
sosial ekonomi yang ada. Data sekunder pada umumnya berupa bukti,
catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip, baik yang
dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Manfaat dari data sekunder
adalah lebih meminimalkan biaya dan waktu, mengklasifikasikan
permasalahan-permasalahan, menciptakan tolak ukur untuk mengevaluasi
data primer, dan memenuhi kesenjangan-kesenjangan informasi.
C. Metode Analisis Data
1. Tabulasi silang
Tabulasi silang merupakan pengelompokan data berdasarkan kriteria
tertentu serta perluasan dari analisis distribusi relatif dengan menyajikan
hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Salah satu analisis
korelasional yang digunakan utnuk melihat hubungan antar variabel.
Analisa tabulasi silang ini dapat digunakan untuk menganalisa lebih dari
dua variabel.
2. Angka rata-rata
Angka rata-rata adalah angka untuk mengetahui taksiran secara kasar
untuk melihat gambaran dalam garis besar dari suatu karakteristik yang
ada. Angka rata-rata ini didapat dari awal penjumlahan data-data kemudian
dihitung rata-rata setiap kolom. Angka rata-rata dihitung dengan rumus
sesuai data yang ada dilapangan.
3. Analisis Persentase
Analisis Persentase adalah analisis mengenai data yang dibagi dalam
beberapa kelompok yang dinyatakan dan diukur dalam persentase. Cara ini
dapat diketahui kelompok yang paling banyak jumlahnya yaitu

16
ditunjukkan dengan persentase yang paling tinggi. Analisis ini sebagai
patokan dalam menentukan suatu gambaran kasar dari hasil data yang
diperoleh.
4. Analisis Usahatani
Biaya usahatani merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
pengelolaan usahatani. Biaya usahatani meliputi biaya tetap dan biaya
tidak tetap, sedangkan pendapatan usahatani (Y) adalah total yang diterima
(TR) dikurangi total biaya yang dikeluarkan untuk proses usahatani (TC).
Rumus penghitungan pendapatan usahatani adalah Y = TR – TC. Biaya
usahatani dapat digunakan untuk menyimpulkan akhir dari usahatani
tersebut.

17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Desa
1. Karakteristik Wilayah
Desa Ngadirejo merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Desa ini
letaknya berada di daerah yang paling ujung. Batas dari daerah Desa
Ngadirejo sebagai berikut:
Sebelah utara : Desa Tamansari
Sebelah selatan : Desa Sewurejo
Sebelah barat : Desa Mojogedang
Sebelah timur : Desa Gondangmanis
Desa Ngadirejo dengan kode wilayah 33.1315.2002 terdiri dari 11
RW dan 35 RT. Luas Desa Ngadirejo adalah 5.065 km. Jarak Desa
Ngadirejo dari ibu kota kecamatan adalah 5 km. Jarak dari ibu kota
kabupaten adalah 16 km serta jarak dari ibu kota propinsi adalah 136 km.
2. Penduduk
a. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga
Jumlah penduduk dapat menunjukan kepadatan penduduk suatu
daerah. Semakin padat penduduk suatu daerah, maka lahan pertanian
di daerah tersebut akan semakin sempit. Keadaan penduduk yang
diamati dalam praktikum Ekonomi Pertanian yaitu meliputi jumlah
penduduk dan jumlah rumah tangga, jumlah penduduk menurut jenis
kelamin, jumlah penduduk menurut umur, jumlah penduduk menurut
pendidikan, dan jumlah penduduk menurut mata pencaharian. Berikut
adalah keadaan penduduk di Desa Ngadirejo, Kecamatan
Mojogedang, Kabupaten Karanganyar.

18
Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga di Desa
Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten
Karanganyar Tahun 2018
Jumlah Penduduk Jumlah KK
5583 1325
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang terdapat sekitar 5583 jiwa
jumlah penduduk yang tinggal menetap di Desa Ngadirejo. Desa
Ngadirejo pada tahun 2018 terdapat kurang lebih 1325 jumlah kepala
keluarga yang tercatat di pemerintahan. Data ini didapatkan dari data
sekunder dalam bentuk monografi dari Desa Ngadirejo.
Keadaan penduduk dalam satu KK memiliki 4 atau lebih jiwa.
Hal ini yang menyebabkan perbandingan antara jumlah KK yang ada
lebih sedikit dari pada jumlah penduduk di Desa Ngadirejo. Data ini
menunjukan bahwa kepadatan Desa Ngadirejo cukup padat.
b. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk dapat dilihat dari jenis kelaminnya. Jumlah ini
dapat digunakan untuk menghitung sex ratio kependudukan yang ada
di Desa Ngadirejo. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin meliputi
semua umur dari balita sampai manula. Perbandingan ini dapat
menentukan tingkat kepadatan penduduk yang ada di Desa Ngadirejo.
Berikut adalah tabel jumlah penduduk menurut jenis kelamin:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa
Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten
Karanganyar Tahun 2018
Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
2.562 3.021 5.583 84,8%
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa Desa Ngadirejo,
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar memiliki jumlah
penduduk sebanyak 5.583 jiwa. Desa Ngadirejo memiliki jumlah

19
penduduk berjenis kelamin laki-laki 2.652. Jumlah penduduk
perempuan berjumlah 3.021 jiwa.
Jumlah penduduk laki-laki dinyatakan dengan simbol M, dan
jumlah penduduk perempuan dinyatakan dengan simbol F. Rasio jenis
kelamin (sex ratio = SR) yang dapat ditulis dengan rumus :
M
SR  xk , dimana k adalah konstanta yang besarnya sama dengan
F
100. Dengan membandingkan jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan, maka dapat diketahui angka sex rationya, yaitu :
Jumlah penduduk laki  laki
SR  x 100%
Jumlah penduduk perempuan
2562
= 3021 𝑥100%

= 84,8%
Perhitungan tersebut menunjukkan persentase perbandingan Sex
ratio penduduk Desa Ngadirejo. Data yang diperoleh melalui
monografi desa. Perbandingan menunjukkan angka mendekati 100%
yang menandakan jumlah penduduk di desa tersebut hampir
mengalami explotion atau ledakan dalam jumlah yang banyak. Hasil
dari perhitungan sex ratio tersebut menunjukkan angka 84,8%.
Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki – laki
sebanyak 2.562 dan penduduk perempuan sebanyak 3.021. Selisih
jumlah penduduk laki – laki dan perempuannya yaitu 459. Jadi
perbandingan laki – laki dan perempuannya yaitu 848 : 1000. Artinya
terdapat penduduk laki – laki sebanyak 848 jika penduduk
perempuannya sebanyak 1000.
c. Jumlah Penduduk Menurut umur
Pengelompokkan penduduk menurut umur juga dapat digunakan
sebagai identifikasi dari penduduk itu sendiri. Jumlah penduduk
produktif dan non produktif selalu berubah dikarenakan adanya
kematian, merantau atau meninggalkan kampung halaman dan
menetap di desa lain, serta migrasi ke daerah lain. Tidak semua umur

20
merupakan usia produktif, usia produktif adalah penduduk yang
berusia 15-60 tahun. Penduduk yang merupakan usia non produktif
adalah berusia sekitar 0-14 tahun dan lebih besar dari 60 tahun.
Berikut disajikan keadaan penduduk menurut umur di Desa Ngadirejo.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Ngadirejo,
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar Tahun
2018
Umur (Tahun) Jumlah %
0–5 - -
6 - 10 - -
Dst
100
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat dalam tabel tersebut kosong
atau tidak terisi. Hal tersebut dikarenakan bahwa tata guna lahan
pertanian tersebut tidak tercatat dalam data monografi Desa
Ngadirejo. Data yang kurang lengkap menyebabkan kami tidak dapat
menjelaskan mengenai data tersebut. Adapun rumus untuk
menghitung ABT (Angka Beban Tanggungan) sebagai berikut:
Jumlah penduduk nonproduktif
ABT  x100
Jumlah penduduk produktif

Perumusan sex ratio ini berdasarkan pada perumusannya yatu


jumlah penduduk laki-laki secara keseluruhan di Desa Ngadirejo ini
dibagi dengan jumlah penduduk wanitanya dikalikan dengan 100%.
Hasil dari sex ratio ini akan didapat berupa bentuk dalam presentase.
d. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Tingkat pendidikan di daerah pedesaan, umumnya masih
rendah. Begitu juga di Desa Ngadirejo yang rata-rata penduduknya
belum sekolah dan hanya sedikit yang melanjutkan pendidikan sampai
perguruan tinggi. Meskipun demikian, mayoritas dari setiap KK
menginginkan tingkat satuan pendidikan mereka jauh lebih baik dari
sebelumnya. Pendidikan yang di dapat masyarakat pedesaan pada

21
umumnya bersifat umum. Berikut ini disajikan secara rinci tentang
keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Ngadirejo.

22
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Ngadirejo,
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar Tahun
2018
No Pendidikan Jumlah
1. Play group -
2. TK 154
3. SD 1.659
4. SMP 1.318
5. SMA 747
6. Akademi / Diploma 59
7. Sarjana 2
8. Pasca sarjana 1
Jumlah 3.940
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa penduduk rata-rata
masih mengenyam bangku SD dan SMP. Menurut hasil wawancara
yang kemudian didapatkan data primer menunjukkan pendidikan
tersebut tidak begitu diperhatikan karena menurut mereka pendidikan
hanya sebatas formlitas saja. Tingkat SD sebanyak 1.659 jiwa, jumlah
ini lebih banyak dibandingkan dengan warga yang mengenyam
pendidikan jenjang lebih tinggi. Pembekalan tersebut sangat mendasar
karena tidak adanya agregat dari masyarakat itu sendiri untuk
mengenyam pendidikan.
Tingkat SMP sebanyak 1.318 jiwa, pada kalangan ini
masyarakat mulai menyadari adanya kepentingan pendidikan bagi
mereka, sehingga mereka memiliki keinginan untuk bersekolah.
Tingkat SMA sebanyak 747, walaupun tidak seluruhya melanjutkan
ke jenjang lebih atas namun angka ini membantu tingkat pendidikan
masyarakat Desa Ngadirejo. Akademi/Diploma sebanyak 59 jiwa.
Sarjana sebanyak 2 jiwa dan pasca sarjana sebanyak 1 jiwa.

23
e. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Manusia dalam memenuhi kebutuhannya memiliki mata
pencaharian yang beragam. Jumlah penduduk menurut mata
pencaharian dimaksudkan untuk mengetahui jumlah orang-orang yang
mempunyai mata pencaharian pertanian, peternakan, perikanan,
perdagangan dan lain-lain. Susunan penduduk menurut mata
pencaharian ini dapat memberikan gambaran tentang struktur ekonomi
suatu daerah. Berikut adalah jumlah penduduk menurut mata
pencaharian di Desa Ngadirejo.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian diDesa
Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar
Tahun 2018
No. Mata Pencaharian Jumlah
1. Karyawan 601
2. Wiraswasta/Pedagang 335
3. Tani 620
4. Pertukangan 245
5. Buruh Tani 268
6. Pensiun 76
7. Angkutan -
8. Jasa 55
9. Lainnya 85
Jumlah 2.285
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
menurut mata pencaharian di Desa Ngadirejo, Kecamatan
Mojogedang, Kabupaten Karanganyar berjumlah 2.285 jiwa.
Penduduk yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 601 orang,
berkegiatan di wiraswasta sebanyak 335 orang, bekerja sebagai tani
sebanyak 620 orang, bekerja di pertukangan sebanyak 245 orang,
buruh tani sebanyak 268 orang. Penduduk Desa Ngadirejo yang
pensiunan sebanyak 76, bekerja sebagai jasa sebanyak 55 orang serta
lainnya 85 orang.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar penduduk Desa Ngadirejo bermata pencaharian sebagai

24
karyawan baik PNS, TNI/POLRI, ataupun swasta. Hal tersebut
mungkin dikarenakan penduduknya yang lebih memilih berprofesi
tidak sebagai petani padahal lahan pertanian di Desa Ngadirejo
terbilang masih cukup luas. Faktor penghasilan yang menyebabkan
masyarakat lebih memilih bekerja di sektor industri.
3. Keadaan Pertanian
a. Tata Guna Lahan Pertanian
Tata Guna Lahan (land use) adalah suatu upaya dalam
merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi
pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu,
misalnya fungsi pertanian. Konsep tata guna lahan merupakan hasil
analisis kesesuaian lahan yang diperoleh dari analisis kelayakan lahan
serta analisis potensi dan kendala. Berikut ini disajikan secara rinci
tentang jumlah penduduk menurut tata guna lahan pertanian di Desa
Ngadirejo :
Tabel 6. Tata Guna Lahan Pertanian di Desa Ngadirejo, Kecamatan
Mojogedang, Kabupaten Karanganyar Tahun 2018
No Penggunaan lahan Luas lahan (Ha)
1. Sawah
a. Irigasi teknis -
b. Irigasi ½ teknis 237.10
c. Irigasi sederhana -
d. Tadah hujan -
2. Tegal 15.00
3. Pekarangan 200.30
4. Perkebunan 41.00
Jumlah 493.4
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa lahan yang paling
banyak digunakan adalah lahan untuk irigasi setengah teknis dengan
luas lahan 237.10 ha. Luas lahan untuk tegal adalah 15.00 ha, luas
lahan untuk pekarangan adalah 200.30. Luas lahan untuk perkebunan
adalah 41.00.

25
Luas sawah irigasi teknis, luas irigasi, dan luas sawah tadah
hujan tidak terdapat dalam data monografi Desa Ngadirejo. Hal
tersebut dikarenakan Desa Ngadirejo tidak memiliki sawah irigasi
teknis, sawah irigasi, dan sawah tadah hujan. Dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar penghasilan Desa Ngadirejo didapat dari hasil
perkebunan.
b. Luas Panen dan Produksi Komoditi Pertanian
Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak
serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber
daya tumbuhan dan hewan. Jenis-jenis tanaman yang ditanam pun
berbeda-beda, begitu pula dengan hasil panennya. Berikut ini
disajikan secara rinci tentang jenis-jenis tanaman yang diproduksikan
dan hasil produksinya di Desa Ngadirejo :
Tabel 7. Luas Panen dan Produksi Komoditi Pertanian Umum di Desa
Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar
Tahun 2018.
Jenis Luas Panen Produksi Rata-rata
No
tanaman (ha) (Ku) (Ku/Ha)
Padi sawah 7000
1. 236 1.652.000
Jagung -
2. - -
Ketela 10.000
3 3,5 35.000
pohon
Jumlah 239,5 1.687.000 17.000
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa Desa Ngadirejo,
Kecamatan Mojogedang memiliki lahan padi sawah seluas 236 hektar
dengan hasil produksi sebanyak 1.652.000 kuintal. Lahan ketela
pohon seluas 3,5 hektar dengan hasil produksi sebanyak 35.000
kuintal. Luas lahan jagung tidak ada karena tidak terdapat di Desa
Ngadirejo lahan yang ditanamai komoditas jagung.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa luas panen
dan produksi komoditi pertanian terbanyak yaitu pada padi. Hal
tersebut disebabkan karena petani masih enggan mencoba komoditas –
komoditas baru. Petani menanam padi karena sebagian besar hasil

26
panennya digunakan untuk konsumsi pribadi. Sebagian petani juga
ada yang menanam lahannya untuk komoditas ketela pohon.

27
c. Tanaman Keras
Tabel 8. Jenis dan Jumlah Tanaman Keras pada Desa Ngadirejo,
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar Tahun
2018
Macam Luas Panen Produksi (Ku)
No
Tanaman (Pohon)

1. Karet 41 ha -
2. Pisang 40 ha 110.000
3. Durian 2 ha 6.000
4. Rambutan 8 ha 56.000
Jumlah 91 ha 172.000
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa jenis dan jumlah
tanaman keras di Desa Ngadirejo meliputi tanaman karet, pisang,
durian, dan rambutan. Luas kebun karet yaitu 41 ha dengan hasil
produksi tidak diketahui karena tidak tercantum di monografi Desa
Ngadirejo. Luas kebun tanaman pisang yaitu 40 ha dengan hasil
produksi sebanyak 110.000 kuintal, luas kebun durian yaitu 2 ha
dengan hasil produksi sebanyak 6.000 kuintal, dan luas kebun
rambutan 8 ha dengan hasil produksi 56.000 kuintal.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis
tanaman keras yang paling banyak ditanam di Desa Ngadirejo yaitu
pisang. Hal tersebut dikarenakan komposisi tanah di Desa Ngadirejo
cocok untuk ditanami pisang. Tanaman keras yang paling sedikit
ditanam yaitu durian karena harga bibitnya yang terlalu mahal.

28
d. Peternakan
Peternakan merupakan salah satu komoditas yang dapat
meningkatkan pendapatan desa. Unsur dari pertanian yang tertuju
pada pemeliharaan hewan yang diorientasikan sebagai konsumsi
manusia. Peternakan juga kerap kali diusahakan oleh manusia untuk
menunjang tingkat pendapatan dengan cara dijual. Berikut ini
disajikan tabel jenis peternakan yang ada di Desa Ngadirejo.
Tabel 9. Jumlah Ternak di Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang,
Kabupaten Karanganyar Tahun 2018
No Macam Ternak Jumlah

1. Sapi -
2. Kambing -
Jumlah -
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 9 jumlah ternak di Desa Ngadirejo tidak dapat
diketahui. Hal tersebut dikarenakan bahwa jumlah ternak tidak tercatat
dalam data monografi Desa Ngadirejo. Jumlah ternak di Desa
Ngadirejo tidak dapat dijelaskan mengenai data tersebut.
4. Kegiatan Sosial Ekonomi Pedesaan
a. Sarana Perekonomian
Sarana perekonomian adalah sarana tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan kegiatan perekonomian. Berbagai macam bentuk
organisasi perekonomian dapat dijumpai dalam masyarakat. Sarana
perekonomian di Desa Ngadirejo ini terdapat beberapa sarana yang
dilihat di tabel berikut.

29
Tabel 10. Pasar, Kios, Toko, Warung/Bakul Keliling Desa Ngadirejo
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar Tahun
2018
No. Jenis Sarana Perekonomian Jumlah
1. Pasar umum 1
2. KUD 1
3. Warung 35
4. Angkutan 3
Jumlah 40
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan data tabel 10 dapat diketahui bahwa Desa
Ngadirejo terdapat bebarapa sarana perekonomian yang membantu
adanya kegiatan perekonomian di Desa Ngadirejo ini. Sarana
perekonomian yang ada di Desa Ngadirejo yaitu pasar umum, KUD,
warung, dan angkutan. Sarana perekonomian terbagi menjadi milik
umum dan milik pribadi.
Pasar umum terdapat 1, KUD ada 1, warung ada 35, dan
angkutan ada 3. Sarana perekonomian yang ada di Desa Ngadirejo
berjumlah 40. Sarana perekenomian yang paling banyak terdapat pada
warung dan paling sedikit pada pasar umum dan KUD.
b. Sarana Perhubungan
Sarana perhubungan yaitu sarana yang digunakan untuk
menghubungkan satu wilayah ke wilayah yang lain. Sarana
perhubungan di Desa Ngadirejo terdapat 2 macam. Prasarana dan
Sarana Perhubungan Desa Ngadirejo dapat dilihat pada tabel 11.

30
Tabel 11. Prasarana dan Sarana Perhubungan Desa Ngadirejo,
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar Tahun
2018
No. Jenis Prasarana Perhubungan Panjang (Km)
1. Sarana Perhubungan
a. Jalan dusun 7,3
b. Jalan desa 2,5
c. Jalan kabupaten 23,4
d. Jembatan -
e. Terminal -
f. Stasiun -
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan dari tabel 11 dapat diketahui bahwa jenis prasarana
perhubungan di Desa Ngadirejo terdiri dari jalan dusun, jalan desa,
jalan kabupaten, jembatan, terminal, dan stasiun. Sarana perhubungan
di Desa Ngadirejo berupa jalan dusun, jalan desa, dan jalan kabupaten.
Jalan dusun dengan panjang 7,3 km, jalan desa sepanjang 2,5 km, dan
jalan kabupaten 23,4 km.
Desa Ngadirejo tidak terdapat jembatan karena jembatan
merupakan penghubung antar desa sehingga tidak diketahui status
kepemilikannya. Terminal tidak terdapat di Desa Ngadirejo melainkan
di kabupaten. Stasiun sama halnya dengan terminal yang hanya
terdapat di Kabupaten Karanganyar.
c. Pendidikan dan Kesehatan
Pendidikan dan kesehatan adalah prasarana yang penting bagi
setiap daerah. Sarana pendidikan berupa tempat tetap dimana murid
menerima ilmu dari gurunya, sedangkan kesehatan adalah istilah yang
prasaranan berhubungan dengan tempat berobat. Sarana Pendidikan
dan Kesehatan dapat dilihat pada tabel 12 dan tabel 13.

31
Tabel 12. Sarana Pendidikan Desa Ngadirejo, Kecamatan
Mojogedang, Kabupaten Karanganyar Tahun 2018.
No. Jenis Prasarana Jumlah
Sarana Pendidikan
1. a. Paud -
b. TK 4
c. SD 3
d. MI -
e. SMP -
f. MTS -
g. SMA -
h. MAN -
i. SMK -
j. AKADEMI -
k. Perguruan Tinggi -
l. Sekolah Luar Biasa -
Sumber: Data Sekunder
Tabel 12 menunjukkan bahwa di Desa Ngadirejo ini sarana
pendidikan hanya terdapat 4 TK dan 3 SD. Sarana pendidikan lainnya
yaitu SMP maupun SMA berada di pusat kecamatan. Sarana
pendidikan ini memudahkan pelajar untuk menerima ilmu yang telah
disampaikna oleh guru mereka dengan tempat yang sama dan mereka
dapat mengnal teman lebih banyak.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa di Desa
Ngadirejo masih minim tingkat pendidikannya. Hal itu disebabkan
karena lokasi sarana pendidikan yang berada di pusat kota. Kesulitan
akses dan lokasi yang jauh menyebabkan masyarakat kesulitan dalam
mendapatkan ilmu pengetahuan.
Tabel 13.Sarana Kesehatan Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang,
Kabupaten Karanganyar Tahun 2018
No. Jenis Prasarana Jumlah
1. Sarana Kesehatan
a. Puskesmas pembantu 1
b.Posyandu 1
c. Pos kesehatan desa 2
Sumber: Desa Sekunder

32
Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui bahwa sarana kesehatan
yang ada di Desa Ngadirejo sebanyak 3 sarana. Sarana tersebut terdiri
dari puskesmas pembantu, posyandu, dan pos kesehatan desa. Jenis
prasarana kesehatan puskesmas pembantu terdapat 1, posyandu
terdapat 1, dan pos kesehatan desa terdapat 1 sehingga jumlah
keseluruhan jenis prasarana di Desa Ngadirejo berjumlah 4.
Desa Ngadirejo dalam segi sarana prasarana bidang kesehatan
cukup memadai. Rumah sakit belum terdapat di Desa Ngadirejo
karena lokasinya yang pelosok desa sehingga sulit untuk
mengaksesnya. Sarana kesehatan yang lengkap berada di pusat kota
yang jaraknya jauh dari Desa Ngadirejo.
d. Sarana Peribadatan dan Sosial Kemasyarakatan
Sarana peribadatan yang ada di Desa Ngadirejo umumnya
merupakan bangunan yang masih baik. Sarana peribadatan digunakan
masyarakat untuk beribadah dan menjalankan syariat sesuai keyakinan
yang dianut. Berikut ini merupakan tabel sarana peribadatan di Desa
Ngadirejo.
Tabel 14. Sarana Peribadatan dan Sosial Kemasyarakatan Desa
Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten
Karanganyar Tahun 2018
No. Jenis Prasarana Jumlah
1. Masjid 15
2. Mushola 3
3. Gereja 2
4. Kuil 1
5. Vihara -
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 14 menunjukkan Desa Ngadirejo, Kecamatan
Mojogedang memiliki masjid dengan jumlah 15, mushola 3, gereja 2,
dan kuil 1. Sarana peribadatan untuk vihara tidak terdapat di Desa
Ngadirejo karena tidak ada masyarakat yang beragama budha. Dari
tabel dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Desa

33
Ngadirejo beragama Islam. Hal tersebut dikarenakan bahwa tempat
ibadah yang paling banyak adalah masjid dan mushola.
e. Penyediaan Sarana dan Produksi Pertanian
Sarana produksi dalam pertanian terdiri dari alat-alat pertanian,
pupuk, dan pestisida dimana alat alat tersebut digunakan untuk
mengolah lahan dan tanaman. Penyediaan sarana dan produksi
pertanian sangat penting sebab hal ini dapat menunjang dan
memenuhi kebutuhan para petani pada sektor pertanian. Berikut ini
disajikan secara rinci tentang penyediaan sarana sarana dan produksi
pertanian di Desa Ngadirejo.
Tabel 1. Sarana Produksi Pertanian di Desa Ngadirejo, Kecamatan
Mojogedang , Kabupaten Karanganyar Tahun 2016
Sarana dan Prasarana Keterangan
Saluran irigasi Ada
Waduk Ada
Pompa air Tidak ada
Pembagi air Ada
Saprodi pertanian Ada
Kios bibit Tidak ada
Sumber: Data Sekunder
Dari tabel 15 dapat dilihat bahwa Desa Ngadirejo memiliki
sarana irigasi, waduk, pembagi air, dan saprodi pertanian. Data
monografi yang diperoleh kurang memberikan keterangan yang lebih
mengenai penyediaan sarana produksi pertanian di Desa Ngadirejo.
Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar
memiliki penyedia sarana dan produksi pertanian.
Petani di Desa Ngadirejo memperoleh sarana produksi pertanian
seperti benih dan pupuk dengan cara membeli di kios saprodi yang
ada di kecamatan. Tidak semua petani membeli sarana produksi
pertanian di kios saprodi melainkan memilih untuk memproduksinya
sendiri. Sarana untuk pengolahan lahan seperti cangkul, sabit, dan
penyemprot hama, kebanyakan para petani sudah memiliki sendiri
yang di perolehnya di pasar.

34
B. Karakteristik Rumah Tangga Petani di Desa Ngadirejo, Kecamatan
Mojogedang, Kabupaten Karanganyar
1. Identitas responden
a. Status Rumah Tangga, Jumlah Anggota Rumah Tangga Petani
Penentuan responden dilakukan dengan dengan cara cluster
sampling yaitu mewawancarai rumah tangga petani untuk setiap desa.
Rumah tangga petani yang dijadikan responden terdiri dari rumah
tangga petani pemilik penggarap, penyewa, penyakap. Identitas
responden diperoleh secara langsung dari responden atau 25 sampel
petani yang terbagi menjadi 3 kelompok besar yaitu petani pemilik
penggarap, penyewa dan penyakap. Identitas tersebut meliputi nama,
umur, pendidikan, pekerjaan yang menunjukkan masing-masing
identitasnya secara garis besar terperinci dalam tabel berikut ini:
Tabel 15. Status Rumah Tangga dan Jumlah Anggota Rumah Tangga
di Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten
Karanganyar Tahun 2018
Keterangan Jumlah Rata-rata
1. Pemilik Penggarap
a. Suami 18
b. Istri 17
c. Anak 18
Jumlah 53
2. Penyakap
a. Suami 2
b. Istri 2
c. Anak 3
Jumlah 7
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa status rumah tangga
petani dan jumlah dari setiap anggota keluarganya yang tertinggi adalah
pada posisi petani pemilik penggarap. Diketahui jumlah suami
sebanyak 18 orang, perhitungan banyaknya suami tersebut didasarkan
pada kondisi petani yang masih hidup, sedangkan kondisi yang sudah
meninggal dunia tidak termasuk dalam perhitungan tersebut. Dilihat
dari jumlah istri dan anak yang terbanyak adalah pada kalangan petani
pemilik penggarap. Jumlah keseluruhan responden yang menjadi

35
sampel status istri semua masih hidup, kemudian jumlah anak
keseluruhan adalah 21. Hal ini berarti rata-rata setiap petani memiliki
jumlah anak sebanyak 2 orang. Kebanyakan dari mereka memiliki
status penguasaan sebagai petani pemilik penggarap adalah tanah yang
berasal dari warisan orang tua mereka.
Penguasaan tanah selanjutnya adalah penyakap, yakni didasarkan
pada sistem pembagian hasil antara peminjam dengan yang punya
lahan. Hanya terdapat 2 KK saja yang memiliki status penyakap dari 20
responden. Sedangkan di Desa Ngadirejo jarang ditemukan petani
penyewa bahkan tidak ada.
b. Umur Suami (KK) dan Umur Istri
Keadaan suami dan istri berdasarkan lamanya dia hidup
merupakan umur. Keadaan tersebut digunakan oleh setiap petani untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya baik kebutuhan primer, sekunder,
maupun tersier. Mayoritas umur menentukan tingkat kualitas hidup
seseorang yang dapat digunakan sebagai patokan tingkat kesejahteraan
dari segi kesehatan di setiap masyarakatnya. Data responden yang
diperoleh dari praktikum menunjukkan variasi umur, berikut tabelnya:

36
Tabel 16. Umur Suami (KK) dan Umur Istri di Desa Ngadirejo,
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar Tahun
2018
No. Interval Umur Suami Istri Anak
(tahun) Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Pemilik Penggarap
a. < 20
b. 21 – 30 - - - - 10 55,5
c. 31 – 40 - - 1 5,5 4 22,2
d. 41 – 50 1 5,5 3 16,6 4 22,2
e. 51 – 60 5 27,7 5 27,7 - -
f. > 60 6 33,3 7 38,8 - -
Jumlah 6 33,3 2 11,1 - -
18 99,8 18 99,7 18 99,9
Penyakap
2. a. <20
b. 21-30 - - - - 3 100
c. 31-40 - - - - - -
d. 41-50 - - - - - -
e. 51-60 1 50 1 50 - -
f. >60 - - - - - -
Jumlah 1 50 1 50 - -
2 100 2 100 3 100
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa umur dari setiap
keluarga petani memiliki variasi yang beragam, namun yang menempati
urutan terbanyak adalah pada interval petani pemilik penggarap. Rata
rata umur petani di Desa Ngadirejo sudah memasuki umur tua/lansia.
Perhitungan umur dilakukan hanya pada petani yang masih hidup,
sedangkan pada petani yang sudah meninggal dunia perhitungan tidak
dilakukan. Dapat dilihat dari tabel bahwa persentase umur suami, istri
dan anak selalu anak yang memiliki jumlah terbanyak, hal ini
dikarenakan dalam satu KK dapat memiliki anak lebih dari 2. Sistem
pertanian mereka kemudian diwariskan kepada anak-anaknya sehingga
di desa Ngadirejo tersebut rata-rata merupakan petani turun-temurun
dari orang tuanya.
Perbandingan umur antara pemilik penggarap, penyewa dan,
penyakap sebenarnya sama, hanya saja pada kuantitas yang

37
membedakan. Petani pemilik penggarap memiliki kepadatan yang lebih
dibandingkan dua status petani lainnya. Interval 51-60 pada petani
pemilik penggarap memiliki nilai 33,3% untuk suami dan 38,8% untuk
istri, pada interval ini rasio umur petani menunjukkan umur yang
mantap berdasarkan pengalaman dan ilmu-ilmu pertanian yang sudah
mereka dapatkan.,untuk petani penyakap interval umur 51- 60 sebanyak
0%. Kebanyakan dari mereka dapat menelaah lebih dalam mengenai
rencana pertanian kedepan khususnya untuk pertanaman mereka.
c. Pendidikan Suami (KK) dan Istri
Tingkat satuan pendidikan keluarga petani sangat penting karena
mempengaruhi kesadaran terhadap perkembangan zaman yang tidak
statis. Pendidikan merupakan sarana untuk mengembangkan pola
berpikir dan ketrampilan seseorang. Semakin tinggi tingkat
pendidikanmaka akan semakin tinggi ketrampilan yang dimiliki
masyarakat, sehingga akan menyebabkan tingginya tingkat
kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Pendidikan pun dapat
menjadi salah satu indikator karakter dan stratifikasi moral ekonomi
petani apakah subsisten ataukah rasionalitas. Berikut adalah tabel
tingkat pendidikan di Desa Ngadirejo.

38
Tabel 17. Pendidikan Suami (KK) dan Istri di Desa Ngadirejo,
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar Tahun
2018
Suami Istri Anak
Tingkat
No. Jumla Jumlah %
Pendidikan % %
h Jumlah
1. Pemilik
Penggarap
a. Tidak 2 11,1 1 5,5 5 31,25
Sekolah
b. SD 7 38,8 9 50 - -
c. SMP 9 50 5 27,7 1 6,25
d. SMA - - 3 16,6 8 50
e. D3 - - - - - -
f. S1 - - - - 2 12,5
Jumlah 18 99,9 18 99,8 16 100

2. Penyakap
a. Tidak - - - - - -
Sekolah
b. SD - - 1 50 1 33,3
c. SMP 1 50 - - 1 33,3
d. SMA 1 50 1 50 1 33,3
e. D3 - - - - - -
f. S1 - - - - - -
Jumlah 2 100 2 100 3 99.9
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa jumlah petani pemilik
penggarap suami yang yang tidak sekolah sebanyak 2 orang, besekolah
SD sebanyak 7 orang, dan lulusan SMP sebanyak 9 orang. Istri petani
pemilik penggarap yangtidak sekolah sebanyak 1 orang, lulusan SD
berjumlah 9 orang, lulusan SMP sebanyak 5, dan lulusan SMA
sebanyak 3 orang. Istri petani penyakap yang lulusan SD berjumlah 1
orang, dan yang lulusan SMA sebanyak 1 orang. Petani penyakap yang
suaminya lulusan SMP sebanyak 1 orang dan lulusan SMA sebanyak 1
orang Anak dari petani pemilik penggarap yang belum bersekolah
sebanyak 5, lulusan SMP atau masih duduk dibangku SMP sebanyak 1
orang, SMA atau masih duduk dibangku SMA sebanyak 8 orang,

39
sedangkan S1 sebanyak 2 orang. Anak petani penyakap yang masih
sekolah pada tingkat SD,SMP,SMA masing- masing 1.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa suami
petani pemilik penggarap dan penyakap sebagian besar memiliki
tingkat pendidikan SMP. Istri petani pemilik penggarap dan penyakap
sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SD. Anak petani
penggarap, dan penyakap sebagian besar masih bersekolah.
d. Jenis Pekerjaan yang Menghasilkan
Pekerjaan merupakan sarana masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Masyarakat Desa Ngadirejo tidak hanya bekerja
sebagai petani. Faktor yang mempengaruhi mereka untuk mencari
pekerjaan sampingan untuk menambah pengahasilan demi menunjang
kebutuhan rumah tangga petani yang dirasa kurang memumpuni.
Penunjangan tersebut diperuntukkan untuk memebuhi kebutuhannya,
namun ada pula yang memang hanya mengandalkan hasil pendapatan
dari pertanian mereka karena dirasa pendapatan yang mereka peroleh
itu sudah memenuhi kebutuhan mereka. Berikut tabel pernyataan
tentang pekerjaan yang menghasilkan untuk warga Desa
Penggungrejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar.

40
Tabel 18. Jenis Pekerjaan yang Menghasilkan di Desa Ngadirejo,
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar Tahun
2018
No. Jenis Pekerjaan Pemilik Penyewa Penyakap
Penggarap
S I A S I A S I A

1. Di lahan usahatani
a. Sendiri 13 7 - - - - 1 1 -
b. Menyewa 1 1 - - - - - - -
c. Menyakap - - - - - - 1 1 -
2. Usaha ternak
a. Sendiri 2 2 1 - - - 1 1 -
b. Menyakap - - - - - - - - -
c. Bantuan - - - - - - - - -
3 Buruh Tani
a. Desa Sendiri 1 2 - - - - - - -
b. Luar Desa 1 - - - - - 1 - -
c. Luar Kecamatan 1 - - - - - - - -
4 Bakul
a. Bakul warungan - - - - - - - - -
b. Bakul di pasar - 1 - - - - - -
c. Bakul keliling - - - - - - - - -
5 Buruh
a. Buruh pabrik 1 2 - - - - - - -
b. Buruh bangunan 2 1 1 - - - - - -
c. Buruh lain 1 - - - - - -
6 PNS - - - - - - - - -
7 Perangkat Desa 1 - - - - - - - -
8 Lain – lain 4 5 8 - - - - - 4
Jumlah 28 21 10 - - - 4 3 4

Sumber : Analisis Data Primer


Keterangan:
S : Suami
I : Istri
A : Anak
Berdasarkan data di Tabel 18 Desa Ngadirejo, kecamatan
Mojogedang dapat disimpulkan bahwa baik suami maupun istri
sebagian besar bekerja di lahan usahatani utama dan usaha tani
tersebut merupakan lahan sendiri, hasil sewa dan menyakap. Jumlah
responden yang bekerja ada 26 orang, dimana terdiri dari suami

41
berjumlah 16 dan istri berjumlah 10 orang yang bekerja pada sektor
pertanian sedangkan, jumlah responden yng mmiliki pekerjaan
sampingan di luar pertanian berjumlah 18 orang yang terdiri dari
suami berjumlah 9 orang dan istri berjumlah 9 orang. Sebagian besar
penduduk Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten
Karanganyar ini suami istri mayoritas bekerja sebagai petani lahan
sendiri. Namun, istri hanya sedikit membantu sebagai petani.
Berdasarkan dari data yang kami dapatkan, terlihat mayoritas
baik suami ataupun istri di Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang,
Kabupaten Karanganyar ini sudah bekerja semua. Maksudnya yaitu
kesetaraan gender dalam hal mencari nafkah sudah mulai sepadan.
Istri tidak harus diam menunggu suami pulang mencari nafkah
dirumah. Hal ini terlihat dari banyaknya istri yang membantu
pekerjaan suami baik dari sektor pertanian maupun di luar pertanian
yang masih berada di dalam lingkungan desa.
2. Penguasaan Aset Rumah Tangga
a. Luas pekarangandan luas bangunan
Lapangan produksi ada bermacam – macam antara lain adalah
lahan terbuka yang terdiri dari anatara lain sawah, tegalan, kebun
buah, kebun sayur. Sawah adalah pertanian yang dilaksanakan di
tanah yang basah atau dengan pengairan. Bersawah merupakan cara
bertani yang lebih baik daripada cara yang lain, bahkan merupakan
cara yang sempurna karena tanah dipersiapkan lebih dahulu, yaitu
dengan dibajak, diairi secara teratur, dan dipupuk. Tegal adalah suatu
lahan yang kering (dry farming) tanpa adanya pengairan. Pertanian
tegalan adalah cara bertani yang secara tetap tanpa pengairan.
Pertanian tegalan dikerjakan secara tetap dan intensif dengan
bermacam-macam tanaman secara bergantian (crop rotation).
Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan
umumnya berpagar keliling. Di atas lahan pekarangan tumbuh
berbagai ragam tanaman. Bentuk dan pola tanaman pekarangan tidak

42
dapat disamakan, bergantung pada luas tanah, tinggi tempat, iklim,
jarak dari kota, jenis tanaman. Berikut disajikan secara rinci data luas
pekarangan dan luas bangunan yang dimiliki untuk setiap masing-
masing responden petani di Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang,
Kabupaten Karanganyar.
Tabel 19. Luas Sawah, Tegal, Pekarangan dan Luas Tanah serta Luas
Bangunan Responden di Desa Ngadirejo, Kecamatan
Mojogedang, Kabupaten Karanganyar Tahun 2018

No. Aset Rumah Jumlah (m2) Luas Rata-rata (m²)


Tangga
1. Pemilik
Penggarap
Sawah 2.004.360.000 105.490.000
Tegal 1.000.970.000 55.610.000
Pekarangan 5411 284,79
Bangunan 4506 237,16
Jumlah 12.922,33 683,05

2. Penyakap
Sawah 250.000 250.000
Tegal 250.000 250.000
Pekarangan 210 210,00
Bangunan 400 400,00
Jumlah 610,50 610,50
Sumber : Analisis Data Primer
Tabel 19 di atas menunjukkan luas bahan produksi yang
dimiliki petani dimulai dari sawah, tegal, pekarangan, dan bangunan.
Luas lapangan produksi terbesar dimiliki oleh petani pemilik
penggarap yaitu 12.922,33 m2 dengan rata-rata 693,05 m2.
Luas lapangan produksi petani pemilik penggarap adalah
didominasi oleh lapangan produksi berupa sawah yang luasnya
2004,36 m2 merupakan milik mereka pribadi. Petani penyakap adalah
petani dengan system bagi hasil yang memiliki luas tanah produksi di
Desa Ngadirejo adalah tegal dan sawah sebesar 250.000 m2.
a. Keadaan Bangunan Rumah
Rumah merupakan aset rumah tangga yang paling penting,
rumah tidak hanya dijadikan unuk tempat bernaung atau melindungi

43
dari teriknya matahari, serta hujan, tetapi tempat dimana sosialisasi
didalam suatu keluarga bisa terbentuk. Kuat atau tidaknya suatu
rumah sangat dipengaruhi oleh kerangka rumah itu sendiri. Sebuah
rumah biasanya terdiri dari lantai, dinding, kerangka dan atap rumah.
Di bawah ini disajikan secara rinci data keadaan bangunan rumah
responden petani di Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang,
Kabupaten Karanganyar tahun 2018.
Tabel 20. Keadaan Bangunan Rumah Responden di Desa Ngadirejo,
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar Tahun
2018

Jenis Pemilik Penggarap Penyewa Penyakap


K D A L K D A L K D A L
Kayu Jati 10 - - - - - - - 1 - - -
Kayu 9 1 - - - - - - - - - -
Tahunan
Bambu 2 - - - - - - - - - - -
Tembok - 18 - - - - - - - 1 - -
Genteng - - 18 - - - - - - - 1 -
Seng - - 2 - - - - - - - - -
Asbes - - - - - - - - - - - -
Ubin - - - 14 - - - - - - - 1
Kayu - - - - - - - - - - - -
Tanah - - - 3 - - - - - - - -
Lainnya - - 2 - - - - - - - - -
Jumlah 21 19 22 17 - - - - 1 1 1 1
Sumber : Analisis Data Primer
Keterangan:
K = Kerangka
D = Dinding
A = Atap
L = Lantai
Berdasarkan Tabel 20. dapat diketahui bahwa dapat diketahui
bahwa perkembangan zaman saat ini membuat petani baik petani
pemilik penggarap ataupun petani penyakap memiliki tempat tinggal
yang permanen. Mayoritas kerangaka rumah petani penggarap terbuat
dari kayu jati. Dinding yang mereka buat adalah tembok yang

44
permanen, hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan mereka sudah
mulai berkembang. Responden sebanyak 19 orang menggunakan
tembok sebagai dinding rumah mereka dan hanya 1 orang yang
menggunakan dinding dari kayu tahunan.
Keadaan rumah dapat menggambarkan keadaan ekonomi
pemiliknya. Oleh karena itu, dengan memperhatikan keadaan rumah
keluarga responden di Desa Ngadirejo Kecamatan Mojogedang kita
dapat mengambil kesimpulan bahwa pada umumnya kondisi keluarga
responden warga Desa Ngadirejo dapat dikategorikan anatara sedang
sampai tingkat tinggi. Hal tersebut didasarkan pada sebagian besar
rumah petani berkerangka kayu jati, berdinding tembok, dan
beralaskan keramik.
b. Pemilikan Radio, TV, VCD, Kulkas, Handphone, Ruang Tamu, Kamar
Tidur, Kursi Tamu, dan Lemari
Radio, TV, VCD, Kulkas, Lemari, Kursi tamu merupakan
kebutuhan sekunder bagi setiap orang. Kepemilikan barang-barang
elektronik mempunyai peranan dalam media penyerap informasi atau
bisa sebagai sarana hiburan bagi keluarga. Mayoritas di sebuah
pedesaan tidak banyak mementingkan kebutuhan sekunder, karena
faktor keterbatasan biaya yang dimiliki. Berikut disajikan data tabel
pengamatan kepemilikan barang-barang elektronik maupun barang-
barang sekunder responden petani di Desa Ngadirejo.

45
Tabel 21. Pemilikan Radio, TV, VCD, Kulkas, Handphone, Ruang
Tamu, Kamar Tidur, Kursi Tamu, dan Lemari di Desa
Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten
Karanganyar Tahun 2018

No. Keterangan Punya Tidak punya Rata-rata


1. Pemilik
Penggarap
Radio 4 15 1
TV 20 - 1,05
VCD 6 14 1,05
Kulkas 11 9 1,05
Handphone 24 3 1,4
Ruang Tamu 19 - 1
Kamar Tidur 49 - 2,5
Kursi Tamu 80 - 4,2
Lemari 48 - 2,5
Jumlah 261 41 15,8

2. Penyakap
Radio - 1 1
TV 1 - 1
VCD - 1 1
Kulkas 1 - 1
Handphone 1 - 1
Ruang Tamu 1 - 1
Kamar Tidur 2 - 2
Kursi Tamu 4 - 4
Lemari 2 - 2
Jumlah 12 2 14
Sumber : Analisis Data Primer
Menurut Tabel 21. dapat diketahui bahwa alat-alat elektronik
maupun non elektronik yang merekapaki baik petani pemilik
penggarap, petani penyewa maupun petani penyakap sudah cukup
tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan kepemilikan alat komunikasi yang
dapat menambah wawasan pertanian mereka yaitu radio, TV, VCD
dan HP yang rata-rata semua penduduk sudah memakainya. Semua
responden di desa Sringin memiliki ruang tamu yang berjumlah 19
pada petani pemilik penggarap dan 1 pada petani penyakap. Semua
responden juga memiliki lemari untuk menyimpang barang mereka
bahkan ada yang memiliki lebih dari satu lemari.

46
Semua responden memiliki televisi, ada responden yang
memiliki tv lebih dari 1. Televisi tersebut mereka gunakan sebagai
sarana hiburan untuk menghilangkan rasa lelah setelah beraktivitas.
Selain itu dengan menonton acara dari stasiun televisi yang ditawarkan
biasanya digunakan sebagai waktu untuk berkumpul bersama keluarga
setelah seharian sibuk melakukan aktivitas bekerja dan sekolah.
Kemudian kepemilikan kamar utama dan kursi tamu rata-rata semua
responden sudah memiliki walaupun masih sederhana.
Mempertimbangkan keadaan tersebut warga Desa Ngadirejo
dikatakan termasuk dalam kategori cukup makmur. Sehingga
kesejahteraan petani beserta keluarganya meningkat karena bisa
terlihat dari kepemilikan alat-alat elektonik. Alat – alat tersebut seperti
televisi yang rata-rata setiap keluarga sudah mempunyai meskipun
hanya satu buah dan masih sederhana.
c. Bahan Bakar Masak dan Penerangan Rumah
Bahan bakar masak pada zaman sekarang sudah menjadi
kebutuhan semi primer, begitu juga dalam hal penerangan. Secara
umum bahan bakar yang digunakan untuk memasak di suatu rumah
tangga adalah gas, namun di Desa Ngadirejo mayoritas menggunakan
bahan bakar masuk dari gas. Penerangan yang telah dapat masuk ke
Desa Ngadirejo adalah listrik. Berikut disajikan data tabel hasil
pengamatan kepemilikan Bahan Bakar Masak dan Penerangan
responden di Desa Ngadirejo Tahun 2018.

47
Tabel 22. Bahan Bakar Masak dan Penerangan Rumah Responden di
Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten
Karanganyar Tahun 2018
No. Keterangan Penerangan Bahan bakar
Jumlah % Jumlah %
1. Pemilik penggarap
Listrik 19 99% - -
Kayu bakar - - 8 40%
Minyak Tanah - - - -
Gas - - 12 60%
Jumlah 19 99% 20 100%

2. Penyakap
Listrik 1 100% - -
Kayu bakar - - 1 100%
Minyak Tanah - - - -
Gas - - - -
Jumlah 1 100% 1 100%
Sumber : Analisis Data Primer
Menurut Tabel 22. dapat diketahui bahwa seluruh responden
dari Desa Ngadirejo sudah menggunakan listrik sebagai sumber listrik
mereka. Baik petani pemilik penggarap maupun penyakap sudah
menggunakan gas sebagai bahan bakar memasak mereka walaupun
masih ada beberapa petani yang menggunankan bahan bakar lain selain
gas.
Dengan demikian penduduk Desa Ngadirejo, Kecamatan
Mojogedang, Kabupaten Karanganyar dapat dikategorikan sebagai
masyarakat yang cukup ada dengan adanya fasilitas-fasilitas yang ada
serta barang-barang yang mereka pakai sehari-hari ataupun dalam
kegiatan bertani.

48
d. Kepemilikan Kamar Mandi, WCdan kondisinya
Kamar mandi dan WC merupakan salah satu bagian dari sebuah
rumah. Kebanyakan orang kerap kali menilai tingkat kesehatan sebuah
rumah dengan melihat kamar mandi dan WC rumah tersebut. Kamar
tidur merupakan bagian dari rumah yang berfungsi sebagai tempat
beristirahat. Hampir setiap rumah memiliki kamar tidur walaupun
jumlahnya sedikit. Di bawah ini telah disajikan data Kepemilikan
Kamar Tidur dan Kamar mandi dan WC di Desa Ngadirejo.
Tabel 23. Kepemilikan Kamar Mandi, WC, dan Kondisinya di Desa
Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten
Karanganyar Tahun 2018

No. Keterangan Ada Tidak


1. Pemilik penggarap
Kamar Mandi 22 -
WC 18 1
Jumlah 40 1

2. Penyakap
Kamar Mandi 1 -
WC 1 -
Jumlah 2 -

Sumber : Analisis Data Primer


Menurut Tabel 24. dapat diketahui bahwa semua keluarga
responden telah memiliki unsur-unsur ruangan didalam rumah seperti
halnya ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, dan WC. Dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan semua telah mempunyai kamar
mandi dan WC sendiri meskipun masih amat sederhana namun ada
juga yang sudah cukup nyaman digunakan.
Kamar mandi ataupun WC adalah fasilitas mutlak yang harus
wajib ada dalam suatu rumah karena sebagi tempat mandi ataupun cuci
kakus. Apabila kita buang air kecil ataupun besar sembarangan akan
mencemari lingkungan dan polusi. Semua responden telah memiliki
kamar mandi namun ada juga yang belum memiliki WC sebagai
tempat pembuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa petani

49
pemilik penggarap, penyewa, penyakap Desa Ngadirejo telah memiliki
kehidupan yang layak. Setiap rumah petani setidaknya terdapat satu
kamar mandi dan satu WC, walaupun masih ada yang belum memiliki
WC dan masih mennumpang ke rumah tetangga dan kamar mandinya
bahkan ada yang lebih dari 1
e. Kepemilikan Alat Transportasi/Kendaraan
Sarana transportasi memiliki peranan penting di suatu daerah
pedesaan. Transportasi membabntu memperlancar proses distribusi
hasil pertanian keluar daerah dan distribusi berbagai macam barang
kebutuhan masyarakat kedalam daerah serta mendukung kecepatan
datangnya informasi, serta membantu masyarakat mendapatakan
sarana dan prasarana pertanian. Dengan hal tersebut maka sarana
transportasi sangat menentukan bagi perkembangan dan kemajuan
suatu desa. Penduduk Desa Ngadirejo ada beberapa yang melakukan
aktivitasnya sehari-hari dengan menggunakan sepeda motor, baik
untuk kegiatan pribadi mauupun untuk kegiatan perekonomian seperti
membawa hasil panen ke kota atau tempat lain. Sementara itu bagi
penduduk yang tidak memiliki alat transportasi pribadi untuk
melakukan aktivitas, misalnya ke sawah atau ke sekolah ada yang
jalan kaki, ada juga yang menggunakan sepeda onthel. Namun jika
penduduk akan pergi ke kota biasanya menggunakan transportasi
umum yang berada di kecamatan.

50
Tabel 25. Kepemilikan Alat Transportasi/Kendaraan Responden di
Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten
Karanganyar Tahun 2018
No Alat transportasi Jumlah
1. Pemilik penggarap
Sepeda 14
Sepeda motor 27
Mobil -
Jumlah 41

2. Penyakap
Sepeda -
Sepeda motor 2
Mobil -
Jumlah 2
Sumber : Analisis Data Primer
Dari Tabel 25 menunjukan bahwa responden di atas dapat
disimpulkan sebagian besar responden ada yang telah memiliki sepeda
motor dan ada juga yang memiliki sepeda. Hal ini terjadi karena
masyarakat Desa Ngadirejo dalam kehidupan sehari-harinya tidak
jarang mengadakan mobilitas ke luar desa sehingga mereka
menganggap sangat membutuhkan sarana transportasi sendiri terutama
motor dan terkait dengan keadaan ekonomi yang relatif masih minim
dan sebagian besar warganya adalah warga rantau.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa semua jenis
petani baik pemilik penggarap, penyewa, dan penyakap memiliki
sepada dan sepeda motor sebagai alat transportasinya. Bahkan satu
petani ada yang memiliki sepeda motor lebih dari satu. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa petani di Desa Ngdirejo merupakan petani
yang berkecukupan.
3. Akses terhadap Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan
Pendidikan merupakan hal yang harus diperhatikan oleh setiap
orang. Pendidikan sangat mempengaruhi kegiatan yang dapat kita
lakukan, selain itu pendidikan dapat mempengaruhi kondisi ekonomi
keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar biaya

51
yang dikeluarkan. Berikut ini akan di sajikan secara rinci tentang
tempat pelayanan kesehatan di Desa Ngadirejo.
Tabel 27. Akses terhadap Pendidikan Rumah Tangga Responden di
Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten
Karanganyar Tahun 2018

No. Tingkat pendidikan Jumlah %


1. Pemilik penggarap
Belum sekolah 11 20
SD 16 29
SMP 14 25,6
SMA 12 21,8
PT 2 3,6
Jumlah 55

2. Penyewa
Belum sekolah - -
SD - -
SMP - -
SMA - -
PT - -
Jumlah - -

3. Penyakap
Belum sekolah - -
SD 2 28,6
SMP 2 28,6
SMA 3 42,8
PT - -
Jumlah 7 100

Sumber : Analisis Data Primer


Berdasarkan tabel 27 dapat diketahui bahwa akses terhadap
pendidikan cukup bagus dan merata. Selain menunjukan bahwa warga
desa telah mendapatkan akses terhadap pendidikan data ini juga
menunjukan bahwa keadaan ekonomi petani di Desa Ngadirejo ini
cukup baik sehingga dapat bersekolah. Harapannya semakin tinggi
tingkat pendidikan yang ditempuh dapat meningkatkan kualitas
ekonomi dan juga kehidupannya. Namun, untuk mencapai hal ini juga
diperlukan peran pemerintah dalam hal meringankan biaya sekolah,
karena tidak semua warga mampu membayar biaya pendidikan yang

52
setiap tahunnya mengalami peningkatan, sekolah sangat penting sekali
untuk bekal masa depan, jadi orang tua sebagai pembimbing harus
memiliki motivasi agar anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan
bersekolah.
Tabel 28. Akses terhadap Pelayanan Kesehatan Rumah Tangga
Responden di Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang,
Kabupaten Karanganyar Tahun 2018.

No. Pelayanan Kesehatan Σ %


1. Pemilik penggarap
Puskesmas 12 66,7
Rumah Sakit - -
Bidan/ Klinik 3 16,7
Dokter 3 16,7
Jumlah 18 -

2. Penyewa
Puskesmas - -
Rumah Sakit - -
Bidan/ Klinik - -
Dokter - -
Jumlah - -

3. Penyakap
Puskesmas 2 100
Rumah Sakit - -
Bidan/ Klinik - -
Dokter - -
Jumlah 2 100
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan tabel 28 dapat diketahui bahwa mayoritas warga
didaerah Ngadirejo lebih memilih berobat di Puskesmas. Hal ini
ditunjukkan oleh persentase 66,7% responden pemilik penggarap
memilih ke Puskesmas, sedangkan sisanya 33,3% lebih memilih ke
Rumah Sakit dan bidan atau klinik. Sedangkan 100% responden
penyakap memilih ke puskesmas.
Warga Desa Ngadirejo lebih memilih ke Puskesmas
dikarenakan jaraknya yang dekat. Selain itu, juga dikarenakan biaya
puskesmas lebih murah daripada pengobatan lainnya. Sebagian juga

53
lebih memilih Rumah Sakit karena peralatan medisnya lebih lengkap
dan apabila mendapat rujukan ke rumah sakit baru berkunjung ke
rumah sakit.

4. Pola Pangan Pokok dan Frekuensi Makan Keluarga


Pola Pangan Pokok dan Frekuensi Keluarga didapat dari apa yang
mereka konsumsi sehari-hari. Tetap terus menerus sepanjang tahun
atau berganti-ganti disetiap tahunnya. Seberapa teratur mereka
mengatur frekuensi makan mereka dalam 1 hari, teratur setiap hari atau
justru hanya tergantung keadaan. Berikut kami sajikan table untuk
mengetahui pola pangan pokok dan frekuensi makan keluarga di Desa
Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar.
Tabel 29. Pola Pangan Pokok Rumah Tangga Responden di Desa
Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten
Karanganyar Tahun 2018

No. Keterangan Frekuensi


Pola Pangan Pokok Makan
Keluarga
Nasi Berganti
Sepanjang dengan yang 1X 2X 3X
tahun lain
1. Pemilik 18
- - 18
penggarap
2. Penyewa - - - - -
3. Penyakap - 1 - - 2
Jumlah - 1 - - 20
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan tabel 29 dapat kita ketahui bahwa para petani
Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar
memprioritaskan nasi untuk makanan pokok. Para petani hanya
menjual hasil palawijanya ke pasar. Hasil panen palawija sebagian
kecil di bawa kerumah atau dikonsumsi sendiri, namun tidak dijadikam
sebagai makanan pokok.

54
Pola makan para petani di Desa Ngadirejo ini kurang baik bagi
kesehatan sebab nasi mengandung banyak kalori yang cukup tinggi.
Palawija ( ubi kayu, ketela rambat, dll) seharusnya tidak hanya dijual.
Kandungan kalori pada tanaman palawija sangat kecil.

55
C. Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga
1. Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan dari Usahatani Sendiri
a. Penerimaan dari Usahatani Sendiri
Pendapatan ekonomi tiap keluarga diperoleh dari hasil
perhitungan penerimaan dikurangi biaya. Biaya sendiri berupa
pengeluaran konsumsi sehari-hari dan pengeluaran untuk usahatani.
Sedang untuk pendapatan keluarga petani biasanya diperoleh dari
hasil usahatani yang berupa hasil panen dan dari luar usahatani yang
berupa gaji/upah kerja. Berikut ini tabel pendapatan dan konsumsi
rumah tangga petani di Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang,
Kabupaten Karanganyar.
Tabel 30. Penerimaan dari Usahatani Sendiri di Desa Ngadirejo,
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar Tahun
2018
Penerimaan dari Jumlah (Rp) Rata-Rata
Usahatani
1. Pemilik penggarap
a. Sawah 385.690.000 32.140.833
b. Tegal 1.875.000 1.875.000
c. Pekarangan 2.675.000 148.611
d. Ternak 69.020.000 3.834.444
Jumlah 459.260.000

2. Penyewa
a. Sawah 51.725.000 25.862.500
b. Tegal - -
c. Pekarangan - -
d. Ternak - -
e. Usaha Tani Lain - -
Jumlah 51.725.000 25.862.500

3. Penyakap
a. Sawah 14.600.000 7.300.000
b. Tegal - -
c. Pekarangan 625.000 625.000
d. Ternak - -
e. Usaha Tani Lain - -
Jumlah 15.225.000 625.500
Sumber : Analisis Data Primer

1
Berdasarkan tabel 30. dapat diketahui bahwa pengeluaran yang
dilakukan oleh petani pemilik penggarap adalah sebesar Rp
459.260.000,00. Pada umumnya petani pemilik sekaligus penggarap
mempunyai modal yang besar dalam kegiatan usahatani, sehingga
pendapatan dan penghasilan petani pemilik penggarap juga besar.
Selain petani pemilik penggarap, petani penyakap juga melakukan
pengeluaran dari pekerjaan mereka. Sedangkan petani penyakap
memeroleh penerimaan sebesar Rp15.225.000,00.
Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengeluaran petani penggarap lebih besar dibandingkan petani
lainnya. Pada umumnya petani penggarap menggarap lahan mereka
sendiri serta bekerja pula pada usaha tani yang lain sehingga
penghasilan yang diterima petani penggarap lebih besar dari pada
petani penyakap. Sedangkan petani penyewa harus mengeluarkan
biaya yang lebih besar karena perlu mengeluarkan biaya untuk
membayar sewa lahan.
b. Biaya dari Usahatani Sendiri
Biaya adalah pengorbanan sumber daya ekonomis yang diukur
dengan satuan uang yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu yang diharapkan dapat
memberi manfaat bagi proses produksi yang sedang dilakukan. Biaya
merupakan pengeluaran yang digunakan untuk usahatani. Di bawah
ini disajikan data biaya dari usahatani sendiri di Desa Ngadirejo.

2
Tabel 31. Biaya dari Usahatani Sendiri di Desa Ngadirejo, Kecamatan
Mojogedang, Kabupaten Karanganyar Tahun 2018
Biaya dari Usahatani Jumlah (Rp) Rata-Rata
1. Pemilik penggarap
a. Sawah 79.549.800 6.629.156
b. Tegal 987.900 987.900
c. Pekarangan 310.860 17.270
d. Ternak 1.303.000 72.388
Jumlah 82.151.560

2. Penyewa
a. Sawah 26.760.000 13.380.450
b. Tegal - -
c. Pekarangan - -
d. Ternak - -
Jumlah 26.760.000 -

3. Penyakap
a. Sawah 5.499.500 2.749.750
b. Tegal - -
c. Pekarangan 506.700 506.700
d. Ternak - -
Jumlah 6.006.200
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan tabel 31 dapat diketahui bahwa pengeluaran yang
dilakukan oleh petani pemilik penggarap adalah sebesar Rp
82.151.560. Pada umumnya petani pemilik sekaligus penggarap
mempunyai modal yang besar dalam kegiatan usahatani, sehingga
pendapatan dan penghasilan petani pemilik penggarap juga besar.
Selain petani pemilik penggarap, petani penyewa dan penyakap juga
melakukan pengeluaran dari pekerjaan mereka. Petani Penyakap
pemiliki jumlah pengeluaran sebesar Rp6.006.200.
Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengeluaran petani penggarap lebih besar dibandingkan petani
lainnya. Pada umumnya petani penggarap menggarap lahan mereka
sendiri serta bekerja pula pada usaha tani yang lain sehingga
penghasilan yang diterima petani penggarap lebih besar dari pada
petani penyewa dan penyakap. Sedangkan petani penyakap

3
penghasilannya hanya dari hasil bagi atas panen dengan pemilik
berdasar cara bagi hasil.
c. Pendapatan dari Usahatani Sendiri
Penggunaan pendapatan didasarkan pada tingkat kebutuhan.
Semakin besar pendapatan seseorang maka kebutuhan tersebut ikut
bertambah, sebaliknya semakin kecil pendapatan maka kebutuhan
tersebut semakin sedikit. Pendapataan dari usahatani sendiri diperoleh
karena usahatani yang dikerjakan oleh pribadi. Di bawah ini disajikan
secara rinci data pendapatan dari usahatani sendiri di Desa Ngadirejo.
Tabel 32. Pendapatan dari Usahatani Sendiri di Desa Ngadirejo,
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar Tahun
2018
Pendapatan dari Usahatani Jumlah (Rp) Rata-Rata
1. Pemilik Penggarap
a. Sawah 332.001.620 27.666.801
b. Tegal 957.100 957.100
c. Pekarangan 2.364.140 131.341
d. Ternak 67.717.000 3.762.055
Jumlah 403.039.860 32.517.297
2. Penyewa
a. Sawah 24.964.100 12.482.050
b. Tegal - -
c. Pekarangan - -
d. Ternak - -
Jumlah 24.964.100

3. Penyakap
a. Sawah 9.100.500 4.550.250
b. Tegal - -
c. Pekarangan 118.300 118.300
d. Ternak - -
Jumlah 9.218.800 4.668.550
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan tabel 32 pendapatan rata-rata dapat kita lihat
bahwa penerimaan yang diterima oleh petani pemilik penggarap
adalah sebesar Rp403.039.860 dengan rata rata pendapatan
Rp32.517.297. Pada umumnya petani pemilik sekaligus penggarap
mempunyai modal yang besar dalam kegiatan usahatani, sehingga

4
pendapatan dan penghasilan petani pemilik penggarap juga besar.
Selain petani pemilik penggarap, petani penyewa dan penyakap juga
memperoleh penerimaan dari pekerjaan mereka. Petani penyakap
mempunyai jumlah penerimaan sebesar Rp9.218.800 dengan rata rata
pendapatan Rp13.887.350.
Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemasukan petani penggarap lebih besar dibandingkan petani lainnya.
Pada umumnya petani penggarap menggarap lahan mereka sendiri
serta bekerja pula pada usaha tani yang lain. Sehingga penghasilan
yang diterima petani penggarap lebih besar daripada petani lain.

5
2. Pendapatan dari Bekerja pada Usahatani Lain
Tabel 33. Pendapatan dari Bekerja pada Usahatani Lain di Desa
Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar
Tahun 2018

Pendapatan dari Usahatani Lain Jumlah %


(Rp)
1. Pemilik Penggarap
a. Buruh tani 0 0
b. Kolam Ikan 0 0
Jumlah 0 0

2. Penyewa
a. Buruh tani 0 0
b. Kolam Ikan 0 0
Jumlah 0 0

3. Penyakap
a. Buruh tani 0 0
b. Kolam Ikan 0 0
Jumlah 0 0

Sumber : Analisis Data Primer


Berdasarkan Tabel 33 dapat diketahui bahwa diatas tidak
ditemukan data penghasilan yang diterima petani dari usahatani lain.Di
Desa Nagdirejo ini tidak ada petani yang bekerja sampingan sebagai
buruh tani maupun memiliki kolam ikan.Hal tersebut karena perani
bekerja sampingan sebagai peternak.Beternak dianggap lebih
memberikan hasil yang besar dibanding memelihara ikan dan bekerja
sebagai buruh tani.

6
3. Pendapatan dari Luar Pertanian
Tabel 34. Pendapatan dari Luar Pertanian di Desa Ngadirejo,
Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar Tahun
2018

Pendapatan dari luar Jumlah (Rp) %


usahatani
1. Pemilik Penggarap
a. Suami 12.882.000.000
b. Istri 1.600.000.000
c. Anak 4.854.000.000
Jumlah 19.336.000.000

2. Penyakap
a. Suami 1.400.000.000
b. Istri 0
c. Anak 0
Jumlah 1.400.000.000

Sumber : Analisis Data Primer


Berdasarkan Tabel 34 dapat diketahui bahwa petani pemilik
memiliki penghasilan diluar usaha tani sebesar Rp 19.336.000.000 Luar
usaha tani meliputi pedagang, buruh bangunan dan sebagainya. petani
penyakap memiliki penghasilan diluar usaha tani sebesar Rp.
1.400.000.000 Suami sebagai penyumbang terbesar penghasilan rumah
tangga petani karena sebagian besar suami bekerja diluar usaha tani,
yaitu sebesar >80% kontribusinya pada penghasilan rumah tangga
petani. Selain itu, anak-anak petani juga memberi kontribusi yang besar
pada pendapatan diluar usaha tani. Anak dari petani sebagian besar
bekerja sebagai buruh pabrik dan tidak bekerja di bidang pertanian.
m. Total Pendapatan Rumah Tangga Responden
Total pendapatan merupakan jumlah total dari penerimaan
dikurangi biaya yang di keluarkan dalam proses produksi. Besarnya
pendapatan menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Berikut

7
disajikan data tentang total pendapatan rumah tangga petani di Desa
Ngadirejo.
4. Total Pendapatan Rumah Tangga Responden
Tabel 35. Total Pendapatan Rumah Tangga Responden di Desa
Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar
Tahun 2018

Keterangan Jumlah (Rp) %


1. Pemilik Penggarap
a. Usahatani Sendiri 34.703.028.000
b. Usahatani Lain 11.641.115.400
c. Dari Luar Usahatani 19.336.000.000
Jumlah 65.680.143.400

2. Penyakap
a. Usahatani Sendiri 2.730.150.000
b. Usahatani Lain 11.830.000
c. Dari Luar Usahatani 1.400.000.000
Jumlah 4.141.980.000

Sumber : Analisis Data Primer


Berdasarkan Tabel 35 dapat diketahui bahwa pendapatan pemilik
penggarap yang diperoleh dari usaha tani, usaha tani lain dan dari luar
usaha tani sebesar Rp. 65.680.143.400 Pada petani penyakap yang
diperoleh dari usaha tani, usaha tani lain dan pendapatan dari luar usaha
tani sebesar Rp. 4.141.980.000 Berdasarkan hasil tersebut dapat terlihat
bahwa petani di desa Ngadirejo tidak hanya bekerja pada sektor usaha
tani, melainkan ada juga pada sektor diluar usaha tani seperti beternak
ataupun bekerja sebagai bukan petani.
n. Konsumsi Rumah Tangga Responden
Kebutuhan yang terus meningkat dan tidak terbatas dari waktu ke
waktu menuntut manusia untuk bekerja dan berusaha lebih keras untuk
memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah untuk

8
menciptakan kehidupan yang makmur dan sejahtera. Berikut ini disajikan
data tentang konsumsi rumah tangga responden.
5. Konsumsi Rumah Tangga Responden
Tabel 36. Konsumsi Rumah Tangga Responden di Desa Ngadirejo,
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar Tahun
2018

Konsumsi Jumlah (Rp) %


1. Pemilik Penggarap
a. Bahan Makanan 10.561.640.000
b. Bukan Makanan 6.302.310.000
c. Papan, pakaian, dll 4.682.900.000
Jumlah 21.075.850.000

2. Penyakap
a. Bahan Makanan 1.820.160.000
b. Bukan Makanan 877.200.000
c. Papan, pakaian, dll 617.900.000
Jumlah 3.315.260.000

Sumber : Analisis Data Primer


Berdasarkan Tabel 36 dapat diketahui bahwa pengeluaran
konsumsi pada pemilik penggarap adalah sebesar Rp. 21.075.850.000
pada petani penyakap besarnya konsumsi sebesar Rp. 3.315.260.000
Besarnya konsumsi pangan dan pakaian dipengaruhi oleh banyaknya
jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Semakin
besar jumlah anggota keluarga, semakin besar pula pengeluarannya.
Rata-rata masyarakat Desa Ngadirejo merupakan keluarga kecil.
Faktor yang mempengaruhi jumlah pengeluaran selain jumlah anggota
keluarga, adalah usia dari anggota keluarga. Anggota keluarga dengan
umur 15 – 65 cenderung mempunyai konsumsi yang besar, karena
pada usia tersebut merupakan usia produktif manusia.

9
o. Pendapatan, Konsumsi, Tabungan, dan Investasi
Keseluruhan dari pendapatan, konsumsi, tabungan dan investasi
merupakan tolak ukur kesejahteraan sebuah masyarakat. Apabila
pendapatan, tabungan dan investasi tinggi sedangkan kebutuhan
konsumsi sedikit, maka tingkat kesejahteraan tinggi. Namun, jika
pendapatan, tabungan dan investasi lebih rendah dari pada konsumsi
maka tingkat kesejahteraan rendah. Berikut di sajikan data tentang
pendapatan, konsumsi, tabungan dan investasi Desa Ngadirejo.
6. Pendapatan, Konsumsi, Tabungan, dan Investasi
Tabel 37. Pendapatan, Konsumsi, Tabungan,dan Investasi Responden
di Desa Ngadirejo, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten
Karanganyar Tahun 2018

Konsumsi Jumlah (Rp) %


1. Pemilik Penggarap
Total Penghasilan

a. Konsumsi

1) Bahan Makanan 10.561.640.000

2) Bukan Makanan 6.302.310.000

3) Pakaian, papan,dll 4.682.900.000

b. Tabungan 66.743.684.000

c. Investasi 388.114.460

2. Penyakap
Total Penghasilan

a. Konsumsi

1) Bahan Makanan 1.820.160.000

2) Bukan Makanan 877.200.000

3) Pakaian, papan, dll 617.900.000

10
b. Tabungan 733.970.000

c. Investasi 92.179.300

Sumber : Analisis Data Primer


Berdasarkan Tabel 37 dapat diketahui bahwa besar investasi
petani pemilik penggarap sebesar Rp. 388.144.460 Besar investasi petani
penyakap sebesar Rp.92.179.300 Para petani meninvestasikan uang
mereka dalam bentuk barang yang telah dibeli sehingga kelak apabila
mendesak barang tersebut dapat dijual. Hal ini mereka lakukan karena
mereka enggan menabung di bank dengan alasan prosedur bank yang
rumit dan menyusahkan.. investasi mereka berupa alat-alat pertanian dan
juga alat transportasi serta elektronik. Bagi sebagian masyarakat lainnya,
barangkali telah melakukan investasi tetapi tidak menyadarinya, seperti
para petani di pedesaan. Sehingga investasi dapat diartikan sebagai
komitmen menanamkan sejumlah dana pada satu atau lebih asset selama
beberapa periode pada masa mendatang
p. Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga
Tiap keluarga mempunyai strategi sendiri-sendiri untuk
mempertahankan kelangsungan hidup keluarganya. Antara keluarga satu
dengan keluarga lainnya berbeda dalam strategi bertahan hidupnya.
Berikut ini disajikan secara rinci tentang strategi bertahan hidup rumah
tangga petani di Desa Ngadirejo.Strategi bertahan hidup petani pada
dasarnya lebih kepada bagaimana mereka akan bertahan hidup dan dapat
berproduksi lagi di musim mendatang. Mereka tidak berharap lebih untuk
membeli suatu barang. Usahatani memiliki tiga komponen biaya yang
cukup besar yaitu komponen pupuk (organik maupun buatan), pestisida
dan komponen tenaga kerja mencakup pemeliharaan, panen dan pasca
panen
7. Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga

11
Tabel 38. Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Responden di Desa
Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar
Tahun 2018
No Keterangan Pemilik Penyewa Penyakap
. Penggarap
Jml % Jml % Jml %
1. Aktif bekerja di luar 10 2
pertanian

2. Memanfaatkan Bantuan 9 0
Pemerintah

3. Memanfaatkan Bantuan 11 2
Pihak Lain

4. Berhutang pada 5 0
saudara/tetangga

5. Meminjam ke bank, BPR, 5 0


KUD

6. Menunggu kiriman 5 0

7. Menyesuaikan
Pengeluaran-Pendapatan 16 2

8. Membatasi pendidikan 8 1

9. Mengoptimalkan lahan 17 2
sendiri

10. Memanfaatkan 16 1
lingkungan
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 38 dapat diketahui bahwa petani pemilik
penggarap memiliki strategi hidup dengan lebih mengutamakan
menyesuaikan pendapatan dengan penghasilan, pengomtimalan
penggunaan lahan pertanian. Kemudian memanfaatkan bantuan dari
pemerintah dan tidak menyekolahkan anak tinggi-tinggi. Lalu berhutang
pada saudara, menunggu kiriman keluarga, bekerja aktif di luar
pertanian, dan yang terakhir adalah meminjam ke bank.

12
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Ekonomi Pertanian yang telah
dilaksanakan di Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten
Karanganyar, dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya sebagai berikut:
1. Karakteristik desa dan rumah tangga responden petani di Desa Ngadirejo,
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar :
a. Desa Ngadirejo merupakan daerah pertanian dimana mayoritas
penduduknya masih mengandalkan sektor pertanian dalam mencari
nafkah, baik di pekarangan, kebun, sawah dan tegal.
b. Desa Ngadirejo memiliki luas lahan 5.065 Km2.
c. Jumlah penduduk Desa Ngadirejo 5583 orang
2. Karakteristik rumah tangga Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang,
Kabupaten Karanganyar :
a. Jumlah penduduk 5583 orang
b. Tingkat pendidikan rata-rata orang tua penduduk Desa Ngadirejo yaitu
SD
c. Sebagian besar penduduk Desa Ngadirejo bermata pencaharian
sebagai petani
d. Keadaan bangunan rumah penduduk berupa tembok
e. Penerangan yang digunakan oleh penduduk Desa Ngadirejo adalah
listrik. Sedangkan untuk penggunaan bahan bakar berupa bensin
f. Penggunaanbahan baku masak oleh penduduk Desa Ngadirejo adalah
gas
g. Bahan pangan pokok penduduk Desa Ngadirejo adalah beras
h. Hewan ternak yang paling banyak dipelihara oleh petani adalah sapi
i. Alat trasportasi yang digunakan oleh penduduk di Desa Ngadirejo
adalah sepeda motor.

13
3. Besar biaya usahatani, penerimaan, konsumsi, pendapatan, tabungan
rumah tangga dan strategi bertahan hidup di Desa …., Kecamatan ….,
Kabupaten Karanganyar adalah :
a. Penerimaan dari usahatani sendiri yang diterima oleh para petani
dalam setahun sebesar Rp 366.066.220
b. Biaya konsumsi rumah tangga petani, meliputi konsumsi bahan
makanan, konsumsi bukan makanan, dan konsumsi pakaian,
perumahan, dan lain-lain. Konsumsi total sebesar Rp 243.911.100
c. Pendapatan petani selama setahun sebesar Rp 589.675.384
d. Tabungan para petani selama setahun sebesar Rp 459.402.490
e. Strategi bertahan hidup para petani di Desa Ngadirejo diantaranya,
aktif bekerja di luar pertanian, menerima bantuan pemerintah,
mengoptimalkan penggunaan bahan sendiri, meminjam uang di bank,
menunggu kiriman dari keluarga di perantauan.

B. Saran
Saran bagi Desa Ngadirejo atau untuk pembangunan desa ke depannya
yaitu :
1. Dilaksanakan pemerataan pendapatan melalui pemberian keterampilan
kerja untuk petani yang belum bekerja diluar pertanian agar
kesenjangan sosial tidak begitu besar.
2. Sebaiknya penerangan jalan di malam hari Desa Ngadirejo di tambah
agar aktivitas di Desa Ngadirejo waktu malam hari tetap lancar
3. Sebaiknya data monografi Desa Ngadirejo lebih di lengkapi agar
diperoleh data yang lebih akurat
4. Sebaiknya jalan - jalan di Desa Ngadirejo di aspal agar dapat
memudahkan aktivitas masyarakat yang berada di Desa Ngadirejo.

14
DAFTAR PUSTAKA
Baginda et al, 2013. Analisis Konsumsi Masyarakat di Indonesia. J Kajian
Ekonomi 1(2) : 2-5.
CIFOR. 2011. Hutan, Pohon dan Wanatani Penghidupan bentang alam dan Tata
Kelola. Jakarta : CIFOR
Cristian, Harry. 2015. Jurnal Studi Tentang Pelaksanaan Rencana Kerja
Pembangunan Desa (Rkpdes) Tahun 2013 Di Desa Loa Janan Ulu
Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara. Ejournal
Pemerintahan Integratif 3(1): 190-210.
Darwis, Khaeriyah. 2017. Ilmu Usahatani Teori Dan Penerapan. Makassar: CV.
Inti Mediatama.
Desiana, Nia, Atik, Aprianingsih. 2017. Improving Income Through Farmers’
Group Empowerment Strategy. The Asia Journal Of Technology
Management 10(1) : 41-47.
Inawati, Ima. 2014. Analisis Tingkat Konsumsi Masyarakat Indonesia. J Ekonomi
1(2): 32-47.
Kurnadi. 2011. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Luminitang, Fatmawati M. 2013. Analisis Pendapatan Petani Padi Di Desa Teep
Kecematan Lawongan Timur. J EMBA 1(3) : 991-998
Luthfifatah. 2008. Masyarakat Pedesaan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Multazam. 2015. Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Penyelenggaraan
Pembangunan. J Ilmu Administrasi Negara Universitas Jember 1(1): 1-12.
Ningsih et al, 2013. Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Konsumsi, dan Tabungan di
Sumatra Barat. J Kajian Ekonomi 1(2): 261-267.
Normansyah et al. 2014. Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Di Kelompok
Tani Jaya, Desa Ciaruteun Ilir, Kecematan Cibungbulang, Kabupaten
Bogor. J Agribisnis 8(1) : 29-44.
Prayoga, Adi. 2017. Produktivitas Dan Efisiensi Teknis Usahatani Padi Organik
Lahan Sawah. J Economia 2(1): 56-60.
Rachman B, Andy S. 2008. Analisis Titik Impas Dan laba Usahatani Melalui
Pendekatan Pengelolaan Padi Terpadu Di Kabupaten Lebak-Banten. J
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 11(1): 54-60.
Subandriyo. 2016. Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap Pendapatan Petani
Kakao Di Kabupaten Jayapura. Yogyakarta: Deepublish.
Sukirno, Sadono. 2016. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada.
Sukriono, Didik. 2008. Politik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesia. J
Konstitusi 1(1): 18-20.
Sunarso. 2017. Strategi Pembangunan Pertanian. Yogyakarta: Deepublish.
Susanto et al, 2013. Pengaruh Produk Tabungan dan Kualitas Pelayanan Terhadap
Keputusan Menabung pada KJKS BMT Binna Ummat Sejahrtera
Kecamatan Lasem. J Ilmu Administrasi Bisnis 1(1):30-36.
Suyatno, Bagong. 2013. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Kencana Prenadamedia
Group.

15
Widyawati, R F. 2017. Analisis Keterkaitan Sektor Pertanian Dan Pengaruhnya
Terhadap Perekonomian Indonesia (Analisis Input Output). J Economia
13(1): 14-15.

16
LAMPIRAN

17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai